^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Bidah Yahudi Vatikan II
Di dalam Nostra Aetate #4, Vatikan II mendiskusikan orang-orang Yahudi. Ingatlah bahwa di dalam teks ini, Vatikan II merujuk secara khusus kepada orang-orang Yahudi yang bukan bagian dari Gereja dan tidak menerima Injil. Sehubungan dengan orang-orang tersebut, Vatikan II menyatakan:
Vatikan II menyatakan bahwa orang-orang Yahudi yang tidak menerima Yesus Kristus, dan bukan bagian dari Gereja, tidak boleh dianggap ditolak oleh Allah, seakan-akan hal ini berasal dari Kitab Suci. Pernyataan tersebut sungguh adalah bidah. Ajaran dari Kitab Suci, Tradisi Katolik, dan dogma Katolik sama sekali berlawanan dengan pernyataan itu. Di sepanjang Injil, Yesus berkata bahwa orang-orang yang tidak menerima-Nya kenyataannya ditolak oleh Allah dan tidak akan diselamatkan.
Lihat pula Yohanes 8:24, Yohanes 14:6, Markus 16:16, 1 Yohanes 5:11-12, Kisah Para Rasul 3:23, Kisah Para Rasul 13:46, dan berbagai teks lainnya. Adalah suatu dogma Katolik bahwa seseorang harus percaya akan Yesus Kristus dan memiliki iman Katolik untuk diselamatkan atau diterima oleh Allah. Pernyataan Vatikan II merupakan suatu Injil baru yang sesat.
Faktanya, sewaktu Vatikan II menyatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak boleh dianggap sebagai ditolak oleh Allah, di dalam bahasa Latin orisinalnya, Vatikan II menggunakan kata ‘reprobati’.[2] ‘Reprobati’ (yang secara harfiah berarti, telah ditolak karena terbukti tidak pantas) adalah bentuk partisip pasif perfek dari kata kerja reprobo, yang berarti saya menolak. Konsili Florence yang dogmatis, di dalam surat bulla yang khidmat, Cantate Domino pada tahun 1441 menggunakan bentuk dari kata kerja Bahasa Latin yang sama, reprobo, untuk mengajarkan hal yang sama sekali berlawanan dengan apa yang diajarkan oleh Vatikan II. Konsili Florence menggunakan kata ‘reprobat’ (yang berarti ‘menolak’)[3] untuk mengajarkan secara khidmat bahwa Gereja Katolik memang menolak semua orang, termasuk orang-orang Yahudi, yang berpikir secara berlawanan terhadap ajaran Gereja. Pernyataan Konsili Florence, bahwa Gereja menolak semua orang yang berpikir secara berlawanan terhadap ajarannya, terdapat secara langsung setelah berbagai pernyataan dogmatis tentang Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Mahakudus. Maka, di dalam konteks ini, Konsili Florence merujuk kepada orang-orang yang menolak kebenaran Katolik tentang Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Mahakudus.
Konsili Florence menyatakan secara dogmatis bahwa Gereja menolak mereka. Oleh karena itu, adalah suatu dogma bahwa orang-orang Yahudi yang tidak menerima Kristus ditolak oleh Allah dan Gereja. Orang-orang Yahudi perlu berkonversi agar dapat diterima oleh Allah dan diselamatkan. Di dalam surat bulla khidmat yang sama, Cantate Domino, Konsili Florence menyatakan bahwa semua orang yang meninggal sebagai Yahudi masuk Neraka, dan bahwa adalah suatu dosa berat bagi siapa pun untuk mempraktikkan agama Yahudi atau menaati Hukum Musa setelah Pemakluman Injil. Sama sekali tiada keraguan menurut ajaran Katolik, bahwa selama orang-orang Yahudi tetap tidak berkonversi kepada Kristus dan Gereja-Nya, mereka ditolak oleh Allah. Tetapi, Vatikan II mengajarkan hal yang justru sama sekali berlawanan, dan Vatikan II menggunakan kata kerja dalam bahasa Latin yang sama yang digunakan oleh Konsili Florence untuk mengajarkan hal yang sama sekali berlawanan. Kontras yang jelas antara ajaran Katolik dan Vatikan II dengan begitu mencolok dirangkum di dalam kutipan dari St. Ambrosius. Perhatikan penggunaan kata ‘menolak’ oleh Santo Ambrosius.
Fakta bahwa ajaran Vatikan II tentang orang-orang Yahudi adalah hal yang baru dan revolusioner bukanlah suatu rahasia. Nostra Aetate #4 telah dikutip berkali-kali oleh para pemimpin Yahudi, dan oleh orang-orang yang memiliki jabatan tertinggi di dalam sekte Vatikan II, sebagai dokumen bersejarah yang diakui mengubah hubungan ‘Gereja Katolik’ dengan orang-orang Yahudi. Setelah pemakluman Nostra Aetate, para Anti-Paus Vatikan II mendukung agama sesat Yahudi di dalam berbagai pernyataan dan tindakan. Pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakan di mana para Anti-Paus Vatikan II mendukung agama Yahudi sungguh begitu banyak (terdapat secara harfiah ratusan pernyataan semacam itu) sehingga kami hanya dapat merangkumnya. Buku dan situs kami memiliki begitu banyak dokumentasi tentang hal ini, dengan kutipan-kutipan yang penuh dan referensi-referensi yang spesifik.
Berdasarkan ajaran baru Vatikan II tentang para Yahudi, para Anti-Paus Vatikan II telah berulang kali mengajarkan bidah bahwa Perjanjian Lama tidak dibatalkan oleh Allah, dan bahwa orang-orang Yahudi, walaupun mereka menolak Kristus, memiliki perjanjian yang tidak dapat dibatalkan dengan Allah. Contohnya, di dalam sambutan Yohanes Paulus II kepada para Yahudi di Mainz, Jerman Barat, 17 November 1980, Pesan kepada Kepala Rabbi di Roma, 23 Mei 2004; dan di tahun 1997 di dalam Pertemuan tentang Akar Anti-Semitisme, di mana ia berkata:
Ini benar-benar suatu bidah.
Seperti yang diajarkan oleh Paus Pius XII di dalam ensiklik Mystici Corporis, 29 Juni 1943:
Untuk menunjukkan lebih lanjut, seperti yang diajarkan oleh Vatikan II, bahwa orang-orang Yahudi tidak boleh dianggap sebagai ditolak Allah, para Anti-Paus Vatikan II telah mengungkapkan rasa hormat mereka kepada agama Yahudi sendiri, walaupun agama ini menyangkal Kristus dan Allah Tritunggal Mahakudus. Ini adalah kemurtadan. Mereka telah menyemangati para rabbi di dalam “misi” mereka. Mereka telah mendedikasikan suatu Hari untuk Agama Yahudi untuk menghormati Agama Yahudi. Mereka telah mengajarkan berulang kali bahwa orang-orang Yahudi dapat diselamatkan tanpa percaya akan Kristus. Yohanes Paulus II bahkan merayakan ulang tahun ke-100 dari Sinagoga Yahudi di Roma. Para Anti-Paus Vatikan II telah menunjuk para “uskupׅ” yang terang-terangan mengajarkan bahwa Gereja Katolik tidak hendak mengonversikan orang-orang Yahudi dan bahwa Gereja Katolik telah mengubah ajarannya tentang orang-orang Yahudi di Vatikan II. Para Anti-Paus Vatikan II juga telah berulang kali mengutip Nostra Aetate sebagai dasar atas sikap yang baru ini terhadap agama Yahudi setelah Vatikan II.
Mereka telah mengizinkan ibadat Yahudi (yang dilarang oleh ajaran Katolik di bawah ancaman dosa berat) di dalam Vatikan dan di dalam apa yang disebut-sebut sebagai gereja Katolik lainnya. Mereka berulang kali pergi ke sinagoga-sinagoga untuk mengambil bagian secara aktif di dalam ibadat Yahudi, ini adalah tindak kemurtadan. Bahkan pada tahun 2005, sewaktu Benediktus XVI mengambil bagian di dalam ibadat Yahudi di dalam sinagoga di Köln, Jerman, ia berkata tentang Nostra Aetate dan ajaran dokumen tersebut tentang orang-orang Yahudi.[7] Sewaktu Yohanes Paulus II pergi ke sinagoga di tahun 1986, ia menundukkan kepalanya bersama para Yahudi sewaktu mereka mendoakan kedatangan “Mesias”. Beberapa tahun setelah Vatikan II, para Anti-Paus Vatikan II juga mendukung dan bahkan menerbitkan buku-buku yang sungguh mengajarkan bahwa orang-orang Yahudi tidak perlu memandang Yesus sebagai Mesias yang dinubuatkan, dan bahwa cara membaca Kitab Suci yang menyangkal bahwa Yesus adalah sang Mesias dan Putra Allah, adalah cara yang valid untuk membaca Kitab Suci.[8] Para “Uskup” Amerika Serikat, yang mengikuti kepemimpinan para Anti-Paus mengeluarkan sebuah pernyataan yang menolak perlunya para Yahudi untuk berkonversi. Para Anti-Paus Vatikan II juga telah mendukung pernyataan-pernyataan dari para pemimpin agama Yahudi, seperti Rabbi David Rosen, dan Alan Solow, yang keduanya menyambut Benediktus XVI. Mereka menyatakan, berdasarkan Nostra Aetate, bahwa Gereja Katolik tidak lagi berkehendak untuk mengonversikan orang-orang Yahudi dan bahwa perjanjian Yahudi dengan Allah itu abadi.
Pada tanggal 30 Oktober 2008, Rabbi David Rosen dari Komite Yahudi Internasional menyambut Benediktus XVI. Ia mengutip Nostra Aetate dan ia berterima kasih kepada Benediktus XVI atas jaminan-jaminan, melalui “Kardinal” Kasper, bahwa Gereja tidak lagi mencoba untuk mengonversikan orang-orang Yahudi.[9] Pernyataan Rosen kepada Benediktus XVI diterbitkan di dalam surat kabar Vatikan.
Pada tanggal 12 Februari 2009, Alan Solow Presiden dari Conference of Major American Jewish Organizations atau Konferensi Organisasi-Organisasi Besar Yahudi Amerika, menyatakan secara langsung kepada Benediktus XVI. : “…seperti yang ditegaskan di dalam Nostra Aetate – perjanjian antara Allah dan orang-orang Yahudi itu abadi.” Benediktus XVI lalu berterima kasih kepadanya atas komentar-komentarnya yang diterbitkan di dalam surat kabar Vatikan.
Untuk mengimplementasikan ajaran baru Vatikan II, Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI juga menunjuk “Kardinal” Walter Kasper sebagai kepala dari Komisi bagi Hubungan Keagamaan dengan Komunitas Yahudi. Kasper secara terang-terangan mengajarkan bahwa orang-orang Yahudi diselamatkan tanpa iman di dalam Kristus dan bahwa deklarasi Nostra Aetate dari Vatikan II meninggalkan ajaran Katolik tradisional bahwa Perjanjian Baru menggantikan Perjanjian Lama.
Anti-Paus Fransiskus telah melakukan banyak sekali tindak kemurtadan bersama para Yahudi. Ia telah mengambil bagian di dalam banyak sekali ibadat Yahudi dan bahkan membantu mengorganisirnya. Ia telah mengajarkan bahwa para Yahudi memiliki perjanjian yang valid dengan Allah dan bahwa mereka telah diselamatkan dari segala kejahatan. Fransiskus telah secara terang-terangan dan berulang kali menolak untuk mengonversikan orang-orang Yahudi dan orang non-Katolik lainnya. Ia secara khusus meyakinkan sahabat karibnya Rabbi Abraham Skorka bahwa Gereja Katolik tidak boleh melakukan proselitisme terhadap orang-orang Yahudi.[10] Untuk alasan ini, ia menunjuk “Kardinal” Kurt Koch sebagai Presiden dari Dewan Hubungan Keagamaan dengan Komunitas Yahudi. Pada tahun 2013, Koch secara terang-terangan menolak ide bahwa Gereja Katolik memiliki suatu misi untuk mengonversikan orang-orang Yahudi.[11]
Sama sekali tidak terdapat keraguan bahwa ajaran sekte Vatikan II tentang orang-orang Yahudi, yang berasal dari dan dimuat di dalam Nostra Aetate #4, adalah ajaran Antikristus. Sama sekali tidak diragukan bahwa ajaran itu bidah. Ajaran tersebut adalah penyangkalan terhadap ajaran Yesus Kristus dan dogma Katolik.
Faktanya, menarik untuk mempertimbangkan bahwa kata kerja Bahasa Latin reprobo, yang digunakan oleh Konsili Florence dan Vatikan II untuk dua ajaran yang sepenuhnya berbeda tentang orang-orang Yahudi, adalah sumber untuk kata di dalam bahasa Inggris reprobate. Di dalam ajaran yang secara ketat dogmatis, seorang reprobate adalah seseorang yang terasing dari keadaan rahmat. Seorang reprobate adalah seseorang yang diusir oleh Allah. Orang itu tidak berhak untuk berada di hadirat Allah, dan orang tersebut tidak berhak mendapatkan kebaikan Allah ataupun keselamatan dari-Nya karena orang itu memiliki kepercayaan atau melakukan tindakan yang jahat. Allah me-reprobat-kan (atau menolak) orang tersebut. Orang-orang yang meninggal di dalam keadaan penolakan tentunya masuk Neraka, sedangkan orang-orang yang di-reprobat-kan yang masih hidup dapat berhenti berada di dalam keadaan penolakan jika mereka sungguh-sungguh berkonversi, tetapi pada saat ini mereka berada di dalam keadaan yang terkutuk. Oleh karena itu, sewaktu Vatikan II menyatakan bahwa orang-orang Yahudi, walaupun mereka tidak menerima Kristus dan Gereja-Nya, tidak boleh dianggap sebagai reprobati, hal tersebut berarti mereka tidak ditolak. Hal ini adalah deklarasi resmi bahwa mereka dapat diselamatkan: bahwa mereka tidak boleh dianggap sebagai berada di dalam keadaan terkutuk atau ditolak, walaupun mereka menyangkal Injil. Ini tentunya adalah bidah terang-terangan. Semua fakta ini menunjukkan bahwa ajaran Vatikan II tentang orang-orang Yahudi di dalam Nostra Aetate #4 bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus, Tradisi Katolik, dogma Katolik, dan semua ajaran para Paus sejati.
Catatan kaki:
[1] Walter M. Abbott, The Documents of Vatican II {Dokumen-dokumen Vatikan II}, The America Press, 1966, hal. 666.
[2] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Sheed & Ward and Georgetown University Press, 1990, Vol. 1, hal. 970.
[3] 1937 Latin Version of Denzinger {Versi Latin Denzinger}, Enchiridion Symbolorum, Herder & Co.., no. 705.
[4] Sunday Sermons of the Great Fathers {Khotbah-Khotbah Hari Minggu Para Bapa Agung}, San Francisco: Ignatius Press, 2000, Vol. 3, hal. 223.
[5] Documentation Catholique {Dokumentasi Katolik} 94 (1997), 1003; Dikutip di dalam The Bible, The Jews and the Death of Jesus {Kitab Suci, Para Yahudi dan Kematian Yesus}, Komite Para Uskup untuk Urusan Ekumenis dan Antaragama, United States Conference of Catholic Bishops, 2004, hal. 31.
[6] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 4 (1939-1958), hal. 42.
[7] http://w2.vatican.va/content/benedict-xvi/fr/speeches/2005/august/documents/hf_ben-xvi_spe_20050819_cologne-synagogue.html
[8] The Jewish People and Their Sacred Scriptures in the Christian Bible {Orang-orang Yahudi dan Kitab Suci Mereka di dalam Kitab Suci Kristiani}, Bagian II, A, Dibuka oleh Benediktus XVI, www.vatican.va.
[9] https://www.rabbidavidrosen.net/wp-content/uploads/2016/02/IJCIC_Audience_Pope_Benedict_October_30_2008.pdf
[10] Situs Vatikan, Fransiskus, Pesan-Pesan, Message-vidéo pour la fête de saint Gaétan (San Cayetano) en Argentine {Pesan Video untuk Perayaan Santo Gaetan}, 7 Agustus 2013, versi Prancis, § 4. http://www.vatican.va/holy_father/francesco/messages/pont-messages/2013/documents/papa-francesco_20130807_videomessaggio-san-cayetano_fr.html
[11] https://www.catholicworldreport.com/2013/05/15/jewish-catholic-dialogue-65-years-after-the-founding-of-the-state-of-israel/
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...