Paket $5.00: Termasuk 2 Buku dan 14 Program DVD (Harga Termasuk Ongkos Kirim)

Beli Seharga $5.00

Bantu Kami Menyelamatkan Jiwa-Jiwa
DONASI

Inilah Penjelasan untuk Kebingungan & Krisis Pasca-Vatikan II
TONTON VIDEO

“Pesulap”: Bukti Keberadaan Dunia Rohani
TONTON VIDEO

Inilah Antikristus!
TONTON VIDEO

Bukti yang Mengagumkan untuk Allah - Bukti Ilmiah yang Membantah Evolusi
TONTON VIDEO

Mengapa Neraka Harus Abadi
TONTON VIDEO

Babel Sudah Jatuh, Sudah Jatuh!!
TONTON VIDEO

Salah Kaprah Orang-Orang Kristen Palsu tentang Efesus
TONTON VIDEO

Penciptaan dan Mukjizat - Versi Kompak
TONTON VIDEO
^
Bidah Yahudi Vatikan II
Di dalam Nostra Aetate #4, Vatikan II mendiskusikan orang-orang Yahudi. Ingatlah bahwa di dalam bacaan ini, Vatikan II merujuk secara khusus kepada orang-orang Yahudi yang bukan bagian dari Gereja dan tidak menerima Injil. Sehubungan dengan mereka, Vatikan II menyatakan:
Vatikan II menyatakan bahwa orang-orang yang tidak menerima Yesus Kristus, dan tidak merupakan bagian dari Gereja, tidak boleh dianggap ditolak oleh Allah, seakan-akan hal ini berasal dari Kitab Suci. Hal ini sungguh-sungguh sesat. Ajaran dari Kitab Suci, Tradisi Katolik, dan dogma Katolik sama sekali berlawanan dengan hal tersebut. Di sepanjang Injil, Yesus berkata bahwa mereka yang tidak menerima-Nya sungguh-sungguh ditolak oleh Allah dan tidak akan diselamatkan.
Yesus mengajarkan bahwa seseorang harus percaya bahwa Ia adalah Allah untuk dapat diselamatkan. Orang-orang Yahudi menolak hal ini.
Lihat pula Yohanes 8:24, Yohanes 14:6, Markus 16:16, 1 Yohanes 5:11-12, Kisah Para Rasul 3:23, Kisah Para Rasul 13:46, dan berbagai bacaan lain. Dogma Katolik adalah bahwa seseorang harus percaya akan Yesus Kristus untuk diselamatkan atau diterima oleh Allah. Pernyataan Vatikan II merupakan suatu Injil baru yang sesat.
Faktanya, sewaktu Vatikan II menyatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak boleh dianggap sebagai ditolak oleh Allah, di dalam bahasa Latin orisinalnya, Vatikan II menggunakan kata ‘reprobati’.[2] ‘Reprobati’ (yang secara harfiah berarti, telah ditolak karena telah terbukti tidak pantas) adalah kata partisip pasif perfek dari kata kerja reprobo, yang berarti saya menolak. Konsili Florence yang dogmatis, di dalam surat bulla yang khidmat, Cantate Domino pada tahun 1441 menggunakan bentuk kata kerja Latin yang sama, reprobo, untuk mengajarkan hal yang sama sekali bertentangan dengan apa yang diajarkan Vatikan II. Konsili Florence menggunakan kata ‘reprobat’ (yang berarti ‘menolak’)[3] untuk mengajarkan secara khidmat bahwa Gereja Katolik memang menolak semua orang, termasuk orang-orang Yahudi, yang berpikir secara berlawanan terhadap ajarannya. Pernyataan Konsili Florence, bahwa Gereja menolak semua orang yang berpikir secara berlawanan terhadap ajarannya, terdapat secara langsung setelah berbagai pernyataan dogmatis tentang Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Mahakudus. Oleh karena itu, di dalam konteks ini, Konsili Florence merujuk kepada orang-orang yang menolak kebenaran Katolik tentang Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Mahakudus.
Di Konsili Florence, Paus Eugenius mendogmakan bahwa Gereja Katolik menolak semua orang yang menentang ajarannya. Dogma ini ditolak dengan menggunakan kata kerja yang sama oleh Nostra Aetate, dokumen Vatikan II yang diratifikasikan oleh Paulus VI
Konsili Florence menyatakan secara dogmatis bahwa Gereja menolak mereka. Oleh karena itu, adalah suatu dogma bahwa orang-orang Yahudi yang tidak menerima Kristus ditolak oleh Allah dan Gereja. Orang-orang Yahudi perlu dikonversikan agar dapat diterima oleh Allah dan diselamatkan. Di dalam surat bulla khidmat yang sama, Cantate Domino, Konsili Florence menyatakan bahwa semua orang yang meninggal sebagai Yahudi masuk Neraka, dan bahwa adalah suatu dosa berat bagi siapa pun untuk mempraktikkan agama Yahudi atau mengikuti Hukum Musa setelah Pemakluman Injil. Sama sekali tidak terdapat keraguan menurut ajaran Katolik, bahwa selama orang-orang Yahudi tetap tidak berkonversi kepada Kristus dan Gereja-Nya, mereka ditolak oleh Allah. Tetapi, Vatikan II mengajarkan hal yang justru sama sekali berlawanan, dan Vatikan II menggunakan kata kerja dalam bahasa Latin yang sama yang digunakan oleh Konsili Florence untuk mengajarkan hal yang sama sekali bertentangan. Kontras yang jelas antara ajaran Katolik dan Vatikan II dengan begitu mencolok dirangkum di dalam kutipan dari St. Ambrosius. Perhatikan penggunaan kata ‘menolak’ oleh Santo ini.
Santo Ambrosius, Uskup Milan
Fakta bahwa ajaran Vatikan II tentang orang-orang Yahudi adalah hal yang baru dan revolusioner bukanlah sebuah rahasia. Nostra Aetate #4 telah dikutip berkali-kali oleh para pemimpin Yahudi, dan oleh orang-orang yang berjabatan tinggi di dalam sekte Vatikan II, sebagai dokumen bersejarah yang diakui mengubah hubungan ‘Gereja Katolik’ dengan orang-orang Yahudi. Setelah pemakluman Nostra Aetate, para Anti-Paus Vatikan II mendukung agama sesat Yahudi di dalam berbagai pernyataan dan tindakan. Pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakan di mana para Anti-Paus Vatikan II mendukung agama Yahudi begitu banyak (sungguh terdapat ratusan) sehingga kami hanya dapat merangkumnya. Buku dan situs kami memiliki begitu banyak dokumentasi tentang hal ini, dengan kutipan-kutipan yang penuh dan referensi-referensi yang spesifik.
Berdasarkan ajaran baru Vatikan II tentang para Yahudi, para Anti-Paus telah berulang kali mengajarkan bidah bahwa Perjanjian Lama tidak dihapuskan oleh Allah, dan bahwa para Yahudi, walaupun mereka menolak Kristus, memiliki perjanjian yang abadi dengan Allah. Contohnya, di dalam sambutan Yohanes Paulus II kepada para Yahudi di Mainz, Jerman Barat, 17 November 1980, Pesan kepada Kepala Rabbi di Roma, 23 Mei 2004; dan di tahun 1997 di dalam Pertemuan tentang Akar Anti-Semitisme, di mana ia berkata:
Ini benar-benar suatu bidah.
Seperti yang diajarkan Paus Pius XII di dalam ensiklik Mystici Corporis, 29 Juni 1943:
Paus Pius XII di dalam Mystici Corporis Christi menyatakan bahwa Hukum Taurat tidak lagi berlaku dan digantikan oleh Perjanjian Baru
Untuk menunjukkan lebih lanjut, seperti yang diajarkan Vatikan II, bahwa para Yahudi tidak boleh dianggap sebagai ditolak Allah, para Anti-Paus Vatikan II telah mengungkapkan rasa hormat mereka kepada agama Yahudi sendiri, walaupun agama ini menyangkal Kristus dan Allah Tritunggal Mahakudus. Ini adalah kemurtadan. Mereka telah menyemangati para rabbi di dalam ‘misi’ mereka. Mereka telah mendedikasikan sebuah Hari untuk Agama Yahudi untuk menghormati Agama Yahudi. Mereka telah mengajarkan berulang kali bahwa para Yahudi dapat diselamatkan tanpa perlu percaya akan Kristus. Yohanes Paulus II bahkan menyelenggarakan ulang tahun ke-100 dari Sinagoga Yahudi di Roma. Para Anti-Paus Vatikan II telah menunjuk para uskup yang terang-terangan mengajarkan bahwa Gereja Katolik tidak ingin mengonversikan orang-orang Yahudi dan bahwa Gereja Katolik telah mengubah ajarannya tentang orang-orang Yahudi di Vatikan II.
Mereka juga telah mengizinkan ibadat Yahudi (yang dilarang oleh ajaran Katolik karena hal tersebut adalah dosa berat) di dalam Vatikan dan di dalam berbagai tanda kutip gereja Katolik. Mereka berulang kali pergi ke sinagoga-sinagoga untuk mengambil bagian secara aktif di dalam ibadat Yahudi, ini adalah tindakan yang murtad. Bahkan pada tahun 2005, sewaktu Benediktus XVI mengambil bagian di dalam ibadat Yahudi di dalam sinagoga di Köln, Jerman, ia berkata tentang Nostra Aetate dan ajaran ensiklik tersebut tentang orang-orang Yahudi.[7]
Benediktus XVI di sinagoga di Jerman[8]
Sewaktu Yohanes Paulus II pergi ke sinagoga di tahun 1986, ia menundukkan kepalanya bersama para Yahudi sewaktu mereka berdoa untuk kedatangan ‘Mesias’. Beberapa tahun setelah Vatikan II, para Anti-Paus Vatikan II juga mendukung dan bahkan menerbitkan buku-buku yang mengajarkan bahwa orang-orang Yahudi tidak perlu memandang Yesus sebagai Mesias yang dinubuatkan, dan bahwa cara membaca Kitab Suci yang menyangkal bahwa Yesus adalah sang Mesias dan Putra Allah, adalah cara yang valid untuk membaca Kitab Suci.[9]
Anti-Paus Yohanes Paulus II melakukan begitu banyak bidah dengan orang-orang Yahudi
Para “Uskup” Amerika Serikat, yang mengikuti kepemimpinan para Anti-Paus mengeluarkan sebuah pernyataan yang menolak perlunya para Yahudi untuk berkonversi. Para Anti-Paus Vatikan II juga telah mendukung pernyataan-pernyataan dari para pemimpin agama Yahudi, seperti Rabbi David Rosen, dan Alan Solow, keduanya menyambut Benediktus XVI. Mereka menyatakan, berdasarkan Nostra Aetate, bahwa Gereja Katolik tidak lagi berkehendak untuk mengonversikan orang-orang Yahudi dan bahwa perjanjian Yahudi dengan Allah itu abadi.
Pada tanggal 30 Oktober 2008, Rabbi David Rosen dari Komite Yahudi Internasional menyambut Benediktus XVI. Ia mengutip Nostra Aetate dan ia berterimakasih kepada Benediktus XVI untuk pemastian, lewat Kardinal Kasper, bahwa Gereja tidak lagi mencoba untuk mengonversikan orang-orang Yahudi.[10] Pernyataan Rosen kepada Benediktus XVI diterbitkan di dalam surat kabar Vatikan.
Pada tanggal 12 Februari 2009, Alan Solow Presiden dari Conference of Major American Jewish Organization atau Konferensi Organisasi-organisasi Besar Yahudi Amerika, menyatakan secara langsung kepada Benediktus XVI. : “…seperti yang ditegaskan di dalam Nostra Aetate – perjanjian antara Allah dan orang-orang Yahudi itu abadi.” Benediktus lalu berterima kasih kepadanya atas komentar-komentarnya yang diterbitkan di dalam surat kabar Vatikan.
Untuk mengimplementasikan ajaran baru Vatikan II, Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI juga menunjuk “Kardinal” Walter Kasper sebagai kepala dari Komisi Kepausan bagi Hubungan Keagamaan dengan Komunitas Yahudi. Kasper secara terang-terangan mengajarkan bahwa orang-orang Yahudi diselamatkan tanpa iman di dalam Kristus dan bahwa deklarasi Nostra Aetate dari Vatikan II meninggalkan ajaran Katolik tradisional bahwa Perjanjian Baru menggantikan Perjanjian Lama.
Anti-Paus Fransiskus telah melakukan banyak sekali tindakan kemurtadan bersama para Yahudi. Ia telah mengambil bagian di dalam banyak sekali ibadat Yahudi dan bahkan membantu mengorganisirnya. Ia telah mengajarkan bahwa para Yahudi memiliki perjanjian yang valid dengan Allah dan bahwa mereka telah diselamatkan dari segala kejahatan. Fransiskus telah secara terang-terangan dan berulang kali menolak untuk mengonversikan orang-orang Yahudi dan non-Katolik. Ia secara khusus meyakinkan teman baiknya, Rabbi Abraham Skorka bahwa Gereja Katolik tidak bisa melakukan proselitisme terhadap orang-orang Yahudi.[11]
Fransiskus sama sekali menolak untuk mengonversikan orang-orang Yahudi, termasuk teman karibnya, rabbi Abraham Skorka
Untuk alasan ini, ia menunjuk Kardinal Kurt Koch sebagai Presiden dari Komisi Kepausan bagi Hubungan Keagamaan dengan Komunitas Yahudi. Pada tahun 2013, Koch secara terang-terangan menyangkal ide bahwa Gereja Katolik memiliki sebuah misi untuk mengonversikan orang-orang Yahudi.[12]
Sama sekali tidak terdapat keraguan bahwa ajaran sekte Vatikan II tentang orang-orang Yahudi, yang berasal dari dan dikandung di dalam Nostra Aetate #4, adalah ajaran antikristus. Sama sekali tidak diragukan bahwa ajaran itu sesat. Hal tersebut adalah penyangkalan terhadap ajaran Yesus Kristus dan dogma Katolik.
Faktanya, adalah suatu hal yang menarik untuk mempertimbangkan bahwa kata kerja Latin reprobo, yang digunakan oleh Konsili Florence dan Vatikan II untuk dua ajaran yang berbeda tentang orang-orang Yahudi, adalah akar dari kata di dalam bahasa Inggris reprobate. Di dalam ajaran dogmatis, seorang reprobate adalah seseorang yang terasing dari keadaan rahmat. Seorang reprobate adalah seseorang yang diusir oleh Allah. Ia tidak berhak untuk berada di dalam kehadiran Allah, kebaikan-Nya ataupun keselamatan-Nya karena orang itu memiliki kepercayaan atau melakukan tindakan yang jahat. Allah me-reprobat-kan (atau menolak) orang tersebut. Orang-orang yang meninggal di dalam keadaan penolakan oleh Allah tentunya masuk Neraka, sedangkan orang-orang yang ditolak yang masih hidup dapat berhenti berada di dalam keadaan penolakan jika mereka sungguh-sungguh berkonversi, tetapi pada saat ini mereka berada di dalam keadaan terkutuk. Oleh karena itu, sewaktu Vatikan II menyatakan bahwa orang-orang Yahudi, walaupun mereka tidak menerima Kristus dan Gereja-Nya, tidak dianggap sebagai reprobati, hal tersebut berarti mereka tidak ditolak. Hal ini adalah deklarasi resmi bahwa mereka dapat diselamatkan: bahwa mereka tidak boleh dianggap berada di dalam keadaan terkutuk atau ditolak, walaupun mereka menyangkal Injil. Tentunya ini adalah bidah terang-terangan. Semua fakta ini menunjukkan bahwa ajaran Vatikan II tentang orang-orang Yahudi di dalam Nostra Aetate #4 bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus, Tradisi Katolik, dogma Katolik, dan para Paus sejati.
Catatan kaki:
[1] Walter M. Abbott, The Documents of Vatican II {Dokumen-dokumen Vatikan II}, The America Press, 1966, hal. 666.
[2] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Sheed & Ward and Georgetown University Press, 1990, Vol. 1, hal. 970.
[3] 1937 Latin Version of Denzinger {Versi Latin Denzinger}, Enchiridion Symbolorum, Herder & Co.., no. 705.
[4] Sunday Sermons of the Great Fathers {Khotbah-Khotbah Hari Minggu Para Bapa Agung}, San Francisco: Ignatius Press, 2000, Vol. 3, hal. 223.
[5] Documentation Catholique {Dokumentasi Katolik} 94 (1997), 1003; Dikutip di dalam The Bible, The Jews and the Death of Jesus {Kitab Suci, Para Yahudi dan Kematian Yesus}, Komite Para Uskup untuk Urusan Ekumenis dan Antaragama, United States Conference of Catholic Bishops, 2004, hal. 31.
[6] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 4 (1939-1958), hal. 42.
[7] http://w2.vatican.va/content/benedict-xvi/fr/speeches/2005/august/documents/hf_ben-xvi_spe_20050819_cologne-synagogue.html
[8] Foto-foto sinagoga: European Jewish Press, http://www.ejpress.org
[9] The Jewish People and Their Sacred Scriptures in the Christian Bible {Orang-orang Yahudi dan Kitab Suci Mereka di dalam Kitab Suci Kristiani}, Bagian II, A, Dibuka oleh Benediktus XVI, www.vatican.va.
[10] https://www.rabbidavidrosen.net/wp-content/uploads/2016/02/IJCIC_Audience_Pope_Benedict_October_30_2008.pdf
[11] Situs Vatikan, Fransiskus, Pesan-Pesan, Message-vidéo pour la fête de saint Gaétan (San Cayetano) en Argentine {Pesan Video untuk Perayaan Santo Gaetan}, 7 Agustus 2013, versi Prancis, § 4. http://www.vatican.va/holy_father/francesco/messages/pont-messages/2013/documents/papa-francesco_20130807_videomessaggio-san-cayetano_fr.html
[12] https://www.catholicworldreport.com/2013/05/15/jewish-catholic-dialogue-65-years-after-the-founding-of-the-state-of-israel/