^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Apakah Vatikan II Infalibel? Jika Anda Percaya bahwa Paulus VI adalah Seorang Paus Sejati, Ya.
“Semua dan masing-masing pokok, yang telah diuraikan dalam Dekret ini telah mendapatkan persetujuan dari para bapa. Kami pula, dengan Otoritas Apostolik yang diberikan kepada kami oleh Kristus, bersama para bapa yang terhormat, menyetujui, mendekretkan dan menetapkan hal-hal ini di dalam Roh Kudus, dan kami memerintahkan supaya apa yang sudah dinyatakan di dalam sinode [konsili] ini diterbitkan untuk kemuliaan Allah... Saya, Paulus, Uskup Gereja Katolik.”[1] (Paulus VI, dengan khidmat menutup semua dokumen dari Vatikan II)
Kami telah menyingkap secara rinci bidah-bidah Vatikan II. Kami juga telah menunjukkan bahwa para pria yang menjalankan Konsili non-Katolik ini bukanlah Paus sejati dari Gereja Katolik, melainkan Anti-Paus. Walaupun orang-orang tertentu telah melihat semua buktinya, mereka tetap tidak yakin. Mereka percaya bahwa memang terdapat masalah doktrin dengan Vatikan II, tetapi, menurut mereka tidak menjadi masalah untuk Paulus VI karena ia tidak mempermaklumkan satu pun bidah Vatikan II. “Bidah-bidah Vatikan II tidaklah menjadi masalah”, kata mereka, “karena Vatikan II tidaklah infalibel!” Sekarang kami akan menunjukkan bahwa jika Paulus VI adalah seorang Paus sejati, dokumen-dokumen Vatikan II telah dipermaklumkan secara infalibel. Hal ini akan membuktikan kembali bahwa Paulus VI (sang bidah yang mempermaklumkan dokumen-dokumen murtad dari Vatikan II, mengubah ritus-ritus ketujuh sakramen, mengubah Misa menjadi ibadat Protestan, merencanakan kehancuran secara sistematis dan mendunia dari Katolisisme, menghancurkan sistem sekolah Katolik sedunia, dan memulai kemurtadan terbesar dari Katolisisme di dunia) bukanlah dan tidaklah dapat menjadi seorang Paus sejati. Ia adalah seorang Anti-Paus.
Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi bagi seorang Paus untuk mengajar secara infalibel: [1] Sri Paus harus memenuhi tugasnya sebagai gembala dan pengajar atas semua umat Kristiani; [2] ia harus mengajar atas dasar otoritas apostoliknya yang tertinggi; dan [3] ia harus mendefinisikan suatu bahwa suatu doktrin tentang iman atau moral harus dipegang oleh Gereja universal. Jika seorang Paus memenuhi semua syarat ini, ia, lewat pertolongan ilahi, yang dijanjikan kepadanya sebagai penerus Petrus, beroperasi secara infalibel, seperti yang diajarkan oleh definisi dari Konsili Vatikan I berikut.
Kami sekarang akan membuktikan lewat setiap poin bahwa maklumat Paulus VI akan dokumen-dokumen Vatikan II memenuhi ketiga dari persyaratan tersebut, yang akan membuat dokumen-dokumen Vatikan II infalibel jika ia adalah seorang Paus sejati.
Syarat pertama bagi seorang Paus untuk mengajar secara infalibel adalah bahwa ia harus bertindak sebagai gembala dan pengajar semua orang Kristiani. Jika ia adalah Paus sejati, Paulus VI memenuhi persyaratan ini.
SEMUA 16 DOKUMEN DARI VATIKAN II BERMULA DENGAN KATA-KATA BERIKUT:
Paus Eugenius IV memulai sesi ke-9 dari Konsili Florence yang dogmatis dengan kata-kata berikut: “Eugenius, uskup, hamba para hamba Allah, demi kenangan abadi.”[4] Paulus Yulius II memulai sesi ke-3 dari Konsili Lateran V yang dogmatis dengan kata-kata berikut: “Yulius, uskup, hamba para hamba Allah, dengan persetujuan dari konsili suci, demi kenangan abadi.”[5] Dan Paus Pius IX memulai sesi pertama dari Konsili Vatikan I dengan kata-kata berikut: “Pius, uskup, hamba para hamba Allah, dengan persetujuan dari konsili suci, untuk kenangan abadi.”[6] Ini adalah cara yang lazim di mana dekret konsili-konsili umum/dogmatis/ekumenis dimulai secara khidmat oleh para Paus. Paulus VI memulai setiap dokumen dari Vatikan II dengan cara yang sama, dengan kata-kata yang sama!
Konsili Florence pada abad ke-15 dibuka oleh Paus Eugenius IV
Dengan memulai setiap dokumen Vatikan II dengan cara ini, Paulus VI (jika ia adalah seorang Paus sejati) jelas-jelas memenuhi persyaratan pertama untuk mengajarkan secara infalibel.
Syarat kedua bagi seorang Paus untuk mengajar secara infalibel adalah bahwa ia harus mengajar sesuai dengan otoritas apostoliknya yang tertinggi. Jika ia adalah seorang Paus, Paulus VI memenuhi persyaratan ini.
SELURUH 16 DOKUMEN VATIKAN II BERAKHIR DENGAN KATA-KATA INI (ATAU KATA-KATA YANG PADA DASARNYA IDENTIK DENGAN KATA-KATA BERIKUT):
Wah! Fakta yang tidak diketahui banyak orang ini benar-benar menghancurkan semua gugatan bahwa Paulus VI adalah seorang Paus sejati. Paulus VI mengakhiri setiap dokumen Vatikan II dengan mendoakan ‘otoritas apostolik’-nya, yang diikuti dengan tanda tangannya! Ia jelas-jelas memenuhi persyaratan kedua untuk infalibilitas. Faktanya, paragraf ini dengan sendirinya memenuhi bukan hanya persyaratan kedua untuk Infalibilitas Kepausan, tetapi ketiga-tiganya; karena di dalamnya, kita dapat melihat Paulus VI ‘menyetujui, mendekretkan dan menetapkan’ di dalam ‘Roh Kudus’ dan di ‘dengan otoritas apostolik’-nya segala hal yang terkandung di dalam setiap dokumen! Ini adalah gaya bahasa yang infalibel. Orang-orang yang menolak hal ini tidak mengerti apa yang ia katakan.
Persetujuan yang diberikan kepada Vatikan II oleh Paulus VI (yang dikutip di atas) bahkan lebih khidmat dari persetujuan yang diberikan kepada Konsili Nicea (325) yang infalibel oleh Paus St. Silvester. Hal tersebut lebih khidmat dari persetujuan yang diberikan kepada Konsili Efesus (431) yang infalibel oleh Paus St. Selestinus. Dalam kata lain, dengan menyetujui konsili-konsili sejati Gereja Katolik tersebut, para Paus sejati ini menyetujui dokumen-dokumen konsili-konsili tersebut dengan cara yang bahkan jauh lebih sederhana daripada cara Paulus VI menyetujui Vatikan II; walaupun demikian, persetujuan mereka terhadap konsili-konsili sejati tersebut cukup untuk menjadi infalibel dan mengikat – suatu fakta yang tidak dipertanyakan oleh seorang Katolik pun.
Oleh karena itu, adalah sebuah fakta bahwa setiap dokumen Vatikan II merupakan sebuah tindakan khidmat dari Paulus VI. Setiap dokumen ditandatangani olehnya; mereka semua bermula dengan kata-katanya sebagai ‘gembala dan pengajar semua orang Kristiani’; dan setiap dokumen tersebut berakhir dengannya ‘menyetujui, mendekretkan dan menetapkan’ seluruh isi dokumen tersebut di dalam ‘otoritas apostolik’-nya.
Hal ini membuktikan bahwa jika Paulus VI adalah Paus, dokumen-dokumen Vatikan II infalibel! Tetapi dokumen-dokumen Vatikan II tidaklah infalibel; mereka jahat dan sesat. Oleh karena itu, hal ini MENGHANCURKAN SEGALA KEMUNGKINAN bahwa Paulus VI adalah seorang Paus sejati; karena seorang Paus sejati tidak pernah dapat mempermaklumkan dokumen-dokumen sesat Vatikan II di dalam cara yang otoritatif seperti ini.
Kami telah membuktikan bahwa Paulus VI memenuhi ketiga persyaratan untuk mengajar secara infalibel di Vatikan II jika ia adalah Paus. Demi kelengkapan, kami akan menuntaskan bukti poin-demi-poin dengan mencatat bahwa dokumen-dokumen Vatikan II dipenuhi ajaran-ajaran tentang iman dan moral (bagian dari persyaratan ketiga). Dan mereka harus dipercayai oleh Gereja universal, jika Paulus VI adalah Paus karena Paulus VI menyetujui, mendekretkan, dan menetapkan secara khidmat segala hal tersebut, dengan ‘otoritas apostolik’-nya, dan memerintahkan mereka untuk diterbitkan.
Maka, syarat ketiga untuk infalibilitas juga terpenuhi oleh Paulus VI di dalam maklumatnya di Vatikan II. Tetapi masih ada lagi!
Di dalam ikhtisarnya yang menyatakan bahwa konsili sudah ditutup, Paulus VI kembali menyebutkan ‘otoritas apostolik’-nya dan mengakui bahwa semua konstitusi, dekret, dan deklarasi Vatikan II telah disetujui dan dipermaklumkan olehnya. Ia lalu berkata bahwa semua itu harus ‘ditaati secara khusyuk oleh semua umat beriman’!
Paulus VI berkata bahwa Vatikan II harus Ditaati Secara Khusyuk
Anda melihatnya. Konsili Vatikan II yang murtad haruslah ‘ditaati secara khusyuk’, jika anda mengikuti Paulus VI. Tidak diragukan lagi bahwa jika Paulus VI adalah seorang Paus sejati, pintu Alam Maut telah mengalahkan Gereja Katolik pada tanggal 8 Desember 1965. Jika Paulus VI adalah Paus, janji-janji Yesus Kristus kepada Gereja-Nya telah gagal. Jika Paulus VI adalah Paus, seluruh ajaran Vatikan II tentang iman dan moral telah dipermaklumkan secara infalibel (ex cathedra). Tetapi hal ini tidak mungkin terjadi – dan semua orang yang berkata bahwa hal tersebut mungkin terjadi tidak percaya akan ajaran Katolik tentang indefektibilitas Gereja Katolik. Maka kita tahu bahwa Giovanni Montini (Paulus VI) bukanlah seorang penerus Petrus yang sejati, tetapi seorang Anti-Paus yang tidak valid – yang kami telah buktikan dengan sangat jelas sewaktu kami menyingkapkan bidah-bidahnya yang luar biasa yang menunjukkan bahwa ‘pemilihan’-nya – karena ia adalah seorang bidah terang-terangan – tidak valid.
Seluruh dokumen Vatikan II diratifikasikan oleh Anti-Paus Paulus VI dengan gaya bahasa yang khidmat
Dan jika anda tidak yakin akan hal ini, tanyakanlah kepada diri anda sendiri pertanyaan ini: Apakah mungkin bagi seorang Paus Katolik untuk ‘menyetujui, mendekretkan, dan menetapkan’ semua bidah-bidah Vatikan II ‘di dalam Roh Kudus’ dan dengan ‘otoritas apostolik’-nya? Indra Katolik anda mengatakan jawabannya. Tidak mungkin. Maka, mereka yang mengakui bahwa bidah-bidah dari Vatikan II dan fakta-fakta yang kami sajikan di sini, yang tetap berkata bahwa adalah mungkin bahwa Anti-Paus Paulus II adalah seorang Paus sejati, sayangnya masih berada di dalam kesesatan karena mereka menolak Infalibilitas Kepausan dan untuk berpegang kepada sebuah posisi yang berarti bahwa pintu Alam Maut telah mengalahkan Gereja Katolik.
Beberapa orang akan berargumentasi bahwa agar seorang Paus dapat berbicara ex cathedra, ia harus mengutuk pandangan yang berlawanan atau memberikan sanksi untuk mereka yang tidak mematuhinya. Hal ini tidak benar. Tidak ada sama sekali di dalam definisi Paus Pius IX tentang infalibilitas Kepausan dikatakan bahwa seorang Paus harus mengutuk agar dapat beroperasi secara infalibel. Terdapat sejumlah definisi infalibel di mana para Paus tidak mengutuk atau memberikan sanksi.
Bantahan-bantahan – Kami sekarang akan menjawab bantahan-bantahan yang umum yang dibuat oleh mereka yang berargumentasi bahwa Vatikan II tidak dipermaklumkan secara infalibel oleh Paulus VI bahkan jika ia adalah seorang Paus.
Bantahan #1) Pada pidatonya yang membuka Vatikan II, Yohanes XXIII berkata bahwa Vatikan II akan menjadi suatu ‘konsili yang pastoral’. Hal ini membuktikan bahwa Vatikan II tidaklah infalibel!
Jawaban: Hal ini tidak benar. Yohanes XXIII tidak berkata di dalam pidato pembukaannya di konsili Vatikan II bahwa Vatikan II akan menjadi suatu konsili yang pastoral. Berikut adalah perkataan Yohanes XXIII yang sesungguhnya:
Di sini kita dapat melihat bahwa Yohanes XXIII tidak berkata bahwa Vatikan II akan menjadi suatu konsili yang pastoral. Ia berkata bahwa Vatikan II akan mencerminkan Magisterium Gereja, yang karakter pokoknya bersifat pastoral. Maka, walaupun terdapat mitos yang tersebar begitu luas, faktanya adalah bahwa Yohanes XXIII tidak pernah menyebut Vatikan II sebagai suatu konsili pastoral di dalam pidato pembukaannya.
Anti-Paus Yohanes XXIII membuka Vatikan II
Omong-omong, bahkan jika Yohanes XXIII menyebut Vatikan II sebagai suatu konsili yang pastoral di dalam pidato pembukaannya, hal ini tidak berarti bahwa Vatikan II tidak infalibel. Walaupun sesuatu dideskripsikan sebagai pastoral, tidak berarti secara ipso facto (oleh karena fakta itu sendiri) bahwa hal itu tidak infalibel. Maka, bahkan jika Yohanes XXIII memang menggambarkan Vatikan II sebagai suatu konsili yang pastoral (yang tidak ia lakukan) hal ini tidak akan membuktikan bhawa Vatikan II tidak infalibel.
Yang lebih penting, adalah fakta bahwa Yohanes XXIII tidak menyebut Vatikan II sebagai sebuah konsili pastoral di dalam pidato pembukaannya di Vatikan II tidak berarti apa-apa. Hal ini disebabkan, seperti yang kita telah lihat, oleh fakta bahwa Paulus VI-lah yang secara khidmat meneguhkan bidah-bidah Vatikan II; dan peneguhan Paulus VI (dan bukan Yohanes XXIII)-lah yang membuktikan bahwa Vatikan II mengikat mereka yang menerimanya.
Bantahan #2) Paulus VI berkata di dalam Audiens Umum-nya pada tanggal 12 Januari 1966 bahwa Vatikan II ‘telah menghindari pernyataan dengan cara yang luar biasa tentang dogma-dogma yang dipengaruhi tanda infalibilitas’.
Jawaban: Memang benar, Paulus VI menyatakan pada tahun 1966 (setelah Vatikan II sudah dipermaklumkan secara khidmat) bahwa Vatikan II ‘telah menghindari pernyataan dengan cara yang luar biasa tentang dogma-dogma yang dipengaruhi tanda infalibilitas’. Bagaimanapun, pernyataan Anti-Paus Paulus VI pada tahun 1966 tidak relevan. Hal tersebut tidak dan tidak dapat mengubah fakta bahwa ia telah mempermaklumkan secara khidmat (di dalam cara yang infalibel jika ia adalah seorang Paus) seluruh dokumen dari Vatikan II pada tanggal 8 Desember 1965. Paulus VI telah menandatangani dan memeteraikan Vatikan II lama sebelum 12 Januari 1966. Vatikan II ditutup secara khidmat pada tanggal 8 Desember 1965. Hal ini berarti bahwa jika Paulus VI adalah seorang Paus (ia bukan seorang Paus), pintu Alam Maut telah mengalahkan Gereja pada tanggal 8 Desember 1965 lewat maklumatnya yang khidmat dan final akan segala dokumen Vatikan II yang sesat pada hari itu.
Magisterium adalah otoritas pengajaran yang ajaran-ajarannya ‘tidak dapat diubah’ (de fide definita, Vatikan I, Denz. 1839). Karena ajaran-ajaran tersebut tidak dapat diubah, mereka tidak berubah dari tanggal di mana mereka dinyatakan. Jika Anti-Paus Paulus VI adalah seorang Paus sejati, Vatikan II tidak dapat diubah dan infalibel pada tanggal 8 Desember 1965. Tidak ada satu hal pun yang dikatakan ataupun dilakukan setelah 8 Desember 1965 dapat membatalkan (jika Paulus VI adalah seorang Paus sejati) hal yang telah dilakukan, karena jika tidak, hal itu berarti ajaran Magisterium dapat diubah. Maka, khotbah Anti-Paus Paulus VI pada tahun 1966 (setelah konsili ditutup) sama sekali tidak relevan akan infalibilitas Vatikan II.
Tetapi mengapa Anti-Paus Paulus VI membuat pernyataan semacam itu? Jawabannya sederhana. Intelegensia yang satanik yang memandu Anti-Paus Paulus VI mengetahui bahwa, pada akhirnya, semua orang yang memiliki pola pikir Katolik tradisional tidak akan menerima dekret-dekret Vatikan II sebagai infalibel, karena mereka penuh dengan kesalahan dan bidah. Oleh karena itu, jika ia tidak membuat pernyataan ini di tahun 1966, bahwa Vatikan II telah menghindari definisi-definisi luar biasa yang infalibel, banyak orang akan segera sampai kepada kesimpulan bahwa ia (Giovanni Montini – Anti-Paus Paulus VI) bukanlah seorang Paus sejati. Maka, Iblis memiliki pengaruh besar kepada pernyataan ini.
Paulus VI adalah seorang bidah yang satanik dan seorang anti-Paus. Di sini ia terlihat mengenakan efod, aksesoris Yahudi
Iblis harus menyebarkan di antara para ‘tradisionalis’ ide bahwa Paulus VI tidak ‘secara infalibel’ mempermaklumkan Vatikan II. Hal ini penting bagi seluruh kemurtadan pasca-Vatikan II dari Iblis; ia begitu takut bahwa jutaan orang akan menjadi sedevakantis dan mencela Anti-Paus VI, Gereja palsunya, dan misa palsunya (Novus Ordo). Maka, Iblis mengilhami Anti-Paus Paulus VI untuk berkata (jauh setelah Vatikan II telah dipermaklumkan secara khidmat olehnya) bahwa Vatikan II tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan dogmatis. Iblis berharap bahwa kepastian ini akan memberikan Paulus VI penampilan yang legitim di antara mereka yang memiliki keeratan dengan Iman tradisional. Tetapi tipuan satanik ini runtuh jika seseorang mempertimbangkan fakta bahwa Vatikan II telah ditutup di tahun 1965.
Terlebih lagi, dan mungkin hal yang paling penting, harus ditunjukkan bahwa pada Audiens Umum yang sama pada tanggal 12 Januari 1966, Paulus VI berkata:
Jika orang-orang mengutip Audiens Umum Paulus VI pada tanggal 12 Januari 1966 untuk mencoba membuktikan bahwa Vatikan II tidaklah infalibel sungguhpun Paulus VI adalah Paus, secara logis, mereka harus menerima pernyataan-pernyataan lain tentang Vatikan II yang dibuat Paulus VI di dalam Audiens Umum tersebut, seperti yang dikutip di atas dan yang dikutip di bawah. Di dalam kutipan di atas, kita dapat melihat dengan jelas bahwa Paulus VI berkata (di dalam Audiens General yang sama) bahwa Vatikan II adalah suatu tindakan Magisterium dan bahwa setiap orang yang mematuhi Vatikan II ‘mengakui dan menghormati magisterium Gereja’! [Magisterium adalah otoritas pengajaran infalibel dari Gereja.]
Oleh karena itu, khotbah Paulus VI berarti bahwa, menurutnya, Vatikan II infalibel – karena ia berkata bahwa hal tersebut adalah ajaran Magisterium, yang infalibel. Khotbahnya lebih lanjut berkata bahwa setiap orang yang menerima ajaran Vatikan II (yaitu bidah-bidahnya) – seperti ajaran bahwa para non-Katolik dapat menerima Komuni Kudus atau bidah tentang kebebasan beragama atau bahwa para Muslim dan para Katolik menyembah Allah yang Sama, dst. adalah tindakan yang menghormati ajaran Katolik. Seseorang yang ingin ‘mengikuti’ khotbah ini, oleh karena itu, harus mengakui bahwa mereka yang menerima bidah-bidah tersebut menghormati ajaran Katolik! Ini jelas-jelas konyol dan sesat; hal ini membuktikan bahwa, tidak peduli cara seseorang ingin memandang masalah ini bersama Audiens Umum dari Paulus VI ini, Vatikan II mengikat semua orang yang percaya bahwa Paulus VI adalah seorang Paus yang valid – yang membuktikan bahwa Paulus VI sama sekali bukan Paus sejati. Anda tidak dapat mengutip Audiens Umum ini untuk berkata bahwa seseorang tidak terikat untuk menerima Vatikan II, sewaktu Audiens Umum yang sama berkata bahwa setiap orang yang mengikutinya, juga menghormati Magisterium! Paulus VI lalu berkata di dalam khotbah yang sama:
Bagian dari khotbah ini hampir tidak pernah dikutip oleh para pembela Paulus VI, mungkin karena mereka mengetahui bahwa ajaran dari Magisterium Biasa Tertinggi adalah infalibel, yang berarti bahwa bahkan Audiens Umum dari Anti-Paus Paulus VI ini mendukung infalibilitas dari Vatikan II. Di dalam Audiens Umum yang sama, Paulus VI juga mengatakan hal ini:
Terlebih lagi, Paulus VI menyatakan di dalam ensikliknya Ecclesiam Suam (yang ditujukan kepada Gereja secara keseluruhan) bahwa Vatikan II memiliki tugas untuk membela doktrin.
Hal ini berarti bahwa Vatikan II memiliki tugas untuk mengajar secara infalibel. Dan di bagian selanjutnya, kami akan mengutip dari khotbah Paulus VI di tahun 1976 di mana ia membahas hal tentang apabila Vatikan II dan Misa Baru mengikat dan secara khusus menolak klaim para tradisionalis palsu yang ingin berpegang kepada legitimitas Paulus VI dan dalam waktu yang bersamaan menolak Misanya dan konsilinya.
Bantahan #3) Vatikan II tidak infalibel karena terdapat catatan yang dilampirkan di dalam dokumennya Lumen Gentium yang berkata bahwa konsili itu tidak infalibel.
Jawaban: [Catatan: jawaban akan bantahan ini sangat dalam dan rinci, dan beberapa orang mungkin tidak merasa tertarik. Jika anda tidak ingin mencari jawaban akan bantahan ini, anda mungkin dapat melongkapi hal ini.]
Beberapa pembela Paulus VI merujuk kepada sebuah catatan teologis yang terlampir di dokumen Lumen Gentium. Mereka berpikir bahwa penjelasan ini membuktikan bahwa Paulus VI tidak mempermaklumkan Vatikan II secara infalibel atau dengan berkuasa. Tetapi argumen ini tidak masuk akal setelah dicermati. Berikut adalah bagian yang penting dari catatan teologis yang dilampirkan di dokumen Lumen Gentium:
Pertama, catatan ini bahkan bukan bagian dari naskah sesungguhnya dari dokumen Lumen Gentium; catatan ini adalah suatu lampiran dari naskah Lumen Gentium.[13]
Kedua, catatan ini dilampirkan hanya kepada Lumen Gentium, dan tidak kepada dokumen-dokumen yang lain. Dalam kata lain, bahkan jika catatan teologis ini ‘menyelamatkan’ maklumat Paulus VI dari bidah-bidah di dalam Lumen Gentium (nyatanya tidak), catatan ini tetap tidak ‘menyelamatkan’ maklumatnya untuk bidah-bidah Vatikan II yang lain.
Ketiga, jika seseorang membaca catatan di atas, ia dapat melihat bahwa catatan itu menyatakan bahwa pokok hal, atau cara pengungkapan sesuatu di dalam Vatikan II, menunjukkan bahwa Vatikan II menetapkan Magisterium Gereja yang tertinggi. Pernyataan Paulus VI pada permulaan dan akhir dari setiap dokumen Vatikan II (yang telah dikutip) jelas-jelas menyatakan, lewat ‘cara pengungkapannya’, ‘sesuai dengan aturan-aturan interpretasi teologis’ (yaitu, sejajar dengan dekret-dekret dogmatis dari masa lalu), bahwa ia menetapkan Magisterium yang tertinggi (jika ia adalah seorang Paus). Oleh karena itu, penjelasan teologis yang terlampir kepada dokumen Lumen Gentium ini tidak mengurangi ataupun merendahkan gaya bahasa yang khidmat dari Paulus VI yang ditemukan pada akhir dari setiap dokumen Vatikan II. Tetapi, gaya bahasanya pada akhir dari setiap dokumen Vatikan II memenuhi syarat-syarat catatan teologis tersebut.
Keempat, mereka yang mencoba untuk menggunakan catatan ini untuk ‘menyelamatkan’ semua dokumen dari Vatikan II agar tidak mengkompromikan Infalibilitas Kepausan tidak memperhatikan apa yang dikatakan catatan itu. Catatan itu jelas-jelas menyatakan bahwa 'hal-hal lain yang dinyatakan oleh sinode ini sebagai ajaran Magisterium tertinggi dari Gereja, setiap dan seluruh anggota dari umat beriman harus menerima dan memeluknya menurut pola pikir sinode itu sendiri, yang sudah jelas dari pokok hal tersebut ataupun cara pengungkapan hal tersebut sesuai dengan aturan-aturan interpretasi teologis.”
Ini adalah poin yang sangat penting! Terdapat contoh-contoh di dalam Vatikan II di mana Vatikan II menyatakan apa yang dipercayainya sebagai ajaran tertinggi dari Magisterium, di mana “setiap dan seluruh anggota dari umat beriman harus menerima dan memeluknya menurut pola pikir sinode itu sendiri, yang sudah jelas dari pokok hal tersebut ataupun cara pengungkapan hal tersebut...” Contohnya, di dalam Deklarasi tentang Kebebasan Beragamanya yang sesat (Dignitatis Humanae), Vatikan II berkata demikian:
Di sini Vatikan II secara terang-terangan menunjukkan bahwa ajarannya yang sesat tentang kebebasan beragama berakar di dalam wahyu ilahi dan harus dianggap sakral oleh para umat Kristiani. Hal ini jelas-jelas memenuhi persyaratan dari catatan teologis tentang ajaran bahwa "setiap dan seluruh anggota dari umat beriman harus menerima dan memeluknya menurut pola pikir sinode itu {Vatikan II} sendiri, yang sudah jelas dari pokok hal tersebut ataupun cara pengungkapan hal tersebut...” Hal ini tidak berhenti di sini saja:
Di sini Vatikan II secara terang-terangan menunjukkan bahwa ajarannya yang sesat tentang kebebasan beragama 1) setia kepada kebenaran Injil; 2) mengikuti jalan Kristus dan para rasul; dan 3) sesuai dengan wahyu ilahi! Kami mengingatkan sang pembaca kembali akan kata-kata di dalam catatan teologis tersebut, yang menyatakan bahwa “hal-hal lain yang dinyatakan oleh sinode ini sebagai ajaran magisterium tertinggi dari Gereja, setiap dan seluruh anggota dari umat beriman harus menerima dan memeluknya menurut pola pikir sinode itu sendiri, yang sudah jelas dari pokok hal tersebut ataupun cara pengungkapan hal tersebut sesuai dengan aturan-aturan interpretasi teologis.”
Maka, menurut catatan teologis itu sendiri, mereka yang menerima Paulus VI sebagai seorang Paus terikat untuk menerima ajaran sesat Vatikan II tentang kebebasan beragama sebagai ajaran dari Magisterium tertinggi Gereja! Catatan teologis ini mengikat mereka untuk menerima ajaran sesat Vatikan II tentang kebebasan beragama sebagai 1) setia kepada kebenaran Injil; 2) mengikuti jalan Kristus dan para rasul; dan 3) sesuai dengan wahyu ilahi karena inilah pola pikir sinode itu sendiri, yang sudah jelas dari pokok hal tersebut ataupun cara pengungkapan hal tersebut...” Sangatlah sederhana: mereka yang percaya bahwa Anti-Paus Paulus VI adalah seorang Paus terikat kepada dokumen tentang kebebasan beragama.
Untuk merangkum semua poin-poin yang telah dibuat sejauh ini: 1) catatan teologis yang terlampir di Lumen Gentium tidak berlaku untuk semua dokumen; 2) catatan teologis yang terlampir di Lumen Gentium tidak mengurangi ataupun merendahkan gaya bahasa Paulus II pada akhir dari setiap dokumen Vatikan II, tetapi membuktikan bahwa gaya bahasanya di akhir dari setiap dokumen memenuhi syarat-syarat ajaran infalibel dari Magisterium; 3) walaupun jika catatan teologis tersebut berlaku untuk setiap dokumen – dan jika, entah bagaimana, catatan tersebut membuat gaya bahasa Paulus VI yang khidmat pada akhir setiap dokumen tidak mengikat (tentunya tidak) – catatan teologis tersebut sendiri tetapi membuktikan bahwa berbagai dokumen di dalam Vatikan II infalibel dan mengikat lewat cara Vatikan II menyajikan ajarannya tentang hal-hal ini. Seseorang akan gagal jika ia mencoba untuk menghindari kenyataan bahwa Anti-Paus Paulus VI tidak dapat menjadi Paus sejati sedangkan pada waktu yang bersamaan, ia mempermaklumkan Vatikan II.
St. Petrus vs Anti-Petrus
Di dalam ensiklik dogmatisnya yang berjudul Quanta Cura, Paus Pius IX secara infalibel mengutuk doktrin sesat kebebasan beragama (yang juga telah dikutuk oleh banyak Paus lain). Paus Pius IX secara terang-terangan menganatemakan bidah bahwa kebebasan beragama harus menjadi suatu hak sipil di dalam setiap masyarakat yang terbentuk secara benar. Gereja Katolik mengajarkan bahwa suatu pemerintahan yang mengakui hak kebebasan beragama – seperti AS – tentunya lebih baik daripada pemerintahan yang mengekang Katolisisme. Tetapi, ini hanyalah keadaan di mana seseorang menentukan yang mana yang lebih baik dari dua kejahatan. Idealnya adalah bahwa suatu pemerintahan yang mengakui agama Katolik sebagai satu-satunya agama negara dan tidak memberikan kepada setiap orang ‘kebebasan’ untuk mempraktikkan dan menyebarkan agama sesatnya di area publik. Maka, ide bahwa kebebasan beragama harus menjadi suatu hak sipil universal adalah sesat, seperti yang didefinisikan secara infalibel oleh Paus Pius IX di dalam Quanta Cura.
Dignitates Humanae (dokumen Vatikan II), yang menyatakan bahwa kebebasan beragama harus dijadikan hak sipil, bertentangan dengan ensiklik Paus Pius IX yang mengutuk kebebasan beragama
Paus Pius IX mengutuk, melarang, dan menolak (menjadikan tidak legal) lewat otoritas apostoliknya ide yang sesat bahwa setiap negara harus memberikan hak sipil untuk kebebasan beragama. Tetapi perhatikanlah! Berbeda dengan Paus Pius IX yang mengutuk, melarang, dan menolak (menjadikan tidak legal) doktrin ini dengan otoritas apostoliknya, Anti-Paus Paulus VI menyetujui, mendekretkan dan menetapkan ajaran yang terkutuk ini lewat ‘otoritas apostoliknya’. Dalam kata lain, ajaran yang telah dikutuk oleh Paus Pius IX lewat otoritas apostoliknya adalah ajaran yang persis diajarkan oleh Anti-Paus Paulus VI lewat ‘otoritas apostolik’-nya!
Otoritas St. Petrus vs. Otoritas Anti-Petrus
Paus Pius IX, Quanta Cura, (#3-6), 8 Desember 1864, ex cathedra:
“Maka dari ide tentang pemerintahan sosial yang sama sekali salah tersebut, mereka tidak ragu-ragu mengedepankan opini yang sesat tersebut, yang dampak-dampaknya paling mematikan kepada Gereja Katolik dan keselamatan jiwa-jiwa, yang disebut oleh pendahulu Kami, Gregorius XVI, sebuah kegilaan, YAITU BAHWA ‘KEBEBASAN BERHATI NURANI DAN BERIBADAH MERUPAKAN HAK PRIBADI SETIAP MANUSIA, YANG HARUS DINYATAKAN SECARA HUKUM DAN DISEBUTKAN DI DALAM SETIAP MASYARAKAT YANG TERBENTUK SECARA BENAR... Tetapi sewaktu mereka menekankan hal ini dengan sembrono, mereka tidak mengerti dan tidak memperhatikan bahwa mereka mengajarkan kebebasan untuk kebinasaan... Maka, DENGAN KEKUASAAN APOSTOLIK, KAMI MENOLAK, MELARANG, DAN MENGUTUK SELURUH OPINI-OPINI YANG JAHAT DAN DOKTRIN-DOKTRIN YANG SECARA KHUSUS DISEBUTKAN DI DALAM SURAT INI, DAN MEMERINTAHKAN KEPADA ANAK-ANAK GEREJA KATOLIK UNTUK MENCAMKAN BAHWA OPINI-OPINI DAN DOKTRIN-DOKTRIN TERSEBUT DITOLAK, DILARANG, DAN DIKUTUK.’’”[18]
Anti-Paus Paulus VI, Deklarasi tentang Kebebasan Beragama Vatikan II:
“PAULUS, USKUP, HAMBA PARA HAMBA ALLAH, BERSAMA BAPA-BAPA KONSILI SUCI DEMI KENANGAN ABADI... Sinode Vatikan ini mendeklarasikan bahwa pribadi manusia memiliki sebuah hak kebebasan beragama... HAK KEBEBASAN BERAGAMA DARI PRIBADI MANUSIA INI HARUS DIBERIKAN PENGAKUAN DALAM HUKUM MASYARAKAT AGAR MENJADI SEBUAH HUKUM SIPIL... Setiap dan segala hal yang ditetapkan di dalam dekret ini telah mendapatkan persetujuan dari para bapa. KAMI PULA, DENGAN OTORITAS APOSTOLIK YANG DIBERIKAN KEPADA KAMI OLEH KRISTUS, BERSAMA PARA BAPA-BAPA YANG TERHORMAT MENYETUJUI, MENDEKRETKAN DAN MENETAPKAN HAL-HAL INI DI DALAM ROH KUDUS, dan kami memerintahkan supaya apa yang sudah dinyatakan di dalam sinode diterbitkan untuk kemuliaan Allah...
Saya, Paulus, Uskup Gereja Katolik.”[19]
Apakah mungkin Paulus VI memiliki ‘otoritas apostolik’ yang sama dengan Paus Pius IX? Apakah otoritas apostolik St. Petrus dapat menentang dirinya sendiri? Tidak! Adalah suatu bidah untuk mengatakan hal tersebut! (Lukas 22:32; Vatikan I, Sesi 4, Bab 4)
Di dalam ensikliknya, Satis Cognitum, Paus Leo XIII menyatakan bahwa Magisterium Gereja tidak mungkin salah
Setelah mempertimbangkan fakta-fakta ini, seseorang dapat melihat mengapa mereka yang dengan keras kepala menggugat bahwa Paulus VI adalah seorang Paus menolak Infalibilitas Kepausan. Mereka menolak indefektibilitas Gereja; mereka berkata bahwa otoritas apostolik yang diberikan oleh Kristus kepada penerus Petrus menentang dirinya sendiri; dan mereka menyatakan bahwa pintu Alam Maut telah mengalahkan Gereja Katolik.
Faktanya adalah bahwa Anti-Paus Paulus VI tidaklah pernah menjadi seorang Paus Gereja Katolik yang terpilih secara sah; dan oleh karena itu, maklumat khidmatnya akan bidah-bidah Vatikan II tidak melanggar Infalibilitas Kepausan. Seperti yang kita telah lihat, Gereja Katolik mengajarkan bahwa seorang bidah tidak mungkin terpilih menjadi Paus, karena seorang bidah bukanlah anggota dari Gereja Katolik. Hal ini telah didefinisikan oleh Konstitusi Apostolik Paus Paulus IV, Cum Ex Apostolatus Officio.
Catatan kaki:
[1] Walter M. Abbott, The Documents of Vatican II {Dokumen-Dokumen Vatikan II}, The America Press, 1966, hal. 366, dst.
[2] Denzinger, The Sources of Catholic Dogma {Sumber-Sumber Dogma Katolik}, B. Herder Book. Co., Edisi Ketiga puluh, 1957, no. 1839.
[3] Walter M. Abbott, The Documents of Vatican II {Dokumen-Dokumen Vatikan II}, hal. 137, 199, dst.
[4] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Sheed & Ward dan Georgetown University Press, 1990, Vol. 1, hal. 559.
[5] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 597.
[6] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal. 802.
[7] Walter M. Abbott, The Documents of Vatican II {Dokumen-Dokumen Vatikan II}, hal. 366, dst.
[8] Walter M. Abbott, The Documents of Vatican II {Dokumen-Dokumen Vatikan II}, hal. 738-739.
[9] Walter M. Abbott, The Documents of Vatican II {Dokumen-Dokumen Vatikan II}, hal. 715.
[10] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, by Claudia Carlen, Raleigh: The Pierian Press, 1990,Vol. 3 (1903-1939), hal. 355.
[11] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 5, hal. 140.
[12] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal. 898.
[13] Walter M. Abbott, The Documents of Vatican II {Dokumen-Dokumen Vatikan II}, hal. 97.
[14] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal. 1006.
[15] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal. 1008-1009.
[16] Denzinger 1690, 1699.
[17] Walter M. Abbott, The Documents of Vatican II {Dokumen-dokumen Vatikan II}, hal. 675, 679, 696.
[18] Denzinger 1690, 1699.
[19] Walter M. Abbott, The Documents of Vatican II {Dokumen-Dokumen Vatikan II}, hal. 675, 679, 696.
[20] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 394.
[21] Denzinger 1837.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...