Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Markus 4:16-17: “Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.”
St. Agustinus (415): “Barang siapa sudi berkata bahwa bayi-bayi yang meninggalkan hidup ini tanpa mengambil bagian di dalam Sakramen [Pembaptisan] sekalipun, akan dijadikan hidup dalam Kristus, sungguh-sungguh menentang khotbah sang Rasul dan mengutuk segenap Gereja ....”
2 Petrus 3:10 – “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.”
Paus Pelagius II, surat (1) Quod ad dilectionem, 585: “Bagaimanapun, barang siapa mengusulkan, atau percaya, maupun sedemikian gegabahnya sehingga mengajarkan hal yang bertentangan dengan iman ini, hendaknya ia mengetahui bahwa ia dikutuk dan dianatemakan seturut pendapat dari para Bapa yang sama … Maka pertimbangkanlah kenyataan bahwa barang siapa belum berada dalam damai dan kesatuan Gereja, tak dapat memiliki Tuhan.” (Denzinger 246)
St. Alfonsus (sekitar tahun 1755): “Tuhan telah berjanji bahwa Ia akan mengabulkan siapa pun yang berdoa kepada-nya: Omnis enim qui petit, accipit. Tetapi Ia tidak mendengarkan doa-doa orang yang angkuh; Santo Yakobus berkata bahwa Ia melawan mereka, sedangkan Ia penuh kemurahan hati kepada orang-orang yang rendah hati; humilibus autem dat gratiam … Santo Agustinus meminta khazanah kerendahan hati dari Allah: Domine, concede mihi thesaurum humilitatis … Santa Teresa sendiri mengajarkan kita bahwa pertolongan-pertolongan terbesar yang diterimanya dari Allah, diterimanya sewaktu dalam doa, ia berdiri dengan kerendahan hati yang teramat mendalam di hadapan-Nya.”
Paus Gregorius XVI, Mirari Vos, 15 Agustus 1832: “Itulah pula tujuan yang sama yang hendak dicapai oleh kaum Waldens, Beghards, dan para pengikut Wycliffe serta para putra Belial lainnya yang sejenis, mereka yang adalah sampah dan aib umat manusia. Dan itulah sebabnya, mereka sepatutnya dijatuhi anatema yang begitu seringnya mereka dapatkan dari Takhta Apostolik.”
St. Louis De Montfort (1710): “St. Bonaventura berkata di dalam ‘Buku Mazmur’-nya bahwa barang siapa mengabaikan Bunda Maria akan meninggal di dalam dosa-dosanya dan akan menjadi terkutuk. Lantas, bila hukuman untuk mengabaikan dirinya demikian adanya, akan seperti apakah hukuman yang dipersiapkan bagi mereka yang sesungguhnya membuat orang-orang berpaling dari devosi mereka?” (Rahasia Rosario, Mawar ke-9)
Paus Pius XI (1931): “Santa Perawan Maria adalah Bunda Allah; maka dari itu, ia jauh lebih mulia dari semua malaikat, bahkan para Serafim dan Kerubim sekalipun. Dialah Bunda Allah; oleh sebab itulah ia teramat murni dan teramat suci, sehingga setelah Allah, tiada kemurnian lebih besar yang dapat dibayangkan.” (Lux Veritatis #42)
“ … Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: ‘Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.’ Ia menjawab, kata-Nya: ‘Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.” (Matius 13:36-42)
Paus Leo XII (1825): “ … sang mempelai sendiri, Yesus Kristus berkata: Barang siapa tidak mendengarkan Gereja, hendaknya ia kalian anggap layaknya seorang pagan dan seorang pemungut cukai.” (Charitate Christi #14)
“Sewaktu kita mendengar suara Allah memanggil kita untuk menjadi bajik, kita tidak boleh menunda. Iblis, ujar St. Basilius (sekitar tahun 363), tidak menganjurkan kita supaya berpaling sama sekali dari Allah, namun agar kita menunda pertobatan kita untuk masa yang akan datang. Ia mencuri waktu kita di masa kini, dan memberi kita harapan akan masa depan. Namun sewaktu tiba saatnya, ia juga mencurinya dengan cara yang sama; dan dengan demikian, dengan memberikan kita kenikmatan di masa kini, ia merampok segenap hidup kita dari diri kita sendiri.” (Komentar Haydock untuk Alkitab Douay-Rheims, hal. 1264)
St. Fransiskus Xaverius, Jan. 1548: “Di negeri ini, ada suatu bangsa yang merupakan musuh Injil; mereka ini adalah bangsa Yavar. Mereka percaya bahwa mereka beroleh hidup kekal, ketika telah menyembelih leher sesama mereka … Orang-orang Yavar ini mengorbankan banyak orang Kristiani. Salah satu pulau yang sering dikunjungi terguncang sepenuhnya oleh gempa bumi, dan pulau itu terus-menerus memuntahkan lidah-lidah api dan abu dari perutnya. Orang-orang pribumi menyatakan bahwa dahsyatnya kebakaran bawah tanah tersebut begitu besarnya, sehingga bebatuan yang menopang kota itu hampir hangus sama sekali … yang sering terjadi adalah bebatuan besar yang terbakar menyala mencurat ke udara, dan akibat besarnya bebatuan itu, tampak seperti batang pohon yang amat besar. Orang-orang pribumi bertanya kepada saya, apakah sebab dari bencana-bencana alam ini: jawab saya kepada mereka, [api bawah tanah] itu merupakan gambaran daerah dalam Neraka, yang ke dalamnya para penyembah berhala akan dicampakkan. Gempa buminya begitu dahsyat sehingga pada hari pesta Santo Mikhael Malaikat Agung, sewaktu saya sedang merayakan Kurban Suci dalam gereja, tanahnya berguncang dengan begitu hebat, sehingga saya sungguh khawatir akan menyaksikan altarnya runtuh. Mungkin Santo Mikhael pada saat itu sedang mencampakkan ke dasar jurang maut, semua malaikat jahat yang di negeri itu melawan ibadat kepada Allah benar, dan yang telah dihancurkannya dengan kuasa bala tentara surgawinya.”
Paus Leo XIII (1890): “Bahwasanya barang siapa tidak memanen bersama Gereja dan bersama Gereja Kristus, mencerai-beraikan, dan mereka yang tidak bertarung dalam persatuan dengan Dia dan dengan Gereja-Nya, dengan teramat niscaya merupakan musuh Allah” (Sapientiae Christianae #17, 10 Jan.)
Paus Leo XII, Charitate Christi (#11), 25 Des. 1825: “Sebagai contoh, penghujatan, kejahatan yang mengerikan itu. Siapakah yang pernah percaya bahwa kejahatan itu dapat terdengar di kalangan orang Kristen? Namun demikian tiada daerah mana pun di mana sumpah tidak diambil dengan gegabah, dan nama Allah yang menakutkan itu digunakan secara tidak hormat di setiap negeri. Beberapa orang bahkan berani menghujat Dia yang dimuliakan oleh para malaikat. Dengan semangat yang membara, carilah dan seranglah ketidaksalehan ini yang merupakan penghinaan yang sedemikian besarnya kepada Allah.”
St. Siprianus (252): “Gehena yang membakar untuk selama-lamanya serta hukuman dilahap oleh lidah-lidah api yang hidup akan menghanguskan orang terkutuk; pun takkan ada cara orang tersiksa itu dapat beroleh jeda ataupun akhir dari siksaan-siksaannya … takkan ada gunanya menangis, dan doa pun tak berarti.”
Paus St. Leo Agung, Khotbah 9, 444: “Lantas siapakah yang takkan gemetar ngeri akan siksaan kekal ini? Siapakah yang tak takut akan kejahatan-kejahatan yang tak pernah berkesudahan?”
Paus Pius IX, Nostis et Nobiscum, 8 Des. 1849:
“Itulah sebabnya para bidah dari zaman kuno dan kaum Protestan dari zaman modern, yang sedemikian terpecah-belahnya di dalam opini-opini mereka, selalu setuju dalam hal menyerang otoritas Takhta Apostolik; Takhta yang sama sekali tidak pernah dapat mereka bujuk dengan suatu tipu daya maupun dengan suatu muslihat pun untuk menolerir satu pun dari kesalahan-kesalahan mereka.”
^