Paus Vigilius, Konsili Konstantinopel II, 553:
“ ... Kami mengingat apa yang telah dijanjikan tentang Gereja yang kudus dan Ia yang berkata bahwa pintu gerbang Neraka tidak akan berjaya melawannya, (Kami memahami pintu gerbang Neraka sebagai lidah-lidah yang mematikan dari para bidah) ....”[1]
Terdapat banyak bantahan-bantahan melawan posisi sedevakantis – yaitu, posisi yang diuraikan di dalam buku ini yang menurutnya, Takhta St. Petrus kosong karena ‘Paus-paus’ setelah Vatikan II bukanlah Paus-Paus sejati, melainkan para Anti-Paus non-Katolik. Kami sekarang akan menjawab semua bantahan-bantahan terbesar melawan posisi ini.
Jawaban: Tidak, indefektibilitas (janji bahwa Kristus akan selalu menyertai Gereja-Nya, dan bahwa pintu Gerbang Neraka tidak akan berjaya melawan Gereja) berarti bahwa Gereja akan, sampai akhir zaman, tetap pada dasarnya mempertahankan esensinya. Indefektibilitas Gereja mensyaratkan agar setidaknya sisa-sisa Gereja tetap ada sampai akhir zaman, dan bahwa seorang Paus sejati tidak akan pernah mengajarkan kesalahan secara otoritatif kepada seluruh Gereja. Indefektibilitas tidak memustahilkan Anti-Paus yang mengaku-aku diri sebagai Paus (seperti yang kita telah lihat berkali-kali di masa lalu, bahkan di Roma), atau sebuah sekte sesat yang mengurangi jumlah pengikut Gereja Katolik sejati sehingga menjadi suatu sisa pada akhir zaman. Itulah persisnya apa yang diperkirakan akan terjadi di akhir zaman dan apa yang terjadi pada krisis Arian.
Jawaban: Otoritas yang dimiliki oleh seorang Katolik untuk menentukan bahwa para bidah bukanlah anggota-anggota Gereja adalah dogma Katolik, yang mengajarkan kepada kita bahwa orang-orang yang meninggalkan Iman dianggap terasing dari Gereja.
Jawaban: Tidak. Sebuah deklarasi vonis yang mengikuti sebuah ekskomunikasi otomatis adalah semata-mata sebuah pengakuan secara hukum tentang sesuatu yang sudah ada. Andaikata tidak demikian adanya, ekskomunikasi otomatis akan menjadi tidak bermakna.
Penolakan 4): Bagaimana dengan bidah material? Tidakkah mungkin bahwa para Paus Vatikan II hanyalah bidah material?
Jawaban: Seorang bidah “material” adalah seorang Katolik yang melakukan kesalahan di dalam itikad baik tentang suatu masalah dogmatis. Tidak diragukan bahwa para Anti-Paus Vatikan II sungguh adalah bidah. Mereka tidak mungkin adalah bidah material (orang-orang Katolik yang melakukan kesalahan dalam itikad baik) karena berbagai alasan, terutama 1) mereka tidak berpegang kepada misteri-misteri Iman yang esensial 2) mereka menolak dogma-dogma yang jelas mereka ketahui secara penuh.
Jawaban: Gereja telah berada selama bertahun-tahun tanpa seorang Paus, dan demikian pula adanya sewaktu seorang Paus meninggal. Gereja telah mengalami interregnum Paus (yaitu kurun waktu tanpa seorang Paus) selama lebih dari 200 kali di dalam sejarah Gereja. Interregnum Paus yang terpanjang (sebelum kemurtadan Vatikan II) adalah antara Paus St. Marselinus (296-304) dan Paus St. Marselus (308-309). Interregnum tersebut berlangsung selama lebih dari tiga setengah tahun.[2] Di samping itu, para teolog mengajarkan bahwa Gereja dapat berada bahkan selama lebih dari berdekade-dekade tanpa seorang Paus.
Penolakan 6): Definisi-definisi Vatikan I tentang perpetuitas Kepausan menentang klaim-klaim para sedevakantis.
Jawaban: Dogma Vatikan I tidak bertentangan dengan kekosongan Takhta Paus; faktanya, hanya orang- orang yang menolak para Anti-Paus Vatikan II-lah yang dapat menerima dogma-dogma Kepausan ini secara konsisten, karena Benediktus XVI {dan Fransiskus} menolak dogma-dogma ini sepenuhnya.
Penolakan 7): Tidak seorang pun dapat menghakimi Takhta Suci... maka para Paus Vatikan II adalah Paus-Paus sejati.
Jawaban: Pertama, orang-orang perlu mengerti apa arti ajaran “Tidak seorang pun dapat menghakimi Takhta Suci.” Hal ini berasal dari Gereja perdana. Di dalam Gereja perdana, sewaktu seorang uskup dituduh atas suatu kejahatan, kadangkala akan dilangsungkan suatu pengadilan yang dipimpin oleh uskup-uskup lain atau oleh seorang patriark yang memiliki otoritas yang lebih tinggi. Uskup-uskup ini akan duduk di dalam pengadilan atas sang uskup tersangka. Tetapi Uskup Roma, karena ia adalah uskup tertinggi di dalam Gereja, tidak dapat tunduk kepada pengadilan mana pun oleh uskup-uskup lain atau oleh orang-orang lain.
Jawaban: Pertama, orang-orang perlu mengerti apa arti ajaran “Tidak seorang pun dapat menghakimi Takhta Suci.” Hal ini berasal dari Gereja perdana. Di dalam Gereja perdana, sewaktu seorang uskup dituduh atas suatu kejahatan, kadangkala akan dilangsungkan suatu pengadilan yang dipimpin oleh uskup-uskup lain atau oleh seorang patriark yang memiliki otoritas yang lebih tinggi. Uskup-uskup ini akan duduk di dalam pengadilan atas sang uskup tersangka. Tetapi Uskup Roma, karena ia adalah uskup tertinggi di dalam Gereja, tidak dapat tunduk kepada pengadilan mana pun oleh uskup-uskup lain atau oleh orang-orang lain.
Penolakan 9): Paus Liberius menyerah kepada para bidah Arian dan mengekskomunikasikan St. Atanasius, tetapi ia tetap adalah Paus...
Jawaban: Tidak benar bahwa Paus Liberius menyerah kepada para Arian, menandatangani rumusan Arian apa pun, ataupun mengekskomunikasikan St. Atanasius. Paus Liberius adalah pembela kebenaran yang tangguh pada saat krisis Arian, tetapi kembalinya dirinya dari pengasingan memberikan kesan kepada beberapa orang bahwa ia telah berkompromi, sewaktu kenyataannya, tidak. Kami mengutip Paus Pius IX.
Jawaban: Seperti yang kami telah tunjukkan, adalah sebuah dogma bahwa 1) para bidah bukanlah anggota Gereja dan 2) bahwa seorang Paus adalah kepala dari Gereja. Oleh karena itu, adalah suatu fakta dogmatis bahwa seorang bidah tidak dapat menjadi kepala dari Gereja, karena ia bukanlah anggotanya.
Penolakan 11): Apa pentingnya bilamana Benediktus XVI/Fransiskus adalah seorang Paus atau tidak? Hal ini sama sekali tidak penting bagi saya.
Jawaban: Jika pertanyaan bilamana Benediktus XVI adalah seorang Paus atau tidak tidak berarti apa-apa, maka ketidak-Katolikan sekte Vatikan II sama sekali tidak berarti apa-apa, Misa Baru tidak berarti apa-apa, dsb. Seseorang tidak dapat memisahkan yang satu dari yang lain. Anda tidak dapat memisahkan Sri Paus dan Gereja. Di samping itu, untuk berpendapat bahwa Benediktus XVI adalah kepala dari Gereja Katolik adalah untuk menyatakan bahwa pintu gerbang Neraka telah berjaya melawan Gereja.
Jawaban: Paus Paulus IV menyatakan bahwa orang-orang Katolik tidak boleh menerima seorang klaiman yang bidah semacam itu, walaupun “semua orang” patuh kepadanya – yang mengindikasikan lewat pernyataan semacam itu bahwa adalah sesuatu yang mungkin bahwa semua orang patuh kepada seorang Anti-Paus tersebut.
Penolakan 13): Yohanes XXII adalah seorang bidah, yang bahkan dicela oleh Kardinal Orsini sebagai seorang bidah, tetapi ia tetap adalah Paus.
Jawaban: Yohanes XXII bukanlah seorang bidah, dan kepemimpinannya bukanlah suatu bukti bahwa para bidah dapat menjadi Paus.
Jawaban: Seperti yang kita telah lihat, adalah suatu fakta dogmatis bahwa seorang bidah tidak bisa menjadi Paus, karena adalah suatu dogma yang telah didefinisikan bahwa seorang bidah bukanlah anggota dari Gereja Katolik.
Jawaban: 1) Orang-orang salah paham tentang arti Gereja yang kelihatan; 2) Sekte Vatikan II tidak mungkin adalah Gereja Kristus yang kelihatan; dan 3) Sekte Vatikan II menolak ajaran tentang Gereja yang kelihatan ini.
Jawaban: Orang yang membuat penolakan ini, Chris Ferrara, seperti biasanya, sama sekali salah. Pertama, terdapat banyak sekali contoh bidah terang-terangan dari para Anti-Paus pasca-konsili Vatikan II yang tidak memerlukan penjelasan atau komentar, seperti yang kita telah lihat. Kedua, otoritas Kepausan mengajarkan kita bahwa bidah-bidah tertentu memang memerlukan penjelasan, penelaahan yang mendalam dan analisis untuk membongkar dan mengutuknya seperti yang kita akan lihat.
Jawaban: Hal ini sama sekali tidak benar. Kitab Hukum Kanonik 1983 Anti-Paus Yohanes Paulus II yang bidah dan tidak valid menyatakan bahwa pernyataan semacam itu diperlukan di dalam Kanon 194 § 3. Tetapi hal ini tidak terdapat di dalam Kitab Hukum Kanonik 1917. Kanon yang paralel dengan kanon 194 di dalam Kitab Hukum Kanonik tahun 1917 adalah kanon 188. Kanon 188 dari Kitab Hukum Kanonik 1917 tidak memuat ketentuan tersebut, dan hanya menyatakan bahwa seorang imam yang “jatuh secara publik dari iman” (188 § 4) kehilangan jabatannya oleh karena fakta itu sendiri ‘tanpa pernyataan apa pun’.
Penolakan 18): Konsili Konstanz mengutuk ide bahwa seorang bidah berhenti menjadi Paus.
Jawaban: Tidak, Konsili Konstanz sama sekali tidak mengutuk ide bahwa seorang bidah akan berhenti menjadi Paus. Ini adalah kesalahpahaman yang serius terhadap dalil tersebut. Seperti yang kita telah lihat dengan jelas di atas, Konsili tersebut mengutuk sesuatu yang jauh berbeda. Konsili Konstanz mengutuk dalil bahwa seseorang yang fasik akan berhenti menjadi kepala Gereja, karena ia bukan anggota Gereja. Dalil dari sang bidah Hus dengan benar menyatakan bahwa seseorang yang bukanlah anggota dari Gereja tidak bisa menjadi kepala dari Gereja, tetapi dalil ini memuat suatu masalah sewaktu dalil ini mengatakan bahwa Sri Paus berhenti menjadi seorang anggota jika ia “orang fasik”.
Jawaban: Deklarasi Gabungan dengan Para Lutheran dengan sendirinya membuktikan bahwa para “Paus” Vatikan II adalah Anti-Paus. Fakta bahwa Yohanes Paulus II tidak pun Benediktus XVI menulis dokumen tersebut ataupun menandatanganinya tidaklah relevan. Mereka berdua mendukung deklarasi tersebut secara publik berulang kali, dan setuju dengan deklarasi itu.
Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak menerima Posisi Sedevakantis |
Kami telah menanggapi secara sangat rinci penolakan-penolakan melawan posisi sedevakantis. Kita dapat melihat bahwa tidak terdapat satu ajaran Gereja Katolik pun yang dapat menyebabkan seseorang untuk menerima fakta yang tidak terpungkiri bahwa sekte Vatikan II bukanlah Gereja Katolik, dan bahwa para pria yang telah mengepalai sekte ini (para “Paus” pasca-Vatikan II) bukanlah Paus sama sekali, melainkan, para Anti-Paus non-Katolik. Sebaliknya, terdapat bukti yang tidak terbantahkan untuk posisi sedevakantis dan segala alasan untuk menerimanya.
Catatan kaki:
[1] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Sheed & Ward and Georgetown University Press, 1990, Vol. 1, hal. 113.
[2] Denzinger 51-52e; Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 1 (The Founding of Christendom {Berdirinya Kekristenan}), hal. 494; J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes {Kamus Oxford tentang Paus}, Oxford University Press, 2005, hal. 25.
Maaf tapi saya tidak mempercayai artikel ini. Bagaimana Anda bisa tetap berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik jika Anda menolak untuk percaya Paus (setelah Vatikan II) & Magisterium?
Jika Anda seorang Sedevacantis, sebaiknya Anda keluar dari Gereja Katolik Roma dimana Anda menganggap Paus sekte Vatikan II adalah Anti-Paus & mengajarkan bidaah Anti-Katolik, karena dengan demikian keseluruhan Gereja Katolik Roma juga adalah bidaah.
Jika Anda yakin bahwa yg Anda yakini adalah “kebenaran” kenapa tidak berani membuat “Gereja Katolik” sendiri dgn hirarki Paus sendiri seperti halnya Gereja Ortodoks? Takut akan dicap bidaah oleh Katolik Roma?
Kami menerima semua dogma Gereja Katolik tanpa terkecuali, dan kami memandang mereka yang menerima semua dogma Gereja dan belum terpisah darinya, sebagai orang Katolik; itulah bagaimana kami bersekutu dengan Gereja Katolik. Beranggapan bahwa Sekte Vatikan II itu Katolik, dan para Anti-Pausnya Paus, kendati mereka telah secara terbuka & manifes mengajarkan bidah, setara berasumsi bahwa Magisterium bisa mengajarkan kesalahan (pandangan yang adalah bidah). Magisterium, pada kenyataannya, kebal terhadap kesalahan (Paus Pius XI, Divini Illius Magistri #16, 1929), apa anda menerima dogma ini?
Kalau anda berpikir kami tidak bersekutu dengan Gereja karena kami memegang posisi sedevakantis, coba anda pikirkan hal berikut.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa dirinya mengutuk, menolak, menganatemakan dan mencela orang-orang yang percaya akan pandangan-pandangan yang berlawanan dengan yang dipegang oleh Gereja, dan memandang mereka sebagai terasing dari Tubuh Kristus, yang adalah Gereja (Paus Eugenius IV, Konsili Florence, surat bulla Cantate Domino 1441). Artinya, orang-orang Protestan dan “Ortodoks” ditolak oleh Gereja Katolik, dan Gereja tidak memandang mereka sebagai anggotanya.
Sekte Vatikan II (yang bukan Gereja Katolik) serta para Anti-Pausnya, sebaliknya mengajarkan bahwa orang-orang Protestan dan “Ortodoks” “disaturagakan ke dalam Kristus … dihormati dengan hak untuk menyandang nama Kristen dan secara layak diakui sebagai saudara-saudara di dalam Tuhan oleh anak-anak Gereja Katolik.” (Vatikan II, Unitatis Redintegratio #3). Vatikan II mengajarkan bahwa mereka yang menganut bidah-bidah, seperti menyangkal Kepausan; menyangkal Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda; menyangkal Api Penyucian, dsb. adalah anggota Gereja.
Artinya, menurut Vatikan II, kalau anda anggotanya, anda bersekutu dengan kaum Protestan dan “Ortodoks”, yang adalah kaum bidah. Dalam kata lain, para anggota Sekte Vatikan II bersekutu dengan kaum bidah. Apa ini ajaran Katolik? Tidak. Gereja tidak terdiri dari para bidah (Paus Inosensius III, Eius Exemplo 1208). Bagaimana anda bisa merekonsiliasi Cantate Domino dengan Unitatis Redintegratio? Anda tidak bisa. Mustahil. Namun, yang diajarkan Vatikan II di atas itu diajarkan secara khidmat oleh Anti-Paus Paulus VI dan disetujui oleh para Anti-Paus sekte Vatikan II! Ini murni ajaran bidah dan sampah. Satu-satunya cara anda bisa tidak menerima ajaran bidah semacam itu, adalah dengan menolak Vatikan II, yang mensyaratkan anda menolak para Anti-Paus Vatikan II.
Harap diingat, Gereja adalah umat beriman (Paus Inosensius IV, Konsili Lateran IV 1215). Gereja tetap ada meski tidak ada Paus yang sedang memerintah. Ini adalah keadaan sede vacante, yakni takhta kosong, yang sudah terjadi begitu seringnya di sepanjang sejarah, misalnya, kalau Paus terakhirnya meninggal dunia; keadaan ini tidak menentang indefektibilitas. Situasi ini sudah dinubuatkan.
Kami dengan tulus hati harap anda bisa berkonversi & lebih mendalami materi kami. Video-video ini penting untuk ditonton:
Bidah Protestan Vatikan II
https://vatikankatolik.id/bidah-protestan-vatikan-ii/
Wahyu di Vatikan Sekarang
https://vatikankatolik.id/wahyu-di-vatikan-sekarang/
Apakah Alkitab Memprediksikan 70 Tahun Tanpa Seorang Paus?
https://vatikankatolik.id/alkitab-prediksi-tidak-ada-paus/
Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat.
Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar.
Yang saya tangkap selama ini ialah posisi Sedevacantis (Tahta yang kosong) sering di cela karena secara tidak langsung menyatakan “Kunci Kerajaan Surga” yang Yesus Kristus berikan kepada St. Petrus sudah hilang, karena anggapan nya tentang Paus KV II bukanlah paus.
Mungkin bisa dibantu perjelas lagi untuk hal itu, akan sangat membantu saya untuk memahami posisi Sedevacantis yang sesungguhnya.
Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami.
Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak bernoda. Ini sudah dinyatakan dalam surat ensiklik, dan sebenarnya diajarkan secara otoritatif oleh Konsili Vatikan I. Hal-hal tertentu yang diajarkan Paus pada perkara iman atau moral, kalau menepati kriteria-kriteria tertentu, tidak mungkin salah dan karena itu tidak bisa berubah (Vatikan I, Pastor Aeternus). Ajaran-ajaran seperti itu harus dipercayai dengan “iman ilahi dan Katolik” (Vatikan I, Dei Filius). Inilah sebenarnya janji Yesus Kristus kepada St. Petrus, yang melawannya, pintu-pintu gerbang Neraka (yakni, pertentangan kaum bidah) tidak bisa berjaya.
Di sepanjang sejarah, para Paus sejati sudah mengajarkan kebenaran-kebenaran tentang iman atau moral yang harus dipegang, dan tidak bisa berubah. Ini termasuk dogma. Konsili Vatikan I telah mengajarkan bahwa dogma harus dipertahankan dengan makna yang telah sekalinya dinyatakan, dan tidak pernah boleh ada pergeseran dari makna tersebut di balik dalih pemahaman yang lebih mendalam (Vatikan I, Dei Filius).
Namun, anda mungkin sudah menyadari bahwa para pengklaim Vatikan II (Yohanes XXIII – Fransiskus kini) sudah mengajarkan begitu banyak kesalahan & bidah sehubungan iman atau moral. Vatikan II sendiri mempermaklumkan dokumen-dokumen yang sama sekali bertentangan dengan dogma-dogma Katolik, terutama terkait Extra Ecclesiam nulla salus (Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan). Ini didokumentasikan pada materi kami, dan kami juga punya dokumentasi tentang bidah-bidah yang diajarkan Yohanes Paulus II, Benediktus XVI dan Fransiskus secara rinci. Bidah-bidah mereka begitu banyak dan terbuka.
https://vatikankatolik.id/revolusi-vatikan-ii/
https://vatikankatolik.id/revolusi-liturgi/
https://vatikankatolik.id/anti-paus-v2/
https://vatikankatolik.id/anti-paus-yohanes-paulus-ii/
https://vatikankatolik.id/bidah-benediktus-xvi/
https://vatikankatolik.id/bidah-fransiskus/
Karena para Paus sejati tidak bisa mengajarkan kesalahan-kesalahan jelas dan berulang kali pada perkara iman atau moral, satu-satunya kesimpulan yang bisa ditarik dari hal ini, adalah mereka (para pengklaim Vatikan II) bukan Paus, melainkan para bidah, sebab mereka telah menentang dogma. Bidah adalah penyangkalan secara keras kepala terhadap satu atau lebih pasal iman. Dosa yang satu ini (dosa bidah) oleh karena hakikatnya sendiri memisahkan orang dari Tubuh Gereja (Paus Pius XII, Mystici Corporis), dan seturut ajaran Paus Leo XIII dalam Satis Cognitum, orang semacam itu dengan demikian tidak bisa memerintah dalam Gereja. Paus Leo XIII juga mengajarkan bahwa menyangkal satu pasal doktrin pun, membuat orang secara otomatis bidah. Magisterium, seperti yang sudah kami sebutkan sebelumnya, tidak bisa mengajarkan kesalahan, apalagi mengajarkan bidah.
Mustahil para pengklaim Vatikan II itu Paus sejati, sebab seandainya mereka memang Paus sejati, maka artinya Magisterium pastinya sudah mengajarkan kesalahan (hal ini berlawanan dengan dogma yang sudah disebutkan) dan menentang dogma. Maka, orang tidak boleh menganggap mereka Paus sejati. Dan karena mereka (termasuk Fransiskus) bukan Paus sejati, Takhta Petrus pada saat ini kosong. Demikianlah posisi sedevakantis.
https://vatikankatolik.id/bidah-tidak-bisa-menjadi-paus/
https://vatikankatolik.id/sedevakantisme-paus-st-selestinus/
“Kunci-kunci Kerajaan Surga” tidaklah hilang dengan posisi sedevakantis. Janji ini berarti bahwa Paus sejati, sebagai penerus St. Petrus, punya otoritas tertinggi dalam Gereja. Tidak berarti bahwa ketika tidak ada Paus sejati, kunci-kunci Kerajaannya hilang, sebab kunci-kunci itu lantas sudah hilang berkali-kali dalam sejarah ketika Paus sejati meninggal dunia (periode yang disebut interregnum). Periode kita ini serupa dengan interregnum yang berkepanjangan, sebab Paus sejati terakhir, Pius XII, meninggal di tahun 1958.
Fakta bahwa para Paus sejati memiliki “kunci-kunci Kerajaan Surga”, sebenarnya membuktikan posisi sedevakantis, sebab para bidah sama sekali tidak bisa memiliki kunci-kunci itu, karena mereka bukan anggota Gereja. Percaya yang sebaliknya, akan berarti bahwa Magisterium sudah mengajarkan bidah, seperti 1) berdoa bersama orang non-Katolik; 2) memberi Komuni kepada orang non-Katolik; 3) kebebasan beragama dijadikan hak sipil; 4) orang Yahudi tidak boleh dianggap ditolak oleh Allah, dll. Posisi semacam itu kenyataannya bidah, suatu penghujatan total terhadap Gereja, dan sebenarnya berarti kegagalan janji Yesus kepada St. Petrus, yang maknanya pintu-pintu gerbang Neraka (yang telah disebutkan oleh para Paus sejati, sebagai pertentangan kaum bidah) telah berjaya, suatu kemustahilan.
Kami harap anda terus menyimak materi kami, dan ketika sudah siap, semoga anda mengikuti Langkah-Langkah untuk Berkonversi (https://vatikankatolik.id/langkah-langkah-untuk-berkonversi/). Kami anjurkan orang berdoa 15 dekade Rosario setiap hari dan sering-sering berdoa Salam Maria, untuk beroleh rahmat-rahmat penting. Harap diingat, situasi ini sudah dinubuatkan. Roma pada hari ini (BUKAN Gereja Katolik) telah kehilangan iman, dan telah menjadi Pelacur Babel. Harap simak materi berikut:
https://vatikankatolik.id/wahyu-di-vatikan-sekarang/
https://vatikankatolik.id/alkitab-prediksi-tidak-ada-paus/
https://vatikankatolik.id/babel-sudah-jatuh-sudah-jatuh/