Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Kemurtadan Besar dan Gereja Palsu Diprediksikan dalam Perjanjian Baru dan dalam Nubuat Katolik
Yohanes Paulus II dalam sebuah perkumpulan ‘doa’ sinkretis {pencampuran berbagai agama} bersama berbagai pemimpin-pemimpin agama sesat di Assisi pada tahun 1986. Aktivitas ‘ekumenis’ ini selalu dikecam oleh Gereja Katolik, dan secara spesifik dicap sebagai penolakan total Iman Katolik oleh Paus Pius XI pada tahun 1928. Hal ini merupakan revolusi melawan Iman Katolik, suatu hal yang merupakan ‘Injil Baru’. Apakah yang sedang terjadi di sini? Bacalah buku ini untuk tahu lebih banyak.
Di dalam Injil, Tuhan kita Yesus Kristus memberitahukan bahwa pada akhir zaman, Iman yang sejati akan hampir tidak terdapati di dalam dunia. Ia memberitahukan kita bahwa ‘di tempat kudus’ sendiri akan terdapat ‘Pembinasa Keji’ (Matius 24:15), dan sebuah penyesatan yang begitu dalam, sampai dapat menyesatkan orang-orang pilihan, sekiranya hal tersebut mungkin terjadi.
Pada tahun 1903, Paus St. Pius X berpikir bahwa ia mungkin telah melihat permulaan kejahatan yang akan terjadi sepenuhnya pada akhir zaman.
Perjanjian Baru berkata bahwa penyesatan ini akan terjadi di tengah-tengah struktur fisik Gereja, yakni di dalam ‘Bait Allah’ (2 Tes. 2:4) dan di dalam ‘tempat kudus’ (Mt. 24:15). Hal tersebut akan muncul karena orang-orang tidak menerima dan mengasihi kebenaran (2 Tesalonika 2:10).
Di dalam 2 Tesalonika 2, St. Paulus berbicara tentang akhir zaman yang ditandai kemurtadan besar yang terburuk – bahkan lebih buruk dari krisis Arian pada abad ke-4, di mana sulit sekali untuk menemukan seorang imam Katolik yang sah.
Jika krisis Arian – yang hanya merupakan perkenalan kepada Kemurtadan Besar – sebegitu besarnya, betapa lebih besar lagi Kemurtadan Besar yang dinubuatkan oleh Tuhan kita dan Santo Paulus?
St. Paulus berkata lebih jauh bahwa kemurtadan ini akan menghasilkan seorang manusia yang duduk di dalam Bait Allah “mau menyatakan diri sebagai Allah.” Lebih lanjut di dalam buku ini, kita membuktikan bahwa hal ini terjadi sungguh-sungguh kepada seseorang yang duduk di dalam Basilika St. Petrus, yang mendeklarasikan bahwa ia dan semua orang adalah Allah.
Romo Herman Kramer adalah seorang imam Katolik yang mempelajari dan menulis buku tentang Kitab Wahyu selama 30 tahun. Di dalam buku ini, ia menulis hal berikut tentang nubuat St. Paulus mengenai Antikristus yang duduk di Bait Allah.
Perhatikan bahwa Kramer berkata bahwa ‘Bait Allah’ mungkin merujuk kepada Basilika St. Petrus di Roma.
Artikel The Catholic Encyclopedia tentang ‘Antikristus’ mengindikasikan bahwa St. Bernardus percaya bahwa sang Antikristus merupakan seorang Anti-Paus:
Tetapi, biarpun seseorang tidak percaya bahwa sang Antikristus adalah seorang Anti-Paus, telah dinubuatkan bahwa kekuatan Antikristus akan merebut Roma pada akhir zaman. Pada tanggal 19 September 1846, Bunda Maria di La Salette bernubuat bahwa Roma akan kehilangan imannya dan menjadi Takhta Antikristus di dalam kemurtadan dari Iman Katolik pada akhir zaman.
Bunda Maria di La Salette, 19 Sep. 1846:
“Roma akan kehilangan Iman dan menjadi takhta Antikristus... Gereja akan terhalangi.”
Bunda Maria dari La Salette
Nubuat yang mengejutkan ini bertepatan dengan nubuat-nubuat di dalam Kitab Suci (Wahyu 17 dan 18) yang memberitahukan kita bahwa kota di atas tujuh gunung (Roma) akan menjadi seorang pelacur (Pengantin palsu Kristus), yang akan melakukan perzinaan rohani (penyembahan berhala) dan menginjak-injak darah para santo-santa (ekumenisme palsu). Sang pelacur besar yang dinubuatkan di dalam Kitab Suci bukanlah Gereja Katolik, tetapi Gereja Katolik palsu, Pengantin yang murtad dan palsu yang muncul di akhir zaman untuk menipu para umat Katolik dan menghalangi Gereja yang sejati yang para pengikutnya telah berkurang jumlahnya sampai hanya merupakan sisa {remnant}. Di dalam buku ini, kami akan mengedepankan bukti yang sangat banyak, tidak terbantahkan, dan tidak dapat dipungkiri dari dasar-dasar doktrin dan fakta-fakta sejati bahwa ‘Gereja’ yang muncul bersamaan dengan Konsili Vatikan Kedua (1962-1965) sama sekali bukan Gereja Katolik, tetapi merupakan Kontra-Gereja yang benar-benar palsu, yang menolak ajaran-ajaran dasar Gereja Katolik.
Kami akan menunjukkan bahwa para pria yang mendirikan agama Vatikan II ini dan Misa Baru sama sekali tidak Katolik, tetapi adalah bidah {penganut ajaran sesat} terang-terangan yang mengajarkan agama baru.
Bahkan, keraguan akan keaslian pesan Bunda Maria di La Salette akan dihancurkan dengan memperhatikan secara saksama bukti di dalam buku ini. Salah satunya, buku ini juga mendokumentasikan bahwa sekarang Vatikan mengajarkan bahwa para Yahudi sama sekali bebas untuk tidak percaya akan Yesus Kristus.
Hal ini mungkin mengejutkan beberapa orang, tetapi hal ini adalah sebuah fakta. Tanpa mempertimbangkan semua kemurtadan lain yang kami akan bahas di dalam buku ini, fakta ini membuktikan bahwa kata-kata Bunda Maria telah menjadi kenyataan; Roma (bukan Gereja Katolik) telah kehilangan Iman (diserahkan kepada sebuah sekte palsu yang adalah non-Katolik) dan menjadi takhta Antikristus.
Pada akhir tahun 2001, Komisi Kepausan bagi Kitab Suci merilis sebuah buku berjudul The Jewish People and Their Sacred Scriptures in the Christian Bible {Orang-orang Yahudi dan Kitab Suci Mereka di dalam Kitab Suci Kristiani}. Buku ini berargumentasi bahwa penantian para Yahudi untuk sang Mesias dibenarkan oleh Perjanjian Lama. “Penantian untuk sang Mesias dibenarkan di dalam Perjanjian Lama”, dijelaskan oleh juru bicara Paus Joaquin Navarro-Valls, “dan jika Perjanjian Lama tetap sah, maka hal tersebut tetaplah berarti juga. Hal ini berarti anda tidak dapat berkata bahwa semua orang Yahudi salah dan kita benar.” Setelah ditanya oleh para reporter jika pernyataan-pernyataan tersebut berarti bahwa sang Mesias belum datang, Navaro-Valls berkata, “Hal ini berarti adalah sebuah hal yang salah untuk seorang Katolik untuk menunggu Mesias, tetapi tidaklah salah untuk orang Yahudi.” Hal ini berarti bahwa Vatikan sekarang percaya bahwa para Yahudi benar-benar bebas untuk menolak Kristus; inilah ajaran para ‘Paus’ Vatikan II.
Anti-Paus Yohanes Paulus II ditemani rabbi Elio Toaff pada kunjungannya ke sinagoga Roma, 13 April 1986
Roma telah kehilangan Iman dan menjadi takhta Antikristus.
Tetapi bagaimanakah hal ini terjadi, dan apakah yang harus dilakukan orang-orang Katolik terhadap hal tersebut? Buku ini akan mencoba untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut secara rinci.