^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Kisah Penampakan Bunda Maria di Syiluva, Lituania
Catatan penerjemah ke bahasa Indonesia: nama tempat Syiluva ditulis demikian agar sesuai dengan lafal bahasa asalnya, bahasa Lituania, Šiluva, yang dibaca syi – lu – va (sy- dilafalkan seperti syair, syiar). Tempat ini sering ditulis di bahasa-bahasa lain sebagai Siluva.
Kisah Penampakan Bunda Maria di Syiluva, Lituania
Sudah ada banyak kisah penampakan Bunda Maria di dunia ini. Abad demi abad berganti, berbagai mukjizat penampakan Ratu Surga kirana di bumi yang terjadi tak terhitung itu telah menjadi sensasi baik bagi orang percaya maupun tidak percaya. Namun bagi warga Lituania, tiada penampakan Bunda Maria yang lebih mereka sayangi, selain yang terjadi di negeri mereka sendiri lebih dari tiga ratus tahun lalu.
Syiluva Sebelum Penampakan Ini
Syiluva adalah sebuah desa yang terletak di bawah naungan hutan rimbun Lituania Tengah.
Syiluva dahulu kala pernah disebut dengan nama Buda. Di kemudian hari, warga desa itu mengganti namanya menjadi Syiluva. Selama bertahun-tahun, di bawah pengaruh Polandia, desa itu berganti nama menjadi Syidlava, nama yang sekarang masih digunakan oleh banyak warga Lituania yang sudah sepuh. Akhirnya, ketika tiba masa Kemerdekaan, nama Syiluva pun digunakan.
Gereja paroki pertama di Syiluva dibangun pada tahun 1457 oleh Petrus Giedgaudas-Gostautas, seorang mantan kastelanus (pemerintah kastil) kota Vilnius. Gereja tersebut dikonsekrasi dalam penghormatan kepada Kelahiran Santa Perawan Maria serta Santo Petrus dan Bartolomeus (orang kudus pelindung pihak pendirinya). Ketika gereja ini dulu habis terbakar, dibangunlah gereja barunya pada tahun 1500 oleh Yohanes Zavisa, salah seorang keturunan Gostautas.
Di tahun 1532, seseorang yang juga bermarga Gostautas bernama Melkior, penguasa rumah bangsawan Syiluva, menjadi seorang Kalvinis. Karena orang ini besar pengaruhnya, banyak warga sekitar menjadi pengikutnya. Dalam pergulatan Katolik dengan Kalvinis ihwal menjangkau lebih banyak orang, agama Katolik lambat laun memudar. Yang patut disayangkan juga, gereja Katoliknya lagi-lagi habis terbakar di tahun 1536. Kebutuhan para umat lantas harus dipenuhi oleh sebuah kapel kecil sementara, karena tidak ada orang yang hendak membangun gereja baru.
Bukan di Syiluva saja, namun di seluruh Lituania, kaum ningrat yang merupakan pembangun gereja-gereja menganut Protestantisme. Protestantisme telah menyebar ke Lituania dari Prusia, negara tetangganya. Warga Prusia sudah sejak sebelumnya menganut Protestantisme. Mereka pun belajar bahasa Lituania dan pendeta-pendeta Protestan kemudian dilatih di Universitas Karaliaucius (Koenigsberg) khusus untuk Lituania. Kondisi studi yang sangat menarik lalu memikat banyak orang muda Lituania. Para putra kaum ningrat Lituania yang pada waktu itu belajar di Koenigsberg dan universitas-universitas Protestan lainnya, memandang doktrin-doktrin baru itu menarik. Sekembalinya ke kediaman mereka di Lituania, mereka pun menjadi pendakwah yang penuh semangat dalam keyakinan baru mereka. Dari tempat kediaman mereka itu, Kalvinisme menyebar luas di Lituania. Pada akhirnya, orang-orang Protestan pun menggunakan kekerasan: mereka menyerang warga Katolik, merampok dan bahkan membakar gereja-gereja mereka serta menyita perbendaharaan gereja.
Inilah yang terjadi di Syiluva. Sofia Morkuniene-Vnuckiene, istri marsekal Rietava, membeli tempat kediaman Zavisa serta semua desa-desanya. Penulis dan patriot Lituania, Uskup M. Valancius, menulis tentang perempuan itu:
Peti tersebut memuat sebuah gambar Bunda Maria, piala-piala, sebuah kasula dan dokumen-dokumen gereja.
Dengan demikian, umat Katolik Syiluva kehilangan gereja dan pemimpin mereka. Tidak ada orang yang bisa mereka datangi untuk mendapat penghiburan, nasihat ataupun perantaraan. Domba-domba kehilangan gembala. Uskup Valancius lalu berkata bahwa orang-orang Kalvinis Syiluva bahkan memaksa anak-anak kecil untuk menerima keyakinan-keyakinan mereka.
Penampakan Bunda Allah
Pada suatu hari di tahun 1608, beberapa anak gembala sedang mengawasi ternak di padang dekat Syiluva. Delapan puluh tahun sebelumnya, ada sebuah gereja Katolik yang berdiri dekat tempat merumputnya binatang-binatang ini dengan tenteram. Pada hari istimewa itu, anak-anak gembala melihat seorang wanita muda di atas batu besar dekat tempat mereka sering bermain. Wanita itu mengenakan jubah mengalir berwarna putih seperti bakung, rambutnya yang panjang terjuntai dengan anggun pada bahunya. Di lengannya, ia membuai seorang Bayi yang sedang tidur. Air mata bercucuran pada pipi wanita itu seraya dirinya menangis.
Anak-anak itu pun takut dan tidak ada yang berani menghampiri wanita yang menangis itu. Mereka mengutus salah seorang untuk pergi pulang ke desa, memberi tahu pendeta Kalvinis tentang penglihatan yang mereka alami. Pendetanya menertawakan si anak dan menyuruhnya kembali ke padang. Di sore hari, sekembalinya anak-anak ke desa, mereka memberi tahu orang tua serta tetangga mereka tentang penglihatan aneh yang mereka dapati itu.
Penasaran karena cerita anak-anak itu, pada hari berikutnya banyak penghuni Syiluva berkumpul di tempat terjadinya penampakan tersebut. Pendeta Kalvinis dan pembantunya, Salomo, juga bergegas ke tempat itu. Mereka menegur orang-orang karena keluguan mereka serta kecenderungan mereka untuk percaya khayalan seperti anak-anak. Kalau pun ada terjadi penampakan, itu hanyalah daya kerja Iblis, yang hendak memancing mereka supaya meninggalkan iman sejati Kalvinis mereka.
Ketika umat sedang dimarahi, tiba-tiba semua orang yang hadir di sama melihat wanita cantik yang digambarkan anak-anak itu, berdiri di atas batu berwarna gelap, mendekap seorang Bayi ke dadanya seraya menangis.
Si pendeta bertanya:
Jawab wanita itu:
Dua Peristiwa Ajaib
Pada waktu terjadinya penampakan-penampakan Bunda Maria, semangat Protestantisme sudah agak meredup di seluruh Lituania. Umat Katolik mulai bangkit dan menuntut hak-hak mereka atas gereja-gereja mereka yang telah lenyap. Di tahun 1588, pada masa pemerintahan Raja Sigmundus III, Parlemen Nasional mendekretkan bahwa semua tanah dan properti gereja yang disita oleh Protestan, harus dikembalikan kepada Katolik. Umat Katolik mulai menggugat hukum orang Protestan atas properti sah kepunyaan Katolik. Dengan demikian, Kanonik Yohanes Kazakevicius memenangkan kembali gereja paroki Kelme dari orang-orang Kalvinis. Ia mulai mengambil langkah untuk memenangkan kembali gereja di Syiluva. Namun kanonik itu tidak punya dokumen properti gereja di Syiluva atau penyitaannya.
Ada seorang pria tua buta usia seratus tahun lebih yang hidup di salah satu desa dekat Syiluva. Ia berkata, bahwa penampakan-penampakan itu terjadi di situs telah terbakarnya gereja Katolik tua pada tahun 1536. Beberapa harta gereja yang sempat diselamatkan, telah dikubur dalam sebuah peti kayu ek di sekitaran tempat itu juga. Pria tua itu mendesak orang-orang supaya jangan mendengarkan penjelasan-penjelasan menyesatkan dari pihak Protestan perihal penampakan-penampakan itu.
Penampakan-penampakan wanita yang menangis serta kisah dari pria tua itu menjadi buah bibir setiap orang. Desas-desusnya sampai pada kekanseliran dioses Samogitia dan Kanonik J. Kazakevicius, yang datang ke Syiluva untuk berbicara dengan warga. Pertama-tama, ia tidak percaya mereka, namun ketika ditemukan sebuah dokumen di ibu kota kabupaten Raseiniai, yang memuat kalimat berikut:
Kanonik Kazakevicius menyalin buktinya dan kembali ke Syiluva. Warga segera membawa Kanonik menemui si pria tua. Sesudah mendengarkan ceritanya, Kanonik itu meminta pria tua menunjukkan tempat berdirinya gereja Katolik di sana dahulu kala. Setibanya di tempat penampakan, terjadilah suatu peristiwa luar biasa: penglihatan pria tua itu sembuh, tidak lagi dia perlu dituntun. Si pria tua jatuh berlutut dan dengan penuh sukacita bersyukur kepada Tuhan atas pertolongan besar ini, mukjizat pulihnya penglihatannya. Lalu, ia menunjukkan tempat dikuburnya peti tersebut. Letaknya ada di samping batu tempat Sang Perawan dulu tampak. Peti itu pun digali dari dalam tanah dan rupa-rupanya memuat sebuah gambar Santa Perawan Maria, sebuah kasula serta bukti dokumen bahwa di tahun 1457, Petrus Giedgaudas telah mendonasikan tanah itu dan mendirikan sebuah gereja bagi warga Syiluva.
Dengan demikian, terjadi dua peristiwa luar biasa pada tempat penampakan: pria tua pulih penglihatannya dan dokumen-dokumen serta harta gereja ditemukan. Kanonik Kazakevicius memerlukan dokumen-dokumen itu untuk memulai proses hukum melawan orang-orang Kalvinis.
Kasus Hukum Melawan Kalvinis
Setelah mengumpulkan bukti yang diperlukan, Kanonik Kazakevicius menggugat hukum orang-orang Kalvinis di pengadilan Raseiniai pada tahun 1612. Ia menuntut dikembalikannya gereja Katolik Syiluva bersama semua propertinya. Pada waktu itu, ia dilantik sebagai pastor Syiluva.
Akibat kekayaan serta pengaruh kaum Protestan, kasus itu berjalan sepuluh tahun lamanya. Pada akhirnya, di tahun 1622, Mahkamah Agung Vilnius mengeluarkan putusan yang mendukung umat Katolik. Mahkamah Agung Vilnius juga menyusun sebuah komite untuk menentukan jumlah kerugian yang harus diganti bagi umat Katolik, atas perampasan serta penggunaan properti mereka secara tidak sah. Komite itu terdiri dari Uskup S. Kiska, palatinat M. Kiska, J. Valavicius, tetua Samogitia serta K. Narusevicius, bendahara Lituania.
Kaum Protestan melawan keputusan komite itu dan berupaya menunda pelaksanaannya selama mungkin. Uskup Kiska meminta palatinat M. Kiska agar menyegerakan perkaranya. Seorang juru survei diutus ke Syiluva, dan di hadapan Kanonik Kazakevicius serta para perwakilan Kalvinis, ia menentukan batasan-batasan paroki seturut hibah yang dibuat oleh Giedgaudas. Komite yang disusun oleh Mahkamah Vilnius itu pun menentukan, bahwa umat Katolik harus diberi 9.000 keping emas sebagai ganti ruginya. Kaum Kalvinis tidak mampu membayar jumlah sebesar itu. Pada akhirnya, dengan perantaraan Pangeran K. Radvila, mereka membayar Uskup S. Siska 3.000 keping emas dan mengembalikan tanah milik gereja. Umat Katolik pun menihilkan sisa kerugiannya. Ini merupakan buah-buah pertama kemenangan dalam pertarungan melawan orang-orang Kalvinis Syiluva.
Namun perjuangannya masih belum berakhir. Pada tahun 1669, pastor Syiluva, Reverendus Sviekauskas, mengutus asistennya, Reverendus Siernauskas, bersama sekelompok umat paroki untuk mengklaim tanah milik paroki yang dulu dirampas secara tidak sah oleh kaum Protestan. Orang-orang Protestan melawan dan tidak mau menyerahkan tanahnya. Ketika sedang berlangsung pertarungan itu, pastor paroki mengalami cedera dan sebuah gambar Penyaliban yang terbuat dari kayu, dan didonasikan oleh Uskup A. Sapiega di tahun 1663, tertembus peluru.
Ketika Uskup Pacas dari Samogitia sedang menghadiri upacara pemahkotaan Raja Mikhael Kaributas Visneveckis, ia mengeluhkan pengkhianatan Protestan ini kepada parlemen. Orang-orang Protestan pun didenda 13.000 keping emas oleh Sri Raja. Uangnya digunakan untuk membangun gereja-gereja Katolik di Siluva dan Kelme.
Keajaiban Ketiga
Kemenangan pada kasus-kasus pengadilan serta pulihnya sebuah gereja secara kebetulan, bukanlah kemenangan besar bagi pihak Katolik ataupun kekalahan telak pihak Protestan. Memang benar bahwa Sri Raja kemudian mendukung Gereja Katolik. Namun, kalau bukan karena pertolongan Allah yang terwujud secara istimewa, boleh diragukan apabila Lituania bisa tetap Katolik seperti pada hari ini.
Uskup V. Brizgys menulis dalam artikelnya yang berjudul, “Kami Angkat Suara kepada Anda:
Kembalinya Lituania dari kegelapan Protestantisme kepada terang Katolisisme berlangsung dengan kecepatan luar biasa: satu-satunya sebab yang mungkin membuatnya terjadi adalah daya kerja rahmat Allah dalam jiwa-jiwa yang dibangunkan oleh penampakan-penampakan di Syiluva. Kabar tentang penampakan-penampakan itu bergaung di seluruh negeri bagaikan nada-nada sangkakala yang memanggil orang-orang supaya pulang ke Gereja Sejati. Haru karena air mata Maria, orang-orang menuruti panggilannya dan kembali kepada Putranya, Yesus.
Setelah memenangkan kasus melawan orang-orang Protestan, Kanonik Kazakevicius membangun sebuah kapel kecil dari bahan kayu di Syiluva. Bangunan itu tampaknya cukup untuk jumlah umat beriman yang sedikit di sana. Ia tahu bahwa keberhasilan misi dan karya penggembalaannya lebih bergantung pada rahmat Allah, ketimbang usaha manusia. Uskup Valancius mengingatkan kita tentang hal ini, ketika ia menulis:
Dalam mengomentari penampakan sang Perawan Suci, Uskup Brizgys melanjutkan:
Bangsa Polandia dan Lituania dulu telah begitu porak-poranda akibat serangan-serangan dari Swedia dan Rusia, perang dan wabah penyakit, sehingga raja serta majelisnya putus asa dalam menyelamatkan negeri mereka. Peristiwa-peristiwa di Syiluva diketahui secara universal. Semua orang melihat mukjizat nyata yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa itu dalam roh bangsa Lituania.
Kami tidak akan mengklaim bahwa Raja Kasimirus terpengaruh oleh peristiwa di Syiluva, namun, pada 1 April 1656, ia mengonsekrasikan dirinya sendiri serta tanah Polandia serta Lituania yang ada di bawah perintahnya, kepada perlindungan Perawan Suci dan menyerukan sang Perawan sebagai pelindung negaranya.
Sudah menjadi fakta historis bahwa beberapa tahun setelah peristiwa konsekrasi ini, negara Swedia dan Rusia menandatangani perjanjian damai dengan Polandia dan Lituania.
Di tanggal 13 Mei pada tahun yang sama, Paus Aleksander VII dalam sepucuk surat bulla kepausan menyetujui konsekrasi yang dilakukan oleh Yohanes Kasimirus ini. Baik di Polandia maupun Lituania, Santa Perawan Maria dihormati dengan gelar baru – gelar “Pelindung nasional.” (Sv. Kaz. Aidai, 1953 no. 5).
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, gereja Syiluva beroleh kembali lonceng yang bertuliskan kata-kata: “O florens Rosa, Mater Dei speciosa” (Ya Mawar merekah, Bunda Allah yang teramat suci). Ini adalah lonceng simbolis, setiap dentangnya mengingatkan orang-orang tentang penampakan-penampakan Maria. Air matanya serta karunia-karunia yang didatangkannya: berkat istimewa dari Allah bagi Syiluva dan seluruh bangsa Lituania.
Sebuah Monumen bagi Bunda Maria
Salah satu bangunan tercantik di Syiluva adalah kapel yang didirikan pada situs penampakan. Pada awalnya, Rev. S. Giedraitis sudah mendirikan sebuah kapel kecil yang terus berdiri di tempat itu sampai tahun 1912. Tidak memungkinkan untuk membangun kapel lebih besar. Alasan pertamanya adalah orang-orang Protestan, dan kemudian, orang-orang Rusia, yang merintangi pekerjaan itu serta tidak mengizinkan perubahan satu pun dan bahkan melarang devosi kepada Bunda Maria. Pemerintahan Rusia baru melonggarkan restriksi-restriksi ini di awal abad ke-20.
Pembangunan Kapel Penampakan yang berdiri dewasa ini dulu dimulai oleh Rev. M. Jurgaitis, pastor paroki Syiluva, yang menugaskan Antanas Visvulkis dari Paris, seorang arsitek dan seniman terkenal asal Lituania, untuk menggambar rancangannya. Sketsa awal kapel itu tuntas pada tahun 1903, namun kerja konstruksinya baru dimulai pada tahun 1912. Mons. J. Maciulis-Maironis, penyair nasional Lituania, memberkati batu landasannya pada 2 Juli 1912.
Penuntasan kapel itu ditunda oleh banyak kesulitan: Perang Dunia I, kematian arsitek dan rekonstruksi pasca-perang di tanah yang dilanda pertempuran. Kendati ada kendala-kendala ini, kapel itu pada akhirnya tuntas dan diberkati pada 8 September 1924.
Perpaduan antara salib-salib Lituania dan gapura Mesir, kapel itu berukuran 20 meter persegi. Menaranya ditopang oleh empat tiang penyangga interior, yang menjulang setinggi 44 meter. Altar kapelnya berdiri di atas batu yang sama tempat Bunda Allah menampakkan diri. Umat biasanya mendekati batu itu sambil berlutut dan mengecupnya.
Patung Bunda Maria, Ratu nan Jaya Penyelamat bangsa Lituania dari Protestantisme, tergantung tinggi di atas altar. Pada masa penindasan dari kubu Tsar, patung ini jugalah yang mengacaukan rencana Rusia untuk membangun kapel Ortodoks di Syiluva.
Selama berlangsungnya devosi-devosi, peziarah dalam jumlah banyak dulu terbiasa berkumpul di sebuah lapangan besar milik pribadi di seberang gereja. Orang-orang Rusia sebelumnya berencana membangun gereja mereka di lapangan ini. Mendapat kabar rencana mereka ini, Rev. Jurgaitis membeli lapangan tersebut, memagarinya dan memasang patung Santa Perawan Maria. Marah, orang-orang Rusia menuntut pastor itu di pengadilan untuk mencoba mengangkat patung tersebut. Dalam komplain mereka, orang-orang Rusia menyatakan bahwa sang pastor telah memasang sebuah patung bermukjizat Santa Perawan Maria di lapangan milik umum. Mereka tidak salah, sebab hampir secara bermukjizat, pastor itu menang dalam perkara ini. Dengan demikianlah Syiluva diselamatkan dari usaha orang-orang Rusia untuk mengonversikan umat masuk Ortodoksi.
Pemberian Mahkota bagi Gambar Bermukjizat
Uskup M. Valancius menulis bahwa “banyak orang mencari pertolongan Maria dan pergi ke Syiluva setiap harinya. Hampir semua menerima yang mereka inginkan” (Zem. Vysk. hal. 122).
Syiluva terkenal karena gambar bermukjizat Bunda Maria yang dia punya. Bahkan sebelum penampakan-penampakan Bunda Maria terjadi, gambar ini sudah sangat dihormati oleh para umat. Pada puncak pemberontakan Protestan, gambar itu disembunyikan bersama harta benda gereja lainnya.
Gambar Bermukjizat Syiluva
Sudah berlalu waktu hampir seabad dan orang-orang telah melupakan Bunda mereka serta gambar bermukjizatnya. Ia lalu datang secara pribadi dari Surga mencari para umatnya, dan bocah gembala datang untuk membimbing mereka.
Hanya ketika orang-orang melihat Marialah, mereka ingat lukisan bermukjizatnya yang telah disembunyikan demi menyelamatkannya dari penistaan. Gambar itu sekali lagi dikembalikan kepada gereja.
Pertolongan-pertolongan Maria di Syiluva terus-menerus bertambah dan berbagai mukjizat kesembuhan menarik para peziarah dari seluruh negeri Lituania. Dengan demikian, sumber pertolongan-pertolongan luar biasa ini lantas perlu disetujui oleh Gereja. Reverendus T. Bukota, pastor Syiluva, berkonsultasi dengan Uskup Giedraitis. Bapak Uskup segera memerintahkan agar sebuah komite khusus menginvestigasi perkara itu, agar “boleh dipastikan di tempat itu, apabila rumor yang disebarkan manusia telah menjadikan gambar Syiluva terkenal, ataukah orang-orang sungguh telah menerima pertolongan-pertolongan bermukjizat” (Zem. Vysk. hal. 122).
Ketika komite keuskupan tiba di tempat, mereka menemukan:
Usai mengumpulkan dan memeriksa semua kesaksian yang tersedia, komite itu membuat laporan kepada Bapak Uskup, yang mengirimkannya kepada Paus Pius VI, bersama sebuah petisi agar gambar Bunda Maria juga disetujui sebagai gambar bermukjizat. Bapak Uskup juga memohon izin untuk memahkotai gambar tersebut sebagai Ratu dan meminta Sri Paus untuk memberkati mahkotanya. Setelah dilakukan investigasi yang memuaskan, Bapa Suci mengumumkan bahwa gambar Maria di Syiluva adalah gambar bermukjizat serta mengaruniakan indulgensi-indulgensi penuh di tanggal 8 September, pesta Kelahiran Bunda Maria serta memperbolehkan perayaan sepanjang satu oktaf penuh. (Indulgentia plenaria – Bulla Pii VI A. D. 1775, augusti 15 d.). Bapa Suci juga memberi izin memahkotai gambar tersebut. Selain itu, Sri Paus juga mengaruniakan banyak privilese khusus bagi gereja Syiluva. Pastornya, Rev. T. Bukota dijadikan Protonotaris Apostolik dengan privilese khusus untuk merayakan Misa dengan jubah keuskupan tiga kali setahun. Privilese ini bersifat pribadi dan tiap pastor baru harus menerimanya secara pribadi dari Sri Paus.
Setelah menerima Surat Bulla Kepausan, Uskup Giedraitis mulai merencanakan perayaan sederhana. Dalam bukunya, Zemaiciu Vyskupyste, Uskup Valancius menulis bahwa “usai menerima Surat Bulla Kepausan, Bapak Uskup membuat sebuah mahkota dari emas murni seberat satu pon, dan mengeluarkan sepucuk surat yang mendesak seluruh umat beriman Samogitia, terutama kaum ningrat, untuk memastikan keberhasilan perayaan tersebut dengan donasi mereka. Dalam surat kedua, ia mengumumkan bahwa pemberian mahkota kepada gambar bermukjizat di Syiluva itu akan berlangsung di 8 September 1776 dan menasihati seluruh umat beriman agar berpartisipasi dalam upacara-upacaranya” (Zem. Vysk. hal. 122).
Lebih dari 30.000 orang dari Lituania dan Polandia serta negara-negara lainnya menghadiri upacara-upacara pemberian mahkota itu. Banyak imam, prelat serta pejabat pemerintahan hadir pula. Uskup Giedraitis sendiri melaksanakan upacara-upacara pemahkotaannya, yang bermula dengan sebuah perarakan di seputar gereja. Usai perarakan, Uskup Giedraitis meletakkan mahkota emas di atas gambar bermukjizat Bunda Allah. Ia lalu merayakan Misa Meriah khidmat kepausan dalam penghormatan kepada Perawan Suci. Upacara-upacara ini merupakan awal mula devosi-devosi tahunan terkenal di Syiluva.
Gambar Bermukjizat dengan Mahkota Emas
Pemberian mahkota kepada gambar Maria tampak bagi para umat seperti penampakan baru Bunda Maria di bumi.
Gambar bermukjizat Syiluva tidak hanya terkenal di Lituania saja, namun juga di negara-negara Slavia tetangga dan bahkan di Eropa Barat pula, terutama setelah Paus Pius VI mengiakan kuasakuasa mukjizatnya. Kabar pemahkotaan itu juga bergaung di seluruh Eropa dan menjadikan Syiluva, tempat di Lituania itu terkenal.
Gereja Syiluva Dewasa Ini
Gambar Maria bermukjizat itu selalu berada di dalam gereja paroki dan bukan di Kapel Penampakan.
Usai dimenangkannya gugatan hukum melawan Protestan, Kanon J. Kazakevicius membangun gereja paroki pertama. Gereja ini segera menjadi terlampau kecil bagi para umat. Gereja kedua dari kayu, yang ukurannya jauh lebih besar, dibangun pada tahun 1651 dan berdiri selama 140 tahun sampai gereja sekarang ini tuntas.
Dimulai pada tahun 1760 oleh Rev. J. D. Lapacinskas, gereja barok serupa katedral sekarang ini dituntaskan oleh Rev. T. Bukota, yang kemudian menjadi uskup. Gereja ini didekorasi oleh Rev. Podgaiskis, yang lahir di Garding dan belajar karya seni di Italia. Patung-patung, relief-relief rendah, fresko-fresko, mural-mural serta jendela-jendela berkaca patrinya memerlukan waktu 25 tahun hingga tuntas. Tembok gereja berwarna abu-abu kekuningan lembut dan tiang-tiangnya terbuat dari marmer imitasi. Ketujuh altarnya dikonsekrasi kepada Santa Perawan Maria, Hati Kudus Yesus, Santo Fransiskus, para Malaikat Penjaga, Santo Yohanes dan Ana, Santo Aloysius dan Keluarga Kudus.
Di atas tabernakel altar utamanya, tergantung lukisan bermukjizat Perawan Maria. Gambar itu ditutupi dengan selubung emas dan hanya diperlihatkan kepada umat beriman pada saat devosi berlangsung. Di waktu lain, gambar itu tetap ditutup. Sebuah lukisan yang menggambarkan penampakan-penampakan di Syiluva tergantung di atasnya.
Pada sisi lain dari altar utama itu, terdapat patung St. Yosef (mempelainya dan pelindungnya), serta St. Yoakhim, bapaknya.
Di dalam gereja ini, terdapat pula sebuah kapel yang memuat semua perbendaharaan historis yang terkait dengan penampakan-penampakan Bunda Maria di Syiluva. Di atas altarnya, ada patung Santa Perawan Maria. Patung itu dibawa dari Inggris dan selama bertahun-tahun berdiri di dalam Kapel Penampakan yang terbuat dari kayu. Di ujung lain, pada rak yang berada di bawah kaca, terdapat peti kayu ek yang digali di dekat batu tempat Bunda Maria menampakkan diri; sebuah kasula kuno berwarna putih yang ditemukan di dalam peti itu; jubah keuskupan milik Protonotaris Apostolik, yang digunakan untuk perayaan Misa-Misa Kepausan dengan izin khusus kepausan serta gambar Penyaliban Tuhan kita dari kayu yang tertembus peluru dan didonasikan oleh Uskup A. Sapiega.
Dokumen-dokumen yang ditemukan di dalam petinya tidak pernah dikembalikan oleh pengadilan.
Disadur dari sumber berbahasa Inggris:
Francis J. Jancius, MIC., The Story of Siluva: The First Apparition of Our Lady in Europe [Kisah Syiluva: Penampakan Pertama Bunda Maria di Eropa], Imprimatur oleh Kardinal Samuel Stritch, Uskup Agung Chicago, 27 Agustus 1957.
St Aloysius Gonzaga doakanlah kami. Bantulah kami maju dalam mengutamakan kerendahan hati setiap hari. 🙏
Kita 2 mingguBaca lebih lanjut...Pengamatan menarik. Lebih relevan lagi karena banyak dari materi kami membahas bidah-bidah & kemurtadan Vatikan II, yang melibatkan orang-orang yang mengaku Katolik, padahal sebenarnya tidak, karena banyak dari mereka telah...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Berarti anda tidak paham ttg arti katholik, jadi anda belajar yg tekun lagi spy cerdas dlm komen
Orang kudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Anda bahkan tidak percaya bahwa Yesus mendirikan Gereja Katolik, dan anda menyebut diri Katolik. Sungguh sebuah aib. Yesus jelas-jelas mendirikan Gereja di atas Santo Petrus (Mat. 16:18-19), yakni Gereja Katolik,...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Membaca artikel-artikel di Website ini, aku ingat satu ayat di Kitab Amsal. "Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati."...
St. Paul 3 bulanBaca lebih lanjut...Saya katolik, tetapi hanya perkataan Yesus yang saya hormati, yaitu tentang cinta kasih. Yesus tidak mendirikan gereja katolik. Anda paham arti cinta kasih? Cinta kasih tidak memandang. Tuhan meminta kita...
Kapten.80 3 bulanBaca lebih lanjut...Terimakasih atas artikelnya, saya semakin mengerti perjalanan kerajaan raja salomo
Novriadi 4 bulanBaca lebih lanjut...Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...