^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Lumen Gentium – Konstitusi Vatikan II tentang Gereja
Kembali ke rangkuman bidah utama Vatikan II.
Lumen Gentium, konstitusi Vatikan II tentang Gereja, menjadi terkenal (akibat keburukannya) akibat ajaran sesatnya tentang kolegialitas. Ini adalah gagasan bahwa para uskup, secara keseluruhan, juga memiliki otoritas tertinggi di dalam Gereja Katolik.
Kita melihat bahwa Lumen Gentium secara eksplisit mengajarkan bahwa Badan para Uskup memiliki kuasa yang tertinggi dan penuh di atas seluruh Gereja (Gereja universal). Seandainya hal ini benar, akibatnya adalah bahwa Kristus tidak menetapkan satu kepala di dalam Gereja Katolik di dalam pribadi St. Petrus, melainkan dua kepala tertinggi, Dewan Uskup dan Petrus, yang akan membuat Gereja menjadi seekor monster dengan dua kepala.
Sri Paus seorang dirilah yang memiliki otoritas tertinggi di dalam Gereja. Para uskup tidak memilikinya.
Di samping bidah tentang kolegialitas, terdapat bidah-bidah lainnya di Lumen Gentium yang tidak dapat diabaikan. Bidah yang kemungkinan paling mengejutkan ditemukan di dalam Lumen Gentium 16.
Ini adalah penghujatan yang luar biasa! Umat Katolik menyembah Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Mahakudus; para Muslim tidak!
(Orang-orang Muslim menolak Keilahian Yesus Kristus)
(Umat Kristiani menyembah Yesus sebagai Allah)
Seorang anak dapat memahami bahwa kita tidak memiliki Allah yang sama.
Beberapa orang mencoba membela bidah yang buruk dari Vatikan II ini dengan menyatakan bahwa para Muslim mengakui dan menyembah Allah yang Tunggal dan Mahakuasa. Mereka berargumentasi demikian: Hanya terdapat satu Allah. Dan karena para Muslim menyembah Allah yang Tunggal dan Mahakuasa – dan bukan banyak ilah, seperti para politeis – mereka menyembah Allah yang Mahakuasa yang kita sembah sebagai umat Katolik.
Seandainya benar bahwa para Muslim menyembah Allah yang sama yang disembah oleh para umat Katolik, karena orang-orang Muslim menyembah Allah yang Tunggal dan Mahakuasa, maka siapa pun yang mengaku menyembah Allah yang Tunggal dan Mahakuasa menyembah Allah satu yang sejati bersama para umat Katolik. Kesimpulan ini sama sekali tidak dapat dielakkan. Pernyataan semacam itu akan berarti bahwa orang-orang yang menyembah Lucifer sebagai Allah yang Tunggal, sejati dan Mahakuasa menyembah Allah yang sama yang disembah oleh umat Katolik! Tetapi hal ini jelas absurd adanya. Gagasan ini seharusnya membuktikan bahwa ajaran Vatikan II adalah bidah. Orang-orang yang menolak Allah Tritunggal Mahakudus tidak menyembah Allah yang sama dengan yang disembah oleh orang-orang yang menyembah Allah Tritunggal Mahakudus!
Pernyataan bahwa para Muslim menyembah Allah yang sejati tanpa menyembah Allah Tritunggal jelas merupakan suatu penyangkalan terhadap Allah Tritunggal Mahakudus. Kedua, dan hal ini adalah ajaran sesat yang bahkan lebih buruk jika dipertimbangkan secara saksama, pernyataan yang mengejutkan bahwa para Muslim menyembah Allah yang Tunggal dan Maharahim yang akan mengadili umat manusia pada hari kiamat, seperti yang dikatakan oleh Vatikan II di dalam Lumen Gentium 16, adalah penyangkalan bahwa Yesus Kristus akan menghakimi umat manusia pada akhir zaman.
Di samping ajaran sesat yang mengejutkan ini, di dalam Lumen Gentium 16 terdapat suatu bidah lain yang menonjol.
Vatikan II mengajarkan bahwa seseorang dapat menjadi ateis tanpa bersalah
Vatikan II mengajarkan di sini bahwa terdapat beberapa orang yang, TANPA BERSALAH, belum secara jelas mengakui Allah. Dalam kata lain, terdapat orang-orang yang, bukan akibat kesalahan diri mereka sendiri, tidak percaya akan Allah (yakni, orang-orang ateis). Ajaran ini adalah ajaran sesat.
Kitab Suci mengajarkan secara infalibel bahwa semua orang yang telah mencapai usia akal [age of reason] dapat mengetahui secara pasti bahwa Allah itu ada. Mereka mengetahui hal ini lewat ciptaan: pohon-pohon, rerumputan, matahari, bulan, bintang-bintang, dsb. Orang ateis (yang percaya bahwa tidak ada Allah) tidak dapat berdalih. Hukum kodrati menyatakannya bersalah. Ini merupakan kebenaran yang diwahyukan oleh Kitab Suci.
St. Paulus mengajarkan bahwa orang-orang ateis tidak dapat berdalih karena ciptaan Allah membuktikan keberadaan-Nya. Vatikan II, sebaliknya, mengajarkan bahwa orang-orang ateis memiliki alasan untuk tidak percaya. Hal ini membuat kita bertanya, “Alkitab mana yang Vatikan II gunakan?” Pastinya edisi revisi satanik. Pernyataan Vatikan II tentang orang-orang yang tidak mengakui Allah bukan hanya dikecam oleh St. Paulus, tetapi juga oleh Konsili Vatikan I. Vatikan I secara dogmatis mendefinisikan prinsip yang ditetapkan di Roma 1 – yang secara langsung menentang ajaran Vatikan II.
Vatikan II secara langsung berada di bawah anatema-anatema ini akibat ajaran sesatnya di atas.
Vatikan II mengajarkan bahwa Gereja bersatu dengan orang-orang yang tidak menerima Iman Katolik ataupun Kepausan
Di dalam Lumen Gentium 15, Vatikan II mengajarkan bidah tentang orang-orang yang bersatu dengan Gereja. Seandainya seseorang harus merangkum ciri-ciri dari kesatuan Gereja Katolik, rangkumannya akan menjadi demikian: bahwa Gereja bersatu dengan orang-orang yang telah dibaptis yang menerima Iman Katolik dengan seutuhnya dan tetap berteguh di bawah faktor pemersatu, yakni, Kepausan. Dalam kata lain, orang-orang yang pastinya tidak bersatu dengan Gereja adalah mereka yang tidak menerima Iman Katolik dengan seutuhnya atau Kepausan. Tetapi, Vatikan II menyebutkan kedua kriteria untuk kesatuan itu dan justru mengajarkan hal yang sebaliknya!
Vatikan II berkata bahwa Gereja bersatu dengan mereka yang tidak menerima Iman Katolik dan Kepausan. Ajaran ini sungguh merupakan ajaran sesat. Ajaran ini berlawanan dengan ajaran Gereja. Seperti yang kita lihat di bawah, adalah suatu dogma bahwa mereka yang menolak Kepausan, suatu bagian pun dari Iman, tidak terhubung dengan Gereja Katolik.
Vatikan II juga mengajarkan bahwa para bidah menghormati Kitab Suci dengan semangat keagamaan yang sejati.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa para bidah menyangkal Sabda Allah yang tradisional.
Kembali ke rangkuman bidah utama Vatikan II.
Catatan kaki:
[1] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal. 866.
[2] Denzinger 468.
[3] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 400.
[4] Denzinger 1961.
[5] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal. 861.
[6] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 231.
[7] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 230.
[8] Denzinger 73.
[9] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal. 861.
[10] Denzinger 1806.
[11] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal. 860.
[12] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 364.
[13] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 184.
[14] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 399.
[15] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal. 860-861.
[16] Denzinger 1630.
Artikel-Artikel Terkait
Sdr. Petrus Berlian sangat brilian 💪😎☝️
Doulou Kurion 1 mingguBaca lebih lanjut...Saya sanngatsuka cerita ini
Monika Monika 4 mingguBaca lebih lanjut...Halo – Fransiskus telah mengeluarkan sebuah dokumen yang menyetujui “pemberkatan” pasangan sesama jenis. Kami membahasnya dalam video berikut: Fransiskus Setujui “Pemberkatan” Sesama Jenis sebagai Tanggapan kepada Para “Kardinal” https://vatikankatolik.id/fransiskus-setujui-pemberkatan-sesama-jenis/ Fransiskus...
Biara Keluarga Terkudus 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – prinsip larangan mendoakan arwah orang yang meninggal sebagai non-Katolik ini didasari oleh dogma Katolik Extra Ecclesiam Nulla Salus, yaitu, Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan. Orang yang...
Biara Keluarga Terkudus 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – sayangnya pemahaman anda tentang ajaran keselamatan yang dianut oleh Gereja Katolik itu tidak benar dan anda membuat banyak kesalahan dalam pesan anda. Kalau anda menyimak materi-materi kami, anda...
Biara Keluarga Terkudus 1 bulanBaca lebih lanjut...Saya baru baca komentar ini yang memberi perspektif berbeda terhadap penglihatan MS (Maria Simma). Tetapi saya pribadi sama sekali tidak melihat pertentangan antara apa yang digambarkan MS dan ajaran Katolik....
Bernad 1 bulanBaca lebih lanjut...Berita ini benarkah? bahwa Bapak Paus Fransiskus mengeluarkan dokumen untuk merestui pemberkatan nikah sesama jenis? Kalau berita ini benar, ini sangat menentang hukum Allah sebagaimana yang Allah Tuhan kita menciptakan...
Lambertus Mite 1 bulanBaca lebih lanjut...Menurit hemat saya ini kurang tepat. Seorang katolik boleh saja mendoakan arwah non katolik. Ajaran katolik adalah ajaran kasih, mengasihi kepada semua umatNya tanpa harus membedakan agama.
Martha 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – tidak semua orang yang mengaku Kristen benar-benar meniru teladan Kristus. Karena itulah ada tertulis, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...karena nama Mahatma Gandhi disebut saya ingat salah satu ujarannya.. "I like your Christ , but I don't like your Christian. Your Christian are so unlike your Christ". apakah kita...
Deo Gratia 6 bulanBaca lebih lanjut...