^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Ensiklik Quanta Cura - Paus Pius IX, 1864 - Mengutuk Kebebasan Berhati Nurani dan Beribadah
SURAT ENSIKLIK
DARI BAPA SUCI KITA PAUS PIUS IX
KEPADA SEMUA SAUDARA-SAUDARA KAMI YANG TERHORMAT, PARA PATRIARK, PRIMAT, USKUP AGUNG DAN USKUP, DALAM RAHMAT DAN PERSEKUTUAN DENGAN TAKHTA APOSTOLIK
PIUS IX, PAUS.
Saudara-saudara yang Terhormat, Salam dan Berkat Apostolik.
Dengan perhatian dan kewaspadaan penggembalaan yang amat besar, para Paus Roma, Pendahulu Kami telah memenuhi tanggung jawab serta kewajiban yang telah dipercayakan kepada mereka oleh Yesus Kristus sendiri dalam pribadi Petrus yang terberkati, Pangeran dari para Rasul, untuk menggembalakan domba-domba, agar mereka tidak pernah berhenti memberi makan semua kawanan domba Tuhan dengan sabda akan iman dan doktrin keselamatan, dan untuk menghindarkan mereka dari padang rumput yang beracun – hal ini diketahui dan disaksikan oleh semua orang, terutama anda sekalian, Saudara-Saudara yang Terhormat. Dan memang demikian, Pendahulu Kami sendiri merupakan para penjaga agama Katolik yang agung, dari kebenaran dan keadilan, yang penuh perhatian kepada keselamatan jiwa-jiwa. Tiada suatu hal pun yang menempati hati para Pendahulu Kami lebih dari perihal menyingkap dan mengutuk, melalui Surat-Surat serta Konstitusi-Konstitusi mereka, yang merupakan monumen kebijaksanaan, segala bidah dan segala kesalahan yang bertentangan dengan agama ilahi kita, dengan doktrin Gereja Katolik, dengan kelurusan moral dan keselamatan kekal jiwa umat manusia, yang sering membangkitkan prahara yang ganas dan menyebabkan bencana-bencana yang menyedihkan bagi Gereja dan bagi masyarakat sipil.
Itulah mengapa, dengan semangat apostolik, mereka terus-menerus melawan siasat buruk orang-orang fasik yang serupa dengan gelombang lautan yang murka, yang mengembuskan buih mereka yang menjijikkan, dan yang menjanjikan kebebasan, walaupun mereka sendiri adalah budak kebejatan. Dengan slogan-slogan mereka yang palsu serta karya tulis mereka yang berbahaya, orang-orang tersebut telah berupaya untuk mencabut fondasi dari aturan agama dan sosial, untuk menghilangkan segala kebajikan dari dunia, untuk membejatkan semua jiwa, dan untuk merampas aturan moral terutama dari orang-orang muda yang kurang berpengalaman, dan terutama untuk sungguh-sungguh mencemari orang-orang muda, sehingga terjatuh ke dalam jaring kesesatan mereka, dan akhirnya untuk merampas orang-orang muda dari pangkuan Gereja Katolik.
Anda telah sungguh mengetahui hal tersebut, Saudara-Saudara yang Terhormat, bahwa tidak lama setelah Kami diangkat kepada Takhta Petrus oleh nasihat yang tersembunyi dari Penyelenggaraan Ilahi yang sama sekali tidak layak Kami terima, hati Kami pun berduka sebab Kami menyaksikan prahara yang buruk yang diembuskan oleh begitu banyak doktrin yang bejat, serta kejahatan yang besar yang amat menyedihkan, yang menimpa umat Kristiani akibat begitu banyaknya kesesatan. Untuk memenuhi tanggung jawab pelayanan apostolik Kami dan mengikuti teladan-teladan yang mulia dari para Pendahulu Kami, Kami telah membuat suara Kami terdengar dengan nyaring; dan di dalam beberapa Ensiklik, Sambutan yang diucapkan di dalam Konsistori dan Surat-Surat apostolik lainnya, Kami telah mengutuk kesalahan-kesalahan utama dari zaman kita ini yang begitu menyedihkan. Kami telah membangkitkan kewaspadaan dari Keuskupan anda yang mengagumkan, dan Kami telah memperingatkan dan menasihati semua anak-anak dari Gereja Katolik, para putra kami yang terkasih, untuk menganggap hina dan menghindari wabah yang begitu berbahaya ini. Dan tertama, di dalam Ensiklik pertama kami yang bertanggal 9 November 1846 yang ditujukan kepada anda, dan di dalam dua Sambutan, salah satunya bertanggal 9 Desember 1854 dan yang lainnya 9 Juni 1862, yang diucapkan di dalam Konsistori, Kami telah mengutuk kesalahan-kesalahan yang menyeramkan yang merajalela terutama pada masa kini. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah kemalangan bagi jiwa-jiwa dan masyarakat sipil sendiri, dan bukan hanya menjadi kehancuran bagi Gereja Katolik, doktrin-doktrinnya yang bermanfaat, dan hak-hak sucinya, tetapi juga bagi hukum alam yang abadi yang diukir oleh Allah sendiri di dalam hati semua orang dan di dalam akal sehat.
Bagaimanapun, walaupun Kami sering melarang dan mencela kesalahan-kesalahan tersebut, Kami tergerak oleh kebutuhan yang amat besar dari Gereja Katolik, keselamatan jiwa-jiwa yang telah dipercayakan oleh Allah kepada perhatian Kami, dan kebaikan masyarakat, untuk membangkitkan kembali perhatian anda agar anda mengutuk opini-opini lain yang dihasilkan oleh kesalahan-kesalahan yang sama. Opini-opini yang sesat dan bejat tersebut harus terutama lebih dibenci oleh karena tujuan utamanya adalah untuk meniadakan kekuasaan yang harus dipergunakan oleh Gereja Katolik sampai akhir zaman, berkat institusi dan perintah dari Pendirinya yang ilahi, bukan hanya atas bangsa-bangsa, rakyat, dan para pemimpin mereka. Opini-opini tersebut juga bertujuan menghancurkan persatuan dan keharmonisan antara dewan Gereja dan Kerajaan yang selalu bermanfaat bagi Gereja dan Negara.[1]
Memang, anda telah mengetahui hal ini dengan amat baik, Saudara-Saudara yang Terhormat, bahwa di masa kini, banyak orang yang menerapkan kepada masyarakat sipil prinsip yang nista dan absurd: Naturalisme, itulah sebutan mereka untuk prinsip tersebut. Atas dasar prinsip tersebut, mereka dengan lancang mengajarkan bahwa “Demi menyempurnakan pemerintahan dan kemajuan sipil, masyarakat manusia harus dibentuk dan diatur tanpa memedulikan agama lagi, seolah-olah agama tidak ada, atau setidaknya, tanpa membeda-bedakan antara agama yang sejati dan agama-agama yang sesat”. Lalu, bertentangan dengan doktrin Kitab Suci, Gereja, dan para Bapa yang kudus, mereka tidak takut untuk menyatakan bahwa “Pemerintahan yang terbaik adalah pemerintahan yang tidak mengakui kewajiban para pemimpinnya untuk mengekang, melalui sanksi-sanksi, orang-orang yang melanggar agama Katolik, kecuali jika hal tersebut diperlukan oleh masyarakat”. Gagasan yang sepenuhnya sesat tentang pemerintahan sosial tersebut membuat mereka tidak ragu untuk mendukung opini yang sesat ini, yang dampak-dampaknya paling mematikan kepada Gereja Katolik dan keselamatan jiwa-jiwa, dan yang disebut oleh Pendahulu Kami dari kenangan yang berbahagia, Gregorius XVI, sebagai suatu kegilaan,[2] yaitu bahwa ‘kebebasan berhati nurani dan beribadah merupakan hak pribadi dari setiap manusia, yang harus secara hukum diproklamasikan dan dijamin di dalam setiap masyarakat yang tersusun secara benar; dan bahwa warga negara memiliki suatu hak atas kebebasan yang penuh untuk mewujudkan dengan suara lantang dan secara publik opini-opini mereka, apa pun opini mereka itu, melalui perkataan, melalui percetakan atau melalui sarana apa pun, tanpa dikekang oleh otoritas gerejawi maupun sipil.' Tetapi, walaupun mereka menekankan pernyataan-pernyataan yang lancang ini, mereka tidak memikirkan, tidak pun mereka mempertimbangkan bahwa mereka mengajarkan suatu kebebasan untuk menjadi binasa,[3] dan bahwa jika opini-opini manusia selalu diizinkan untuk saling bertentangan, akan selalu ada manusia yang berani untuk menolak Kebenaran dan menaruh kepercayaan mereka dalam kebijaksanaan manusiawi; dan iman serta kebijaksanaan Kristiani mengetahui, seturut ajaran Tuhan kita Yesus Kristus, betapa omong kosong yang berbahaya itu harus dienyahkan dari diri mereka.[4]
Dan, karena di tempat di mana agama telah disingkirkan dari masyarakat sipil, dan doktrin dari otoritas wahyu ilahi ditolak, ide sejati tentang keadilan dan hak manusia pun menjadi kabur dan menghilang, dan kekuatan materi mengambil alih keadilan dan hak yang sejati. Seseorang dapat melihat dengan jelas mengapa orang-orang tertentu yang sama sekali tidak memedulikan prinsip-prinsip yang paling pasti dari akal sehat, berani menerbitkan bahwa “kehendak rakyat, yang terwujud oleh apa yang mereka sebut pendapat publik atau sebutan lain yang serupa, merupakan hukum yang tertinggi, yang terbebas dari segala hak ilahi dan manusiawi; dan bahwa dalam aturan politik, fakta-fakta yang telah tercapai, oleh aturan yang membuat mereka tercapai, memiliki nilai hukum”.
Tetapi, siapakah yang tidak dapat melihat, yang sungguh tidak berfirasat bahwa suatu masyarakat yang terpisahkan dari hukum agama dan dari keadilan sejati tidak memiliki suatu tujuan yang lain selain menumpuk dan menimbun kekayaan, dan bahwa di dalam segala tindakannya, masyarakat tersebut tidak memiliki suatu hukum yang lain selain memuaskan hasrat dan memperoleh kenikmatan? Itulah mengapa manusia yang memiliki karakter demikian memburu, dalam kebencian yang membara, ordo-ordo religius, tanpa memedulikan betapa besarnya jasa ordo-ordo tersebut kepada agama, kepada masyarakat, dan kepada kesusastraan; itulah mengapa mereka mencerca ordo-ordo religius dengan berkata bahwa ordo-ordo itu tidak memiliki alasan keberadaan yang legitim, dan menggemakan fitnah-fitnah dari para bidah. Memang, seperti diajarkan dengan penuh kebenaran Pius VI, Pendahulu Kami: “Peniadaan ordo-ordo religius melukai Negara yang mengaku secara publik mengikuti nasihat-nasihat Injil; peniadaan tersebut melukai cara hidup yang disarankan oleh Gereja yang sesuai dengan doktrin para Rasul; peniadaan tersebut menghina, pada akhirnya, para pendiri ordo-ordo yang agung tersebut yang Kami hormati di atas altar-altarkami, yang telah mendirikan ordo-ordo tersebut hanya lewat ilham Allah”.[5]
Mereka bertindak lebih jauh, dan dalam ketidakberimanan mereka, mereka mengharuskan agar izin untuk berderma secara publik dicabut dari warga negara dan Gereja, dan “dihapuskanlah hukum yang, pada hari-hari libur tertentu, melarang untuk bekerja berat untuk menghadiri ibadat ilahi” – semua hal itu di bawah dalih yang palsu bahwa izin serta hukum tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi publik yang sejati.
Tidak puas hanya dengan menyingkirkan agama dari masyarakat, mereka ingin meniadakannya dari keluarga. Dengan mengajarkan dan mengakui kesalahan berat dari komunisme dan sosialisme, mereka mengakui bahwa “masyarakat rumah tangga atau keluarga terutama memperoleh alasan keberadaannya dari hak yang sepenuhnya adalah hak sipil; dan, oleh karena itu, bahwa dari hak sipillah bergantung segala hak orang tua atas anak-anaknya, terutama hak untuk mengajar dan mendidik”. Bagi para pembohong tersebut, tujuan utama dari semboyan-semboyan yang nista tersebut serta muslihat-muslihat tersebut adalah untuk menghapuskan sepenuhnya doktrin yang bermanfaat serta pengaruh Gereja terhadap pengajaran dan pendidikan orang muda, agar mereka dapat mengotori dan membejatkan, oleh kesalahan-kesalahan mereka yang paling berbahaya dan dengan segala kefasikan, jiwa orang-orang muda yang halus dan mudah dibentuk.
Memang, semua orang yang telah berupaya untuk menjungkirbalikkan aturan agama dan aturan sosial, dan meniadakan segala hukum ilahi dan manusiawi, telah selalu bersekongkol dalam pertemuan, kegiatan, dan upaya mereka terutama untuk menipu dan membejatkan orang muda yang sembrono. Demikian, seperti yang telah Kami tunjukkan di atas, karena sepenuhnya mengandalkan pembejatan generasi-generasi muda. Itulah mengapa para imam reguler dan sekuler, meskipun sejarah memberi kesaksian atas jasa-jasa mereka yang teragung di dalam bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kepustakaan, menjadi sasaran penganiayaan mereka yang paling kejam; dan itulah mengapa mereka berkata bahwa “karena para imam merupakan musuh dari terang, peradaban, dan kemajuan, mereka harus dicabut dari pendidikan orang muda”.
Terdapat pula orang-orang lain yang, dengan memperbarui kesalahan-kesalahan yang mematikan yang begitu sering dikutuk dari para pembangkang, memiliki kelancangan yang luar biasa untuk berkata bahwa otoritas tertinggi yang telah diberikan kepada Gereja dan kepada Takhta Apostolik oleh Tuhan kita Yesus Kristus, tunduk kepada otoritas sipil, dan menyangkal segala hak dari Gereja yang sama dan Takhta yang sama ini, sehubungan dengan aturan eksterior. Pada dasarnya, mereka tidak malu menyatakan “bahwa hukum-hukum Gereja tidaklah diwajibkan untuk hati nurani, kecuali hukum-hukum tersebut telah dipermaklumkan oleh kuasa sipil; bahwa akta-akta dan dekret-dekret dari para Paus Roma sehubungan dengan agama dan Gereja memerlukan izin dan persetujuan, atau setidak-tidaknya penerimaan dari kuasa sipil; bahwa Konstitusi-Konstitusi apostolik[6] yang memuat pengutukan terhadap perserikatan rahasia, tidak peduli bilamana menuntut penjagaan rahasia tersebut ataupun tidak, dan yang menganatemakan semua pengikut dan penciptanya, tidak memiliki kuasa apa pun di dalam negara-negara di mana pemerintahan sipil menolerir perkumpulan-perkumpulan semacam itu; bahwa ekskomunikasi yang dijatuhkan oleh Konsili Trente dan oleh para Paus Roma terhadap orang-orang yang menyerbu atau merampas hak-hak dan barang milik Gereja, merupakan pencampuradukkan antara aturan rohani dan aturan sipil serta politik, dan hanya memiliki tujuan kepentingan duniawi; bahwa Gereja sama sekali tidak boleh mendekretkan suatu hal pun yang mungkin mengikat hati nurani para umat beriman sehubungan dengan penggunaan hal-hal temporal; bahwa Gereja tidak memiliki hak untuk mengekang, oleh hukuman-hukuman temporal, orang-orang yang melanggar hukum-hukumnya; bahwa adalah suatu hal yang sesuai dengan prinsip-prinsip teologi dan hak publik untuk menganugerahkan dan menjaga kepemilikan barang-barang yang dipunyai oleh Gereja kepada pemerintahan sipil, oleh kongregasi religius dan oleh tempat-tempat agamawi lainnya”.
Tidak pun mereka malu untuk mengakui dengan suara nyaring dan secara publik slogan-slogan serta prinsip-prinsip para bidah, sumber dari ribuan kesalahan dan semboyan-semboyan yang mematikan. Memang, mereka mengulang-ulangi bahwa “kuasa Gerejawi tidaklah, oleh hak ilahi, berbeda dan bebas dari kekuatan sipil; dan bahwa perbedaan dan kebebasan tersebut mensyaratkan Gereja untuk menyerbu dan merebut hak-hak esensial dari kuasa sipil”.
Kami pun tidak dapat membungkam diri kami terhadap kelancangan orang-orang yang, karena mereka membenci doktrin yang benar, mengemukakan bahwa, “sehubungan dengan penghakiman-penghakiman dari Takhta Apostolik, dan dekret-dekretnya yang memiliki tujuan yang jelas yaitu kebaikan umum dan hak-hak serta disiplinnya, jika penghakiman-penghakiman tersebut tidak berhubungan dengan dogma tentang iman dan moral, seseorang dapat menolak untuk patuh dan tunduk kepadanya tanpa berbuat dosa, dan tanpa membahayakan pengakuan iman Katoliknya”. Betapa pernyataan semacam itu bertentangan terhadap dogma Katolik, yaitu kuasa penuh yang secara ilahi diberikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus sendiri kepada Paus Roma untuk menggembalakan, memerintah, dan memimpin Gereja universal, tidak seorang pun yang melihatnya dengan jelas tidak mengerti dogma tersebut.
Maka, di tengah-tengah kebejatan opini-opini yang cemar ini, Kami dipenuhi tanggung jawab apostolik Kami, serta perhatian terhadap Agama kita yang suci, untuk doktrin yang benar, untuk keselamatan jiwa-jiwa yang telah dipercayakan kepada Kami oleh Yang Mahatinggi untuk kebaikan masyarakat sendiri, Kami merasa wajib untuk kembali bersuara dengan nyaring.
Di samping semua hal itu, anda mengetahui dengan amat baik, Saudara-Saudara yang terhormat, bahwa pada masa kini, para musuh dari segala kebenaran dan segala keadilan, para musuh bebuyutan dari Agama kita yang suci, lewat buku-buku yang beracun, brosur-brosur dan surat kabar yang tersebar di seluruh penjuru dunia, menipu orang-orang, berbohong dengan fasik dan menyebarluaskan segala jenis doktrin yang nista. Anda pun tidak boleh mengabaikan bahwa pada zaman kita ini, terdapat orang-orang yang, terdorong dan tergerakkan oleh roh Setan, sampai kepada titik keberdosaan di mana mereka menyangkal sang Penguasa, Yesus Kristus Tuhan kita, dan tidak pun mereka takut untuk menyerang dengan kelancangan yang amat jahat keilahian-Nya. Di sini, Kami tidak dapat mencegah diri Kami untuk memberikan kepada anda sekalian, Saudara-Saudara yang terhormat, puji-pujian yang terbesar yang amat berhak anda dapatkan, untuk semangat yang anda miliki dalam berupaya untuk mengumandangkan suara Keuskupan anda dengan nyaring terhadap penistaan yang begitu besar ini.
Itulah mengapa, di dalam Surat-Surat ini, Kami menujukan kepada diri anda sekali lagi dengan cinta kasih, kepada anda yang terpanggil untuk berbagi perhatian Kami, bahwa bagi Kami, anda adalah penghiburan di tengah-tengah dukacita Kami yang besar. Anda memberi kami sukacita dan semangat oleh kesalehan, ketakwaan, cinta kasih, dan iman anda, serta bakti anda yang begitu besar yang dengannya anda berupaya untuk memenuhi secara jantan dan penuh perhatian tanggung jawab yang begitu berat dari pelayanan Keuskupan anda, dalam persatuan yang intim dan hangat dengan Kami dan dengan Takhta Apostolik ini. Memang, Kami mengharapkan semangat penggembalaan anda yang amat baik, agar dengan memegang pedang roh, yang adalah sabda Allah, dan dengan diperkuat dalam rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, anda semakin hari semakin berupaya agar, dengan perhatian anda yang berlipat, para umat beriman yang telah dipercayakan kepada penjagaan anda “menjauhkan diri dari gulma yang jahat yang tidak ditanamkan oleh Yesus Kristus sendiri karena gulma tersebut tidaklah ditanamkan oleh Bapa-Nya”.[7] Maka, janganlah anda pernah berhenti untuk menanamkan dalam para umat beriman yang sama ini bahwa segala sukacita sejati mengalir bagi umat manusia dari Agama kita yang agung ini, dari doktrin serta praktiknya, dan bahwa berbahagialah bangsa yang Allahnya adalah Tuhan.[8] Ajarkanlah “bahwa kerajaan-kerajaan bersandar kepada fondasi iman,[9] dan bahwa tidak suatu hal pun yang lebih mematikan dan yang lebih memaparkan kita kepada kejatuhan dan segala mara bahaya, daripada percaya bahwa kehendak bebas yang kita telah terima saat kita lahir itu cukup, tanpa perlu meminta suatu hal lain pun kepada Allah, yakni, karena kita melupakan Pencipta diri kita, kita berani menyangkal kekuatan-Nya untuk membebaskan diri kita”.[10] Janganlah pula anda lalai untuk mengajarkan bahwa “kekuatan raja bukan hanya dianugerahkan hanya untuk pemerintahan dunia ini, tetapi terutama untuk perlindungan Gereja,[11] dan tidak suatu hal pun lebih bermanfaat dan mulia bagi para pemimpin Negara dan para raja untuk mematuhi kata-kata tersebut yang dituliskan oleh Pendahulu Kami yang amat bijaksana dan pemberani, Santo Feliks, kepada Kaisar Zeno, yakni untuk membiarkan Gereja Katolik mengatur dirinya oleh hukum-hukumnya sendiri, dan untuk tidak mengizinkan kepada seorang pun untuk menempatkan suatu penghalang terhadap kebebasan Gereja. Memang, adalah suatu hal yang pasti bahwa baik adanya untuk kepentingan mereka sendiri, setiap kali urusan-urusan Allah terlibat, bahwa mereka mengikuti dengan penuh perhatian aturan yang telah diperintahkan oleh-Nya, dan untuk membuat takluk, dan bukan mengedepankan, kehendak raja terhadap kehendak para imam Kristus”.[12]
Tetapi, Saudara-Saudara yang Terhormat, jika Kami harus selalu menujukan dengan penuh kepercayaan Takhta rahmat untuk memperoleh daripadanya belas kasih dan pertolongan pada waktu yang tepat, Kami harus melakukannya terutama di tengah-tengah bencana-bencana yang begitu besar yang menimpa Gereja dan masyarakat sipil, di dalam kehadiran konspirasi para musuh yang begitu besar dan timbunan kesalahan-kesalahan yang begitu besar terhadap masyarakan Katolik dan Takhta Apostolik ini. Maka, Kami pun menilai perlu adanya untuk membangkitkan kesalehan semua umat beriman, agar, dengan bersatu dengan Kami, mereka tidak henti-hentinya menyebut dan memohon dengan doa-doa yang amat mendalam dan yang amat rendah hati Bapa yang amat rahim, Bapa dari terang dan belas kasih, agar mereka selalu mencari perlindungan di dalam kepenuhan iman mereka kepada Tuhan kita Yesus Kristus, yang telah menebus kita untuk Allah oleh darah-Nya, agar mereka terus meminta kepada Hati-Nya yang termanis, kurban dari cinta kasih yang membara untuk kita, untuk membawakan segala hal kepada-Nya oleh ikatan cinta kasih-Nya, dan agar semua umat manusia, yang semangatnya membara untuk cinta kasih-Nya yang suci, berjalan dengan pantas sesuai dengan hati-Nya, berkenan kepada Allah dalam segala hal, dan membuahkan segala tindakan yang baik. Tetapi, karena doa-doa manusia amat berkenan kepada Allah jika mereka datang kepada-Nya dengan hati yang bebas dari segala noda, Kami telah bertekad untuk membukakan bagi semua umat beriman Kristiani, dengan kemurahan hati Apostolik, harta karun ilahi Gereja yang dipercayakan kepada penjagaan Kami, agar mereka, yang amat tergerak oleh kesalehan yang sejati, dan disucikan dari dosa-dosa mereka oleh Sakramen Tobat, mereka pun menghaturkan dengan penuh kepercayaan doa-doa mereka di hadapan Allah dan memperoleh rahmat-Nya dan kerahiman-Nya.
Maka, Kami menganugerahkan, oleh Surat-Surat ini, atas nama otoritas apostolik Kami, kepada seluruh dan setiap umat beriman dari masing-masing jenis kelamin di dalam dunia Katolik, sebuah Indulgensi penuh dalam bentuk Yubileum, yang dapat diperoleh dalam jangka waktu satu bulan, yang berlangsung selama satu tahun ke depan di tahun 1865, dan tidak berlangsung setelahnya, tetapi yang ditetapkan oleh anda sekalian, Saudara-Saudara yang Terhormat, dan oleh semua Ordinaris legitim yang lain, dalam cara dan bentuk yang sama yang telah kami anugerahkan, pada permulaan masa Kepausan Kami, oleh Surat-Surat Apostolik Kami dalam bentuk Breve yang bertanggal 20 November 1846, yang dikirimkan kepada semua Uskup di dunia, dan yang bermula dengan kata-kata ini: Arcano Divinæ Providentiæ consilio, dan dengan semua kuasa yang sama yang dianugerahkan oleh Kami di dalam Surat-Surat ini. Bagaimanapun, Kami menghendaki agar seluruh perintah yang dimuat di dalam Surat-Surat yang telah disebutkan di atas dipatuhi, dan tidak dihapuskan oleh satu pun dari pengecualian yang telah Kami buat. Kami menganugerahkan hal tersebut tanpa pengecualian, bahkan berkenaan dengan hal-hal yang pantas diberikan suatu sebutan khusus dan istimewa untuk derogasi. Dan untuk menghapuskan segala keraguan dan kesulitan, Kami telah memerintahkan agar sebuah salinan dari Surat-Surat ini diberikan kepada anda.
Marilah berdoa, Saudara-Saudara yang Terhormat, marilah berdoa dari lubuk hati kita dan dengan segala kekuatan jiwa kita untuk kerahiman Allah, karena Ia sendirilah yang telah menambahkan: Aku tidak akan menjauhkan dari diri mereka kerahiman-Ku, dan kita akan menerima, dan jika hasil dari permintaan-permintaan kita pun tertunda karena kita telah berdosa berat, marilah mengetuk, karena pintu akan dibukakan bagi orang yang mengetuk, dengan syarat bahwa yang mengetuk pintu itu adalah doa, ratapan, dan air mata, di dalam mana kita harus menuntut dan bertekun, dan selama doa itu serempak… semoga setiap orang berdoa kepada Allah tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk saudara-saudaranya, sebagaimana Tuhan telah mengajarkan kita untuk berdoa. Dan, agar doa-doa dan permohonan dari Kami, anda sekalian, dan semua orang beriman dikabulkan dengan lebih mudah oleh Allah, marilah meminta dengan penuh kepercayaan perantaraan Bunda Allah yang tersuci yang tidak bernoda, Perawan Maria yang telah menghancurkan segala bidah di seluruh dunia, Bunda kita semua yang amat pengasih, yang “amat manis… penuh dengan kerahiman… yang selalu bersedia mendengarkan segala doa, yang amat baik untuk semua orang, dan yang memeluk dengan kasih sayang yang besar dan memiliki belas kasih yang lembut terhadap semua kebutuhan kita”. Sebagai Ratu yang berdiri di sisi kanan Putra tunggalnya, Tuhan kita Yesus Kristus, dan yang dihiasi oleh jubah kencana berbagai warna; tidak suatu hal pun yang tidak dapat diperolehnya dari Putranya. Marilah meminta pula dukungan dari Petrus yang terberkati, Pangeran dari para Rasul, dan dari Paulus, rekan kerasulannya, dan dari semua orang kudus di Surga, teman-teman Allah yang telah memiliki kerajaan Surga, mahkota, dan daun palma, dan yang, dengan pasti telah memperoleh imortalitas mereka, tetap penuh perhatian terhadap keselamatan kita.
Akhirnya, Kami pun meminta kepada Allah sepenuh hati Kami keberlimpahan dari karunia surgawi dan Kami memberikan dari lubuk hati Kami dengan cinta kasih, sebagai jaminan dari cinta kasih Kami yang istimewa, berkat Apostolik Kami kepada anda, Saudara-Saudara yang Terhormat, dan kepada semua umat beriman, para imam dan orang awam yang dipercayakan kepada perhatian anda.
Diberikan di Roma, dari Basilika Santo Petrus, pada tanggal 8 Desember dari tahun 1864, tahun kesepuluh sejak definisi dogmatis Dikandungnya Perawan Maria Tanpa Noda, Bunda Allah,
Dan dari masa Kepausan Kami, tahun kesembilan belas.
PIUS IX, PAUS.
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari terjemahan berbahasa Prancis: Recueil des allocutions consistoriales, encycliques, et autres lettres apostoliques des souverains pontifes Clément XII, Benoît XIV, Pie VI, Pie VII, Léon XII, Grégoire XVI, et Pie IX [Kumpulan Sambutan Konsistori, Ensiklik, dan Surat-Surat Apostolik Lain dari Para Paus Penguasa Klemens XII, Benediktus XIV, Pius VI, Pius VII, Leo XII, Gregorius XVI, dan Pius IX], Librairie Adrien Le Clere et Cie, Paris, 1865, hal. 3-17.
[1] Gregor. xvi Epist. Encycl. « Mirari, » 15 aug. 1832, pag. 154.
[2] Eadem Encycl. « Mirari » pag. 154.
[3] S. Aug. Epist. 105, al. 166.
[4] S. Leonis Epist. 164, al. 133, § 2 edit. Ball.
[5] Epist. ad Card. de la Rochefoucault, 10 martii 1791, pag. 44.
[6] Clement. XIV « ln eminenti, » pag. 124,Benedict. XIV « Providas Romanorum, » pag. 130, Pii VII « Ecclesiam, » pag. 136, Leonis XII « Quo graviora, » pag. 124.
[7] S. Ignatius M. ad Philadelph. 3.
[8] Psal. 143.
[9] Cœlest. Epist. 21 ad Synod. Ephes. apud Coust. p. 1200.
[10] S. Innocent. I Epist. 29 ad Episc. Conc. Carthag. apud Coust. p. 891.
[11] S. Leonis Epist. 156 al. 125.
[12] Pii VII Epist. Encycl. « Diu satis, » 15 maii 1800, pag. 110.
Artikel-Artikel Terkait
Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 mingguBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 mingguBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 mingguBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 mingguBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 2 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 3 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 4 bulanBaca lebih lanjut...Kami menerima semua dogma Gereja Katolik tanpa terkecuali, dan kami memandang mereka yang menerima semua dogma Gereja dan belum terpisah darinya, sebagai orang Katolik; itulah bagaimana kami bersekutu dengan Gereja...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...