Paket $5.00: Termasuk 2 Buku dan 14 Program DVD (Harga Termasuk Ongkos Kirim)

Beli Seharga $5.00

Bantu Kami Menyelamatkan Jiwa-Jiwa
DONASI

Inilah Penjelasan untuk Kebingungan & Krisis Pasca-Vatikan II
TONTON VIDEO

“Pesulap”: Bukti Keberadaan Dunia Rohani
TONTON VIDEO

Inilah Antikristus!
TONTON VIDEO

Bukti yang Mengagumkan untuk Allah - Bukti Ilmiah yang Membantah Evolusi
TONTON VIDEO

Mengapa Neraka Harus Abadi
TONTON VIDEO

Babel Sudah Jatuh, Sudah Jatuh!!
TONTON VIDEO

Salah Kaprah Orang-Orang Kristen Palsu tentang Efesus
TONTON VIDEO

Penciptaan dan Mukjizat - Versi Kompak
TONTON VIDEO
^
Posisi-Posisi Serikat Santo Pius X (SSPX)
Uskup Agung Lefebvre (pendiri SSPX) dan keempat uskup yang ditahbiskannya pada tanggal 30 Juni 1988[1]
[Catatan: Hal yang dibahas di dalam bab ini berlaku bukan hanya untuk Serikat Santo Pius X, tetapi juga untuk banyak dari kelompok-kelompok ‘tradisionalis’ independen, yang berpikir di dalam cara yang sama dan yang melawan kemurtadan Vatikan II dan Misa Baru dengan cara memegang posisi yang mirip dengan SSPX.]
SSPX adalah suatu kelompok imam-imam ‘tradisionalis’, yang didirikan oleh mendiang Uskup Agung Marcel Lefebvre. Lefebvre, Uskup Agung dari Prancis, melawan banyak hal yang berkenaan dengan agama pasca-Vatikan II; mengakui mereka sebagai hal-hal yang menyimpang dari Katolisisme tradisional. Ia menuduh Misa Baru Protestan dan berlawanan dengan Tradisi. Ia juga melawan bidah-bidah ‘ekumenisme’ dan kebebasan beragama, yang diajarkan di Vatikan II.
Uskup Agung Marcel Lefebvre, pendiri SSPX
Ia telah menciptakan seminari-seminari untuk membentuk imam-imam yang dapat menyelenggarakan Misa Tradisional saja, dan menahbiskan mereka di dalam Ritus Imamat Tradisional. Untuk dapat melakukannya, ia harus tetap bebas dari para Anti-Paus Vatikan II, walaupun jika ia terus menyebut mereka sebagai para Paus yang sah yang duduk di atas takhta St. Petrus. Ia juga bebas dari persekutuan dengan para ‘uskup’ yang setuju dengan agama baru Vatikan II.
Pada tanggal 30 Juni 1988, Lefebvre memutuskan (tanpa persetujuan dari Anti-Paus Vatikan II) untuk menahbiskan empat uskup dalam ritus tradisional penahbisan uskup, agar para uskup tersebut dapat terus menahbiskan imam-imam di dalam ritus tradisional. Akibat tindakan tersebut, ia ‘diekskomunikasikan’ oleh Yohanes Paulus II dalam jangka waktu 72 jam, walaupun tidak satu Anti-Paus Vatikan II pun mengekskomunikasikan seorang politikus pro-aborsi pun.
SSPX memiliki banyak tempat di dunia di mana mereka menyelenggarakan Misa tradisional, dan hal ini adalah kemampuan yang penting yang menyediakan sakramen-sakramen kepada mereka yang mengaku diri Katolik tradisional. Kami harus menekankan bahwa SSPX telah melakukan banyak hal yang baik; mereka menjadi suatu jalan bagi banyak orang untuk diperkenalkan dan dibawa kepada Iman Katolik tradisional. Bagaimanapun, di dalam berbagai tempat, posisi-posisi mereka sesat dan berlawanan dengan Iman Katolik. Pertama-tama, SSPX mendukung dan mengajarkan bahwa jiwa-jiwa dapat diselamatkan di dalam agama-agama non-Katolik, suatu hal yang sesat.
Pernyataan-pernyataan tersebut merupakan suatu bidah yang jelas melawan dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan; tetapi pernyataan-pernyataan tersebut dicetak di dalam dokumen-dokumen SSPX yang paling laku keras. Bahkan, hampir semua imam yang menyelenggarakan Misa tradisional percaya akan bidah tersebut.
Juga, walaupun SSPX menentang kemurtadan Vatikan II, SSPX dengan keras hati bersekutu dengan para ‘uskup’ yang jelas-jelas bidah dari Novus Ordo / Gereja Vatikan II, seperti yang kami telah sebutkan di atas. Tetapi, pada waktu yang sama, SSPX tidak bertindak di dalam persekutuan dengan apa yang mereka sebut ‘Gereja Baru’ – Gereja Novus Ordo – Gereja para ‘uskup’ dan ‘imam’ dan ‘Paus” Vatikan II (yang sebenarnya adalah Anti-Paus). Posisi mereka berkontradiksi. Ini adalah suatu penghinaan terhadap ajaran Katolik di dalam tiga poin:
St. Robertus Bellarminus mengajarkan bahwa seorang Paus yang menjadi bidah, kehilangan jabatan dan yurisdiksinya secara otomatis akibat bidahnya
Seseorang yang menolak untuk bersekutu dengan Gereja Novus Ordo tetapi tidak dengan kepala Gereja Novus Ordo adalah bagaikan ia menolak untuk bersekutu dengan Partai Komunis tetapi tidak dengan kepala Partai Komunis! Ini adalah suatu kontradiksi.
Terlebih lagi, karena SSPX mengakui para ‘Paus” dan para ‘uskup’ Vatikan II sebagai hierarki Katolik, SSPX bersekutu dengan ‘Gereja palsu’ tersebut. Pada waktu yang bersamaan, SSPX melakukan skisma dengan ‘Gereja palsu’ tersebut karena, seperti yang kita lihat di atas, SSPX menolak terang-terangan persekutuan dengan para anggota dari Gereja tersebut. (Jika hal tersebut terlihat bertentangan, memang hal tersebut bertentangan). Posisi ini skismatis.
Selama puluhan tahun, SSPX berkeras beroperasi di luar persekutuan dengan para ‘uskup’ dan para ‘Paus’ yang, menurut SSPX sendiri, adalah hierarki Katolik. Ini adalah skismatis.
St. Hieronimus, Komentar-komentar tentang Surat kepada Titus, (386 M):
“Antara bidah dan skisma terdapat perbedaan, bahwa bidah bersangkutan dengan doktrin yang sesat, sedangkan skisma memisahkan seseorang dari Gereja akibat ketidaksetujuan dengan Uskup.[6]
SSPX berpendapat bahwa Gereja Katolik dapat melakukan kesalahan. Hal ini menentang dogma indefektibilitas yang dinyatakan oleh Paus Pius IX di Vatikan I , dan oleh Paus Pius XI di dalam ensiklik-ensikliknya
Contohnya, SSPX bahkan menolak kanonisasi khidmat dari para ‘Paus’ Vatikan II yang diakuinya sendiri. Posisi ini begitu skismatis, karena hal ini berarti SSPX mengakui bahwa seorang Paus dan Gereja Katolik secara resmi telah melakukan kesalahan sewaktu mereka menganonisasikan santo-santa.
Karena banyak sekali orang yang menghormati SSPX, mereka dituntun kepada posisi skismatis yang sama. Semua pendapat-pendapat sesat tentang situasi pasca-Vatikan II tersebut adalah akibat dari keengganan dari SSPX untuk melihat kebenaran secara jelas: bahwa Sekte Vatikan II secara intrinsik adalah suatu Gereja sesat dan bahwa para ‘Paus’ pasca-Vatikan II adalah Anti-Paus yang tidak valid.
Beberapa pernyataan yang menarik dari Uskup Agung Lefebvre yang mengatakan bahwa para ‘Paus’ Vatikan II mungkin bukan Paus yang valid
Bagaimanapun posisi mereka yang tidak masuk akal – dan bahkan jika bukti-buktinya secara jelas mendukung posisi sedevakantis – SSPX terus (bahkan pada fase di mana kemurtadan Vatikan II begitu parahnya) mencetak buku-buku dan selebaran-selebaran yang menyerang posisi sedevakantis. Tetapi apa yang mereka tidak sadari adalah bahwa pendiri dari serikat mereka, Uskup Agung Lefebvre, telah membuat banyak pernyattan yang begitu dekat dengan posisi sedevakantis pada tahun 1970 dan 1980-an. Kutipan-kutipan ini harus diketahui oleh para anggota Serikat Santo Pius X.
POIN-POIN LAIN YANG SAMA PENTINGNYA TENTANG POSISI SSPX
Uskup Fellay dari SSPX menolak dogma Katolik dan mengajarkan bahwa para Hindu dapat diselamatkan
SSPX menolak ‘kanonisasi’ Josémaria Escriva oleh Yohanes Paulus II, suatu hal yang menunjukkan skismanya
Karena mereka mengakui bahwa Yohanes Paulus II adalah seorang Paus sejati, penolakan ‘kanonisasi’-nya yang khidmat ini adalah suatu sikap yang jelas-jelas skismatis.
Uskup Richard Williamson dari SSPX berkata bahwa Yohanes Paulus II adalah seorang ‘pria yang baik’ dan bahwa agama dari SSPX tidaklah sama dengan agama para ‘Paus’ Vatikan II yang ia akui!
Uskup Williamson dari SSPX menyatakan dengan pasti bahwa ia tidak memiliki agama yang sama dengan ‘Paus’ dan para ‘uskup’ yang ia akui berada di dalam hierarki Katolik! Lihatlah, bapak ibu, rangkuman dari posisi SSPX yang begitu konyol dan skismatis, yang (karena tidak ada sebutan yang lebih baik) dapat disebut secara benar sebagai MUNTAH TEOLOGIS.
Uskup Tissier de Mallerais dari SSPX menolak konsep persekutuan gerejawi dan menyatakan bahwa Benediktus XVI mengajarkan bidah-bidah
Masuk akal bahwa SSPX (atau, paling tidak uskup Tissier de Mallerais) tidak percaya akan ide tentang berada di dalam persekutuan bersama semua orang di dalam Gereja. Uskup Tissier de Mallerais telah berkata: ‘Persekutuan tidak berarti apa-apa di mata saya.’... Ya kita bisa melihat hal tersebut dengan sangat jelas... Karena ia tidak percaya akan persekutuan, penolakannya akan persekutuan bersama hierarki dan para anggota yang dianggapnya sebagai Gereja Katolik sama sekali tidak menjadi masalah hati nurani untuknya.
Buku SSPX, Most Asked Questions about the Society of St. Pius X (Pertanyaan-Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan tentang Serikat St. Pius X) menegaskan bahwa para ‘Paus’ Vatikan II tidak dapat mengajar secara infalibel.
Serikat St. Pius X tidak mengakui secara sederhana bahwa Yohanes Paulus II tidak memenuhi persyaratan untuk berbicara secara infalibel; SSPX (yang menulis pada waktu Yohanes Paulus II memimpin) telah menyatakan bahwa Yohanes Paulus II (pria yang mereka anggap sebagai Paus sejati) tidak dapat berbicara secara infalibel.
Untuk mereka yang, karena alasan tertentu, tidak dapat mengerti dampak keseluruhan dari pernyataan SSPX ini, berikut rangkumannya: SSPX menekankan dengan benar bahwa ajaran infalibel dari seorang Paus tentang iman atau moral tidak dapat berubah, suatu hal yang diajarkan Vatikan II (Denz., ed. du Cerf, no. 3074). Tetapi, menurut SSPX, para ‘Paus’ Vatikan II begitu modernis sampai mereka percaya akan evolusi doktrin; mereka tidak percaya bahwa terdapat hal-hal yang tidak bisa berubah. Maka, menurut SSPX, walaupun mereka adalah Paus yang valid, para ‘Paus’ pasca-Vatikan II TIDAK DAPAT mengajar secara infalibel! Ini adalah penolakan dogma Infalibilitas Kepausan.
Secara definisi, seorang Paus adalah Uskup Roma, yang memiliki yurisdiksi tertinggi di dalam Gereja dan yang DAPAT mengajar secara infalibel, jika ia memenuhi segala persyaratan yang diperlukan. Jika ia tidak dapat berbicara secara infalibel, hal ini berarti bahwa ia bukanlah seorang Paus yang valid!
Paus Pius IX menyatakan secara infalibel di Vatikan I bahwa seorang Paus yang berbicara ex cathedra, tidak mungkin mengajarkan kesalahan
Semua posisi skismatis tersebut (misalnya, penolakan SSPX akan ‘kanonisasi’ oleh para ‘Paus’ mereka) dan penyimpangan fungsi Kepausan, adalah hasil dari kegagalan SSPX untuk mengerti kebenaran dari posisi sedevakantis (yaitu, bahwa para ‘Paus’ Vatikan II sama sekali bukan Paus, tetapi Anti-Paus).
Benediktus XVI meminta secara pribadi kepada SSPX untuk menerima Vatikan II
Di dalam Konferensinya di Denver pada tahun 2006 (yang dilaporkan di dalam suatu artikel yang diterbitkan di The Angelus), uskup Fellay dari SSPX menyebutkan suatu poin yang sangat penting. Ia mengakui bahwa, pada suatu pertemuan pribadi dengan Anti-Paus Benediktus XVI, Anti-Paus Benediktus XVI telah menyatakan dengan sangat jelas bahwa SSPX harus menerima Vatikan II.
Berapa kali haruskah kami buktikan lagi?! Para tradisionalis palsu harus menanggalkan posisi mereka yang tidak mungkin, yang menurutnya, seseorang dapat menolak Vatikan II dan menerima para ‘Paus’ Vatikan II sebagai legitim. Mereka harus menolak Vatikan II dan para Anti-Paus non-Katolik yang menetapkannya.
Kata-kata penting dari para pengikut SSPX – dan dari mereka yang memiliki posisi yang sama
Kami sering mendengar para pembela SSPX berkata kepada kami bahwa mereka hanyalah orang-orang awam yang oleh karenanya, tidak dapat terlibat di dalam pertanyaan-pertanyaan teologis, seperti tentang sedevakantisme. Secara sederhana, mereka pergi ke Misa SSPX, mendukung mereka seperti itu, mencoba menjadi orang-orang yang baik, rohani; hanya ingin menghayati iman mereka secara sederhana. Begitulah jawaban-jawaban dari banyak orang yang membela SSPX sewaktu mereka dihadapkan dengan argumen-argumen sedevakantis.
Jika ini benar – jika anda tidak memiliki otoritas untuk melibatkan diri anda dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut dan jika anda hanyalah ‘seorang awam sederhana yang pergi ke Misa’, yang ingin menghayati iman Katolik anda dengan baik – ANDA TIDAK BERHAK SAMA SEKALI UNTUK PERGI KE SSPX ATAUPUN PERGI KE KAPEL INDEPENDEN LAIN.
JIKA ANDA TERLALU SEDERHANA ‘UNTUK MENGERTI HAL INI’, DAN JIKA ANDA TIDAK DAPAT MELIBATKAN DIRI ANDA DI DALAM PERTANYAAN-PERTANYAAN INI – JIKA INILAH POSISI ANDA (SEMOGA ALLAH MELARANGNYA) – MAKA SECARA LOGIS ANDA HARUS MENERIMA GEREJA NOVUS ORDO SETEMPAT SAJA, MENGHADIRI MISA BARU DAN MENERIMA VATIKAN II YANG ADALAH AGAMA YANG DISETUJUI OLEH ‘USKUP’ NOVUS ORDO SETEMPAT.
Tidak.. ‘orang awam sederhana’ yang ‘hanya pergi ke SSPX untuk mencoba hidup dengan baik’ tanpa terlibat dalam semua ‘pertanyaan-pertanyaan’ tersebut, tiba-tiba terlibat dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut dan menjadi seorang ‘teolog’. Ia ‘tahu’ bahwa ia tidak dapat menerima Misa Baru dan agama Novus Ordo setempat. Ia mengutuk dirinya sendiri lewat mulutnya sendiri, membantah segala argumennya sendiri dan menunjukkan kemunafikannya, yang’terlibat’ hanya di mana ia mau terlibat.
Segala hal ini berarti bahwa jika seseorang dapat menerima agama dari Misa Baru dan Vatikan II dan menyelamatkan jiwanya, maka tidak ada alasan untuk pergi ke suatu kapel independen ataupun ke SSPX. Ini berarti bahwa hal tersebut hanyalah suatu preferensi. Tetapi jika seseorang percaya bahwa Iman mewajibkan seseorang untuk menolak Misa Baru dan agama Vatikan II sebagai sesuatu yang menyebabkannya kehilangan keselamatannya (yang adalah kebenaran), maka gereja setempat dan Misa Baru (serta otoritas-otoritas yang menetapkannya) tidak bisa mewakili Gereja Katolik. Tidak diragukan lagi, hal ini menuntun seseorang kepada posisi sedevakantis karena Gereja Katolik yang kudus tidak menuntun seseorang kepada Neraka.
Semua hal ini membuktikan kembai bahwa satu-satunya posisi yang Katolik adalah posisi sedevakantis, dan bahwa segala posisi sesat yang lain bertentangan dengan ajaran Katolik. Karena SSPX mempromosikan posisi-posisi sesat yang bertentangan dengan ajaran Katolik, tidak seorang Katolik pun boleh mendukung mereka secara finansial, jika ia tidak ingin berdosa berat.
Komentar-komentar singkat tentang kemungkinan persatuan yang penuh antara SSPX dan Gereja Baru
Pada saat buku ini hampir selesai ditulis (versi orisinalnya dari tahun 2007), terdapat diskusi bahwa SSPX akan memasuki persekutuan penuh dengan sekte Vatikan II, sebagai gantinya, Anti-Paus Benediktus XVI akan memperbolehkan Misa bahasa Latin diselenggarakan di lebih banyak tempat serta mengangkat ekskomunikasi yang sebelumnya telah diberikan kepada SSPX. Jika hal ini terjadi, SSPX akan sepenuhnya terlikuidasi ke dalam Gereja Baru. Benediktus XVI, yang dituntun oleh Iblis, sadar sepenuhnya bahwa, pada saat ini, kemurtadan dari sekte Vatikan II telah benar-benar berjalan, dan juga hampir semua imam tidak valid karena mereka ditahbiskan menurut ritus Paulus VI, sehingga ia dapat memberikan keringanan-keringanan kepada kelompok-kelompok tradisionalis untuk menarik mereka kembali kepada Gereja Palsu, di mana mereka akan menolak Kristus lewat penerimaan penuh mereka akan agama baru dan hal-hal seperti ‘kanonisasi’ Yohanes Paulus II yang murtad.
Jika Benediktus XVI dapat membuat persetujuan semacam itu dengan SSPX, janganlah tertipu, ini adalah taktik Iblis untuk mencoba menipu para tradisionalis di dalam fase yang begitu jauh dalam Kemurtadan Besar. Jika hal tersebut terjadi, kami berpikir bahwa SSPX akan terpecah menjadi kelompok-kelompok pro dan kontra persekutuan dengan Kontra-Gereja.
Catatan kaki:
[1] Bernard Tissier de Mallerais, Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, Edisi Suntingan Kedua, Clovis, Etampes, 2002.
[2] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 564.
[3] Claudia Carlen, The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, The Pierian Press, Raleigh , 1990,Vol. 1 (1740-1878), hal. 229, no. 2.
[4] The Angelus, Angelus Press, Mei 2000, hal. 21.
[5] Sagesses chrétiennes, Les Pères Apostoliques, Texte intégral {Para Bapa Apostolik, Naskah Integral}, Editions du Cerf, Paris, 2012, hal. 180.
[6] Jurgens, The Faith of the Early Fathers {Iman Bapa-Bapa Gereja Perdana}, The Liturgical Press, Collegeville, MN, 1970,Vol. 2, no. 1371 a.
[7] Pius XI, Lettre encyclique Mortalium Animos contre l’œcuménisme {Surat Ensiklik Mortalium Animos Melawan Ekumenisme}, Association Saint-Jérôme, Bruxelles, 1987, hal.29.
[8] Pius XI, Lettre encyclique Quas primas {Surat Ensiklik Quas Primas}, Pierre Téqui penyunting, Paris, 1987, hal. 15-16.
[9] Peter Hünermann, Heinrich Denzinger, Enchiridion Symbolorum, Symboles et définitions de la Foi catholique {Simbol-Simbol dan Definisi-Definisi Iman Katolik}, edisi ketiga puluh delapan, Edisi bahasa Prancis, Editions du Cerf, Paris, 2010, no. 3070.
[10] St. Alfonsus de Liguori, The Great Means of Salvation and Perfection {Jalan Besar Menuju Keselamatan dan Kesempurnaan}, 1759, hal. 23.
[11] Dikutip oleh Tanquerey, Synopsis Theologiae Dogmaticae Fundamentalis’ (Paris, Tournai, Rome: Desclee, 1937, edisi baru oleh J.B. Bord, Vol. I, hal. 624, catatan 2.
[12] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 514-515.
[13] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 517.
[14] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 519.
[15] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 529.
[16] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 564.
[17] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 565.
[18] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 565.
[19] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 576.
[20] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 577.
[21] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 578.
[22] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 591.
[23] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 577.
[24] Marcel Lefebvre – une vie {Biografi Marcel Lefebvre}, hal. 578.
[25] Wawancara dengan The Remnant, edisi tanggal 15 Mei 2005.
[26] Pius XII, Lettre encyclique Mystici Corporis Christi, Le Corps Mystique de Jésus-Christ {Surat Ensiklik Mystici Corporis Christi, Tubuh Mistik Yesus Kristus}, Bonne Presse, 1943, hal. 14.
[27] Wawancara yang diterbitkan di dalam The Remnant, Forest Lake, MN.
[28] Leo XIII, Lettres apostoliques de S.S. Léon XIII, encycliques, brefs, etc. {Surat-Surat Apostolik dari Takhta Suci Leo XIII, Ensiklik-Ensiklik, Surat Singkat, dst.} (Edisi 1893), Hachette livre / BnF, Paris, 1893- 1904, Vol. 5, hal. 33.
[29] Denzinger, Ed. du Cerf, no. 3074, 3075.
[30] The Angelus, A Talk Heard Round the World {Percakapan yang Terdengar di Sekeliling Dunia}, April 2006, hal. 15.
[31] G. Alberigo, Les Conciles Œcuméniques, Les Décrets {Konsili-Konsili Ekumenis, Dekret-dekret}, Edisi bahasa Prancis, Editions du Cerf, Paris, 1994, Vol. II-1 (dari Nicea sampai Lateran V), hal. 503.