Paket $5.00: Termasuk 2 Buku dan 14 Program DVD (Harga Termasuk Ongkos Kirim)

Beli Seharga $5.00

Bantu Kami Menyelamatkan Jiwa-Jiwa
DONASI

Inilah Penjelasan untuk Kebingungan & Krisis Pasca-Vatikan II
TONTON VIDEO

“Pesulap”: Bukti Keberadaan Dunia Rohani
TONTON VIDEO

Inilah Antikristus!
TONTON VIDEO

Bukti yang Mengagumkan untuk Allah - Bukti Ilmiah yang Membantah Evolusi
TONTON VIDEO

Mengapa Neraka Harus Abadi
TONTON VIDEO

Babel Sudah Jatuh, Sudah Jatuh!!
TONTON VIDEO

Salah Kaprah Orang-Orang Kristen Palsu tentang Efesus
TONTON VIDEO

Penciptaan dan Mukjizat - Versi Kompak
TONTON VIDEO
^
Kunci St. Petrus dan Imannya yang Tidak Pernah Akan Gugur
Adalah suatu fakta dari sejarah, Kitab Suci, dan tradisi bahwa Tuhan Kita Yesus Kristus mendirikan Gereja-Nya yang universal (Gereja Katolik) di atas St. Petrus.
Tuhan kita membuat St. Petrus sebagai Paus pertama, memercayakan kepadanya semua kawanan domba-Nya, dan memberikan otoritas tertinggi kepadanya di dalam Gereja Kristus yang universal.
Yesus memercayakan semua domba-Nya kepada St. Petrus.
Dan dengan otoritas tertinggi yang dianugerahkan kepada St Petrus (dan para penerusnya, yaitu para Paus), terdapat hal yang dinamakan Infalibilitas Kepausan. Infalibilitas Kepausan tidak terpisahkan dari Supremasi Kepausan – tidak ada gunanya bagi Kristus untuk membuat St. Petrus kepala dari Gereja-Nya (sebagaimana yang dilakukan Kristus secara jelas) jika St. Petrus atau para penerusnya, para Paus dapat bersalah sewaktu menjalankan otoritas tertinggi tersebut untuk mengajarkan hal tentang Iman. Otoritas tertinggi tersebut harus tidak boleh membuat kesalahan akan hal-hal yang mengikat berkenaan dengan Iman dan moral, dan jika tidak, hal tersebut sama sekali bukanlah otoritas sejati dari Kristus.
Infalibilitas Kepausan tidak berarti bahwa seorang Paus sama sekali tidak berbuat salah dan hal tersebut tidak berarti seorang Paus dapat kehilangan jiwanya dan terkutuk di dalam Neraka akibat dosa berat. Hal tersebut berarti bahwa para penerus St. Petrus (para Paus Gereja Katolik) tidak dapat berbuat salah sewaktu mereka mengajar secara otoritatif tentang sebuah poin yang menyangkut Iman atau moral yang harus dipercayai seluruh Gereja Kristus. Kita menemukan janji akan iman St. Petrus dan para penerusnya yang tidak pernah gugur, yang disebutkan oleh Kristus di Lukas 22.
Iblis hendak menampi para Rasul (jamak) seperti gandum, tetapi Yesus telah berdoa untuk St. Petrus (tunggal), agar imannya jangan gugur. Yesus berkata bahwa St. Petrus dan para penerusnya (para Paus dari Gereja Katolik) memiliki iman yang tidak pernah gugur sewaktu mengajarkan suatu poin tentang iman atau moral yang harus dipercayai oleh seluruh Gereja Kristus.
Dan kebenaran ini telah dipercayai sejak masa-masa awal Gereja Katolik
Kata “infalibel” sebenarnya berarti “tidak dapat gagal” atau “tidak dapat bersalah”. Oleh karena itu, istilah Infalibilitas Kepausan berasal secara langsung dari janji Kristus kepada St. Petrus (dan para penerusnya) di Lukas 22, bahwa Petrus memiliki suatu iman yang tidak akan pernah gugur. Walaupun kenyataan ini telah dipercayai sejak awal Gereja, hal tersebut secara khusus didefinisikan sebagai suatu dogma pada Konsili Vatikan I di tahun 1870.
Tetapi bagaimanakah seseorang mengetahui kapan seorang Paus menggunakan Imannya yang tidak pernah gugur untuk mengajarkan secara infalibel dari Takhta St. Petrus? Jawabannya adalah bahwa kita mengetahuinya lewat gaya bahasa atau cara yang digunakan oleh Paus sewaktu ia mengajar. Vatikan I mendefinisikan dua persyaratan yang harus dipenuhi: 1) sewaktu Paus menjalankan tugasnya sebagai gembala dan pengajar seluruh umat Kristiani sesuai dengan otoritas apostoliknya yang tertinggi; 2) sewaktu ia menjelaskan suatu doktrin tentang iman atau moral yang harus dipercayai seluruh Gereja Kristus. Seorang Paus dapat memenuhi kedua persyaratan tersebut dengan satu kalimat, yaitu dengan menganatemakan {mengutuk} pendapat yang sesat (seperti di dalam berbagai konsili yang dogmatis) atau dengan berkata “Dengan otoritas apostolik kami, kami menyatakan...” atau dengan berkata “Kami percaya, mengakui, dan mengajarkan” atau dengan menggunakan kata-kata yang sama pentingnya dan sama maknanya, yang menunjukkan bahwa sang Paus sedang mengajarkan seluruh Gereja tentang Iman dengan cara yang definitif dan mengikat.
Maka, sewaktu seorang Paus mengajar dari Takhta Petrus dengan cara yang dijelaskan di atas, ia tidak dapat bersalah. Jika ia dapat bersalah, maka Gereja Kristus dapat secara resmi dituntun ke dalam kesalahan, dan janji Kristus kepada St. Petrus dan Gereja-Nya gagal (suatu hal yang tidak mungkin). Apa yang diajarkan dari Takhta Petrus oleh para Paus dari Gereja Katolik adalah ajaran dari Yesus Kristus sendiri. Dengan menolak apa yang diajarkan para PAus dari Takhta Petrus, seseorang membenci Yesus Kristus sendiri.
TAKHTA PETRUS MENGUCAPKAN KEBENARAN YANG DISAMPAIKAN KRISTUS SENDIRI
Kebenaran-kebenaran tentang iman yang telah dikhotbahkan oleh para Paus yang berbicaa secara infalibel dari Takhta Petrus disebut dogma. Kumpulan dogma disebut deposit Iman. Dan deposit Iman tersebut berakhir dengan kematian rasul terakhir.
Hal ini berarti bahwa sewaktu seorang Paus mendefinisikan sebuah dogma dari Takhta Petrus, ia tidak membuat dogma tersebut benar, melainkan ia menyatakan apa yang memang sudah benar, apa yang sudah diwahyukan oleh Kristus dan disampaikan kepada para Rasul. Dogma-dogma, oleh karena itu, tidak dapat berubah, tentunya. Salah satu dari dogma di dalam deposit Iman ini adalah Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan. Karena ini adalah ajaran Yesus Kristus, seseorang tidak diperbolehkan untuk menentang dogma itu atau mempertanyakannya; seseorang hanya boleh menerimanya. Tidak peduli jika orang itu tidak menyukai dogma tersebut, tidak mengerti dogma tersebut, atau tidak melihat keadilan di dalam dogma tersebut. Jika seseorang tidak menerimanya sebagai kenyataan yang infalibel, maka seseorang tidak menerima Yesus Kristus, karena dogma tersebut datang kepada kita dari Yesus Kristus.
Mereka yang menolak untuk percaya akan dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan sampai mereka mengerti bagaimana hal tersebut adalah adil secara sederhana menolak wahyu Kristus. Mereka yang ada bersama di dalam Iman sejati akan Kristus (dan Gereja-Nya) menerima ajaran-Nya terlebih dahulu dan mengerti kebenaran di dalamnya (yaitu mengapa hal itu benar) setelahnya. Seorang Katolik tidak menolak untuk percaya akan wahyu Kristus sampai ia dapat mengerti. Itu adalah mentalitas seorang bidah yang tidak beriman yang memiliki keangkuhan yang luar biasa. St. Anselmus merangkum pandangan Katolik yang sejati ini sebagai berikut.
Catatan kaki:
[1] Denzinger 1837.
[2] Denzinger 1836.
[3] Denzinger 163.
[4] Denzinger 1839.
[5] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, oleh Claudia Carlen, Raleigh: The Pierian Press, 1990, Vol. 2 (1878-1903), hal. 394.
[6] Denzinger 2021.
[7] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 394.
[8] Romo Christopher Rengers, The 33 Doctors of the Church {33 Dokter Gereja}, Rockford: IL, Tan Books, 2000, hal. 273.