Lucia, Francisco, dan Jacinta dari Fatima
Romo Mario Luigi Ciappi, seorang teolog kepausan dari Paus Pius XII: “Di dalam Rahasia Ketiga [Fatima], diprediksikan, antara lain, bahwa kemurtadan besar di dalam Gereja akan bermula di puncaknya.”[1]
Pesan dan mukjizat Bunda Maria di Fatima, pada tahun 1917, adalah salah satu peristiwa terbesar di dalam Gereja Katolik. Karena mukjizat Fatima, yang terjadi pada tanggal 13 Oktober 1917, telah diprediksikan sebelum hal tersebut terjadi, dan digenapi di hadapan sekitar 100.000 orang, mukjizat itu kemungkinan adalah mukjizat terbesar di dalam sejarah Katolik, di samping Kebangkitan Kristus. Mukjizat dan pesan Fatima juga memiliki bobot yang luar biasa pentingnya untuk topik yang kami bahas: Kenyataan tentang Apa yang Sebenarnya Terjadi kepada Gereja Katolik Setelah Vatikan II. Sejak tanggal 13 Mei 1917, Bunda Allah menampakkan diri enam kali kepada Jacinta (7 tahun), Francisco (9 tahun) dan Lucia (10 tahun) di Fatima, Portugal. Sang Perawan Suci berkata kepada anak-anak itu untuk berdoa Rosario setiap harinya; ia mempertunjukkan kepada mereka suatu penglihatan akan Neraka; dan ia membuat nubuat-nubuat, antara lain tentang Perang Dunia II serta meluasnya Komunisme (“kesalahan-kesalahan Rusia”).
Penglihatan akan Neraka yang dipertunjukkan oleh Bunda Maria di Fatima kepada anak-anak: “Seraya mengucapkan kata-katanya yang terakhir, Nona itu membuka kedua tangannya sekali lagi, seperti yang telah dilakukannya dua bulan lalu. Sinar-sinar [dari cahaya] itu tampak menembus tanah, dan kami melihat apa yang tampak seperti samudra api. Kami melihat roh-roh jahat dan jiwa-jiwa [dari orang-orang yang terkutuk] tenggelam di dalam nyala api ini. Jiwa-jiwa itu tampak seperti bara api transparan yang terbakar, yang hitam legam atau seperti perunggu yang mengilap, rupa mereka tampak seperti manusia. Mereka terapung ke sana dan ke mari di dalam lautan api itu, dan sekarang terangkat ke udara oleh lidah-lidah api yang keluar dari dalam diri mereka sendiri, bersama dengan awan-awan besar yang terbentuk dari asap. Sekarang mereka kembali jatuh ke setiap sisi layaknya percikan api dari kebakaran besar, tanpa berat maupun keseimbangan, di tengah-tengah jeritan dan rintihan rasa sakit dan keputusasaan, yang membuat kami ngeri dan gemetar ketakutan (penglihatan inilah yang pastinya telah membuat saya menjerit, sebagaimana yang didengar orang dari diri saya). Roh-roh jahat itu terlihat berbeda [dari jiwa-jiwa yang terkutuk] oleh karena rupa mereka yang mengerikan dan menjijikkan yang mirip dengan binatang-binatang asing yang menakutkan, mereka berwarna hitam dan transparan seperti batu bara yang terbakar. Penglihatan itu hanya berlangsung sesaat, berkat Bunda kami dari Surga yang baik hati, yang pada saat penampakannya yang pertama telah berjanji untuk membawa kami ke Surga. Tanpanya, saya kira kami akan telah mati ketakutan dan kengerian.”[2]
“Kalian telah melihat Neraka, tempat perginya jiwa-jiwa para pendosa yang malang. Untuk menyelamatkan mereka, Allah ingin menetapkan di dalam dunia ini devosi kepada Hatiku yang Tak Bernoda”, ujar Bunda Maria.
Anak-anak dari Fatima tidak lama setelah penglihatan Neraka ... Orang dapat melihat, di dalam air muka mereka yang ketakutan, kebenaran dari perkataan mereka: bahwa mereka akan telah mati ketakutan sewaktu melihat Neraka, seandainya mereka tidak dijanjikan akan masuk Surga
Pada tanggal 13 Juli 1917, Bunda Maria juga berkata kepada anak-anak itu bahwa pada tanggal 13 Oktober 1917, ia akan membuat sebuah mukjizat yang akan harus dipercayai oleh semua orang:
“Lucia berkata, ‘Saya hendak meminta anda untuk memberi tahu kami siapa diri anda, dan untuk membuat sebuah mukjizat agar semua orang akan percaya bahwa anda telah tampak kepada kami!’ ‘Teruslah datang ke sini setiap bulan.’, jawab Nona itu. ‘Pada bulan Oktober, aku akan mengatakan kepada kalian siapa diriku ini dan apa yang kukehendaki, dan akan membuat sebuah mukjizat yang harus dipercayai oleh semua orang.”[3] (Bunda Maria di Fatima; 13 Juli 1917)
Karena anak-anak itu telah mengumumkan beberapa bulan sebelum tanggal 13 Oktober bahwa Nona itu akan membuat sebuah mukjizat, 70.000 sampai 100.000 orang berkumpul di Fatima pada 13 Oktober untuk melihat mukjizat yang diprediksikan akan terjadi. Banyak orang yang tidak beriman juga datang untuk mencemooh sewaktu mukjizat itu tidak terjadi. Tetapi, bahkan seperti yang ditegaskan oleh pers sekuler, Mukjizat Matahari – demikianlah nama yang dikenal untuk peristiwa itu – sungguh terjadi, persis seperti yang diprediksikan oleh anak-anak itu dan Bunda Maria dari Fatima. Mukjizat itu mengejutkan khalayak yang hadir, mengonversikan orang-orang yang tidak beriman yang keras hati, termasuk para ateis dan Freemason, dan meneguhkan ribuan orang di dalam Iman Katolik.
Di atas: dua foto kerumunan orang yang terkesiap di Fatima pada tanggal 13 Oktober 1917, yang menyaksikan mukjizat yang diprediksikan oleh Bunda Maria di Fatima
Apakah Mukjizat Matahari itu, yang begitu mencengangkan dan yang memesonakan hadirin yang berjumlah lebih dari 70.000 orang di Fatima itu pada tanggal 13 Okt. 1917? Pengamatan singkat atas mukjizat itu serta betapa pentingnya mukjizat tersebut akan berguna ke depannya untuk menyingkapkan: Kenyataan tentang Apa yang Sebenarnya Terjadi kepada Gereja Katolik Setelah Vatikan II.
“Matahari bersinar di puncak langit bagaikan piringan besar yang keperakan. Walaupun matahari bersinar terang seperti yang telah senantiasa dilihat sebelumnya, mereka dapat langsung menatapnya tanpa berkedip, dan dengan suatu kepuasan yang istimewa dan penuh sukacita. Peristiwa ini hanya berlangsung sesaat. Sewaktu mereka menatapnya, bola raksasa itu mulai ‘menari’ – itulah kata yang digunakan oleh orang-orang yang melihatnya untuk menyebutnya. Sekarang, matahari berputar dengan cepat seperti sebuah roda api raksasa. Setelah perputaran itu terjadi untuk beberapa saat, matahari pun berhenti. Lalu ia kembali berotasi, dengan kecepatan yang memusingkan dan memeningkan. Akhirnya, di pinggirannya tampak suatu lingkaran berwarna merah kirmizi, yang memantulkan ke segala arah di langit, layaknya dari suatu pusaran yang mengerikan, lidah api yang berwarna merah darah, yang memantulkan kepada bumi, kepada pepohonan dan semak-semak, kepada wajah-wajah yang menghadap ke atas serta pakaian-pakaian, segala jenis warna yang brilian secara bergantian: hijau, merah, jingga, biru, ungu, kenyataanya, semua warna dari spektrum warna. Seraya berputar dengan demikian tiga kali secara cepat dan tak terkendali, bola api itu tampak gemetar seolah-olah ketakutan, dan kemudian bergegas terjun dengan gerakan zigzag yang kencang menuju kerumunan orang. ‘Ribuan orang yang ngeri itu mengeluarkan jerit ketakutan seraya jatuh berlutut, karena mengira bahwa kiamat sudah datang. Beberapa orang berkata bahwa udara menjadi lebih hangat pada saat itu; mereka tidak akan telah terkejut seandainya segala sesuatu yang ada di sekeliling mereka meledak menjadi lidah-lidah api yang membungkus dan membakar mereka sampai habis.”[4]
“Di seluruh Portugal, kenyataannya, surat kabar yang antiklerikal terpaksa memberikan kesaksian yang serupa. Orang-orang pada umumnya setuju tentang hal-hal yang pokok dari peristiwa itu. Seperti yang ditulis oleh Dr. Domingos Pinto Coelho di dalam O Ordem, ‘Matahari terkadang dikelilingi oleh lidah-lidah api merah kirmizi, di waktu yang lain bermahkotakan warna kuning dan merah, dan bahkan di kala lain tampak berevolusi dengan suatu gerakan rotasi yang amat cepat, dan kembali lagi, tampak melepaskan dirinya sendiri dari langit, untuk menghampiri bumi ….”[5] Sewaktu mukjizat itu terjadi, matahari tampak bergegas terjun menuju bumi dan orang-orang berpikir bahwa kiamat sudah datang. Maknanya seharusnya jelas: Fatima adalah suatu pertanda apokaliptik; peristiwa itu adalah suatu pertanda bahwa akhir zaman sudah dekat, bahwa peristiwa-peristiwa yang akan mendahului berakhirnya dunia dan Kedatangan Kedua Yesus Kristus akan bermula. Orang-orang harus membenahi hidup mereka sebelum akhir zaman sungguh datang. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ini, banyak orang telah menyimpulkan bahwa Bunda Maria dari Fatima adalah wanita yang berselubungkan matahari, yang dideskripsikan oleh Wahyu 12:1:
“Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang wanita berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.” (Wahyu 12:1)
Para saksi mata Fatima juga melaporkan bahwa Bunda Maria sepenuhnya terbentuk dari cahaya – ia jauh lebih kemilau dari matahari. Bukti bahwa Bunda Maria dari Fatima adalah wanita yang berselubungkan matahari yang dinubuatkan di dalam Wahyu bab 12 sangatlah kuat. Kenyataannya, terdapat suatu penegasan yang mengejutkan bahwa penampakan Bunda Maria di Fatima merupakan penggenapan dari nubuat di dalam Kitab Wahyu tentang wanita yang berselubungkan matahari.
Surat Kabar Harian Masonik, O Século, secara mengejutkan menegaskan bahkan tanpa mengetahuinya, bahwa Bunda Maria adalah wanita yang berselubungkan matahari dari Wahyu 12:1
Mukjizat Matahari yang dibuat oleh Bunda Maria dari Fatima dilaporkan oleh berbagai surat kabar anti-Katolik di seluruh Portugal. Surat kabar harian Masonik yang antiklerikal dari Lisbon, O Século, membuat Kepala Editornya, Avelino de Almeida, hadir untuk melaporkan peristiwa itu. Walau bagaimanapun, ia melaporkan mukjizat surya itu dengan jujur. Kami hendak menarik perhatian pembaca kepada judul dari artikelnya yang diterbitkan di dalam O Século pada tanggal 15 Okt. 1917. Artikelnya yang bertanggal 15 Oktober, yang menceritakan peristiwa tanggal 13 Okt. yang luar biasa di Fatima itu, berjudul sebagai berikut:
“Bagaimana Matahari Menari pada Siang Bolong di Fatima. Penampakan-Penampakan Sang Perawan. – Tanda dari Langit. – Ribuan Orang Menyatakannya Sebagai Suatu Mukjizat. – Perang dan Perdamaian.”[6]
Mohon perhatikan bahwa surat kabar harian Masonik dan antiklerikal dari Lisbon menggambarkan peristiwa di Fatima dan Mukjizat Mataharinya sebagai “Tanda dari Langit”. Terdengar akrabkah kata-kata ini?
Wahyu 12:1- “Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.”
Haruskah kita percaya bahwa surat kabar Masonik dari Lisbon berpikir tentang Wahyu 12:1 sewaktu menerbitkan artikel ini tidak lama setelah setelah terjadinya mukjizat surya tahun 1917? Apakah golongan antiklerikal itu mempertimbangkan kemungkinan bahwa penampakan Bunda Maria merupakan wanita yang berselubungkan matahari dan “tanda di langit” yang digambarkan oleh Alkitab? Tentunya tidak; para umat Katolik pada waktu itu bahkan tidak menghubungkan Fatima dengan wanita yang berselubungkan matahari, apalagi golongan antiklerikal yang bahkan tidak percaya akan Kitab Suci atau kemungkinan bahkan tidak tahu akan nubuat di dalam Wahyu 12:1! Maka dari itu, judul berita utama ini adalah suatu penegasan yang tak disengaja, oleh suatu sumber informasi publik yang Anti-Katolik, bahwa Bunda Maria dari Fatima serta mukjizatnya di tanggal 13 Okt. memang benar merupakan tanda yang dinubuatkan di dalam Wahyu 12:1. Peristiwa itu tampak seolah-olah seseorang mengajukan kepada Allah pertanyaan berikut: Tuhan, bagaimanakah kita akan tahu kapan “tanda di langit” yang besar itu yang Engkau prediksikan di dalam Wahyu 12:1, akan terjadi? Dan Tuhan pun menjawab: baca saja judul berita utama di dalam surat kabar Masonik, sebab sewaktu tanda ini akan terjadi, peristiwa itu akan dilaporkan bahkan di dalam surat kabar itu. Fakta yang mengejutkan ini bukan hanya berguna untuk menegaskan bahwa Bunda Maria dari Fatima adalah wanita yang berselubungkan matahari dari Wahyu 12:1, tetapi juga menegaskan lebih lanjut autentisitas Iman Katolik serta Kitab Suci. Maka, pada akhirnya, untuk menuntaskan poin kami tentang Fatima dan relevansinya terhadap apa yang telah terjadi kepada Gereja Katolik setelah Vatikan II, kami dapat berkata: karena Fatima adalah tanda yang dinubuatkan di dalam Wahyu 12:1, hal ini berarti bahwa kita berada di dalam era Wahyu, hari-hari terakhir dari dunia.
Fatima, tanda dari Why. 12:1, dan sang naga merah (Komunisme), tanda dari Why. 12:3: keduanya muncul pada tahun 1917
Gagasan bahwa Fatima adalah “tanda” dari Wahyu 12:1 didukung lebih lanjut oleh fakta bahwa Kitab Wahyu berbicara tentang “naga merah padam yang besar” dua ayat setelahnya. Kitab Suci tampaknya menunjukkan bahwa keduanya akan muncul pada saat yang bersamaan.
Wahyu 12:3-4- “Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi ....”
Banyak komentator menganggap bahwa “naga merah padam yang besar” itu adalah Komunisme, karena paham Komunisme secara pasti diasosiasikan dengan warna merah, dan bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap lebih dari 20 juta orang di Rusia sendiri. Di bawah Vladimir Lenin, kaum Bolshevik mengambil alih atas Rusia demi Komunisme, dan memperoleh kemenangan yang signifikan yang akan membuat Komunisme sebagai suatu kekuatan yang mendunia, pada tanggal 7 Nov. 1917, segera setelah penampakan-penampakan Bunda Maria di Fatima, yang telah memperingatkan tentang menyebarnya “kesalahan-kesalahan Rusia.”[7] Bahkan di masa kini, kita menyebut Cina Komunis sebagai “Cina Merah”. Revolusi Komunis di Cina diluncurkan dengan perayaan yang meriah oleh orang-orang dengan “spanduk-spanduk merah, puluhan ribu bendera merah, dan gerombolan balon merah yang terbang di atas mereka”.[8] Buktinya sangat kuat bahwa “naga merah padam yang besar” mendeskripsikan Kekaisaran Komunis. Sangatlah menarik pula bahwa naga merah padam yang besar itu menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit:
Wahyu 12:3-4- “Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar ... Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi ...”
Apakah hal ini semata-mata suatu kebetulan, bahwa Komunisme, pada puncaknya, menggenggam sepertiga dunia di dalam cengkeramannya? W.H. Carroll, The Rise and Fall of the Communist Revolution {Kebangkitan dan Kejatuhan Revolusi Komunis}, hal. 418: “Sewaktu Joseph Stalin berjalan di dalam Lembah Kekelaman Maut, gerakan komunis internasional yang dipimpinnya menggenggam sepertiga dunia di dalam cengkeramannya.”[9] Pada tahun 1957, Suster Lucia, salah satu dari anak-anak yang mengalami penglihatan di Fatima, berkata kepada Romo Fuentes:
“Romo, sang Perawan yang Tersuci tidak berkata kepada saya bahwa kita berada pada akhir zaman, tetapi ia membuat saya mengerti hal ini untuk tiga alasan. Alasan yang pertama adalah karena ia berkata kepada saya bahwa Iblis sedang berhasrat untuk melakukan suatu pertempuran yang menentukan melawan sang Perawan. Dan suatu pertempuran yang menentukan adalah pertempuran yang terakhir di mana satu kubu akan berjaya dan kubu yang lain akan menderita kekalahan. Itulah sebabnya sejak saat ini, kita harus memilih kubu. Kita berpihak kepada Allah atau kita berpihak kepada Iblis. Tidak ada kemungkinan yang lain.
“Alasan yang kedua adalah karena ia [sang Perawan Tersuci] berkata kepada saudara-saudara sepupu saya dan kepada saya sendiri bahwa Allah sedang memberikan dua obat terakhir kepada dunia. Kedua obat ini adalah Rosario Suci dan Devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda. Keduanya ini adalah kedua obat yang terakhir, yang berarti bahwa tidak akan ada obat yang lain.
“Alasan yang ketiga adalah karena di dalam rancangan Penyelenggaraan Ilahi, Allah senantiasa, sebelum Ia akan segera menghukum dunia, menghabiskan segala obat yang lain. Sekarang, sewaktu Ia melihat bahwa dunia sama sekali tidak peduli, seperti yang kita katakan dalam cara bicara kita yang tidak sempurna, Ia menawarkan kita dengan suatu kekhawatiran tertentu sarana keselamatan yang terakhir, Ibunda-Nya yang Terkudus. Ia melakukannya dengan suatu kekhawatiran tertentu karena jika anda membenci dan menolak sarana yang terakhir ini, kita tidak lagi akan mendapatkan pengampunan dari Surga karena kita akan telah melakukan suatu dosa yang disebut oleh Injil sebagai dosa melawan Roh Kudus. Dosa ini dilakukan melalui penolakan secara terbuka dengan pengetahuan dan persetujuan yang penuh, keselamatan yang ditawarkan oleh-Nya. Marilah kita mengingat bahwa Yesus Kristus adalah seorang Putra yang amat baik dan bahwa Ia tidak mengizinkan kita untuk menghina dan membenci Ibunda-Nya yang Terkudus. Kita telah mencatat di sepanjang sejarah Gereja yang berabad-abad kesaksian yang jelas yang membuktikan, melalui hukuman-hukuman yang mengerikan yang telah menimpa orang-orang yang telah menghina kehormatan Ibunda-Nya yang Terkudus, bagaimana Tuhan kita Yesus Kristus telah selalu membela kehormatan Ibunda-Nya.”[10]
Seperti yang telah didiskusikan, ciri yang utama dari masa akhir zaman adalah suatu kemurtadan dari Iman Katolik. Di dalam “tempat suci sendiri” (Roma) akan ada “Pembinasa Keji” (Mt. 24:15), dan suatu penyesatan yang sebegitu mendalamnya sehingga, seandainya mungkin, bahkan orang-orang pilihan akan disesatkan (Mat. 24:24). Perjanjian Baru memberi tahu kita bahwa penyesatan ini akan terjadi di dalam jantung dari struktur-struktur fisik Gereja, di dalam “Bait Allah” (2 Tes. 2:4). Penyesatan itu akan timbul karena orang-orang tidak menerima dan mengasihi kebenaran (2 Tesalonika 2:10). Itulah persisnya mengapa kata-kata terakhir yang diberikan oleh Bunda Maria dari Fatima di dalam rahasianya yang besar dari 13 Juli 1917 adalah:
“Di Portugal, dogma Iman akan selalu dipertahankan, dsb.”
Ini merupakan kata-kata terakhir yang diberikan sebelum rahasia ketiga Fatima yang tidak disingkapkan. Atas dasar perkataan ini, para pelajar Fatima telah menyimpulkan bahwa rahasia ketiga itu tentunya membahas suatu krisis rohani dan kemurtadan raksasa dari Iman Katolik di kalangan orang-orang yang mengaku memegang posisi-posisi otoritas di dalam Gereja. Karena kami tidak memiliki kalimat penuh dari perkataan terakhir Bunda Maria di dalam pesan terakhirnya di bulan Juli, kami tidak dapat berkata dengan pasti apa artinya; tetapi kalimatnya mungkin seperti ini: “Di Portugal, dogma Iman akan selalu dipertahankan di dalam suatu sisa umat yang setia ….” Atau: “Di Portugal, dogma Iman akan selalu dipertahankan sampai Kemurtadan Besar …." Atau: “Di Portugal, dogma Iman akan selalu dipertahankan di kalangan mereka yang mendengarkan peringatan-peringatanku ….” Tidak diragukan bahwa rahasia ketiga membahas kemurtadan masa kini dari sekte Vatikan II. Kami akan mendokumentasikan kemurtadan ini dengan amat rinci di dalam buku ini. Seperti yang telah dikutip pada permulaan bagian ini, ‘Romo’ Mario Luigi Ciappi, teolog Kepausan Paus Pius XII, menyatakan:
“Di dalam Rahasia Ketiga, diprediksikan, antara lain, bahwa kemurtadan besar di dalam Gereja akan bermula di puncaknya.”[11]
Seorang “Kardinal” lain dari Gereja Vatikan II secara mengejutkan mengakui bahwa Rahasia Ketiga menceritakan tentang kemurtadan pasca-Vatikan II.
‘Kardinal’ Silvio Oddi: ” ... Rahasia Ketiga [Fatima] ... bukanlah tentang apa yang dikira sebagai berkonversinya Rusia ... melainkan tentang ‘revolusi’ di dalam Gereja Katolik.”[12]
Kesaksian-kesaksian: Surga meminta agar rahasia Ketiga Fatima disingkapkan selambat-lambatnya pada tahun 1960[13]
- Kanonik Galamba: “Sewaktu sang uskup menolak untuk membuka suratnya, Lucia membuatnya berjanji agar surat tersebut akan secara pasti dibuka dan dibacakan kepada dunia pada waktu yang datang lebih dahulu: sewaktu Lucia meninggal atau pada tahun 1960.” (La Verdad sobre el Secreto de Fátima [Kenyataan tentang Rahasia Ketiga Fatima], Romo Joaquín Alonso, Edisi bahasa Spanyol, hal. 46-47)
- John Haffert: “Di dalam rumah bapak uskup (di Leiria), saya duduk di depan meja di sisi kanannya, bersama empat orang Kanonik. Pada makan malam yang pertama, Kanonik Jose Galamba de Oliveira berpaling kepada saya sewaktu bapak uskup telah meninggalkan ruangan itu untuk sesaat dan bertanya: “Mengapa anda tidak meminta bapak uskup untuk membuka Rahasia itu?” Saya berusaha keras untuk tidak mempertunjukkan kepadanya ketidaktahuan saya sehubungan dengan Fatima – pada waktu itu saya hampir tidak tahu sama sekali – saya semata-mata menatapnya tanpa berekspresi. Ia melanjutkan: “Bapak uskup dapat membuka Rahasia itu. Ia tidak harus menunggu sampai tahun 1960.” (Dear Bishop! [Yang Terhormat Uskup!] John Haffert, AMI 1981, hal. 3-4)
- Kardinal Cerejeria: Pada bulan Februari 1960, Patriark Lisbon melaporkan arahan-arahan yang telah “disampaikan kepadanya” oleh Uskup Leiria sehubungan dengan Rahasia Ketiga: “Uskup da Silva melingkupi (amplop yang dimeteraikan oleh Lucia) di dalam sebuah amplop lain di mana ia menyatakan bahwa surat itu harus dibuka pada tahun 1960 oleh dirinya sendiri, Uskup José Correia da Silva, jika ia masih hidup, atau jika tidak, oleh Kardinal Patriark Lisbon.” (Novidades, 24 Februari 1960, dikutip dari La Documentation catholique [Dokumentasi Katolik], 19 Juni 1960, col. 751)
- Kanonik Barthas: Selama ia bercakap-cakap dengan Suster Lucia pada tanggal 17-18 Oktober 1946, ia mendapatkan kesempatan untuk bertanya kepadanya tentang Rahasia Ketiga. Ia menulis: “Kapankah elemen ketiga dari Rahasia itu dapat disingkapkan kepada kita?” Walaupun kala itu masih di tahun 1946, pertanyaan saya ini dijawab oleh Lucia dan Uskup Leiria dengan seia sekata tanpa ragu-ragu dan tanpa komentar: “Pada tahun 1960.” Dan sewaktu saya mendesak keberanian saya sehingga saya bertanya mengapa dibutuhkan untuk menunggu sampai tahun itu, satu-satunya tanggapan yang saya dapatkan dari mereka masing-masing adalah: “Karena sang Perawan Suci menghendakinya demikian.” (Barthas, Fatima, merveille du XXe siècle [Fatima, keajaiban abad ke-20], hal. 93. Fatima-éditions, 1952)
- Keluarga Armstrong: “Pada tanggal 14 Mei 1953, Lucia menerima suatu kunjungan dari keluarga Armstrong, yang dapat bertanya kepadanya tentang Rahasia ketiga. Di dalam laporan mereka yang diterbitkan pada tahun 1955, mereka menegaskan bahwa Rahasia ketiga “harus dibuka dan disingkapkan pada tahun 1960.” (A. O. Armstrong, Fatima, pilgrimage to peace [Fatima, ziarah perdamaian], The World’s Work, Kingswood, Surrey, 1955)
- Kardinal Ottaviani: “Tanggal 17 Mei 1955, Kardinal Ottaviani, Pro-Prefek dari Kementerian Suci, mendatangi Karmel Santa Teresa di Coimbra. Ia bertanya kepada Suster Lucia tentang Rahasia ketiga; dan ia mengingat pada konferensinya di tahun 1967: “Pesan tersebut tidak boleh dibuka sampai tahun 1960. Saya bertanya kepada Suster Lucia, ‘Mengapa pada tanggal ini?’ Ia menjawab, ‘Karena pada saat itu, pesan itu akan menjadi lebih jelas (mais claro).” (La Documentation catholique [Dokumentasi Katolik], 19 Maret 1967, col. 542)
- Romo Joaquín Alonso, juru arsip resmi Fatima: “Para uskup yang lain telah berbicara pula - dan dengan berwibawa - tentang tahun 1960 sebagai tanggal yang diindikasikan untuk pembukaan surat yang terkenal itu. Maka, sewaktu bapak uskup, yang waktu itu adalah Uskup Tituler Tiava dan Uskup Auksilier Lisbon, bertanya kepada Lucia kapan Rahasia tersebut harus dibuka, ia selalu menerima jawaban yang sama: pada tahun 1960.” (La Verdad sobre el Secreto de Fátima [Kenyataan tentang Rahasia Ketiga Fatima], Romo Joaquín Alonso, Edisi bahasa Spanyol, hal. 46)
- Romo Joaquín Alonso: “Sewaktu Don José, Uskup pertama Leiria, dan Suster Lucia setuju bahwa surat tersebut harus dibuka pada tahun 1960, mereka jelas bermaksud bahwa isi surat itu harus dibuat publik demi kebaikan Gereja dan dunia.” (Ibid., hal. 54)
- Uskup Venancio: “Saya berpikir bahwa surat tersebut tidak akan dibukakan sebelum tahun 1960. Suster Lucia telah meminta agar surat itu tidak dibuka sebelum ia meninggal, atau jangan dibuka sebelum tahun 1960. Kita sekarang ada di tahun 1959 dan Suster Lucia sehat walafiat.” (La Verdad sobre el Secreto de Fátima {Kenyataan tentang Rahasia Ketiga Fatima}, Romo Joaquín Alonso, Edisi bahasa Spanyol, hal. 46)
- Romo Fuentes: Romo Fuentes mewawancarai Suster Lucia pada tanggal 26 Desember 1957, yang berkata kepadanya: “Romo, sang Perawan Tersuci sangat sedih karena tidak seorang pun telah mengindahkan Pesannya, baik orang-orang yang baik maupun yang jahat. Orang-orang baik terus berjalan di dalam mereka tanpa mengacuhkan Pesannya … Saya tetap tidak dapat memberikan detail lainnya karena pesan itu masih merupakan suatu rahasia. Menurut kehendak dari sang Perawan Tersuci, hanya Bapa Suci dan Uskup Fatima yang diizinkan untuk mengetahui Rahasia itu, tetapi mereka telah memilih untuk tidak mengetahuinya agar mereka tidak menjadi terpengaruh. Inilah bagian ketiga [Rahasia ketiga] dari Pesan Bunda Maria yang akan tetap dirahasiakan sampai tahun 1960.” (La Verdad sobre el Secreto de Fátima [Kenyataan tentang Rahasia Ketiga Fatima], Romo Joaquín Alonso, Edisi bahasa Spanyol, hal. 103-104)
- Romo Stein: “Kesaksian-kesaksian yang telah mengumumkan disingkapkannya Rahasia itu untuk tahun 1960 sedemikian berbobot dan banyaknya sehingga menurut kami, walaupun otoritas-otoritas gerejawi dari Fatima [pada tahun 1959, para pakar sendiri masih tidak menyadari bahwa Roma telah mengambil Rahasia itu dari Uskup Leiria dua tahun sebelumnya] belum memutuskan untuk membuka Rahasia itu pada tahun 1960, mereka sekarang akan terdesak untuk melakukannya oleh karena keadaan-keadaan ini.” (Mensagem de Fátima ]Pesan Fatima], Juli – Agustus 1959)
- Romo Dias Coelho: ” ... kami dapat menggunakan, sebagai fakta yang tidak terpungkiri, pernyataan dari Dr. Galamba de Oliveira ini (pada tahun 1953) di dalam Fátima, Altar do Mundo : “Bagian ketiga dari Rahasia itu dimeteraikan di dalam tangan Paduka Rahmat Bapak Uskup Leiria, dan akan dibuka setelah meninggalnya sang saksi mata atau selambat-lambatnya pada tahun 1960.” (L’Homme Nouveau [Manusia Baru], nomor 269, 22 November 1959)
Semua kesaksian dan pernyataan menunjukkan secara jelas bahwa Surga menginginkan agar rahasia ketiga Fatima disingkapkan kepada seluruh dunia selambat-lambatnya pada tahun 1960, karena rahasia itu akan menjadi lebih jelas pada waktu itu.
Mengapa rahasia ketiga Fatima akan menjadi lebih jelas pada tahun 1960?
Pada tanggal 25 Januari 1959, Yohanes XXIII mengumumkan bahwa ia mendapatkan suatu ilham khusus untuk seketika menghimpun suatu konsili ekumenis. (Tanggal 25 Januari, omong-omong, adalah tanggal yang sama di mana cahaya yang tidak dikenal menerangi dunia sebelum Perang Dunia Kedua, menyinari langit Eropa. Cahaya yang tidak dikenal yang muncul pada tanggal 25 Januari 1938 tersebut telah diprediksikan oleh Bunda Maria dari Fatima sebagai peringatan bahwa Allah akan menghukum dunia dengan hal-hal yang disingkapkan di dalam bagian kedua dari rahasia tersebut. Apakah fakta bahwa Yohanes XXIII menghimpun Konsili Vatikan II pada tanggal 25 Januari merupakan peringatan atas hukuman yang akan datang yang dideskripsikan oleh rahasia ketiga?)
Konsili yang dihimpun oleh Yohanes XXIII pada tahun 1959 ternyata adalah Vatikan II. Hasil-hasil dari Vatikan II yang merupakan bencana adalah hal yang dibahas di dalam buku ini. Bukankah perihal dihimpunnya konsili ini pada tahun 1959 merupakan alasan Bunda kita yang Kudus meminta agar rahasia ketiga Fatima disingkapkan pada tahun 1960? Apakah Bunda Maria sedang memperingatkan kita secara langsung tentang kemurtadan yang akan dihasilkan oleh konsili ini, yang sungguh melahirkan suatu Kontra-Gereja Katolik yang baru, yang palsu, seperti yang akan kita lihat di dalam buku ini? Memang benar, satu-satunya tanda yang besar yang telah terjadi pada tahun 1960 sehubungan dengan kemurtadan besar-besaran yang sekarang kita lalui yang akan membuat hal-hal menjadi “lebih jelas” adalah bahwa Yohanes XXIII telah mengumumkan niatnya untuk menghimpun suatu konsili baru pada tahun 1959. Menurut pandangan kami, sangat jelas adanya bahwa rahasia ketiga Fatima berkenaan dengan kemurtadan yang dihasilkan oleh suatu konsili sesat; jika tidak, rahasia ketiga tidak akan menjadi lebih masuk akal di tahun 1960, seperti yang dikatakan akan terjadi oleh Bunda kita yang Kudus.
Allah Maha Besar melalui Putranya Yesus Kristus dan Bundanya Maria ..Melakukan muzizat menunjukan Betapah Besarnya dan Baiknya Allah..Kita manusia harus berbuat baik satu dengan yang lain dan alam sekitar serta beriman Kepadanya karena daripanyalah Sumber Kehidupan Kita…Amin
Halo – memang benar bahwa orang hendaknya mengasihi orang lain dan menjaga ciptaan Allah. Namun, yang terutama, kita pertama-tama harus mengasihi/mencintai Allah. Sangat amat penting pula, terutama pada zaman kita, untuk memiliki iman Katolik sejati, yakni iman Katolik tradisional.
Mukjizat di Fatima, seperti yang dibahas pada artikel ini, adalah peringatan bagi kita dari Allah melalui Ibunda-Nya yang Terberkati, bahwa umat manusia perlu bertobat, berpenitensi dan sadar & waspada akan bidah-bidah Sekte Vatikan II, lembaga yang mengaku-mengaku Gereja Katolik, namun sebenarnya bukan.
Seperti yang ditunjukkan oleh materi kami, kita sekarang sudah berada begitu dalam pada masa akhir zaman. Orang perlu memeluk iman Katolik tradisional, sebab tanpa iman ini, orang tidak bisa selamat dan akan masuk Neraka.
Kami harap anda simak dan sebarkan materi kami berikut kepada orang lain:
https://vatikankatolik.id/mengapa-fransiskus-tidak-mungkin-paus-menerima-fransiskus-murtad/
https://vatikankatolik.id/vatikan-ii-agama-baru/
https://vatikankatolik.id/revolusi-vatikan-ii/
https://vatikankatolik.id/anti-paus-v2/
https://vatikankatolik.id/bidah-fransiskus/