^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Bidah-Bidah Benediktus XVI
Benediktus XVI: Paus Sejatikah Dia? - video
Benediktus XVI berdoa seperti orang-orang Muslim menghadap Mekkah di dalam sebuah Mesjid, dengan tangan yang bersilang, di dalam sikap doa Muslim yang disebut ‘sikap ketenangan’ pada tanggal 30 November 2006.
Benediktus XVI adalah Joseph Ratzinger. Joseph Ratzinger adalah salah satu teolog-teolog yang paling radikal di Vatikan II, di mana ide-idenya sangat berpengaruh untuk menuntun arah revolusi konsili itu.
Karl Rahner (kiri) bersama Romo Joseph Ratzinger (kanan) di Vatikan II[2]
Di Vatikan II, Ratzinger bercengkerama bersama bidah-bidah yang terang-terangan seperti Karl Rahner. Walaupun ia adalah seorang imam, Joseph Ratzinger tidak mengenakan pakaian imam di dalam Vatikan II tetapi ia mengenakan jas dan dasi.
Ratzinger dijadikan seorang ‘Kardinal’ oleh Paulus VI pada tahun 1977 dan menjadi Prefek Kongregasi bagi Doktrin Iman lima tahun kemudian.
Pada tahun-tahun ini, Ratzinger menulis banyak sekali buku-buku. Bidah-bidah Ratzinger yang akan dibahas di sini disajikan setelah membaca banyak dari pidato-pidatonya serta ke-24 buku yang ditulisnya.
Banyak orang Katolik mengenal fakta bahwa pada tahun 2000, Vatikan mengaku telah menyingkap Rahasia Ketiga Fatima. Kebanyakan tradisionalis langsung menyadari bahwa ‘Rahasia Ketiga’ yang Vatikan keluarkan tersebut bukanlah Rahasia Ketiga Fatima yang asli, tetapi adalah sebuah penipuan besar-besaran yang telah dilakukan kepada dunia. Penulis utama dokumen yang mencoba meyakinkan dunia akan penipuan melawan pesan Bunda Maria di Fatima ini adalah Joseph Ratzinger, Benediktus XVI.
Dokumen yang disebut-sebut ‘Rahasia Ketiga’ tersebut, berjudul Pesan Fatima, ditulis oleh Ratzinger dan ‘Kardinal’ Bertone. Hal tersebut adalah upaya untuk ‘menyingkap’ Pesan Fatima, seperti yang terpaksa diakui Los Angeles Times. Di dalam dokumen tersebut, Ratzinger merujuk hanya kepada satu pelajar pesan Fatima, Romo Edouard Dhanis. Romo Dhanis berkata bahwa kebanyakan dari Pesan Fatima adalah bualan Lucia. Dengan merujuk kepada Dhanis sebagai ‘ahli’ Fatimanya, Ratzinger menunjukkan bahwa ia juga menyatakan bahwa Pesan Fatima adalah sebuah bualan.
Hal ini menunjukkan ciri-ciri khas Ratzinger. Ia adalah seoang penipu. Ia akan tampak seperti memberikan penampilan seakan-akan ia berdevosi kepada suatu hal (misal. Fatima), sambil mencoba untuk mencabik-cabik maknanya. Ia akan memberikan penampilan seakan-akan ia adalah seorang konservatif, sambil menanamkan bidah-bidah yang paling keji. Kami sekarang akan membahas bidah-bidah yang paling mengejutkan dari Joseph Ratzinger, Benediktus XVI.
BIDAH-BIDAH BENEDIKTUS XVI TENTANG PARA YAHUDI
Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, Gereja Katolik mengajarkan secara infalibel bahwa adalah sebuah hal yang diperlukan untuk percaya kepada Yesus Kristus dan Iman Katolik.
Gereja Katolik juga mengajarkan secara infalibel bahwa Perjanjian Lama berakhir dengan kedatangan Kristus, dan telah digantikan dengan Perjanjian Baru. Konsili Florence mengajarkan bahwa mereka yang mempraktikkan Hukum Lama dan agama Yahudi berdosa berat dan ‘terasing dari iman Kristiani dan sama sekali tidak pantas untuk mengambil bagian di dalam keselamatan abadi, kecuali pada suatu hari mereka akan bertobat dari kesalahan-kesalahan ini.’[4]
Tetapi, pada tahun 2001, Komisi Kepausan bagi Kitab Suci menerbitkan sebuah buku yang berjudul The Jewish People and Their Sacred Scriptures in the Christian Bible {Orang-orang Yahudi dan Kitab Suci Mereka di dalam Kitab Suci Kristiani}. Buku ini menolak dogma bahwa Perjanjian Lama telah berakhir. Buku ini mengajarkan bahwa Perjanjian Lama tetap sah, dan bahwa penantian para orang Yahudi untuk Kedatangan Mesias (yang merupakan bagian dari Perjanjian Lama) juga tetap sah. Buku tersebut mengajarkan bahwa Yesus tidak harus dipandang sebagai Mesias yang dijanjikan; bahwa diperbolehkan untuk memandangnya sebagaimana orang Yahudi memandangnya, tidak sebagai Mesias dan tidak sebagai Putra Allah.
Di dalam bagian II, A, 5, The Jewish People and Their Sacred Scriptures in the Christian Bible {Orang-orang Yahudi dan Kitab Suci Mereka di dalam Kitab Suci Kristiani} berkata:
Di dalam bagian II, A, 7, The Jewish People and Their Sacred Scriptures in the Christian Bible {Orang-orang Yahudi dan Kitab Suci Mereka di dalam Kitab Suci Kristiani} berkata:
Maka, menurut buku Vatikan ini, orang-orang Kristiani dapat dan harus mengakui bahwa posisi agama Yahudi bahwa Yesus bukanlah Anak Allah dan sang Mesias yang dinubuatkan, adalah sebuah hal yang mungkin! Pembukaan dari buku yang sangat sesat ini ditulis oleh Joseph Ratzinger, yakni Benediktus XVI.
Ini adalah antikristus!
Bidah adalah penolakan sebuah dogma Iman Katolik; kemurtadan adalah penolakan dari seluruh Iman Kristiani. Buku ini mengandung keduanya, bidah dan kemurtadan, yang disetujui sepenuhnya oleh Benediktus XVI.
Benediktus XVI mengajarkan bahwa Yesus tidak harus dipandang sebagai sang Mesias
Benediktus XVI mengajarkan penolakan yang sama akan Yesus Kristus di dalam sejumlah buku-bukunya:
Benediktus XVI berkata bahwa terdapat alasan-alasan yang baik untuk tidak percaya bahwa Perjanjian Lama merujuk kepada Kristus sebagai Mesias yang dinubuatkan. Ia berkata bahwa Perjanjian Lama tidak menunjuk secara jelas kepada Tuhan kita sebagai Mesias. Ini merupakan penolakan sungguh-sungguh atas Iman Kristiani.
Yang membuat kemurtadan ini lebih memalukan adalah fakta bahwa Perjanjian Baru dipenuhi dengan ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan Kita adalah pemenuhan dari nubuat Perjanjiuan Lama. Untuk mengutip salah satu saja dari sekian banyak ayat, di Yohanes 5, Tuhan kita secara khusus memberitahukan orang-orang Yahudi bahwa apa yang tertulis di dalam Perjanjian Lama tentang-Nya akan menghukum mereka.
Tetapi, menurut Benediktus XVI, semua pernyataan-pernyataan Kitab Suci bahwa Tuhan kita adalah pemenuhan nubuat-nubuat Perjanjian Lama ini, termasuk kata-kata Tuhan kita sendiri, mungkin salah. Menurut Benediktus XVI, cara orang Yahudi membaca bahwa Tuhan kita bukanlah sang Mesias, bukanlah Putra Allah, dan tidak dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama, mungkin dilakukan dan adalah sah. Ini sepenuhnya adalah bidah, kemurtadan, dan antikristus.
Benediktus XVI juga menolak Yesus Kristus di dalam bukunya Milestones {Batu Peringatan}:
Benediktus XVI sekali lagi menyatakan bahwa Kitab Suci terbuka kepada pandangan orang-orang Yahudi akan Yesus, bahwa Yesus bukanlah Putra Allah. Inilah mengapa Benediktus XVI mengulang-ulang bidah bahwa orang-orang Yahudi tidak perlu percaya akan Kristus untuk memperoleh keselamatan.
Ini adalah penolakan terhadap seluruh dogma Katolik.
Tindakan Murtad Benediktus XVI Secara Publik di Sinagoga Jerman
Semua ini adalah mengapa pada tanggal 19 Agustus 2005 – Jumat siang, di hari dan jam yang sama di mana Yesus disalibkan – Benediktus XVI sampai di Sinagoga Yahudi di Köln, Jerman, dan mengambil bagian secara aktif di dalam ibadat Yahudi. Untuk mengambil bagian secara aktif di dalam ibadah non-Katolik adalah sebuah dosa kepada hukum ilahi dan kepada Perintah Pertama, yang selalu diajarkan sebelum Vatikan II.
Benediktus XVI di dalam sinagoga para orang Yahudi, mengambil bagian secara aktif di dalam ibadat Yahudi pada tanggal 19 Agustus 2005[12]
Dengan mengambil bagian di dalam ibadat Yahudi, Benediktus XVI melakukan tindakan murtad secara umum. Di dalam sinagoga itu, Benediktus XVI duduk secara mencolok di dekat kursi depan. Sinagoga tersebut dipenuhi orang-orang Yahudi yang ingin melihatnya. Benediktus XVI bukan hanya bagian yang tidak terpisahkan dari ibadat Yahudi, tetapi ia adalah fitur utamanya. Tidak diragukan lagi ini adalah sebuah partisipasi secara aktif di dalam agama Yahudi.
Sangat dekat dengan Benediktus XVI, kantor {penyanyi} sinagoga tersebut berdoa dan menyanyikan doa-doa Yahudi dengan sangat keras. Benediktus XVI membuat sikap-sikap seperti menundukkan kepalanya serta bertepuk tangan, untuk menunjukkan persetujuannya dan partisipasinya di dalam ibadat Yahudi. Ia mengikuti para Yahudi di dalam doa Kaddish, dan musik berbahasa Yiddi bergema di belakang.
Sewaktu Benediktus XVI berdiri untuk berbicara (dan akhirnya untuk berdoa) di dalam sinagoga tersebut, seluruh sinagoga berdiri dan menyorakinya – menyorakinya karena ia menerima agama mereka. Seluruh dunia yang melihat hal ini tahu bahwa hal ini memiliki satu arti: Benediktus XVI tidak bermasalah dengan orang-orang Yahudi yang menolak Yesus Kristus, dan (menurutnya) mereka tidak memiliki kewajiban untuk menerima Yesus Kristus untuk dapat diselamatkan.
Benediktus XVI mengajarkan bahwa orang-orang Yahudi dapat diselamatkan, bahwa Perjanjian Lama adalah sah, dan bahwa Yesus Kristus tidak perlu dianggap sebagai Mesias. Ia adalah seorang bidah yang lancang terhadap Injil dan Iman Katolik.
Benediktus XVI mendorong Kepala Rabbi di Roma di dalam ‘misi’-nya
Benediktus XVI bertukar hadiah dengan para rabbi di Castelgandolfo, 15 September 2005[14]
Ini adalah sebuah kemurtadan. Benediktus XVI mendorong Kepala Rabbi di dalam ‘misi’-nya! Ia juga mengungkapkan rasa hormatnya kepada Rabbi tersebut dan kerasulannya yang menolak Kristus.
Ia berbicara secara positif tentang sebuah hari yang didedikasikan untuk agama Yahudi. Hari ini, menurut Benediktus XVI, adalah untuk memajukan rasa hormat atas agama Yahudi (suatu agama sesat yang menolak Kristus). Ini adalah penolakan total Iman Katolik dan Yesus Kristus.
BENEDIKTUS XVI MENGAJARKAN BAHWA PARA PROTESTAN DAN SKISMATIS TIDAK PERLU DIKONVERSIKAN
Benediktus XVI sebagai seorang ‘Kardinal’ di dalam pertemuan di tahun 1984 bersama skismatis dari Suriah, Patriark Zakka[17]
Para bidah dan skismatis, seperti para Protestan dan Ortodoks Timur, terdapat di luar Gereja Katolik dan harus dikonversikan kepada Iman Katolik untuk kesatuan dan keselamatan. Perlu bagi mereka untuk menerima seluruh dogma-dogma Katolik serta konsili-konsili, termasuk definisi-definisi dogmatis di Vatikan I pada tahun 1870. Hal ini adalah ajaran Katolik yang infalibel.
Tetapi, Benediktus XVI mengajarkan bahwa para Protestan dan Skismatis Timur tidak perlu dikonversikan dan tidak perlu menerima Konsili Vatikan I. Kami memberikan konteks tambahan untuk kutipan ini, walaupun kutipan berikut sangat panjang, karena hal ini adalah sebuah bidah yang sangat penting.
Perhatikan bahwa Benediktus XVI menyebutkan secara spesifik, dan lalu terang-terangan menolaknya, ajaran Gereja Katolik tradisional bahwa para Protestan dan Skismatis Timur harus dikonversikan kepada Iman Katolik. Ia berkata bahwa konversi dan penerimaan mereka akan Vatikan I dan Kepausan BUKANLAH jalan menuju kesatuan. Hal ini adalah sebuah penolakan total akan Iman Katolik.
Ia mengulangi bidah yang sama di dalam halaman bukunya yang berikutnya, di mana ia berkata bahwa para Non-Katolik tidak perlu menerima Keutamaan Paus:
Benediktus XVI merujuk kepada Keutamaan Paus di sini, dan ia berkata bahwa semua orang Kristiani tidak terikat untuk percaya akan Keutamaan Paus sebagaimana didefinisikan Vatikan I pada tahun 1870! Hal ini berarti bahwa Benediktus XVI mengaku sebagai seorang Katolik dan seorang Paus, dan dalam waktu yang sama ia berkata bahwa para bidah dan skismatis tidak terikat untuk percaya akan Kepausan! Ini adalah salah satu penipuan terbesar di dalam sejarah umat manusia. Terlebih lagi, perhatikan bahwa Benediktus XVI bahkan mengakui bahwa gerak-gerik ekumenis Paulus VI dengan para skismatis adalah untuk menunjukkan secara persis bahwa para skismatis tidak perlu menerima Keutamaan Paus. Ini adalah penolakan terang-terangan Konsili Vatikan I.
Gereja sendiri didirikan oleh Tuhan kita diatas Keutamaan Paus, seperti yang dinyatakan oleh Injil (Matius 16:18-20) dan seperti yang didefinisikan dogma Katolik:
Orang-orang perlu dengan serius merenungkan betapa buruknya bahwa Benediktus XVI berkata bahwa semua orang-orang Kristiani tidak perlu menerima keutamaan para Paus. Hal ini sendiri membuktikan bahwa ia adalah seorang bidah terang-terangan. Tetapi hal ini semakin memburuk...
Benediktus XVI bukan hanya menolak dogma bahwa para non-Katolik perlu untuk percaya akan Kepausan, tetapi juga mempertanyakan apabila para Paus sama sekali memiliki kekuasaan (yurisdiksi) tertinggi di dalam Gereja!
Di dalam bagian-bagian yang panjang dari bukunya, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, Benediktus XVI membahas dengan diskusi-diskusi yang rinci mengenai perkara-perkara sehubungan kaum “Ortodoks” Timur (para skismatis), Luther, kaum Protestan, dsb. Diskusi-diskusi ini menarik untuk tujuan kita, sebab diskusi-diskusi ini sungguh merupakan makalah dari dalil Benediktus XVI tentang topik-topik tersebut. Di dalam diskusinya tentang para ‘Ortodoks’, dapat ditemukan bahwa Benediktus XVI bahkan tidak percaya akan dogma tentang Kepausan. Penting adanya untuk mengingat bahwa kaum Skismatis Timur (mereka yang disebut-sebut sebagai “Ortodoks”) sering kali siap mengakui bahwa para Paus adalah penerus St. Petrus sebagai Uskup Roma. Banyak dari kaum “Ortodoks” juga berkata bahwa Sri Paus, sebagai Uskup Roma, adalah “yang pertama dari antara yang setara” yang memiliki suatu “keutamaan kehormatan”, tetapi mereka menyangkal kenyataan (dan penyangkalan ini merupakan bidah dan skisma mereka yang utama) bahwa para Paus memiliki suatu keutamaan yurisdiksi tertinggi dari Kristus untuk memerintah segenap Gereja.
Benediktus XVI mendiskusikan posisi para skismatis tersebut, yang menolak keutamaan yurisdiksi tertinggi para Paus, dan inilah yang mereka katakan:
Paragraf di atas adalah penolakan yang mengejutkan dan terang-terangan akan dogma Kepausan dan kanon infalibel di bawah! Benediktus XVI mengumumkan posisi sang patriark skismatis, yang tidak mengakui adanya keutamaan atau yurisdiksi tertinggi para Paus, da ia bukan hanya mengatakan bahwa posisi sang skismatis tersebut dapat diterima (seperti yang kita telah lihat), tetapi bahwa posisi skismatis ini faktanya bisa menjadi posisi yang benar dari Uskup Roma! Dalam kata lain, Kepausan (yurisdiksi tertinggi para Paus di atas Gereja universal yang berasal dari institusi Kristus sebagai penerus St. Petrus) mungkin tidak ada sama sekali! Hal ini adalah sebuah bidah yang mengejutkan, sulit dipercaya, dan besar!
Fakta bahwa pria ini mengaku-ngaku sebagai Paus sewaktu ia bahkan tidak percaya akan Kepausan tentunya adalah salah satu penipuan terbesar di dalam sejarah manusia. Mereka yang berteguh bahwa sang non-Katolik ini adalah seorang Paus membantu menyebarkan penipuan besar itu.
Benediktus XVI juga menolak bahwa Kepausan dipercayai selama seribu tahun pertama dan mengatakan bahwa inilah mengapa kita tidak dapat mengikat para skismatis untuk memercayainya!
Benediktus XVI dengan Patriark skismatis Mesrob II, yang menolak Kepausan dan yang adalah kepala dari sekte Ortodoks skismatis Turki Armenia[25]
Ini adalah sebuah bidah besar lain yang mencengangkan yang melawan Kepausan dan Vatikan I. Benediktus kembali berkata bahwa posisi skismatis dari Patriark Athenagoras yang non-Katolik, yang menolak Kepausan dan semata-mata mengakui Uskup Roma sebagai penerus St. Petrus dengan suatu keutamaan kehormatan TETAPI BUKAN KEUTAMAAN YURISDIKSI TERTINGGI adalah posisi yang memuaskan! Di samping itu, Benediktus XVI berkata bahwa alasan kita tidak dapat mengharapkan kaum “Ortodos” untuk percaya akan Kepausan (keutamaan yurisdiksi tertinggi dari para Paus, bukan hanya suatu keutamaan kehormatan) adalah karena Kepausan bahkan tidak dipercayai pada milenium pertama! Maka dari itu, Ratzinger percaya bahwa keutamaan yurisdiksi tertinggi yang dianugerahkan oleh Yesus Kristus atas St. Petrus dan para penerusnya hanya suatu fiksi belaka, suatu rekaan zaman yang kemudian, yang tidak dipercayai di masa Gereja perdana. Ia berkata bahwa posisi Athenagoras yang skismatis – yang percaya bahwa penerus St. Petrus semata-mata memiliki keutamaan kehormatan – adalah “doktrin keutamaan sebagaimana yang dikenal pada milenium pertama” dan bahwa “Roma tidak perlu meminta lebih banyak”! Perhatikan betapa Benediktus secara langsung menyangkal Vatikan I, yang mendefinisikan bahwa keutamaan yurisdiksi diakui di sepanjang segala abad:
Ratzinger (yang di kemudian hari menjadi Benediktus XVI) sepenuhnya menolak dogma ini dan segenap Iman Katolik.
Kembali kepada ajaran sesat Benediktus XVI bahwa para non-Katolik tidak terikat untuk percaya akan Kepausan, hal ini juga telah diajarkan oleh Prefek untuk Memajukan Kesatuan Kristiani dari Benediktus XVI, ‘Kardinal’ Walter Kasper.
Pernyataan Kasper ini sangatlah sesat sampai banyak pembela Benediktus XVI telah mencap Kasper sebagai seorang bidah. Tetapi, seperti yang kita telah lihat, Benediktus XVI percaya akan hal yang sama persis. Di dalam kutipan berikut, kita melihat bahwa Benediktus XVI pada dasarnya menggunakan kata-kata yang persis sama dengan kata-kata Kasper dalam menentang dogma Katolik.
KARDINAL KASPER DAN BENEDIKTUS XVI SAMA-SAMA MENOLAK EKUMENISME BERPULANG – MENGONVERSIKAN PARA PROTESTAN
Kardinal Walter Kasper: “ ... pada hari ini kita tidak lagi memahami ekumenisme dengan makna pemulangan, yang membuat orang lain ‘berkonversi’ dan kembali menjadi Katolik. Makna ini secara jelas ditinggalkan oleh Vatikan II.”[30]
Benediktus XVI, Sambutan kepada Para Protestan pada Hari Orang Muda Sedunia, 19 Agustus 2005:
“Dan sekarang kita bertanya: Apa arti dari memulihkan kesatuan semua orang Kristiani ... kesatuan ini bukan berarti apa yang mungkin disebut ekumenisme pemulangan: yakni, menyangkal dan menolak sejarah iman diri sendiri. Sama sekali bukan!”[31]
Seperti yang ditunjukkan secara jelas oleh perbandingan ini, seperti sang bidah ‘Kardinal’ Kasper, Benediktus XVI terang-terangan menolak ‘ekumenisme berpulang’, yaitu, bahwa para non-Katolik perlu berpulang ke Gereja Katolik lewat konversi dan menolak sekte-sekte bidah mereka. Mereka sama-sama menolak ajaran Paus Pius XI kata demi kata.
Benediktus XVI adalah seorang bidah secara formal. Ia percaya bahwa para Protestan dan Skismatis Timur tidak perlu dikonversikan dan menerima Vatikan I. Ia menolak terang-terangan perlunya Iman Katolik untuk keselamatan, dan ajaran dogmatis Vatikan I.
Itulah alasan Benediktus XVI mengikut Paulus VI dan Yohanes Paulus II dalam memuji dihapuskannya ekskomunikasi atas kaum “Ortodoks” – dan dengan demikian, mengikut mereka menyangkal Vatikan I
Pada tahun 1054, Patriark Konstantinopel, Mikhael Kerularius, pecah dari persekutuan dengan Gereja Katolik dan Paus Roma. Kerularius menolak otoritas tertinggi Sri Paus dan menutup gereja-gereja ritus Roma di Konstantinopel. Kerularius diekskomunikasi oleh Paus St. Leo IX dan Skisma Besar Timur pun menjadi resmi.[34]
Maka, yang “terjadi di tahun 1054”, dan yang disebut oleh Benediktus XVI di atas, merujuk kepada ekskomunikasi yang dijatuhkan oleh Gereja Katolik atas mereka yang mengikut Mikhael Kerularius masuk skisma dan menolak Kepausan. Paulus VI “mengangkat” ekskomunikasi ini pada akhir Vatikan II, dan Yohanes Paulus II memuji serta memperingati diangkatnya ekskomunikasi tersebut berulang kali. Sekarang kita melihat bahwa Benediktus XVI mengikuti teladan Yohanes Paulus II dan juga merayakan peristiwa itu.
Ini semua pada dasarnya berarti bahwa Paulus VI, Yohanes Paulus II dan sekarang, Benediktus XVI, telah berupaya membatalkan Kepausan sebagai dogma yang harus dipercayai di bawah ancaman bidah dan ekskomunikasi. Namun seperti yang sudah kita lihat, Vatikan I acapkali dan dalam berbagai cara menyatakan, bahwa orang-orang yang menolak dogma Kepausan itu teranatema, dan terpisah dari Iman. Jadi, berupaya membatalkan ekskomunikasi dari mereka yang masih tetap menolak Kepausan, pada dasarnya adalah perbuatan lancang yang menolak ajaran Vatikan I. Ini adalah bidah dan skisma secara resmi, yang terwujud dalam perkataan dan perbuatan.
Benediktus XVI bersama ‘pelayan’ Lutheran
Benediktus berdoa Doa Senja ekumenis bersama para skismatis dan Protestan dan berkata bahwa ia mencintai Gereja Ortodoks skismatis
Benediktus XVI berdoa Doa Senja ekumenis pada tanggal 12 September 2006.[35] Ini adalah partisipasi aktif di dalam ibadat non-Katolik. Hal ini adalah bukti atas bidah lewat perbuatan.
Ini adalah sebuah bidah terbesar Benediktus XVI. Pertama, ia mengambil bagian secara aktif di dalam doa dan ibadat non-Katolik, yang dikutuk di dalam ajaran Katolik.
Kedua, ia berkata bahwa ia mencintai Gereja Ortodoks – sebuah sekte non–Katolik skismatis dan sesat. Bagaimana seseorang bisa menjadi lebih sesat daripada sewaktu ia berkata: “Saya mencintai Gereja skismatis?” Ia lalu menunjukkan bahwa ia, para skismatis, dan para Protestan memiliki kesatuan bersama Allah, kesatuan satu sama lain, dan kesatuan bersama Iman para Rasul. Ini semua sangatlah sesat. Benediktus XVI adalah seorang bidah publik yang bersatu bersama para non-Katolik.
Bidah terburuk Benediktus XVI? Ia berdoa dengan pemimpin para skismatis ‘Ortodoks’ sedunia dan menandatangani Deklarasi Gabungan dengannya, yang mengatakan bahwa ia berada di dalam Gereja Kristus
Benediktus XVI mencium pemimpin skismatis ‘Ortodoks’ Timur sedunia, Bartolomeus I, pada kunjungannya ke Turki pada bulan November 2006
Pada kunjungannya di tahun 2006 ke Turki, Benediktus XVI masuk ke dalam dua katedral skismatis dan bertemu dengan tiga patriark skismatis, termasuk pemimpin skismatis sedunia, Patriark Ortodoks Timur dari Konstantinopel, Bartolomeus I. Benediktus XVI bukan hanya melakukan tindakan yang terlarang, yaitu persatuan di dalam hal-hal kudus bersama sang skismatis, tetapi ia juga mungkin telah melakukan bidahnya yang terburuk di dalam deklarasi gabungannya bersamanya.
Anda lihat itu? Ia berkata ‘...tanggung jawab kami sebagai gembala DI DALAM GEREJA KRISTUS’! Sungguhlah sesat, ia menyatakan di dalam sebuah deklarasi gabungan bersama pemimpin skismatis sedunia bahwa sang pemimpin skismatis, yang menolak Kepausan serta Infalibilitas Paus, ada ‘di dalam Gereja Kristus’.
Benediktus XVI membuat pernyataan formal yang sesat ini di dalam sebuah katedral skismatis sebagai bagian dari deklarasi gabungan pada saat sebuah liturgi ilahi bersama seorang skismatis yang terkenal! Maka, resminya: Benediktus XVI telah menyatakan di dalam sebuah deklarasi gabungan publik bahwa seseorang dapat menolak Kepausan, Infalibilitas Paus, Vatikan I, dst. dan berada di dalam Gereja Kristus. Tidak diragukan lagi, ia adalah seorang bidah publik. Siapa pun yang menolak hal ini, setelah mengetahui fakta-fakta ini, juga adalah seorang bidah. Bahkan pembela Anti-Paus XVI yang paling tidak jujur dan keras kepala akan kesulitan untuk menjelaskan hal ini.
Semua bidah ini yang berasal dari Benediktus XVI juga mengejek sepenuhnya santo-santa dan para martir yang menderita karena mereka menolak untuk menjadi ‘Ortodoks’ Timur, seperti yang telah dibahas di awal di bagian yang berjudul Orang-orang Katolik yang disiksa dan dimartir karena mereka menolak menjadi Skismatis Timur.
Itulah mengapa Benediktus XVI bahkan mendorong Patriark Skismatis untuk Melanjutkan Pelayanannya
Benediktus XVI mendorong sang patriark non-Katolik dan skismatis untuk melanjutkan pelayanan non-Katolik dan skismatisnya. Lalu, pada perjalanannya ke Turki, Benediktus XVI mengingat Yohanes Paulus II yang memberikan relikui-relikui kepada para skismatis. Benediktus XVI berkata bahwa tindakan tersebut adalah suatu tanda persatuan.
Hal ini membuktikan sekali lagi bahwa ‘gerak-gerik ekumenisme’ menandakan penolakan dogma bahwa para skismatis harus menerima Keutamaan Paus untuk berada di dalam kesatuan bersama Gereja.
Bidah Benediktus XVI yang mencengangkan tentang ‘Uskup Agung’ skismatis dari Atena
Benediktus XVI berkata bahwa Christodoulos, sang uskup ‘Ortodoks’ skismatis dan non-Katolik di Yunani memiliki kekuasaan di seluruh Yunani! Ia juga menunjukkan bahwa para skismatis adalah para ‘umat’ dan bahwa Tuhan memercayakan sang uskup skismatis tersebut dengan ‘pelayanan yang berat’. Terlebih lagi, perhatikan pokok berita yang muncul di surat kabar resmi Vatikan sewaktu uskup non-Katolik ini datang untuk mengunjungi Benediktus XVI. Surat kabar resmi Vatikan (yang mengutip Benediktus XVI) merujuk kepada ‘Uskup Agung’ skismatis non-Katolik Yunani ini sebagai ‘Uskup Agung Atena dan Seluruh Yunani’ di dalam pokok berita yang besar yang diulang-ulang di dalam surat kabar tersebut. Semua ini adalah penolakan utuh dari ajaran dogma Katolik akan kesatuan Gereja.
BIDAH-BIDAH LAIN BENEDIKTUS XVI DENGAN PARA PROTESTAN
Benediktus XVI bersama ‘Uskup’ Protestan Evangelikal Wolfgang Huber pada tahun 2005[44]
Benediktus XVI terang-terangan menolak untuk mengonversikan para Protestan sekali lagi di dalam bukunya Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}.
Perhatikan bahwa Benediktus XVI tidak ingin agama-agama Protestan dibubarkan dan berkonversi kepada agama Katolik, tetapi sebaliknya berharap bahwa mereka akan dikuatkan di dalam keyakinan mereka akan Protestantisme.
Doa ekumenis Benediktus XVI di dalam gereja Lutheran: Ia terus melangkah dengan bidah ekumenis yang besar
Benediktus XVI di dalam doa bersama di sebuah Pertemuan Ekumenis di dalam bait Lutheran di Warsawa pada tanggal 25 Mei 2006 – jangan tertipu oleh salibnya yang ber-corpus; banyak gereja-gereja Lutheran menggunakan salib ber-corpus
Terdapat banyak bidah di dalam pidato yang diberikan Benediktus XVI di dalam gereja Lutheran. Persilakan kami untuk merangkumnya di dalam poin-poin utama. Pertama, Benediktus pergi ke bait Lutheran dan mengambil bagian secara aktif di dalam sebuah ibadat ‘doa bersama’ (kata-katanya) bersama para Lutheran, Protestan lain, dan para skismatis ‘Ortodoks’. Ini adalah manifestasi bidah lewat perbuatan – menghadiri bait Lutheran yang non-Katolik.
Kedua, ia menyebutkan Kedatangan Kedua Kristus, dan berkata: “kita [yaitu, ia dan para Lutheran serta para ‘Ortodoks’] diarahkan kepada pertemuan itu, yang dipenuhi harapan dan kepercayaan bahwa hal tersebut akan menjadi bagi kita hari keselamatan”; dalam kata lain, para Protestan dan skismatis dengan siapa ia bicara akan memperoleh keselamatan. Ini benar-benar sesat.
Ketiga, ia menyebut dirinya sendiri dan para Lutheran serta ‘Ortodoks’ sebagai satu komunitas murid-murid: “Sebagai komunitas para murid...” Hal ini menunjukkan bahwa Benediktus XVI adalah bagian dari Gereja yang sama dengan para Lutheran dan skismatis; bahwa ia adalah bagian dari sebuah sekte non-Katolik.
Keempat, Benediktus XVI mengingat banyak pencapaian ekumenisme sesat, termasuk Deklarasi Gabungan dengan Para Lutheran tentang Pembenaran yang sangat sesat dan anti Konsili Trente. Ia juga mengingat ‘peringatan ekumenis dari saksi-saksi iman abad ke-20’, yang merupakan peringatan para non-Katolik sebagai martir untuk Iman. Ia juga mengingat Ut Unum Sint, yang dipenuhi bidah, termasuk ide bahwa terdapat santo-santa non-Katolik. Ia juga mempromosikan terjemahan ekumenis baru Kitab Suci. Benediktus XVI adalah Anti-Paus yang non-Katolik dan terang-terangan bidah.
Benediktus XVI mendorong kepala Gereja Anglikan yang tidak sah di dalam ‘pelayanannya’ dan berkata bahwa Sekte Anglikan berakar pada Tradisi Apostolik
Sekte Anglikan tidaklah berakar di dalam Tradisi Apostolik, tetapi di dalam ‘tradisi’ Henry VIII yaitu zina dan perpecahan skismatis dari Gereja Katolik. Benediktus XVI mendorong kepala skismatis dan bidah dari Sekte Anglikan di dalam ‘pelayanannya’, dan mengolok-olok semua santo-santa dan martir yang menderita serta wafat sebagai martir karena mereka tidak mau menjadi Anglikan.
DI VATIKAN II, BENEDIKTUS II JUGA MENOLAK BAHWA PARA NON-KATOLIK HARUS DIKONVERSIKAN
Pada dasarnya, Benediktus XVI tidak sedikit pun Katolik.
BENEDIKTUS XVI MEMUJI ‘KEBESARAN’ DARI ‘SEMANGAT ROHANI’ LUTHER
Martin Luther adalah salah satu bidah terburuk di dalam sejarah Gereja. Luther menyerang Gereja Katolik dan dogma-dogmanya dengan ganas. Benediktus XVI tidak pernah mencela Luther sebagai seorang bidah, malah sering berbicara secara positif tentang pandangan-pandangan Luther dan bahkan memujinya.
Di Vatikan II, Benediktus XVI bahkan mengeluh bahwa dokumen Gaudium et Spes terlalu banyak mengandalkan pandangan-pandangan Teilhard de Chardin {seorang imam bidah} dan kurang mengandalkan pandangan-pandangan Martin Luther.[49] Benediktus XVI juga dianggap menyelamatkan Deklarasi Gabungan dengan Para Lutheran tentang Pembenaran tahun 1999, yang menyatakan bahwa bidah Luther tentang Pembenaran lewat iman saja (dan sebagainya) tidak lagi dikutuk oleh Konsili Trente.
BENEDIKTUS XVI MENDUKUNG PARA METODIS UNTUK MEMASUKI DEKLARASI GABUNGAN DENGAN PARA LUTHERAN TENTANG PEMBENARAN YANG SANGAT SESAT, YANG MENOLAK KONSILI TRENTE
Seperti yang telah dibahas, Deklarasi Gabungan dengan Para Lutheran tentang Pembenaran menolak mentah-mentah Konsili Trente dengan mengajarkan bahwa kanon-kanonnya yang infalibel tidak lagi berlaku kepada para Lutheran. Benediktus XVI berpegangan kepada persetujuan Protestan ini dan menyatakan bahwa persetujuan tersebut ditandatangani oleh ‘Gereja Katolik’.
BENEDIKTUS XVI MEMUJI BIARA EKUMENIS NON-KATOLIK TAIZE DAN BERKATA BAHWA LEBIH BANYAK BIARA SEPERTI ITU HARUS DIBANGUN
Biara ekumenis Taize terletak di Prancis. Itu adalah biara yang terdiri dari lebih dari seratus bruder dari berbagai denominasi non-Katolik, termasuk Protestan.[52]
Maka, menurut Benediktus XVI lebih banyak biara-biara ekumenis non-Katolik harus didirikan, menurut Benediktus XVI.
BENEDIKTUS XVI MEMBERIKAN KOMUNI KEPADA PENDIRI PROTESTAN TAIZE
Benediktus XVI memberikan Komuni kepada bidah publik, Bruder Roger Schutz, pendiri Protestan dari Taize[54]
Benediktus XVI memberikan Komuni kepada Bruder Roger, pendiri Protestan dari komunitas Taize, pada tanggal 8 April 2005. Dan sewaktu Bruder Roger meninggal pada bulan Agustus 2005, Benediktus XVI berkata bahwa sang bidah Protestan tersebut langsung pergi ke Surga.
Tidak peduli fakta bahwa Bruder Roger meninggalkan Gereja Katolik, menolak dogmanya selama puluhan tahun dan menjadi pendiri dari sekte non-Katoliknya sendiri. Ia tetap masuk Surga, menurut Benediktus XVI. Ini adalah bidah terang-terangan. Benediktus XVI bahkan berkata bahwa sang bidah Bruder Roger memandu kita dari surga.
Benediktus XVI juga memuji ‘kesaksian iman’ Bruder Roger.[57] Jika anda percaya bahwa Benediktus XVI adalah seorang Paus Katolik, anda sekalian saja menghadiri gereja Protestan.
BENEDIKTUS XVI MENGAJARKAN BAHWA ‘EKARISTI’ PROTESTAN ADALAH SEBUAH EKARISTI YANG MENYELAMATKAN!
Para Protestan tidak memiliki Ekaristi yang valid. Mereka tidak memiliki uskup-uskup dan imam-imam yang valid, karena mereka tidak memiliki suksesi apostolik. Tetapi Benediktus XVI di atas mengatakan bahwa bahkan jika seseorang menerima dogma Katolik tentang suksesi apostolik, seseorang TIDAK SAMA SEKALI BOLEH MENOLAK KEHADIRAN TUHAN YANG MENYELAMATKAN DI DALAM ‘PERJAMUAN MAKAN TUHAN’ PROTESTAN EVANGELIS. Menurut Benediktus XVI, para Protestan memiliki Kehadiran Ekaristi yang menyelamatkan. Hal ini berarti bahwa anda bisa mendapatkan kehadiran Ekaristi yang menyelamatkan di gereja Protestan setempat. Ini adalah bidah yang luar biasa.
BENEDIKTUS XVI MENGAJARKAN BAHWA PROTESTANTISME (KRISTEN EVANGELIS) MENYELAMATKAN
Ini adalah penolakan yang lancang akan dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan. Jika hal ini benar, sama sekali tidak terdapat alasan untuk menjadi Katolik.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA PROTESTANTISME BUKANLAH BIDAH
Protestantisme adalah penolakan banyak dogma Iman Katolik. Protestantisme bukan hanya sebuah bidah, tetapi adalah kumpulan bidah-bidah yang paling terkenal keburukannya, yang pernah dilawan oleh Gereja.
Tetapi Benediktus XVI mengatakan kepada kita bahwa para Protestan bukanlah bidah, dan bahwa Protestantisme sendiri bukanlah bidah. Ini adalah bukti yang tidak bisa dipungkiri bahwa Benediktus XVI bukan seorang Katolik, tapi benar-benar seorang bidah. Ini adalah salah satu bidah Benediktus XVI yang terburuk.
BENEDIKTUS XVI MENUNJUKKAN SEKALI LAGI BAHWA PERSATUAN BERSAMA PARA PROTESTAN MENGHORMATI, BUKAN MENGONVERSIKAN, KEBERAGAMAN SUARA-SUARA
Ia berkata bahwa ia mencari kesatuan dengan mereka sambil menghomati keberagaman suara-suara. Hal ini menggemakan sekali lagi posisinya bahwa mereka tidak perlu meninggalkan bidah-bidah mereka dan bahwa kesatuan bersama mereka bukanlah ‘ekumenisme berpulang’.
BENEDIKTUS XVI BERBICARA AKAN ‘KEKAYAAN’ DARI DENOMINASI-DENOMINASI SESAT DAN SKISMATIS
BIDAH-BIDAH BENEDIKTUS XVI MELAWAN SAKRAMEN-SAKRAMEN
Pada tahun 2001, Vatikan menyetujui sebuah dokumen dengan Gereja Asiria Skismatis Timur. Dokumen tersebut berkata bahwa anggota-anggota Gereja Vatikan II dapat pergi ke gereja skismatis tersebut dan menerima Komuni, dan sebaliknya. Dokumen tersebut disetujui oleh Benediktus XVI. Masalah di dalam dokumen ini adalah, di samping fakta bahwa para skismatis Asiria bukanlah Katolik, bahwa liturgi skismatis ini tidak memiliki kata-kata konsekrasi, tidak terdapat ‘kata-kata institusi’. Benediktus XVI menyebutkan masalah ini di dalam bukunya Pilgrim Fellowship of Faith {Kerukunan Iman Peziarah}:
Benediktus XVI mengakui bahwa liturgi skismatis ini tidak memiliki ‘kata-kata institusi’, yang merupakan kata-kata konsekrasi. Tetapi ia tetap menyetujui penerimaan Komuni di dalam liturgi Skismatis ini yang tidak memiliki kata-kata konsekrasi.
Benediktus XVI sampai kepada keputusan yang tidak bisa dipercaya ini karena ia menolak bahwa kata-kata tersebut dibutuhkan untuk sebuah konsekrasi yang sah!
Ini benar-benar suatu penolakan penuh terhadap ajaran Katolik tentang sakramen.
Fakta bahwa Benediktus XVI percaya bahwa Misa tanpa kata-kata konsekrasi valid adanya membuktikan bahwa ia bahkan tidak memiliki sekelumit iman Katolik pun. Ia adalah seorang bidah manifes yang melawan ajaran Gereja tentang sakramen. Dan bidah ini diulangi di dalam sejumlah bukunya.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA TIDAK TERDAPAT ALASAN UNTUK MEMBAPTIS BAYI
Ini adalah sebuah bidah raksasa yang luar biasa dan mencengangkan! Benediktus XVI berkata bahwa sewaktu pembaptisan terpisah dari katekumenat – contohnya, dalam kasus pembaptisan bayi – pembaptisan tidak diperlukan. Pembaptisan bayi tidak bermakna maupun ataupun bertujuan, menurut Benediktus XVI. Inilah mengapa di dalam bukunya God and the World {Allah dan Dunia}, Benediktus XVI MENOLAK DAN MENCAP PEMBAPTISAN BAYI SEBAGAI “TAK TERCERAHKAN”.
Ia berkata bahwa zaman-zaman yang terdahulu “telah mereka” (dan tidak menerima dari Kristus) ajaran tentang perlunya membaptis para bayi agar mereka bisa mendapatkan rahmat yang menyucikan. Ia berkata bahwa ajaran ini “tak tercerahkan”! Ini adalah bidah yang sangat besar. Konsili Florence dan Trente telah secara infalibel mendefinisikan bahwa Sakramen Pembaptisan diperlukan untuk keselamatan, dan bayi-bayi yang mati tanpa Sakramen Pembaptisan tidak dapat selamat.
Lantas, beberapa orang mungkin bertanya-tanya mengapa Ratzinger mempraktikkan pembaptisan bayi? Alasannya adalah bahwa ia tidak melihat ada masalah dalam hal mempraktikkan dan menjalankan kebiasaan semacam itu, yang baginya tidak bermakna ataupun bertujuan. Demikian pula, ia memampangkan diri sebagai “Sri Paus” meskipun ia bahkan tidak percaya akan keutamaan yurisdiksi tertinggi milik para Paus, seperti yang sudah dibuktikan. Demikian pula, ia memampangkan diri sebagai kepala Gereja Yesus Kristus walaupun ia bahkan tidak percaya bahwa Yesus Kristus pastinya adalah sang Mesias, seperti yang telah dibuktikan.
BIDAH-BIDAH BENEDIKTUS XVI MELAWAN KITAB SUCI
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Kitab Suci adalah sabda Allah yang infalibel dan sempurna. Vatikan I juga menyatakan bahwa semua hal yang terdapat di dalam sabda Allah yang tertulis harus dipercayai dengan Iman yang Katolik dan ilahi.
TETAPI BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA CERITA PENCIPTAAN DI DALAM KITAB SUCI ADALAH BERDASARKAN CERITA PENCIPTAAN PAGAN
Jika sebagian dari cerita penciptaan di dalam kitab Kejadian berdasar atas cerita-cerita penciptaan pagan, hal ini berarti bahwa cerita Kitab Suci tidaklah asli dan tidak pun diilhami secara langsung oleh Allah. Pernyataan Benediktus XVI ini adalah bidah dan menunjukkan kembali bahwa ia adalah seseorang yang murtad dan tak beriman.
BENEDIKTUS XVI MENYANGSIKAN LOH-LOH BATU DI DALAM CERITA KELUARAN
Di dalam Keluaran 31, kita membaca bahwa Allah memberikan Musa dua loh batu yang ditulisi oleh jari Allah.
BENEDIKTUS XVI MENGAJARKAN BAHWA PERKATAAN-PERKATAAN DI DALAM KITAB SUCI TIDAKLAH BENAR
BENEDIKTUS XVI TENTANG EVOLUSI
Bidah-Bidah DAN KEMURTADAN BENEDIKTUS XVI DENGAN ISLAM
Islam adalah suatu agama sesat yang menolak Allah Tritunggal dan Keilahian Tuhan kita. Gereja Katolik secara resmi mengajarkan bahwa Islam adalah sebuah kekejian – sebuah agama sesat yang pengikutnya perlu dikonversikan dan diselamatkan.
BENEDIKTUS XVI MEMILIKI ‘RASA HORMAT YANG MENDALAM’ UNTUK AGAMA SESAT ISLAM
Perhatikan bahwa ia memiliki ‘rasa hormat yang mendalam’ bukan hanya untuk agama sesat Islam, tetapi juga untuk agama-agama sesat lain. Ini adalah sebuah kemurtadan. Juga perhatikan bahwa ia menganggap bahwa rasa hormat untuk agama sesat itu sendiri adalah sama dengan untuk menghormati ‘umat’ Muslim. Ia mengatakan hal tersebut sebagai dua hal yang sama, seperti yang kita lihat. Hal ini penting untuk diingat karena Benediktus XVI sering mengatakan bahwa ia menghormati para umat beriman Muslim atau Muslim sebagai umat beriman. Dengan melakukan hal ini ia menghormati agama sesat mereka, seperti yang kita lihat terbukti secara jelas di dalam kutipan berikut.
Perhatikan bahwa Benediktus XVI di sini mengakui bahwa Vatikan II sendiri mengajarkan rasa hormat untuk agama sesat Islam.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA TERDAPAT ISLAM YANG MULIA
Ia berkata bahwa agama sesat itu baik. Ini adalah sebuah kemurtadan.
BENEDIKTUS XVI BERKATA ISLAM MELAMBANGKAN KEAGUNGAN
Ia berkata bahwa Islam, suatu agama sesat yang menolak Keilahian Yesus Kristus dan seluruh Iman Katolik melambangkan ‘keagungan’. Ini adalah kemurtadan. Islam melambangkan ketidakberimanan, penolakan Allah Tritunggal dan kegelapan. Menarik pula untuk dicatat bahwa sewaktu ia berbicara tentang ‘elemen-elemen yang mengagumkan’ di dalam Hinduisme, Benediktus XVI menyebutkan aspek-aspek negatifnya seperti sistem kasta, dst. Ia tidak menyebutkan fakta bahwa Hinduisme menyembah dewa-dewi sesat dari antara aspek-aspek negatifnya.
Perhatikan bahwa Benediktus XVI bukan hanya semata-mata menghormati anggota-anggota agama-agama sesat, tetapi juga agama-agama sesatnya sendiri. Ini adalah kemurtadan.
Benediktus XVI menghormati para umat dari sekte iblis ini; ia berkata bahwa mereka menyembah Allah; ia mengharapkan berkat Allah untuk mereka di dalam ‘perjalanan rohani’ Ramadan. Ini hanyalah sebuah kemurtadan.
BENEDIKTUS XVI MENGHORMATI PERADABAN-PERADABAN ISLAM
Peradaban-peradaban Islam merupakan beberapa hal yang paling jahat dan anti-Kristiani di dalam sejarah. Pernyataan Benediktus XVI ini, oleh karena itu, adalah sebuah kemurtadan besar-besaran.
Pertama ia menyebutkan bahwa ia memberi hormat kepada nisan Ataturk yang tidak beriman. Lalu ia berkata bahwa ia menghormati semua orang Muslim dari Turki. Untuk menghormati sesorang adalah untuk mengaguminya. Hal ini berarti bahwa ia mengagumi semua orang Muslim di Turki. Hal tersebut berarti bahwa bukan hanya ia mengagumi jutaan orang yang menolak Kristus, tetapi juga bahkan para kriminal dari antara para Muslim di Turki, karena tentunya beberapa di sana. Ia lalu memuji ‘perkembangan yang luar biasa akan peradaban Islam’, yang mengurung jutaan orang di dalam kegelapan dan ketidakberimanan. Ia lalu memuji monumen-monumen Muslim dari masa lalu, dan berkata bahwa para Muslim ‘pantas untuk berbangga diri akan hal-hal ini’. Terakhir, ia berkata bahwa sebagai ‘umat beriman’, para Muslim bisa mendapatkan kekuatan lewat doa mereka, yang menunjukkan bahwa praktik Islam adalah benar dan sejati. Benediktus XVI adalah seseorang yang benar-benar murtad.
BENEDIKTUS XVI MENGAJARKAN BAHWA ISLAM DAN KEKRISTENAN MEMILIKI ALLAH YANG SAMA
Islam dan Kekristenan tidak memiliki Allah yang sama. Para pengikut Islam menolak Allah Tritunggal. Orang-orang Kristiani menyembah Allah Tritunggal.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA AL-QURAN ADALAH KITAB SUCI SUATU AGAMA YANG AGUNG
Benediktus XVI menghormati Al-Quran sebagai sebuah kitab suci dari agama yang agung. Al-Quran menghujat Allah Tritunggal, menolak Keilahian Yesus Kristus, dan berkata bahwa mereka yang percaya kepadanya adalah sama seperti kotoran. Al-Quran juga berkata bahwa semua umat Kristiani terkutuk. Pernyataan oleh Benediktus XVI ini benar-benar merupakan sebuah kemurtadan. Kita telah membahas bagaimana Yohanes Paulus II mencium Al-Quran; hal ini adalah ciuman kepada Al-Quran di dalam kata-kata.
BENEDIKTUS XVI PERGI KE MESJID DAN BERDOA MENGHADAP MEKKAH SEPERTI PARA MUSLIM
Pada tanggal 30 November 2006, pada saat ia berkunjung ke Turki, Benediktus XVI melepaskan sepatunya dan memasuki Mesjid Biru. Ia mengikuti panduan Muslim untuk menghadap ‘Kiblat’ – mengarah Mekkah. Di sana, doa dimulai. Benediktus XVI berdoa seperti para Muslim menghadap Mekkah di dalam mesjid. Ia bahkan menyilangkan tangannya di dalam sikap doa yang disebut ‘sikap ketenangan’. Tindakan kemurtadan yang luar biasa ini dilaporkan dan ditunjukkan di semua media besar. Bukanlah sebuah hal yang dibesar-besarkan untuk mengatakan bahwa Benediktus XVI telah masuk Islam.
Hal ini secara mutlak membuktikan bahwa Benediktus XVI adalah seseorang yang murtad. Ini adalah salah satu skandal terbesar di dalam sejarah manusia.
St. Thomas berkata bahwa seseorang yang menyembah di kubur Muhammad dianggap sebagai orang yang murtad; berdoa di dalam mesjid, menghadap Mekkah seperti para Muslim, jauh lebih buruk. Itulah mengapa bahkan tidak ada sama sekali Paus di dalam sejarah yang pergi ke dalam mesjid; mereka semua tahu bahwa bahkan untuk pergi ke sana adalah berarti untuk menerima agama sesat. Lewat tindakan ini, perdebatan apakah Benediktus XVI adalah Paus selesai sudah untuk seseorang yang mengenal fakta-fakta ini dan yang memiliki sedikit pun kehendak baik. Katakan kepada teman-teman dan saudara-saudara anda bahwa Benediktus XVI adalah seorang bidah, murtad, dan oleh karena itu, seorang Anti-Paus.
Bidah-Bidah BENEDIKTUS XVI DENGAN PAGANISME
BENEDIKTUS XVI MENDUKUNG SECARA PENUH EKUMENISME DAN PERAYAAN-PERAYAAN EKUMENISME YANG MENYEMBAH SETAN DI ASSISI
Kita sudah membahas perkumpulan-perkumpulan ekumenis Yohanes Paulus II yang terkenal di Assisi pada tahun 1986 di mana ia berdoa bersama lebih dari 130 pemimpin agama dari berbagai agama-agama sesat dari Iblis, yang menyetarakan agama yang sejati dengan penyembahan berhala. Tindakan ini sama sekali dikutuk oleh Tradisi Katolik. Hal tersebut telah dikecam sebagai kemurtadan oleh Paus Pius XI.
Nah, kereta yang membawa para pemimpin agama sesat dari Vatikan kepada acara Assisi tahun 2002 tersebut (acara ulangan) disebut oleh Benediktus XVI sebagai “sebuah simbol ziarah kita di dalam sejarah... perukunan kembali orang-orang dan agama, suatu ilham yang besar...”[94]
Pada tahun 2006, Benediktus XVI juga memuji ibadat doa antaragama Assisi tahun 1986.
Benediktus XVI mendukung perkumpulan-perkumpulan ekumenis murtad di Assisi di mana Yohanes Paulus II berdoa dengan berbagai pemimpin agama-agama iblis dan penyembah berhala – di mana Yohanes Paulus II memerintahkan agar dicabut dari ruangan-ruangan Katolik salib-salib agar para pagan dapat menyembah dewa-dewi sesat. Perhatikan bahwa Benediktus XVI berkata bahwa para agama lain mengetahui bahwa doa memberikan mereka pengalaman akan Allah. Hal ini berarti bahwa pengalaman-pengalaman rohani mereka, contohnya, penyembahan dewa-dewi sesat di dalam doa, adalah benar.
BENEDIKTUS XVI MENGKRITIK ORANG-ORANG YANG MENGHANCURKAN KUIL-KUIL PAGAN SEBAGAI ‘PEMBERANG’
Para “pemberang” yang dikritiknya ini akan mencakup St. Fransiskus Xaverius dan St. Benediktus.
St. Benediktus menghancurkan sebuah altar pagan dan membakar semak-semak yang dipersembahkan kepada Apollo pertama kalinya ia sampai di Monte Cassino:
BENEDIKTUS XVI MENGATAKAN KEPADA KITA BAHWA AGAMA-AGAMA PAGAN DAN MUSYRIK ADALAH TINGGI DAN MURNI
Ia berkata bahwa agama-agama musyrik tersebut tinggi dan murni. Ini adalah bidah dan kemurtadan.
BENEDIKTUS XVI MEMILIKI RASA HORMAT YANG MENDALAM UNTUK IMAN-IMAN SESAT
Perhatikan bahwa Benediktus XVI bukan hanya menghormati anggota-anggota iman-iman sesat tetapi ia menunjukkan RASA HORMAT YANG MENDALAM untuk iman-iman sesat sendiri! Ini adalah kemurtadan. Hal ini berarti bahwa ia menghormati penolakan Kristus, penolakan Kepausan, dukngan untuk kontrasepsi dan aborsi, dst. (yang seluruhnya adalah ajaran ‘iman-iman’ lain).
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA KEHADIRAN AGAMA-AGAMA SESAT ADALAH SUMBER DARI KEKAYAAN UNTUK SEMUA ORANG
Hal ini berarti bahwa berbagai agama-agama sesat adalah sumber dari kemajuan dan kekayaan untuk semua orang! Ini adalah kemurtadan.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA TEOLOGI HARUS BELAJAR DARI PENGALAMAN-PENGALAMAN AGAMA-AGAMA SESAT
Benediktus XVI berkata bahwa teologi Katolik harus mendengarkan ‘pengalaman-pengalaman besar’ serta ‘wawasan’ dari agama-agama sesat, dan dengan tidak mengacuhkannya adalah sebuah ketidakbertanggungjawaban. Ini jelas-jelas menunjukkan bahwa ia tidak memandang agama-agama ini (termasuk yang pagan dan musyrik) sebagai sesat dan berasal dari Iblis. Pernyataannya hanyalah suatu ungkapan lain dari kemurtadan Modernis bahwa semua agama pada dasarnya adalah benar karena seseorang menjadi seorang umat beriman lewat ‘pengalaman-pengalaman’ rohani seseorang.
BENEDIKTUS XVI MENOLAK BAHWA DI LUAR GEREJA TIDAK TERDAPAT KESELAMATAN
Yang telah kita lihat sampai saat ini membuktikan berulang-ulang kali bahwa Benediktus XVI menolak dogma yang sudah didefinisikan bahwa Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan. Benediktus XVI percaya bahwa kita bahkan tidak boleh mengonversikan para bidah dan skismatis. Tetapi di sini terdapat lebih banyak contoh-contoh bidah di mana Benediktus XVI secara spesifik menjawab dan menolak dogma yang penting ini.
BENEDIKTUS XVI MENJAWAB DOGMA DI LUAR GEREJA TIDAK TERDAPAT KESELAMATAN DAN MENOLAKNYA SECARA PENUH
Gereja mengajarkan bahwa tidak terdapat keselamatan di luar Gereja. Benediktus XVI mengajarkan bahwa tidak diragukan bahwa terdapat keselamatan di luar Gereja dalam skala yang besar. Hal ini adalah penolakan yang lancang akan dogma bahwa Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA TERDAPAT SANTO-SANTA PAGAN
Ini adalah sebuah bidah yang lancang. Ingat bahwa Paus Eugenius IV secara infalibel menolak bahwa semua orang yang meninggal sebagai ‘pagan’ tidaklah diselamatkan.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA TERDAPAT BANYAK JALAN MENUJU SURGA DI SAMPING IMAN KRISTIANI
Benediktus XVI mengajukan pertanyaan yang sungguh penting: Mengapakah diperlukan untuk mempraktikkan Iman Kristiani sewaktu terdapat banyak jalan lain menuju keselamatan? Benediktus XVI menjawab pertanyaan tersebut dengan mengakui bahwa terdapat banyak jalan lain selain Iman Kristiani yang menuntun kepada keselamatan. Ia bahkan mengkritik orang-orang yang menanyakan pertanyaan tersebut.
Benediktus XVI terang-terangan menolak sebuah kebenaran yang diwahyukan akan Iman Katolik: Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan, dan Iman Katolik diperlukan untuk keselamatan.
BENEDIKTUS XVI MENGAJARKAN BAHWA SEMUA AGAMA DAPAT MENUNTUN KEPADA ALLAH
Ini benar-benar sesat.
BENEDIKTUS XVI MENGEJEK DOGMA KATOLIK
BENEDIKTUS XVI MENGEJEK Dekret KONSILI TRENTE TENTANG EKARISTI
Benediktus XVI mengatakan bahwa pernyataan infalibel Konsili Trente ‘menyinggung’ telinga-telinga ekumenisnya dan bahwa ‘rumusannya’ perlu ‘dibersihkan’, yang berarti untuk membersihkan atau menyingkirkan elemen-elemen yang tidak dapat diterima. Ini sangatlah sesat.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA DOKTRIN TRENTE TENTANG IMAMAT ADALAH LEMAH DAN MEMBAWA BENCANA DI DALAM DAMPAKNYA
BENEDIKTUS XVI SUNGGUH-SUNGGUH MENGHUJAT TRADISI GEREJA
Ini adalah sebuah penolakan dari salah satu dari kedua sumber Wahyu, yaitu Tradisi Suci.
BENEDIKTUS XVI MENGAJARKAN BAHWA ISTILAH ‘DOSA ASAL’ ADALAH SALAH
Konsili Trente mempermaklumkan sebuah ‘Dekret tentang Dosa Asal’ di mana digunakan istilah ‘dosa asal” setidaknya empat kali.[118]
BENEDIKTUS XVI MENGKRITIK SYAHADAT PARA RASUL
BENEDIKTUS XVI TERANG-TERANGAN MENGAKUI BAHWA VATIKAN II MENENTANG AJARAN INFALIBEL DARI PAUS PIUS IX TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA DAN AGAMA-AGAMA SESAT
Benediktus XVI tidak dapat menjadi lebih sesat. Ia mengakui bahwa ajaran Vatikan II (yang ia pegang) secara langsung menentang ajaran Magisterium di dalam Silabus Kesalahan-kesalahan yang dikutuk oleh Paus Pius IX. Kami telah menunjukkan bahwa ajaran Vatikan II tentang kebebasan beragaman menentang ajaran Katolik tradisional. Benediktus XVI hanya mengakuinya. Seseorang tidak perlu meminta lagi sebuah penegasan bahwa ajaran Vatikan II adalah sesat. Di dalam bukunya, Benediktus XVI mengulang-ulangi hal ini, menyebut ajaran Vatikan II sebagai ‘kontra-silabus’, dan berkata bahwa tidak terdapat jalan untuk kembali kepada Silabus Kesalahan-kesalahan.
Ini adalah bidah yang mencengangkan!
BENEDIKTUS XVI MENGAKUI BAHWA SEKTE VATIKAN II TELAH MENINGGALKAN LARANGAN TRADISIONAL GEREJA KATOLIK UNTUK KREMASI
Hukum tradisional Gereja mengutuk kremasi, dan melarang penguburan gerejawi untuk mereka yang memintanya.
BIDAH-BIDAH BENEDIKTUS XVI MELAWAN GEREJA
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA AJARAN GEREJA TIDAK MENGECUALIKAN MEREKA YANG BERPEGANG KEPADA PANDANGAN YANG BERLAWANAN
Ini sungguh-sungguh sesat.
BENEDIKTUS XVI MENGAJARKAN BAHWA ‘GEREJA’ HADIR DI LUAR GEREJA
Benediktus XVI menyatakan bahwa Gereja sendiri hadir di luar Gereja. Hal ini adalah suatu omong kosong yang sesat yang menolak bahwa hanya terdapat satu Gereja.
BENEDIKTUS XVI SAMA SEKALI MENOLAK KESATUAN GEREJA KATOLIK
Kesatuan atau keesaan Gereja Katolik adalah suatu dogma yang sangat penting. Kesatuan adalah salah satu dari empat tanda milik Gereja, yaitu satu, kudus, Katolik dan apostolik. Sewaktu para bidah membentuk sekte-sekte, mereka tidak memecahkan kesatuan dari Gereja Katolik, karena kesatuan Gereja tidak dapat dipecahkan. Mereka hanya meninggalkan Gereja Katolik.
TETAPI BENEDIKTUS XVI SAMA SEKALI MENOLAK DOGMA TENTANG KESATUAN GEREJA KATOLIK
Benediktus XVI mengajarkan bahwa Gereja dipersatukan selama seribu tahun pertama, tetapi terbagi-bagi setelahnya oleh pemberontakan skismatis dan pemberontakan Protestan. Ini adalah penolakan keseluruhan dari salah satu tanda dari Gereja Katolik. Hal ini sendiri membuktikan bahwa ia bukan seorang Katolik.
Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, 1982, hal. 147:
“Para Bapa, kita dapat mengatakannya sekarang, merupakan guru-guru teologis dari Gereja yang tidak terbagi-bagi...”
Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, 1982, hal. 127:
“Untuk tujuan kita, tipe keempat simbolum ini tidak perlu lagi didiskusikan lebih jauh karena hal tersebut bukanlah bagian dari sejarah simbolum Gereja yang tidak terbagi-bagi...”
Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, 1982, hal. 145-146:
“Para Bapa merupakan guru-guru dari Gereja yang masih belum terbagi-bagi.”
Benediktus XVI, Co-Workers of the Truth {Rekan-rekan Kerja Kebenaran}, 1990, hal. 29:
“...Hal ini berarti bahwa bahkan di dalam kepercayaan Katolik, kesatuan Gereja masih dalam proses pembentukan; bahwa hal tersebut hanya akan tercapai pada akhir dunia...”
Benediktus XVI berkata bahwa kesatuan Gereja (keesaan Gereja), salah satu ciri Gereja sejati, tidak ada dan tidak akan ada sampai akhir dunia!
BIDAH-BIDAH LAIN DARI BENEDIKTUS XVI
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA YUDAS MUNGKIN TIDAK ADA DI DALAM NERAKA
Kata-kata Benediktus XVI ini menunjukkan bahwa ia percaya bahwa Yudas mungkin tidak ada di dalam Neraka. Ini adalah penolakan Injil. Jika Yudas tidak berada di dalam Neraka (seperti yang ditunjukkan sebagai mungkin oleh Benediktus XVI), maka kata-kata Tuhan kita di Matius 26:24 (dikutip di bawah) adalah salah.
Jika Yudas tidak berakhir di Neraka, maka ia akan pergi ke Api Penyucian atau Surga. Dalam kasus tersebut, Tuhan Kita (yang mengetahui segalanya) tidak akan mengatakan bahwa lebih baik bahwa Yudas tidak dilahirkan. Hal ini sangatlah jelas dan sederhana; tetapi, kebenaran-kebenaran sederhana tentang Iman Katolik ini diinjak-injak oleh sekte Vatikan II yang tidak Katolik.
Sangatlah menarik bahwa, di dalam perkataannya ini, Benediktus XVI mengutip bagian pertama dari Matius 26:24 (“Celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan!”), tetapi ia tidak mengutip bagian terakhirnya (“Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan”). Anda dapat melihat di sini pengabaian bagian yang penting dari ayat di kutipan di atas. Ini adalah sebuah contoh yang menonjol yang memotong-motong Injil yang tidak ia sukai atau yang ia akan tolak.
Untuk membantah Anti-Paus Benediktus XVI lebih jauh, adalah fakta bahwa Tuhan kita juga berkata bahwa Yudas ‘binasa’ dan menyebutnya ‘dia yang telah ditentukan untuk binasa’ {‘anak kebinasaan’ di dalam Terjemahan Lama dan MILT 2008}, yang berarti ‘anak yang terkutuk’. Yudas juga mengakhiri hidupnya dengan dosa berat, yaitu bunuh diri.
Gereja Katolik telah selalu percaya bahwa Yudas masuk Neraka, berdasarkan kata-kata yang jelas dari Tuhan kita.
Tetapi layaknya dogma-dogma lain yang sudah didefinisikan tentang keselamatan, bahkan kata-kata serta pesan-pesan yang terjelas dari Kitab Suci ditolak oleh sekte bidah terang-terangan yang non-Katolik, yaitu Vatikan II dan para Anti-Pausnya.
BENEDIKTUS XVI MENGHORMATI JALAN PENOLAKAN HANS KUNG TERHADAP YESUS KRISTUS
Untuk mereka yang tidak mengenalnya, Hans Kung menolak antara lain Infalibilitas Paus dan Keilahian Tuhan kita Yesus Kristus.
Hans Kung
Hans Kung dapat disebut secara benar sebagai seorang Arian, karena ia menolak bahwa Tuhan kita sehakikat dengan Bapa.
Benediktus XVI bukan hanya semata-mata berkata bahwa ia menghormati Hans Kung, yang itu saja sudah amat buruk, tetapi ia berkata bahwa ia menghormati jalannya – yaitu, penolakan Yesus Kristus! Ini adalah sebuah kemurtadan besar-besaran.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA PENTING BAGI SETIAP ORANG UNTUK MENGANUT AGAMA PILIHANNYA SENDIRI
Menurut Benediktus XVI, penting bagi setiap orang untuk menganut agama yang dipilihnya sendiri. Ini adalah indiferentisme rohani. Benediktus XVI lalu menjelaskan alasannya untuk mengatakan hal ini: “karena tidak seorang pun dapat mendasari hidupnya akan pencarian hal-hal material saja.” Dalam kata lain, hidup adalah lebih dari hal-hal material, terdapat kenyataan rohani, maka pentinglah untuk menganut suatu agama – agama apa pun yang seseorang pilih! Benar-benar murtad.
BENEDIKTUS XVI MENGUCAPKAN LEBIH BANYAK Bidah TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA, YANG SECARA LANGSUNG MENENTANG AJARAN DOGMATIS PIUS IX
Ini persis kebalikan dari ajaran infalibel Gereja Katolik. Gereja mengutuk secara khusus hal yang ia katakan bahwa Gereja tuntut! Lihatlah betapa jelasnya bahwa ajaran Benediktus XVI berlawanan dengan ajaran dogmatis Paus Pius IX. Perhatikan terutama bagian yang digarisbawahi, dan bandingkan hal tersebut dengan ajaran Benediktus XVI:
Benediktus XVI vs ajaran Katolik ex cathedra
Gereja juga menuntut hak asasi individu untuk mengakui agama-agama mereka sendiri tanpa hambatan, secara publik dan pribadi
bahwa rakyat memiliki sebuah hak ... UNTUK MEWUJUDKAN DENGAN SUARA LANTANG DAN SECARA PUBLIK OPINI-OPINI MEREKA, APA PUN OPINI MEREKA ITU ... DENGAN OTORITAS APOSTOLIK KAMI, KAMI MENOLAK, MENGECAM, DAN MENGUTUK [seluruh opini yang jahat ini]
BENEDIKTUS XVI MENOLAK KEBANGKITAN BADAN
Kebangkitan Badan adalah sebuah dogma yang sangat penting. Di samping bahwa hal tersebut merupakan bagian dari Syahadat para Rasul, dogma ini telah didefinisikan hampir lebih banyak kali dari pada dogma lain akan Iman.
Benediktus XVI terang-terangan menolak dogma ini dan membuktikan kembali bahwa ia adalah seorang bidah terang-terangan.
Kita dapat melihat bahwa Benediktus XVI menolak dogma ini di dalam bukunya Introduction to Christianity {Perkenalan akan Kekristenan} (seperti yang dikutip di atas) dengan mengajarkan bahwa St. Paulus tidak mengajarkan kebangkitan badan-badan secara jasmani, dan bahwa kebangkitan bukanlah pemulihan badan-badan. Ini adalah bidah yang mencengangkan.
Benediktus XVI memberikan tanda satanik El Diablo
Di bawah kita melihat Benediktus XVI memberikan tanda El Diablo (Iblis). Gerakan tangan ini populer di antara para Satanis dan grup rock satanis. Banyak yang melakukan gerakan tangan ini tanpa mengetahuinya karena mereka telah dirasuki roh jahat. Beberapa orang menunjukkan bahwa tanda Iblis tersebut mirip dengan gerakan tangan “Aku cinta kamu” dalam bahasa isyarat. Hal ini benar, tetapi hal tersebut mungkin disebabkan oleh fakta bahwa sang pelopor bahasa isyarat orang tuna wicara adalah Helen Keller, yang juga seorang okultis dan Teosofis. Ia menulis sebuah buku yang berjudul My Religion {Agama Saya} di dalam mana ia menjelaskan tentang pandangan-pandangan okultnya.[146] Beberapa orang percaya bahwa ia merancang tanda “aku cinta kamu” sedemikian rupa sehingga menyerupai tanda Iblis supaya seseorang yang membuatnya akan berkata bahwa ia mencintai Setan.
Bagaimanapun, kami percaya bahwa di atas Benediktus XVI membuat tanda Iblis – tanda Iblis ganda, secara faktual – dan ia tahu apa yang ia lakukan. Kami mengatakan hal ini karena, setelah membaca banyak buku-bukunya, kami dapat berkata bahwa ia jelas salah satu dari pria yang paling pintar di dunia, di samping fakta bahwa ia memiliki pengetahuan tentang hal-hal Katolik bagaikan ensiklopedia. Maka, sewaktu ia mengulang-ulangi di dalam buku-bukunya bahwa seseorang bebas untuk tidak memandang Yesus sebagai sang Mesias (seperti yang kami telah dokumentasikan), Benediktus XVI (seorang pria yang sangat berilmu) tahu dengan sangat baik bahwa ia sedang mengkhotbahkan suatu Injil baru antikristus dari dalam struktur-struktur fisik Gereja Katolik, sambil mengaku-ngaku sebagai seorang Paus yang dari tampaknya, berdedikasi kepada Injil. Maka, ia sadar sepenuhnya akan muslihat jahat yang ia jalankan. Hanya seseorang yang secara sengaja menyembah Setan atau sangtlah dikendalikan atau dirasuki Setan dapat melakukan hal semacam itu.
KESIMPULAN TENTANG BENEDIKTUS XVI
Benediktus XVI adalah seorang bidah terang-terangan. Kami telah membuktikan hal ini tanpa keraguan. Ia mengajarkan bahwa Tuhan kita tidak mungkin adalah sang Mesias, bahwa Perjanjian Lama sah; bahwa para Yahudi dan orang-orang lain dapat diselamatkan tanpa percaya akan Kristus; bahwa para skismatis dan Protestan tidak memerlukan konversi; bahwa para non-Katolik tidak terikat untuk menerima Vatikan I; bahwa biara-biara Protestan harus didirikan; bahwa Protestantisme bahkan bukanlah bidah; bahwa Misa itu valid tanpa kata-kata konsekrasi; bahwa pembaptisan bayi tidak memiliki tujuan; bahwa Kitab Suci dipenuhi mitos-mitos; bahwa agama sesat Islam adalah agama yang mulia; bahwa agama-agama pagan tinggi; bahwa keselamatan bisa didapatkan di luar Gereja Katolik; bahwa dogma-dogma Katolik perlu dibersihkan; bahwa Vatikan II menolak ajaran Katolik akan kebebasan beragama; bahwa kesatuan Gereja tidak ada sama sekali; dan bahwa Kebangkitan Badan tidak akan terjadi, hanya untuk menamakan sedikit dari bidah-bidahnya.
Karena ia adalah seorang bidah, ia tidak mungkin menjadi Paus yang dipilih secara sah. Seperti yang telah dikutip, Paus Paulus IV secara khidmat mengajarkan di dalam Bullanya di tanggal 15 Februari 1559, Cum ex Apostolatus officio, bahwa tidak mungkin bagi seorang bidah untuk menjadi seorang Paus yang dipilih secara sah.
Oleh karena itu, menurut ajaran Gereja Katolik, Benediktus XVI bukanlah seorang Paus, melainkan seorang Anti-Paus non-Katolik yang para Katolik harus tolak sama sekali. Ia memimpin agama baru Vatikan II, suatu Katolisisme palsu yang telah meninggalkan tradisi-tradisi dan dogma-dogma Gereja Katolik.
Salah satu ciri khas Benediktus XVI adalah bahwa ia adalah seorang penipu. Walaupun ia mengajarkan bidah-bidah yang tidak dapat dipungkiri, mencengangkan, dan terang-terangan, salah satu cara ia meyakinkan banyak sekaling orang bahwa ia adalah seseorang yang konservatif adalah bahwa, di antara bidah-bidah di dalam tulisan-tulisannya ini, terdapat banyak tulisan-tulisan konservatif. Tetapi ini bukanlah hal yang baru. Paus Pius VI menyatakan bahwa para bidah, terilhami oleh Iblis, telah selalu menggunakan taktik tersebut untuk menanamkan bidah dan untuk menipu orang-orang.
Paus Pius VI menunjukkan bahwa dengan menyembunyikan bidah-bidah di dalam pernyataan-pernyataan yang ambigu atau kelihatannya konservatif atau bertentangan adalah taktik sang bidah Nestorius, dan bahwa para Katolik tidak dapat memperbolehkan para bidah lepas dari hal ini atau menipu mereka lewat hal tersebut. Mereka harus mengikat sang bidah kepada ajaran sesat mereka bagaimanapun:
Para bidah selalu bergantung kepada ambiguitas dan penipuan untuk menyisipkan ajaran-ajaran sesat mereka dan membuat mereka tidak tampak seburuk yang sebenarnya. Faktanya, semakin sang bidah lihai dalam penipuannya, biasanya semakin ia berhasil bekerja untuk Iblis. Sang bidah Arius menyebarkan penolakannya akan Keilahian Kristus dengan efektif karena ia mengesankan orang-orang dengan tampak luarnya, yaitu asketisme dan ketaatan.
Paus Pius VI mengakhiri poinnya dengan memberikan para Katolik petunjuk-petunjuk untuk menghadapi tipuan atau ambiguitas tersebut di antara tulisan-tulisan para bidah:
“Untuk menyingkap jebakan-jebakan yang demikian, suatu hal yang menjadi diperlukan dengan kekerapan tertentu di setiap abad, tiada suatu metode lain pun yang dibutuhkan selain metode berikut: MANAKALA DIBUTUHKAN UNTUK MENYINGKAP PERNYATAN-PERNYATAAN YANG MENYEMBUNYIKAN KESALAHAN TERTENTU YANG DICURIGAI ATAU BAHAYA YANG DISELUBUNGI OLEH AMBIGUITAS, SESEORANG HARUS MENCELA MAKNANYA YANG SESAT YANG MENYAMARKAN KESALAHAN YANG BERLAWANAN DENGAN KEBENARAN KATOLIK.”
Paus Pius VI mengajarkan kita bahwa jika seseorang menyamarkan sebuah bidah di dalam ambiguitas, seorang Katolik harus membuat seseorang mempertanggungjawabkan makna yang sesat tersebut dan mencela makna yang sesat itu yang tersembunyi di dalam ambiguitas. Tetapi hal ini hanyalah logika: jika seseorang berkata bahwa ia menentang aborsi, tetapi berulang-ulang kali memberikan suara untuk aborsi, ia adalah pendukung aborsi dan adalah seorang bidah. Fakta bahwa kadangkala ia mengaku memegang ajaran Katolik menentang aborsi sama sekali tidak berarti apa-apa.
Demikian pula, fakta bahwa Benediktus XVI mengatakan beberapa hal yang konservatif, ambigu atau bertentangan tidak mengubah kenyataan bahwa ia mengajarkan bidah-bidah yang mencengangkan dan bahwa ia bukanlah seorang Katolik.
PENCABUTAN PERNYATAAN BENEDIKTUS XVI TENTANG ISLAM MENUNJUKKAN SIFAT ASLINYA SEBAGAI SEORANG PENIPU
Hampir semua orang yang membaca buku ini mungkin telah mendengar tentang pernyataan-pernyataan kontroversial Benediktus XVI tentang Muhammad di dalam pidatonya di Bavaria pada tanggal 12 September 2006. Di dalam pidatonya yang sekarang menjadi terkenal ini, Benediktus XVI mengutip seorang pemimpin negara dari abad pertengahan yang mencela kebijakan Muhammad (dan oleh karena itu Islam) sebagai jahat dan tidak manusiawi.
Di dalam konteks ini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa Benediktus XVI tidak semata-mata mengutip pernyataan dari sang raja yang menentang kebijakan Muhammad, tetapi ia mendukung pernyataan sang raja.
Lalu, mengapa Benediktus XVI membuat sebuah pernyataan yang menentang Islam? Apakah karena ia percaya bahwa Islam itu jahat? Tentunya tidak. Benediktus XVI berkata bahwa Islam melambangkan ‘keagungan’ (Truth and Tolerance {Kebenaran dan Toleransi}, hal. 204). Benediktus XVI sepenuhnya menyetujui ajaran Vatikan II yang mendukung Islam, seperti yang kita telah lihat. Benediktus XVI berpikir bahwa Yohanes Paulus II – yang mencintai agama sesat Islam dan melakukan tindakan-tindakan murtad yang terhitung jumlahnya yang memuji Islam – adalah seorang Paus yang agung yang layak dikanonisasikan. Alasan Benediktus XVI membuat satu pernyataan ini adalah bahwa misinya, seperti yang kita telah tunjukkan, adalah untuk kadangkala membuat beberapa pernyataan yang konservatif dan melakukan beberapa hal yang konservatif untuk menipu orang-orang yang berpikian tradisionalis untuk kembali ke dalam cengkeraman Gereja sesat – sambil mengkhotbahkan kemurtadan Vatikan II. Dan satu pernyataan konservatifnya ini mendapatkan dampak yang diinginkan, sampai Allah mengizinkan hal tersebut untuk menjadi bumerang untuknya.
Segera setelah pidato Benediktus XVI pada tanggal 12 September tersebar, kami dihubungi oleh individu-individu yang, di masa lalu, bergumul akan isu-isu apakah para Anti-Paus adalah Paus-Paus yang sesungguhnya. Salah satu individu tersebut menulis kepada kita dan merujuk kepada pidato Benediktus XVI tentang Islam; imannya melawan Kontra-Gereja tentunya melemah. Benar-benar menyedihkan dan sebetulnya menjijikkan bahwa satu pernyataan atau tindakan konservatif di sini atau di sana dari sang Anti-Paus – walaupun ia menolak Kristus, beribadat di sinagoga, berkat bahwa kita tidak boleh mengonversikan para Protestan, dst... – adalah satu-satunya yang diperlukan untuk menghancurkan iman yang lemah dari orang ini.
Tetapi begitulah kebanyakan orang. Mereka tidak memiliki iman sejati dalam Kristus, mereka tidak membenci kejahaan, atau iman mereka serapuh buluh. Banyak dari antara mereka terpikat oleh satu pernyataan konservatif di sini atau di sana, bahkan dari seorang bidah murtad terang-terangan yang didokumentasikan dengan baik yang bahkan tidak percaya bahwa Yesus adalah sang Mesias, seperti yang kita telah buktikan. Itulah mengapa Benediktus XVI, yang benar-benar di bawah kekuatan Iblis, melakukan hal semacam ini.
KEBENARAN PUN BERSINAR: BENEDIKTUS XVI MEMINTA MAAF UNTUK PIDATONYA TENTANG ISLAM DAN BERKATA BAHWA PERNYATAANNYA YANG MENENTANG AJARAN MUHAMMAD ‘SAMA SEKALI TIDAK MENGUNGKAPKAN’ PENDAPAT PRIBADINYA
Hal ini sangat, amat menarik di berbagai tingkat.
Pertama, ini adalah BUKTI MUTLAK BAHWA BENEDIKTUS XVI ADALAH SEORANG PEMBOHONG DAN SEORANG PENIPU. Hal ini membuktikan bahwa ia adalah seorang pembohong karena kita telah melihat bahwa Benediktus XVI jelas-jelas mendukung kutipan sang raja di dalam pidatonya pada tanggal 12 September. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri. Tetapi sekarang ia berkata bahwa pernyataan dari sang raja sama sekali tidak mengungkapkan pendapat pribadinya, yang sama sekali bertentangan dengan pidato pada tanggal 12 September. Maka, tidak peduli bagaimana anda memandangnya, Benediktus XVI tertangkap basah berbohong besar.
Kedua, di samping MEMBUKTIKAN bahwa Benediktus XVI adalah pembohong publik dan seorang penipu, pernyataannya bahwa kutipan dari sang raja sama sekali tidak mengungkapkan pendapat pribadinya membuktikan bahwa ia murtad. Karena dalam menghadapi reaksi kepada pidatonya, ia mempunyai kesempatan yang besar untuk menegaskan posisinya yang nyata bahwa Islam itu jahat. Ia diberikan suatu kesempatan besar di dalam sebuah kontroversi yang kacau tersebut untuk meyakinkan orang-orang bahwa posisi pidatonya terbukti benar oleh reaksi jahat orang-orang Muslim dan keinginan untuk membunuh; tetapi tidak... ia malah meninggalkan pernyataan melawan Islam. Ia lalu melanjutkannya dengan masuk Islam lewat doa menghadap Mekkah di dalam sebuah mesjid dengan seorang mufti pada tanggal 30 November 2006.
Maka, apa yang pada awalnya memang diniatkan oleh Iblis sebagai rencana liciknya, lewat Anti-Pausnya, Benediktus XVI, untuk membuat sebuah pernyataan konservatif yang akan menipu para ‘tradisionalis’ tertentu, tersingkapkan sewaktu Allah membiarkan rencana tersebut menghancurkan dirinya sendiri setelah reaksi para Muslim menjadi sangat tidak stabil sampai Benediktus XVI harus meminta maaf dan mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya – dan yang oleh karena itu menghancurkan kredibilitasnya dengan siapa pun yang memiliki mata untuk melihat betapa ia adalah seorang pembohong yang terbukti jelas.
Maka, jangan tertipu jika sang bidah terang-terangan dan pembohong besar, Anti-Paus Benediktus XVI, berkata atau berbuat sesuatu yang lain yang konservatif dengan tujuan menipu para tradisionalis. Janganlah tertipu jika Benediktus XVI memberikan indult universal untuk mengadakan Misa Latin pada masa di mana kebanyakan imam tidak valid dan harus menerima kemurtadan Vatikan II untuk dapat mengambil manfaatnya. Iblis akan menyerahkan semua ini selama seseorang menerima agama baru Benediktus XVI atau menerima Benediktus XVI beserta para Uskupnya yang murtad sebagai Katolik, sembari mereka mengajarkan bahwa Yesus Kristus dan Iman Katolik sama sekali tidak berarti apa-apa. Janganlah tertipu jika ia mencoba memanggil para kelompok yang cenderung tradisional untuk mengurung mereka, atau membawa mereka kembali di dalam sekte Vatikan II. Hal tersebut tidak akan mengubah fakta bahwa ia adalah seorang bidah terang-terangan yang memimpin sebuah sekte non-Katolik.
Ini semua adalah bagian dari tipuan zaman terakhir yang telah diperkirakan di dalam nubuat Katolik.
Nubuat La Salette ini bertepatan dengan nubuat-nubuat di Kitab Suci (Wahyu 17 dan 18) bahwa kota di atas tujuh gunung (Roma) akan menjadi seorang pelacur (sebuah Gereja palsu), seperti yang akan kami bahas lebih lanjut. Sang pelacur besar yang dinubuatkan oleh Kitab Suci bukanlah Gereja Katolik; ia adalah Gereja Katolik palsu (sekte Vatikan II), mempelai yang murtad dan palsu yang muncul pada akhir zaman untuk menipu para Katolik dan menjadi gerhana bagi Gereja sejati yang jumlahnya telah disusutkan hanya menjadi sisa-sisa saja.
Kami telah menunjukkan bahwa pesan Bunda Maria di La Salette telah terpenuhi di depan mata kita sendiri: Benediktus XVI dan sekte Vatikan II mengajarkan bahwa para Yahudi bebas untuk sama sekali tidak percaya akan Yesus Kristus. Hal ini diterbitkan di dalam buku-buku Benediktus XVI dan Vatikan; hal ini membuktikan bahwa Roma telah menjadi Takhta sang Antikristus. Sebuah urutan Anti-Paus yang memimpin dari Roma telah membuat Roma Takhta sang Antikristus.
Tuhan kita juga menunjukkan bahwa pada akhir zaman akan terdapat ‘pembinasa yang keji’ ‘di tempat kudus’ (Mt. 24:15). Ia memberi tahu kita bahwa akan terdapat sebuah penipuan yang begitu besar sehingga, jika hal tersebut mungkin, bahkan para orang-orang pilihan akan tersesatkan pula (Mt. 24:24). Ia bahkan bertanya jika akan terdapat iman di bumi:
Penipuan ini akan terjadi di tengah-tengah struktur fisik Gereja – di dalam “Bait Allah” (2 Tes. 2:4) dan ‘tempat kudus’ (Mt. 24:15) – dan akan terjadi karena orang-orang tidak memiliki kasih untuk kebenaran. Allah membiarkan hal ini terjadi sebagai hukuman tertinggi untuk dosa-dosa dunia. Kita sekarang sedang hidup di dalam kemurtadan dan penipuan. Orang-orang perlu menolak sama sekali Anti-Paus Benediktus XVI, para Anti-Paus Vatikan II yang lain serta agama Vatikan II baru ini.
Benediktus XVI adalah salah satu pria terjahat di dalam sejarah manusia, karena ia mengaku-ngaku memiliki otoritas di atas Gereja Kristus, sembari mengajarkan bahwa seseorang bebas menolak Yesus Kristus. Ia mengaku-ngaku sebagai Paus sembari mengajarkan bahwa orang-orang bebas menolak Kepausan. Ia mengaku-ngaku sebagai pemimpin Iman Kristiani, sembari mengajarkan bahwa Tuhan kita Yesus Kristus bahkan tidak perlu dipandang sebagai sang Mesias.
Catatan kaki:
[1] Reuters.com, Jumat, 1 Desember 2006.
[2] 30 Days Magazine, Juli 1990.
[3] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Sheed & Ward dan Georgetown University Press, 1990, Vol. 1, hal. 550-553; Denzinger, The Sources of Catholic Dogma {Sumber-Sumber Dogma Katolik}, B. Herder Book. Co., Edisi ketiga puluh, 1957, no. 39-40.
[4] Denzinger 712.
[5] http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/pcb_documents/rc_con_cfaith_doc_20020212_popoloebraico_en.html
[6] http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/pcb_documents/rc_con_cfaith_doc_20020212_popoloebraico_en.html
[7] Benediktus XVI, God and the World {Allah dan Dunia}, San Francisco, CA: Ignatius Press, 2000, hal. 209.
[8] Benediktus XVI, Milestones {Batu Peringatan}, Ignatius Press, 1998, hal. 53-54.
[9] Zenit.org, laporan berita untuk 5 September 2000.
[10] Benediktus XVI, God and the World {Allah dan Dunia}, hal. 209.
[11] The Sunday Sermons of the Great Fathers {Khotbah-Khotbah Hari Minggu Para Bapa Agung}, Co: Chicago, IL, 1963, Vol. III, hal. 223.
[12] Foto-foto sinagoga: European Jewish Press, http://www.ejpress.org
[13] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 578; Denzinger 714.
[14] America, 3 Oktober 2005.
[15] L’Osservatore Romano (Surat Kabar Vatikan), 25 Januari 2006, hal. 2.
[16] L’Osservatore Romano, 24 Januari 2007, hal. 11.
[17] http://syriacchristianity.org/PZakka/PhotoGallery.htm
[18] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, Ignatius Press, 1982, hal. 197-198.
[19] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 198.
[20] Denzinger 1826-1827.
[21] Denzinger 469.
[22] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, oleh Claudia Carlen, Raleigh: The Pierian Press, 1990, Vol. 3 (1903-1939), hal. 315.
[23] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 216-217.
[24] Denzinger 1831.
[25] http://www.Iraper.org
[26] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 198-199.
[27] Denzinger 1824.
[28] Adista, 26 Februari 2001.
[29] L’Osservatore Romano, 24 Agustus 2005, hal. 8.
[30] Adista, 26 Februari 2001.
[31] L’Osservatore Romano, 24 Agustus 2005, hal. 8.
[32] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 317.
[33] L’Osservatore Romano, 7 Desember 2005, hal. 4.
[34] Romo John Laux, Church History {Sejarah Gereja}, Rockford, IL: Tan Books, 1989, hal. 295-296.
[35] L’Osservatore Romano, 20 September 2006, hal. 10.
[36] L’Osservatore Romano, 20 September 2006, hal. 10.
[37] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 317.
[38] http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/6194224.stm
[39] www.zenit.org, Zenit news report, 30 November 2006.
[40] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 400-401.
[41] L’Osservatore Romano, 23 November 2005, hal. 9.
[42] L’Osservatore Romano, 6 Desember 2006, hal. 6.
[43] L’Osservatore Romano, 15 November 2006, hal. 5.
[44] EKD Bulletin.
[45] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 202.
[46] L’Osservatore Romano, 31 Mei 2006, hal. 3.
[47] L’Osservatore Romano, 29 November 2006, hal. 6.
[48] Dikutip dalam Catholic Family News, “Father Ratzinger’s Denial of Extra Ecclesia [sic] Nulla Salus {Penolakan Romo Ratzinger akan Extra Ecclesia [sic] Nulla Salus],” Juli 2005, Postscript penyunting, hal. 11.
[49] http://www.nationalcatholicreporter.org/word/word081205.htm#protestant
[50] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 263.
[51] L’Osservatore Romano, Desember 21/28, hal. 5.
[52] http://www.taize.fr/en
[53] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 304.
[54] Catholic News Service, 2005
[55] L’Osservatore Romano, 24 Agustus 2005, hal. 19; Zenit News Report, 17 Agustus 2005.
[56] L’Osservatore Romano, 24 Agustus 2005, hal. 9.
[57] Benediktus XVI, Audiens Umum, 16 Agustus 2006; L’Osservatore Romano, 23 Agustus 2006, hal. 11.
[58] Dikutip oleh Paus Gregorius XVI di dalam Summo Iugiter Studio #5, 27 Mei 1832: The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 230.
[59] Benediktus XVI, Pilgrim Fellowship of Faith {Kerukunan Iman Peziarah}, Ignatius Press, 2002, hal. 248.
[60] Benediktus XVI, Pilgrim Fellowship of Faith {Kerukunan Iman Peziarah}, hal. 251.
[61] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 229.
[62] Benediktus XVI, The Meaning of Christian Brotherhood {Makna dari Persaudaraan Kristiani}, Ignatius Press, hal. 87-88.
[63] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 242.
[64] L’Osservatore Romano, 30 Agustus 2006, hal. 6-7.
[65] L’Osservatore Romano, 29 November 2006, hal. 2.
[66] Benediktus XVI, Pilgrim Fellowship of Faith {Kerukunan Iman Peziarah}, hal. 232.
[67] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 377.
[68] Denzinger 695.
[69] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 43.
[70] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 401.
[71] Denzinger 1792.
[72] Benediktus XVI, A New Song for the Lord {Lagu Baru untuk Tuhan}, New York, NY: Crossroad Publishing, 1995, hal. 86.
[73] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 335.
[74] Benediktus XVI, God and the World {Allah dan Dunia}, hal. 165-166, 168.
[75] Benediktus XVI, God and the World {Allah dan Dunia}, hal. 153.
[76] Benediktus XVI, God and the World {Allah dan Dunia}, hal. 76.
[77] Benediktus XVI, God and the World {Allah dan Dunia}, hal. 139.
[78] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 479.
[79] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Front Royal, VA: Christendom Press, 1993, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), hal. 571.
[80] L’Osservatore Romano, 27 September 2006, hal. 11.
[81] L’Osservatore Romano, 3 Januari 2007, hal. 7.
[82] Benediktus XVI, Salt of the Earth {Garam Dunia}, Ignatius Press, 1996, hal. 244
[83] Benediktus XVI, Truth and Tolerance (Christian Belief and World Religions) {Kebenaran dan Toleransi (Kepercayaan Kristiani dan Agama-agama Dunia)}, Ignatius Press, 2004, hal. 204
[84] L’Osservatore Romano, 24 Agustus 2005, hal. 9.
[85] L’Osservatore Romano, 31 Agustus 2005, hal. 11.
[86] L’Osservatore Romano, 27 September 2006, hal. 2.
[87] L’Osservatore Romano, 25 Oktober 2006, hal. 1.
[88] L’Osservatore Romano, 13 Desember 2006, hal. 11.
[89] L’Osservatore Romano, 6 Desember 2006, hal. 2.
[90] Benediktus XVI, Pilgrim Fellowship of Faith {Kerukunan Iman Peziarah}, hal. 273.
[91] http://www.vatican.va/holy_father/benedict_xvi/speeches/2006/september/documents/hf_benxvi_spe_20060912_university-regensburg_en.html#_ftn3
[92] Reuters.com, Jumat, 1 Desember 2006.
[93] L’Osservatore Romano, 13 Desember 2006, hal. 11.
[94] Zenit.org, Zenit news report, 21 Februari 2002.
[95] L’Osservatore Romano, 13 September 2006, hal. 3.
[96] Benediktus XVI, God and the World {Allah dan Dunia}, 2000, hal. 373
[97] The Life and Letters of St. Francis Xavier {Hidup dan Surat-Surat St. Fransiskus Xaverius} oleh Henry James Coleridge, SJ. (Orisinal terbitan: London: Burns and Oates, 1874) Cetakan kedua, New Delhi: Asian Educational Services, 2004, Vol. 1, hal. 154.
[98] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 4 (1939-1958), hal. 113.
[99] Benediktus XVI, Salt of the Earth {Garam Dunia}, hal. 23.
[100] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 307.
[101] L’Osservatore Romano, 13 September 2006, hal. 7.
[102] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 304.
[103] L’Osservatore Romano, 6 Desember 2006, hal. 4.
[104] L’Osservatore Romano, 20 September 2006, hal. 11.
[105] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 76.
[106] Benediktus XVI, Salt of the Earth {Garam Dunia}, hal. 24.
[107] Benediktus XVI, Truth and Tolerance {Kebenaran dan Toleransi}, 2004, hal. 207.
[108] Denzinger 714.
[109] Benediktus XVI, Co-Workers of the Truth {Rekan-Rekan Kerja Kebenaran}, Ignatius Press, 1990, hal. 217.
[110] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 201.
[111] Benediktus XVI, Salt of the Earth {Garam Dunia}, hal. 29.
[112] Benediktus XVI, Feast of Faith {Perayaan Iman}, Ignatius Press, 1981, hal. 130.
[113] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 247-248.
[114] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 100.
[115] Denzinger 1792.
[116] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 378.
[117] Benediktus XVI, In the Beginning (A Catholic Understanding of the Story of Creation and the Fall) {Pada Mulanya (Sebuah Pengertian Katolik akan Cerita Penciptaan dan Jatuhnya Manusia)}, Grand Rapids, MI: William B. Eerdmans Publishing Co., 1986, hal. 72.
[118] Lihat Sesi V dari Konsili Trente (17 Juni 1546), Denzinger 787.
[119] Benediktus XVI, Introduction to Christianity {Perkenalan akan Kekristenan}, Ignatius Press, 2004, hal. 326.
[120] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 381.
[121] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 385.
[122] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 391.
[123] Benediktus XVI, God and the World {Allah dan Dunia}, hal. 436.
[124] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 229.
[125] Denzinger 705.
[126] Benediktus XVI, Co-Workers of the Truth {Rekan-Rekan Kerja Kebenaran}, hal. 29.
[127] Denzinger 86.
[128] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 389.
[129] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 390.
[130] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 121.
[131] Benediktus XVI, Principles of Catholic Theology {Prinsip-Prinsip Teologi Katolik}, hal. 148.
[132] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 315.
[133] L’Osservatore Romano, 25 Oktober 2006, hal. 11.
[134] St. Alphonsus Liguori, Preparation for Death {Persiapan untuk Kematian}, Tan Books, Abridged Version, hal. 127.
[135] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 72.
[136] Benediktus XVI, Salt of the Earth {Garam Dunia}, hal. 95-96.
[137] L’Osservatore Romano, 24 Mei 2006, hal. 5.
[138] L’Osservatore Romano, 7 Juni 2006, hal. 4.
[139] Denzinger 1690, 1699.
[140] Denzinger 464.
[141] Denzinger 429.
[142] Denzinger 531.
[143] Benediktus XVI, Introduction to Christianity {Perkenalan akan Kekristenan}, hal. 349.
[144] Benediktus XVI, Introduction to Christianity {Perkenalan akan Kekristenan}, hal. 353.
[145] Benediktus XVI, Introduction to Christianity {Perkenalan akan Kekristenan}, hal. 357-358.
[146] Texe Marrs, Codex Magica, Austin, TX: Rivercrest Publishing, 2005, hal. 120, 134.
[147] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 294.
[148] http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/5348456.stm
[149] http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/5353774.stm
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 mingguBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 2 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 4 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 5 bulanBaca lebih lanjut...