^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Skandal-Skandal dan Bidah-Bidah Yohanes Paulus I
“Ia dapat dan memang menerima orang-orang yang bercerai. Ia juga dengan mudah menerima orang-orang yang tinggal di dalam hal yang disebut Gereja ‘dosa.’”[1] (Romo Mario Senigaglia, sekretaris Yohanes Paulus I sewaktu ia menjabat sebagai ‘Patriark’ Venesia)
Yohanes Paulus I (Albino Luciani)
Pria yang mengaku sebagai Paus antara Paulus VI dan Yohanes Paulus VI selama 33 hari di tahun 1978...
Albino Luciani (Yohanes Paulus I) terlahir sebagai putra seorang aktivis Sosialis.[2] Yohanes XXIII secara pribadi mengonsekrasikan Luciani sebagai seorang uskup pada tanggal 27 Desember 1958.[3] Luciani dijadikan sebagai seorang ‘Kardinal’ oleh Paulus VI.[4]
Luciani menjalin persahabatan dengan banyak orang non-Katolik. Phillip Potter, Sekretaris Konsili Gereja-Gereja Sedunia , pernah menjadi tamu di rumahnya. Tamu-tamu lainnya termasuk para Yahudi, Anglikan dan orang-orang ‘Kristen’ Pentakosta. Ia telah melakukan tukar-menukar buku dan surat-menyurat bersama Hans Kung.[5]
Luciani (Yohanes Paulus I) telah beberapa kali mengutip Hans Kung secara positif di dalam khotbah-khotbahnya.[6] (Untuk orang-orang yang tidak tahu, Hans Kung menolak Keilahian Kristus.) Luciani “sadar bahwa jumlah orang awam Katolik yang ia kenal adalah anggota dari berbagai loji-loji (Masonik) – sebagaimana ia memiliki teman-teman Komunis.”[7]
Luciani membuat sebuah studi yang menyeluruh tentang ‘orang tua yang bertanggung jawab’ dan berkonsultasi dengan berbagai dokter dan teolog. Seperti Yohanes XXIII dan Paulus VI, Luciani telah mempelajari kemungkinan digunaannya ‘pil’ sebagai metode ‘alamiah’ untuk mengatur kelahiran.[8] Mereka yang telah terjerumus kepada penggunaan kontrasepsi artifisial dan lalu pergi mengakui dosa berpendapat bahwa Luciani ‘sangat penuh kasih sayang’.[9]
Di bulan April 1968, Albino Luciani menuliskan dan menyerahkan sebuah laporan kepada Paulus VI yang menyarankan agar Gereja Katolik menyetujui penggunaan pil anovulan {yang mencegah indung untuk melepaskan sel telur agar dapat dibuahi sperma} yang dikembangkan oleh Profesor Pincus. Luciani menyarankan agar pil ini menjadi pil pengendalian kelahiran Katolik.[10] United Press International (UPI) menemukan bahwa Luciani telah mengedepankan sebuah peraturan Vatikan yang menyetujui pengendalian kelahiran artifisial. Surat-surat kabar Italia juga membawa cerita-cerita. Untuk mendukung cerita tersebut, surat-surat kabar tersebut merujuk kepada dokumen Luciani yang dikirimkan kepada Paulus VI oleh ’Kardinal’ Urbani dari Venesia, di mana telah dimuat sebuah saran yang kuat untuk menyetujui pil kontrasepsi.[11]
Lalu di masa ‘kepausannya’ – sewaktu ia menjadi ‘Yohanes Paulus I’ – Luciani sering mengutip dari pernyataan-pernyataan serta ensiklik-ensiklik Paulus VI. Yohanes Paulus I tidak pernah merujuk kepada Humanae Vitae, suatu hal yang mencolok.[12]
Pada tanggal 13 April 1968, Luciani berbicara kepada orang-orang dari kota Vittorio Veneto tentang isu pengendalian kelahiran.[13] Luciani membuat pernyataan-pernyataan berikut:
Sewaktu Albino Luciani menjadi ‘Patriark’ Venesia, sekretaris pribadinya adalah Romo Mario Senigaglia. Senigaglia berdiskusi bersama Luciani (keduanya memiliki hubungan yang menyerupai ayah dan anak) tentang berbagai kasus moral yang menyangkut anggota-anggota Gereja. Luciani selalu menyetujui pandangan liberal Senigaglia. Senigaglia berkata: “Ia adalah seorang pria yang sangat pengertian. Banyak kali saya ingin mendengarnya berkata kepada pasangan-pasangan, ‘Kita membuat seks satu-satunya dosa, padahal hal tersebut bersangkutan dengan kelemahan dan keringkihan manusiawi dan maka mungkin adalah yang terkecil dari dosa-dosa.’”[15]
Senigaglia menegaskan bahwa pandangan pribadi Luciani tentang perceraian akan mengagetkan para kritiknya: “Ia dapat dan memang menerima orang-orang yang bercerai. Ia juga dengan mudah menerima orang-orang yang tinggal di dalam hal yang disebut Gereja ‘dosa’.”[16]
Ia juga mempromosikan ekumenisme sesat. “Pada masa sembilan tahunnya [sebagai “Patriark” Venesia] ia menyelenggarakan lima konferensi ekumenis, termasuk pertemuan Komisi Internasional Anglikan-Katolik Roma yang mengeluarkan sebuah pernyataan akan persetujuan bersama atas otoritas di tahun 1976...”[17]
LUCIANI TENTANG ORGANISASI INTERNASIONAL BARU
LUCIANI TENTANG UMAT KRISTIANI
Mengutip Gandhi, Luciani berkata: “Saya mengagumi Kristus tetapi tidak orang-orang Kristiani.”[19] Pada sebuah khotbah Paskah pada tahun 1976, Luciani mengeluarkan pernyataan berikut:
“Jika moralitas Kristiani mengadopsikan teori perang yang benar {bahwa perang adalah benar secara moral jika memenuhi kriteria tertentu}, maka Gereja mengizinkan legalisasi dari pelacuran (bahkan di dalam Negara-negara Kepausan), walaupun tentunya tidak diizinkan pada tingkat moral.”[20]
Adalah sebuah penistaan untuk menyatakan bahwa Gereja Katolik mengizinkan legalisasi pelacuran.
Sebagai Patriark Venesia, pada tanggal 24 Desember 1977, Albino Luciani menyatakan hal berikut tentang Revolusi Prancis: ”...intensi-intensi mereka yang telah menyemangati pemberontakan dan revolusi pada awalnya adalah sangat baik, dan semboyan yang diproklamasikannya adalah ‘Kebebasan, Persaudaraan, dan Keadilan.’”[21]
Tidak lama sebelum konklaf tahun 1978, Luciani diberi pertanyaan atas opininya akan bayi tabung pertama, Louise Brown. Sewaktu berbicara tentang bayi tabung tersebut dan orang tuanya, Luciani berkata: “Dengan mengikuti contoh dari Allah, yang menginginkan dan mencintai hidup manusia, saya juga memberikan harapan terbaik saya untuk sang bayi. Sedangkan untuk orang tuanya, saya tidak mempunyai hak untuk menghakimi mereka; secara subjektif, jika mereka berlaku dengan intensi-intensi baik dan di dalam itikad baik, mereka mungkin memiliki pahala besar dari Allah untuk apa yang mereka telah putuskan dan mintakan agar sang dokter lakukan.”[22]
Luciani telah melaksanakan lebih dari ‘Kardinal’ lain semangat dari Konsili Vatikan Kedua Yohanes XXIII.[23] Yohanes Paulus I menolak tiara kepausan dan menggantikan upacara pemahkotaan dengan sebuah perayaan yang sederhana.[24] Tiara yang telah dijual Paulus VI sekarang digantikan dengan sebuah pallium, sebuah stola putih dari wol yang ia pakai di sekeliling bahunya.[25]
Yohanes Paulus I mengatakan hal-hal berikut di dalam pidato pertamanya untuk mengumumkan program ‘kepausannya’:
Pada saat Pelantikan Yohanes Paulus I, ia berkata: “Kami juga menyambut dengan hormat dan kasih seluruh manusia di dunia. Kami memandang mereka dan mencintai mereka sebagai saudara-saudara kami, karena mereka adalah anak-anak dari Bapa surgawi yang sama dan saudara-saudara dalam Kristus Yesus.”[31]
Sewaktu berbicara kepada seorang teman tentang Patriark skismatis dari Moskwa, Nikodem, Yohanes Paulus I menyebutnya ‘sungguh-sungguh seorang santo’.[32]
Di dalam sebuah surat kepada patriak skismatis dari Moskwa yang baru tentang patriark skismatis Moskwa yang baru saja meninggal, Yohanes Paulus I berkata:
Yohanes Paulus I menyebut sang skismatis Russia yang meninggal, yang menolak Infalibilitas Kepausan dan ketiga belas konsili-konsili dogmatis terakhir (termasuk ajaran-ajaran Katolik lain), ‘pelayan yang berbakti kepada Gerejanya’.
Yohanes Paulus I ‘percaya akan pembagian kekuasaan yang lebih besar dengan para uskup di seluruh dunia dan berrencana untuk mendesentralisasikan struktur Vatikan’.[34]
Yohanes Paulus I berkata, “Gereja tidak seharusnya memiliki kekuatan ataupun kekayaan... Betapa indahnya jika Paus sendiri menanggalkan semua kekuatan temporalnya!”[35] Yohanes Paulus I berkata kepada badan diplomatis bahwa Vatikan menanggalkan semua klaimnya atas kekuatan temporal.[36]
Yohanes Paulus I sering berbicara tentang Paulus VI dengan kekaguman dan kasih sayang: ”Ia adalah seorang Paus yang agung dan banyak menderita. Ia tidak dimengerti...”[38]
Yohanes Paulus I juga berbicara tentang Allah sebagai ‘ibu’.
Di dalam Audiens Umum-nya pada tanggal 13 September 1978, Yohanes Paulus I berbicara tentang kebenaran-kebenaran yang tidak dapat berubah dan berkata:
Pada bulan September 1978, Luciani didengar di dalam apartemen Paus berbicara dengan Sekretaris Negaranya, ‘Kardinal’ Villot: “Saya akan senang berbicara tentang perwakilan Amerika Serikat ini tentang isu tersebut. Di dalam pikiran saya kita tidak boleh meninggalkan keadaan tersebut seperti yang ada sekarang.” ‘Isu’ tersebut adalah populasi dunia. ‘Keadaan’ tersebut adalah Humanae Vitae.[41]
Perubahan utama yang ia prioritaskan adalah untuk mengubah seara radikal hubungan Vatikan dengan kapitalisme dan meringankan apa yang ia pandang sebagai penderitaan yang berakar secara langsung dari Humanae Vitae.[42] [Kami ingin memperjelas bahwa kami tidak mengatakan bahwa Humanae Vitae adalah sebuah dokumen yang baik. Tidak sama sekali. Humanae Vitae mengajarkan bahwa pasangan-pasangan dapat menggunakan pengendalian kelahiran ‘alamiah’ dan tidak memiliki anak sama sekali, seperti yang dibahas di dalam buku ini. Poinnya adalah bahwa Humanae Vitae memang mengecam pengendalian kelahiran artifisial, dan Yohanes Paulus I sangat menentang Humanae Vitae karena alasan tersebut.]
Pada bulan Mei 1978, Luciani telah diundang untuk menghadiri dan berbicara pada sebuah kongres internasional yang diadakan di Milan pada tanggal 21-22 Juni. Tujuan utama dari kongres tersebut adalah untuk merayakan ulang tahun ensiklik Humanae Vitae. Luciani mengumumkan bahwa ia tidak akan berbicara pada kongres tersebut dan ia tidak akan menghadirinya.[43]
Pada tanggal 19 September 1978, Yohanes Paulus I menghadiri pertemuan dengan Sekretaris Negaranya ‘Kardinal’ Villot. Yohanes Paulus I berkata:
Vatikan mengaku bahwa Yohanes Paulus I meninggal akibat sebuah serangan jantung yang besar sekitar pukul 11 malam pada tanggal 28 September 1978.[45]
Kami telah membuktikan bahwa Yohanes Paulus I adalah seorang bidah terang-terangan yang, antara lain, menyetujui secara penuh indiferentisme keagamaan dan ekumenisme sesat dari Konsili Vatikan Kedua. Karena ia adalah seorang bidah, ia tidak dapat dipilih secara valid sebagai Paus. Ia adalah seorang Anti-Paus non-Katolik.
Catatan kaki:
[1] David Yallop, In God’s Name (An investigation into the Murder of John Paul I ) {Dalam Nama Allah (Sebuah Investigasi tentang Pembunuhan Yohanes Paulus I)}, Bantam Books, 1984, hal. 60-61.
[2] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 60.
[3] Raymond dan Lauretta Seabeck, The Smiling Pope {Sang Paus yang Tersenyum}, Huntington, IN: Our Sunday Visitor Publishing, 2004, hal. 27.
[4] Raymond dan Lauretta Seabeck, The Smiling Pope {Sang Paus yang Tersenyum}, hal. 58.
[5] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 86, 190.
[6] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 190.
[7] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 201.
[8] Raymond dan Lauretta Seabeck, The Smiling Pope {Sang Paus yang Tersenyum}, hal. 35.
[9] Raymond dan Lauretta Seabeck, The Smiling Pope {Sang Paus yang Tersenyum}, hal. 36.
[10] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 32.
[11] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 191.
[12] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 192.
[13] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 32.
[14] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 33.
[15] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 61.
[16] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 60-61.
[17] J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes {Kamus Oxford Para Paus}, Oxford University Press, 2005, hal. 325.
[18] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 62.
[19] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 65.
[20] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 60.
[21] Raymond dan Lauretta Seabeck, The Smiling Pope {Sang Paus yang Tersenyum}, hal. 120.
[22] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 233.
[23] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 90.
[24] Luigi Accattoli, When A Pope Asks Forgiveness {Sewaktu Seorang Paus Meminta Maaf}, New York: Alba House and Daughters of St. Paul, 1998, hal.37.
[25] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 185.
[26] L’ Osservatore Romano (Surat Kabar Vatikan), 31 Agustus 1978, hal. 6.
[27] L’ Osservatore Romano, 31 Agustus 1978, hal. 6.
[28] L’ Osservatore Romano, 31 Agustus 1978, hal. 6.
[29] L’ Osservatore Romano, 31 Agustus 1978, hal. 6.
[30] L’ Osservatore Romano, 31 Agustus 1978, hal. 6.
[31] L’ Osservatore Romano, 7 September 1978, hal. 1.
[32] Raymond dan Lauretta Seabeck, The Smiling Pope {Sang Paus yang Tersenyum}, hal. 64.
[33] L’ Osservatore Romano, 14 September 1978, hal. 2.
[34] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 189.
[35] Luigi Accattoli, When A Pope Asks Forgiveness {Sewaktu Seorang Paus Meminta Maaf}, hal. 44.
[36] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 210.
[37] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 359.
[38] Raymond dan Lauretta Seabeck, The Smiling Pope {Sang Paus yang Tersenyum}, hal. 44.
[39] L’ Osservatore Romano, 21 September 1978, hal. 2.
[40] L’ Osservatore Romano, 21 September 1978, hal. 1.
[41] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 192,193.
[42] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 194.
[43] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 192.
[44] David Yallop, In God’s Name {Dalam Nama Allah}, hal. 196.
[45] Raymond dan Lauretta Seabeck, The Smiling Pope {Sang Paus yang Tersenyum}, hal. 70.
Artikel-Artikel Terkait
Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 mingguBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 mingguBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 mingguBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 mingguBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 2 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 3 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 4 bulanBaca lebih lanjut...Kami menerima semua dogma Gereja Katolik tanpa terkecuali, dan kami memandang mereka yang menerima semua dogma Gereja dan belum terpisah darinya, sebagai orang Katolik; itulah bagaimana kami bersekutu dengan Gereja...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...