^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Bidah-Bidah Yohanes Paulus II (1978-2005) – Pria yang Paling Sering Menjelajah Dunia dan Kemungkinan Bidah Terbesar di dalam Sejarah
Karol Wojtyla (Yohanes Paulus II) mengaku diri sebagai Paus dari tahun 1978-2005
BIDAH-BIDAH YOHANES PAULUS II
Yohanes Paulus II mengajarkan keselamatan universal, gagasan bahwa semua manusia akan diselamatkan
Yohanes Paulus II dikelilingi orang-orang muda
Satu-satunya kesulitan dalam hal membahas bidah-bidah Yohanes Paulus II adalah memutuskan dari mana kita harus membahasnya. Bidah-bidah Yohanes Paulus II begitu banyaknya sehingga orang hampir kewalahan untuk memutuskan di mana diskusi ini harus bermula. Gagasan bahwa semua manusia diselamatkan bertentangan dengan perkataan Injil yang jelas serta dogma-dogma Katolik yang banyak jumlahnya, terutama dogma-dogma yang menyatakan bahwa Di Luar Gereja Katolik tidak terdapat keselamatan dan bahwa semua orang yang meninggal dalam dosa asal atau dosa berat tidak dapat diselamatkan.
Tetapi, Yohanes Paulus II percaya dan mengajarkan bahwa dalam Penjelmaan, Putra Allah menyatukan diri-Nya sendiri dengan setiap manusia di dalam suatu persatuan yang tidak terpecahkan, yang, menurut Yohanes Paulus II memustahilkan orang untuk masuk Neraka. Yohanes Paulus II secara terang-terangan mengajarkan bahwa persatuan antara Kristus dan setiap manusia berlangsung untuk selamanya.
Perhatikan kata-kata “untuk selamanya” di dalam ketiga kutipan ini. Ya, di dalam tiga surat ensiklik yang berbeda, Yohanes Paulus II menyatakan secara terang-terangan bahwa setiap manusia bersatu dengan Kristus untuk selamanya. Pernyataan ini berarti bahwa semua manusia diselamatkan. Neraka adalah perpisahan kekal dari Allah, tetapi tidak seorang pun terpisah dari Allah menurut Yohanes Paulus II. Semua orang disatukan dengan Allah untuk selamanya. Inilah keselamatan universal.
Terdapat banyak kutipan lain yang dapat kami ajukan untuk membuktikan bahwa Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa semua manusia diselamatkan. Contohnya, pada tahun 1985, Yohanes Paulus II mengajarkan bagaimana Darah Kristus yang menyelamatkan bukan semata-mata tersedia untuk semua orang (hal ini benar), tetapi bahwa Darah Kristus sungguh mencapai semua orang dan menyelamatkan semua orang.
Ajaran dogmatis Gereja Katolik berkontras dengan ajaran Yohanes Paulus II ini. Gereja Katolik menegaskan bahwa Darah Kristus tidak mencapai semua orang ataupun menyelamatkan semua orang.
Orang-orang yang menerima manfaat jasa kematian Kristus hanyalah orang-orang yang terbebas dari dosa asal melalui Pembaptisan, dan bersatu dengan-Nya melalui sakramen-sakramen dan iman yang sejati.
Di sini Yohanes Paulus II menjelaskan bahwa segenap kemanusiaan telah diselamatkan dan pada saat ini mengambil bagian dalam kehidupan ilahi. Frase “mengambil bagian dalam kehidupan ilahi” mengacu kepada keadaan pembenaran atau keadaan rahmat pengudusan. Dengan berkata bahwa segenap kemanusiaan mengambil bagian di dalam kehidupan ilahi, Yohanes Paulus II berkata bahwa semua umat manusia berada di dalam keadaan rahmat! Pernyataan itu berarti bahwa tidak seorang pun berada dalam dosa berat ataupun dosa asal.
Dengan doktrin semacam ini, siapakah yang tidak akan dicintai dunia? Yohanes Paulus II dicintai dan disukai oleh banyak orang, karena ia menerima agama semua orang dan mengajarkan bahwa semua orang disatukan dengan Kristus tidak peduli apa kepercayaan atau perbuatan mereka. Indiferentisme keagamaan ini merupakan ciri khas keantipausannya.
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah sumber Agama-Agama Non-Kristiani
Di samping doktrin keselamatan universalnya serta pembenaran universalnya yang mencengangkan, terdapat banyak bidah lain dari Yohanes Paulus II yang perlu kita cermati. Bidah yang terutama diajarkannya adalah ajarannya tentang Pribadi Ketiga dari Allah Tritunggal Mahakudus, yakni Roh Kudus. Apa yang diajarkan oleh Yohanes Paulus II tentang Roh Kudus merupakan penghujatan dan bidah yang sedemikian besarnya sehingga ajaran ini kemungkinan merupakan bidahnya yang terburuk.
Yohanes Paulus II berkata bahwa keyakinan yang teguh dari para pengikut agama-agama non-Kristiani berasal dari Roh Kudus, Roh Kebenaran. Karena kita mengetahui atas dasar Kitab Suci dan ajaran Katolik bahwa Setan adalah sumber segala agama non-Kristiani, apa yang sedang dikatakan oleh Yohanes Paulus II ini adalah bahwa Roh Kudus, Roh Kebenaran, sesungguhnya adalah roh kebohongan: Setan. Pernyataannya ini adalah suatu penghujatan yang luar biasa terhadap Allah.
Kitab Suci dan Tradisi mengajarkan kita bahwa semua agama non-Kristiani adalah milik iblis, dan “ilah-ilah” yang mereka sembah sesungguhnya adalah roh-roh jahat.
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa keyakinan dalam agama-agama ini merupakan hasil dari Roh Kebenaran, dan itulah mengapa ia berulang kali memuji, mempromosikan, dan bahkan berdoa bersama para anggota dan pemimipin agama-agama non-Kristiani.
Yohanes Paulus II dengan para Animis dari Afrika (dukun-dukun)
Hal ini akan dibahas secara lebih rinci kemudian
Di sini Yohanes Paulus II berkata bahwa rasa hormat terhadap agama-agama non-Kristiani didiktekan oleh rasa hormat terhadap perbuatan Roh di dalam diri manusia. Pernyataan ini jelas berarti bahwa Roh merupakan sumber agama-agama non-Kristiani ini, yang sekali lagi berarti bahwa Roh Kudus harus dianggap sebagai roh kebohongan: Setan.
Yohanes Paulus II berkata bahwa agama-agama lain mendorong kita untuk menemukan kehadiran dan karya yang dikerjakan Roh. Pernyataan ini berarti bahwa agama-agama non-Kristiani adalah hasil karya Roh – Roh Kudus – yang sekali lagi menyetarakan Roh Kebenaran dengan roh kebohongan: Setan.
Yohanes Paulus II mengajarkan dan mempraktikkan Indiferentisme Keagamaan secara penuh
Indiferentisme keagamaan Yohanes Paulus II kemungkinan merupakan ciri yang paling umum dari karya tulis dan pidato-pidatonya yang begitu banyak. Ia terus-menerus memuji dan menghormati agama-agama non-Kristiani, dan dengan demikianm ia menolak Allah Tritunggal Mahakudus serta perlunya kepercayaan akan agama Katolik yang satu dan sejati, sembari mengolok-olok kematian para martir.
Kata “prestasi” berarti suatu pencapaian. Maka Yohanes Paulus II berkata bahwa agama-agama sesat Buddhisme dan Konfusianisme ini merupakan buah-buah yang sangat baik dalam hal agama dan kenyataan bahwa orang-orang Korea menyebarkan agama-agama milik Setan ini kepada orang-orang lain adalah suatu pencapaian!
Yohanes Paulus II di Kuil Buddhis
Pada perjalanannya yang kedua ke benua Asia pada tahun 1984, Yohanes Paulus II mengunjungi Kuil Buddhis. Sebelum sampai ke Kuil tersebut, ia mengutarakan betapa rindunya dirinya untuk bertemu ‘‘Paduka Suci, Patriark Buddhis yang tertinggi dalam Kuil”. Beberapa hari sebelum pergi ke Kuil Buddhis itu, Yohanes Paulus II berkata pula:
Yohanes Paulus II lalu masuk ke dalam kuil kemusyrikan itu dan menundukkan kepalanya kepada Patriark Buddhis yang berdiri di depan patung Buddha raksasa. Perbuatannya ini tergolong suatu tindak kemurtadan.
Yohanes Paulus II di dalam sebuah Kuil Buddhis
Yohanes Paulus II menerima tanda dari para penyembah Siwa
Pada tanggal 2 Februari 1986, Yohanes Paulus II menerima Tilaka di dahinya. Ini adalah adonan berbubuk yang berwarna merah, yang digunakan oleh orang-orang Hindu, tanda penghormatan bagi para penyembah Siwa. Ini adalah penyembahan berhala dan kemurtadan total.
Yohanes Paulus II menghormati Gandhi, seorang Hindu
Pada bulan Maret 1986, Yohanes Paulus II mengunjungi New Delhi, India, tempat di mana Mahatma Gandi, seorang Hindu, dikremasikan. Mahatma Gandhi adalah seorang kafir dan penyembah berhala yang menyembah dewa-dewi sesat.
Yohanes Paulus II melepaskan sepatunya di depan monumen Gandhi dan menyatakan: “Pada hari ini, sebagai ziarah perdamaian, saya telah datang ke sini untuk menghormati Mahatma Gandhi, pahlawan kemanusiaan.”[20]
Menurut Yohanes Paulus II, seorang penyembah berhala dan kafir adalah seorang “pahlawan kemanusiaan”.
Seperti yang kita lihat di sini, Yohanes Paulus II juga menebarkan bunga-bunga di atas makam Gandhi untuk menghormati dan memperingati sang kafir. St. Thomas Aquinas menjelaskan bahwa sama seperti terdapat pernyataan-pernyataan sesat, juga terdapat tindakan yang sesat dan murtad.
St. Thomas bahkan memberikan kita sebuah contoh:
Seseorang dapat mewujudkan kemurtadannya melalui kata-kata atau melalui perbuatan. Melalui apa yang diperbuatnya, di samping apa yang dikatakannya, Yohanes Paulus II mewujudkan suatu hal yang setara dengan menghormati kubur Muhammad. Ia menghormati seorang Hindu.
Kemurtadan Yohanes Paulus II di Assisi
Pada tanggal 27 Oktober 1986, Yohanes Paulus II mengundang para pemimpin yang terkemuka dari agama-agama sesat dunia untuk datang ke Assisi, di Italia untuk Hari Doa Sedunia untuk Perdamaian. Yohanes Paulus II berdoa bersama lebih dari 100 pemimpin agama sesat, dan dengan demikian, ia menolak ajaran Kitab Suci serta ajaran Gereja Katolik selama 2000 tahun yang melarang doa semacam itu dengan agama-agama sesat.
Doa sepanjang hari yang dilangsungkan bersama orang-orang pagan, orang-orang kafir, dan para bidah itu adalah gagasan Yohanes Paulus II. Pada saat pertemuan ini, Dalai Lama menempatkan sebuah patung Buddhis di atas tabernakel di gereja St. Fransiskus.
Patung Buddha di atas Tabernakel di Assisi
Dari antara berbagai pemimpin agama sesat yang berhimpun di Assisi itu, terdapat rabi, mufti Islam, biarawan Buddhis, Shintois, berbagai pelayan Protestan, Animis, Jainis, dan sebagainya.
Di dalam pertemuan ini, setiap anggota dari agama-agama sesat itu maju dan memanjatkan doa untuk perdamaian – doa-doa yang penuh hujat, misalnya, doa Hindu di sana berkata “Damai kepada semua dewa-dewi.” (Pemimpin agama Animis berdoa kepada “Ibu Jari Besar.”) Tetapi dewa-dewi mereka adalah roh-roh jahat seperti yang kita lihat di atas, maka mereka berdoa untuk kepada semua roh jahat (yang menciptakan agama-agama sesat ini) pada Hari Doa Sedunia untuk Perdamaian yang disponsori Vatikan! Agama Vatikan II ingin agar anda bersekutu dengan roh-roh jahat.
Pada tahun 1928, Paus Pius XI secara otoritatif mengutuk akivitas antaragama ini dan mencelanya sebagai suatu kemurtadan yang menyangkal Iman sejati.
Paus Pius XI, Mortalium Animos (#2), 6 Januari 1928:
“Oleh sebab itu, mereka mengadakan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, konferensi-konferensi yang dihadiri oleh para hadirin yang cukup banyak jumlahnya; orang-orang tersebut mengundang untuk berdiskusi semua orang tanpa pandang bulu, orang-orang kafir dari segala kalangan, orang-orang Kristiani, dan bahkan mereka yang celaka akibat memisahkan diri dari Kristus atau yang dengan getir bersikeras menyangkal keilahian dari kodrat-Nya serta misi-Nya. Upaya-upaya semacam itu sama sekali tidak boleh disetujui oleh orang-orang Katolik, karena upaya-upaya tersebut berlandaskan pendapat yang sesat bahwa semua agama kurang lebih baik dan terpuji, dan dalam arti bahwa semua agama menyingkapkan dan mengungkapkan, walaupun dengan cara yang berbeda-beda, nalar bawaan yang kodrati yang membawa kita kepada Allah dan yang membuat kita bertekuk lutut dengan penuh hormat di hadapan kuasa-Nya. Orang-orang tersebut bukan hanya sepenuhnya tersesat di dalam kesalahan, tetapi orang-orang yang menganut opini semacam itu juga menolak agama yang sejati; mereka menyesatkan gagasan tentang agama sejati dan sedikit demi sedikit jatuh ke dalam naturalisme dan ateisme. Jelas sekali, oleh karena itu, bahwa dengan bergabung bersama para pendukung dan penyebar doktrin-doktrin semacam itu, seseorang sepenuhnya meninggalkan agama yang diwahyukan secara ilahi.”
Di sini kita kembali menemukan perwujudan yang jelas dari kemurtadan Yohanes Paulus II. Ia berkata bahwa Allah membuat diri-Nya sendiri hadir melalui kekayaan-kekayaan semua bangsa, yang terutama diungkapkan oleh agama-agama mereka. Maknanya adalah Allah membuat diri-Nya sendiri hadir kepada bangsa-bangsa melalui agama-agama non-Kristiani, yang berarti bahwa agama-agama non-Kristiani merupakan agama-agama sejati dan diilhami oleh Allah.
Pertemuan-pertemuan ekumenis lainnya dari Yohanes Paulus II
Yohanes Paulus II melanjutkan program kemurtadannya yang liar, yang sepenuhnya dikutuk oleh ajaran Gereja Katolik, setelah acara Assisi. Yohanes Paulus II mensponsori pertemuan-pertemuan doa pagan di Kyoto (1987), Roma (1988), Warsawa (1989), Bari (1990), dan Malta (1991), juga berbagai pertemuan setelah 1991.
Yohanes Paulus II sedang “diberkati” pada suatu ritus pagan oleh seorang dukun Indian pada tahun 1987[31]
Ada suatu pertemuan doa pagan pada tahun 1999 yang sungguh durjana, yang secara resmi dijuluki “Pertemuan Pan-Kristiani”, di mana perhimpunan dari agama-agama sesat yang besar jumlahnya datang ke Vatikan atas undangan Yohanes Paulus II (kami akan membahas hal ini lebih lanjut tidak lama lagi).
Yohanes Paulus II berdoa dengan Orang-Orang Animis dari Afrika
Pada tanggal 8 Agustus 1985, Yohanes Paulus II berdoa dengan orang-orang Animis dari Afrika (dukun-dukun). Yohanes Paulus II mengenang pertemuan tersebut:
Telah dinyatakan bahwa sewaktu Yohanes Paulus II berada di Togo, ia benar-benar menghormati ular-ular suci.
Di Cotonou, di Afrika pada tanggal 4 Februari 1993, anak-anak perempuan yang menyanyikan lagu keagamaan mengundang Yohanes Paulus II untuk menghadiri tarian voodoo yang “menyebabkan keadaan trans”.
Yohanes Paulus II juga telah mengambil bagian dalam banyak acara, baik di Roma maupun di luar negeri, yang menyertakan suatu ritus pagan pribumi. Ritus-ritus ini berasal dari budaya-budaya yang sama sekali satanik dan durjana dalam segala segi praktik keagamaannya, dan walau bagaimanapun, ritus-ritus ini menyertai banyak dari acara-acara liturgis Yohanes Paulus II.
Di atas: “Misa” Yohanes Paulus II pada tahun 2002 di Kota Meksiko, yang menyertakan adat budaya Aztek yang satanik. Orang-orang Indian menari di hadapan altar sambil mengenakan perhiasan kepala dan tutup dada dan beberapa dari antara mereka membiarkan tengah badan mereka kelihatan. Selagi mereka melakukan pertunjukan itu, Yohanes Paulus II sendiri menerima suatu ritus “pemurnian” pagan yang dilakukan oleh seorang wanita.
Pertemuan “Pan-Kristiani”: Pertemuan Doa Kemurtadan Yohanes Paulus II pada tahun 1999
Gambar di atas memperlihatkan Yohanes Paulus II, yang dikelilingi berbagai kelompok pagan dan penyembah berhala termasuk seorang pria yang telanjang dada, pada tanggal 7 November 1999 – pada salah satu dari pertemuan-pertemuan doa antaragamanya yang murtad. Perhatikan orang pagan yang bermasker persis di belakang Yohanes Paulus II di sisi kiri dari sudut pandang kita dan di sisi kanannya. Yohanes Paulus II memuji mereka dan menghormati agama-agama sesat mereka yang berasal dari Iblis. Perbuatannya ini tiada berbeda dari okultisme secara umum.
Pertemuan ini dijuluki “orang-orang Pan-Kristiani tersebut ….” Hal ini menarik mengingat di dalam surat ensiklik Mortalium Animos, Paus Pius XI mendeskripsikan para bidah yang memajukan indiferentisme keagamaan sebagai “kaum Pan-Kristiani ....”[33] Beberapa hal yang terjadi pada pertemuan pan-religius Yohanes II di bulan Oktober 1999 termasuk: seorang Indian Amerika yang berputar badan di tengah-tengah Lapangan St. Petrus pada waktu matahari terbenam dan ‘memberkati keempat penjuru Bumi’, dan para Muslim yang membentangkan surat-surat kabar di Vatikan untuk berlutut ke arah Mekkah dan berdoa.[34]
Pertemuan Doa Yohanes Paulus II bersama Agama-Agama sesat – Suatu Pertemuan Doa Kemurtadan Lainnya di tahun 2002
Baru-baru ini, ada pula peristiwa Assisi pada tahun 2002. Di tanggal 24 Januari 2002, Yohanes Paulus II mengadakan suatu pertemuan doa pagan lainnya di kota Assisi di Italia. Pertemuan ini mengulangi acara kekejian yang berlangsung pada tahun 1986. Tetapi, pertemuan Assisi yang satu ini mungkin bahkan lebih buruk.
Pada pertemuan doa Assisi II, para perwakilan dari setiap agama sesat yang terlibat diperkenankan untuk datang ke mimbar dan memberi ceramah tentang perdamaian sedunia. Di hadirat Yohanes Paulus II, seorang imam agung dari agama voodoo datang ke mimbar di luar Basilika St. Fransiskus dan memberikan pedoman voodoo untuk perdamaian sedunia. (Ingatlah, bahwa kaum voodoo adalah dukun-dukun). Maka, dengan pengaturan Yohanes Paulus II, seorang dukun diizinkan untuk berceramah dan memberi pedomannya untuk perdamaian sedunia dari sebuah mimbar di luar Basilika St. Fransiskus yang bersejarah! Pedomannya itu termasuk menggorok leher kambing, ayam, burung dara dan merpati, dan meniriskan darah binatang-binatang itu dari urat nadi mereka.
Ada seorang wanita Hindu yang berkata kepada seluruh khalayak bahwa setiap orang adalah Allah, selagi Yohanes Paulus II memandangnya. Setelah orang-orang Yahudi, Buddhis, Muslim, Hindu, dukun, dan lainnya selesai berkhotbah, para pemimpin agama sesat yang berbagai macam itu berpisah dan masuk ke dalam ruangan yang berbeda-beda untuk berdoa kepada ilah-ilah sesat mereka.
4. Undangan Doa: Bapa Suci mengundang semua hadirin untuk masuk ke masing-masing tempat mereka untuk berdoa. II. Doa di tempat yang berbeda-beda. 1. Akses untuk berbagai tempat berdoa: A. Basilika Bawah: Kristen. B. Biara Suci: Ruangan A: Islam; Ruangan B: Buddhisme; Ruangan C: Sikhisme; Ruangan D: Agama-Agama Tradisional Afrika; Ruangan E: Hinduisme; Ruangan F: Tenrikyo; Ruangan G: Shintoisme; Ruangan H: Yahudi; Ruangan I: Zoroastrianisme, Jainisme, Konghucu
Yohanes Paulus II telah mengatur terlebih dahulu agar setiap agama sesat tersebut diberikan ruangan yang terpisah untuk menyembah Iblis.
Semua salib ditiadakan, dan salib-salib yang tidak dapat dicabut lalu ditutupi. Yohanes Paulus II memastikan agar semua orang kafir, dukun serta orang-orang pagan tidak melihat tanda Yesus Kristus.
Orang-orang Muslim perlu sebuah ruangan yang menghadap penjuru Timur menuju Mekkah, dan ruangan itu diberikan kepada mereka. Kaum Zoroastrian memerlukan sebuah ruangan yang berjendela, supaya asap dari serpihan kayu yang mereka bakar kepada Iblis dapat keluar dari ruangan itu – dan ruangan itu diberikan kepada mereka. Orang-orang Yahudi menginginkan sebuah ruangan yang belum pernah diberkati sebelumnya; dalam kata lain, sebuah ruangan yang belum pernah diberkati sebelumnya dalam nama Yesus Kristus, dan Yohanes Paulus II menyediakan ruangan semacam itu kepada mereka. Hampir tidak ada kekejian, penghujatan, dan penolakan terhadap Allah yang sejati yang dapat dibayangkan.
Seperti yang dapat kita lihat dari konsili regional ini, pada Gereja perdana, pergi ke sebuah kuil pagan (yang dilakukan oleh Yohanes Paulus II di Thailand) untuk menyembah berhala dianggap sebagai puncak kefasikan. Perbuatan semacam itu melambangkan kemurtadan dari Iman yang sedemikian rupa besarnya sehingga mereka yang bertobat pun dari perbuatan semacam itu hanya diperkenankan mengaku dosa (dan tidak diizinkan menyambut Komuni). Jika pada waktu itu pergi ke kuil pagan dianggap sebagai kemurtadan yang begitu parahnya, apakah yang akan mereka katakan tentang seseorang yang dianggap-anggap sebagai pemimpin Gereja yang mengubah gereja-gereja Katolik sendiri menjadi kuil-kuil pagan sehingga orang-orang pagan dapat menyembah ilah-ilah sesat mereka di dalam kuil-kuil itu? Mereka tentunya akan menganggap perbuatan semacam itu sebagai puncak kemurtadan.
Kemurtadan Yohanes Paulus II dengan para Muslim
Pada tanggal 14 Mei 1999, Yohanes Paulus II menundukkan kepala kepada dan mencium Alquran. Alquran adalah kitab “suci” Muslim yang menghujat Allah Tritunggal Mahakudus dan menolak Keilahian Yesus Kristus. Menghormati kitab “suci” agama sesat telah selalu dianggap sebagai tindak kemurtadan – suatu penolakan total terhadap agama yang sejati. Perbuatan ini sendiri menjadikan Yohanes Paulus II sebagai seorang pemurtad, karena perbuatan itu setara dengan menghormati kubur Muhammad, suatu perbuatan yang, ujar St. Thomas, menjadikan orang sebagai pemurtad.
Pada kunjungannya ke Jerman di tanggal 17 November 1980, Yohanes Paulus II mendorong para Muslim agar mereka “jugamengamalkan iman kalian di negeri asing ....”[38]
Pada bulan Februari 2000, Yohanes Paulus II bertemu dengan “Sheikh Agung” Muslim, Muhammad. Yohanes Paulus II kembali melakukan tindak kemurtadan pada pidatonya kepada orang-orang Muslim.
Yohanes Paulus II berterima kasih kepada mereka yang mengembangkan budaya Islam! Ia berterima kasih kepada para orang-orang kafir karena mereka mengembangkan suatu kebudayaan yang menyangkal Yesus Kristus, Allah Tritunggal Mahakudus, dan Iman Katolik dalam skala yang amat besar, dan mengurung ratusan juta orang dalam kegelapan Iblis. Dari antara segala kejahatan di dunia yang pernah dapat dibayangkan, kebudayaan Islam kemungkinan merupakan salah satu dari kelima hal yang terjahat.
Di sepanjang abad pertengahan, berlangsung pertempuran rohaniah dan jasmaniah yang terus-menerus antara Dunia Kristiani Barat dan pasukan Islam. Pernyataan Yohanes Paulus II ini tergolong suatu penolakan terhadap Yesus Kristus dan kemurtadan formal. Tidak ada orang Katolik yang boleh membuat pernyataan semacam itu bahkan sekali pun.
Yohanes Paulus II meminta St. Yohanes Pembaptis untuk melindungi Islam!
Pada tanggal 21 Maret 2000, Yohanes Paulus II meminta St. Yohanes Pembaptis untuk melindungi Islam (agama para Muslim), yang menolak Yesus Kristus dan Allah Tritunggal, dan mengurung ratusan juta jiwa di dalam kegelapan Iblis.
Perbuatan ini setara dengan meminta St. Yohanes untuk melindungi penyangkalan terhadap Kristus dan pengutukan jiwa-jiwa.
Pada tanggal 12 April 2000, Yohanes Paulus II bertemu dengan Raja Maroko, seorang keturunan dari nabi palsu Islam, Muhammad. Yohanes Paulus II bertanya kepadanya, “Anda seorang keturunan dari sang Nabi, kan?”[42]
Kemurtadan Yohanes Paulus II di dalam Mesjid
Pada tanggal 6 Mei 2001, Yohanes Paulus II mencapai puncak kemurtadannya yang dilakukannya selama bertahun-tahun bersama para Muslim dengan mendatangi dan dengan hadir dalam “Mesjid Agung Umayyah” di Damaskus. Sewaktu ia berada di dalam Mesjid itu, Yohanes Paulus II melepaskan sepatunya untuk menghormati bait kekafiran tersebut.
Yohanes Paulus II di “Mesjid Agung Umayyah” di Damaskus, 6 Mei 2001
Yohanes Paulus II di sisi “Mufti Agung”, seorang kafir, yaitu Sheikh Ahmad Kfutaro
Yohanes Paulus II berjabatan tangan dengan “Mufti Agung”, seorang kafir, yaitu Sheikh Ahmad Kfutaro
Pada gambar yang teratas, kita dapat melihat Yohanes Paulus II memasuki “Mesjid Agung Umayyah” di Damaskus pada tanggal 6 Mei 2001. Pada foto-foto lainnya, kita melihat Yohanes Paulus II di dalam mesjid bersama dengan “Mufti Agung” yang kafir, Sheikh Ahmad Kfutaro. Sewaktu ia berada dalam Mesjid tersebut, Yohanes Paulus II juga terduduk di sebuah kursi yang identik dengan “Mufti Agung” yang kafir itu. Berikut pernyataan yang dibuat oleh Yohanes Paulus II kepada orang-orang Muslim pada hari itu:
Ada suatu kenyataan yang sangat menarik untuk dicatat, yaitu bahwa Khilafah “Umayyah” (yaitu garis kepemimpinan Muslim), yang menjadi nama Mesjid yang didatangi oleh Yohanes Paulus II, merupakan suatu garis kepemimpinan Muslim yang terlibat erat dalam peperangan melawan negeri Spanyol yang Katolik pada perang 700 tahun antara orang-orang Muslim melawan Kristen di Spanyol.
Kenyataan bahwa nama Mesjid yang didatangi Yohanes Paulus II diambil dari suatu kelompok yang sungguh mewakili paham anti-Kristiani hanya menjadi suatu penghinaan lain di samping kemurtadan dirinya. Darah semua umat Katolik yang setia yang meninggal dalam pertempuran melawan kaum Umayyah demi bertahannya negeri Spanyol yang Kristen berteriak dalam perlawanan terhadap Yohanes Paulus II.
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa para Muslim dan Katolik memiliki Allah yang sama
Sebelumnya di dalam buku ini, kami telah membahas ajaran bidah Vatikan II yang menyatakan bahwa orang Katolik bersama dengan orang Muslim menyembah Allah yang satu dan sejati. Begitu seringnya Yohanes Paulus II mengulangi ajaran sesat Vatikan II ini.
Ini adalah penghujatan dan kemurtadan. Orang-orang Muslim menolak Allah Tritunggal Mahakudus. Mereka tidak menyembah Allah yang satu dan sejati. Dengan menyatakan bahwa orang-orang Muslim dan Katolik percaya akan Allah yang sama berulang-ulang kali, Yohanes Paulus II menolak Allah Tritunggal Mahakudus berulang-ulang kali. Di samping itu, seseorang menjadi tertegun oleh kespesifikan Yohanes Paulus II (seperti Vatikan II pula) dalam hal menyangkal Yesus Kristus pada banyak kutipan ini. Sebagai contoh:
Di sini kita melihat ajaran katekismus Yohanes Paulus II, yaitu bahwa ilah kaum Muslimin (yang bukan Yesus Kristus) akan menghakimi umat manusia pada hari kiamat. Hal ini berarti bukan Yesus Kristus yang akan menghakimi umat manusia pada hari kiamat, melainkan ilah orang Muslim. Ajaran ini adalah penyangkalan terhadap Kedatangan Kedua Yesus Kristus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Kemurtadan Yohanes Paulus II bersama Orang-Orang Yahudi
Pada tanggal 13 April 1986, Yohanes Paulus II mengunjungi Sinagoga Yahudi di Roma.
Yohanes Paulus II tiba di Sinagoga Yahudi, 13 April 1986
Di sini kita melihat Yohanes Paulus II tiba di Sinagoga Yahudi di Roma pada tahun 1986, di mana ia mengambil bagian dalam suatu ibadat Yahudi. Dengan mengambil bagian dalam ibadat Yahudi, Yohanes Paulus II melakukan suatu tindakan kemurtadan publik, dan sekali lagi menunjukkan bahwa ia adalah seorang bidah manifes dan seorang pemurtad. Perhatikan bahwa Yohanes Paulus II dan sang rabi menyambut satu sama lain seakan-akan mereka adalah sahabat yang lama tidak berjumpa. Pada saat ia berada di sinagoga, Yohanes Paulus II menundukkan kepalanya sewaktu para Yahudi berdoa untuk kedatangan “Mesias” mereka.
Yohanes Paulus II di dalam Sinagoga Orang-Orang Yahudi
Tindak kemurtadan yang mencengangkan yang dilakukan oleh Yohanes Paulus II ini secara langsung berhubungan dengan ajaran sesatnya bahwa Perjanjian Lama masih berlaku. Gereja Katolik mengajarkan bahwa dengan datangnya Yesus Kristus dan pemakluman Injil, Perjanjian Lama (yakni perjanjian yang dibuat antara Allah dan orang-orang Yahudi melalui perantaraan Musa) telah berakhir, dan digantikan dengan Perjanjian Baru Tuhan kita Yesus Kristus. Memang benar bahwa beberapa aspek Perjanjian Lama masih berlaku karena aspek-aspek itu termasuk dalam Perjanjian yang Baru dan Abadi dari Yesus Kristus, seperti Sepuluh Perintah Allah; tetapi Perjanjian Lama sendiri (perjanjian antara Allah dan orang-orang Yahudi) telah berakhir dengan kedatangan sang Mesias. Oleh karena itu, pernyataan bahwa Perjanjian Lama masih tetap berlaku setara dengan menyatakan bahwa agama Yahudi adalah agama yang benar dan bahwa Yesus Kristus sebenarnya bukan sang Mesias. Pernyataan itu juga merupakan penyangkalan terhadap dogma Katolik yang telah didefinisikan, seperti ajaran Konsili Florence, yang mendefinisikan secara ex cathedra, bahwa Hukum Lama telah berakhir dan mereka yang berupaya mengamalkannya (yakni, orang-orang Yahudi) tidak dapat diselamatkan.
Paus Benediktus XIV mengulangi dogma ini di dalam ensikliknya Ex Quo Primum:
Yohanes Paulus II menentang dogma ini berulang kali, dalam perkataan dan perbuatan – sebuah dogma yang diajarkan oleh Gereja Katolik selama 2000 tahun, yang didefinisikan secara infalibel oleh Konsili Florence, dan diteguhkan dengan jelas oleh Paus Benediktus XIV dan Paus Pius XII.
Di dalam sambutan kepada para Yahudi di Mainz, Jerman Barat, 17 November 1980, Yohanes Paulus II berbicara tentang, “Perjanjian Lama, tidak pernah dibatalkan oleh Allah...”[55]
Kita melihat di sini bahwa Paus Benediktus XIV mengecam bidah yang diajarkan oleh Yohanes Paulus II, bahwa Perjanjian Lama tidak pernah dibuat batal oleh Allah! Yohanes Paulus II mengulangi bidah yang lancang yang sama ini di dalam suatu pidato pada tahun 1997:
Penting untuk dicatat bahwa “Uskup Agung” Sekte Vatikan II dari Strasbourg, Prancis, yang bernama Joseph Doré, dengan gembira mengenang bidah Yohanes Paulus II yang telah disebutkan itu sehubungan dengan Perjanjian Lama, yang dituturkan oleh Yohanes Paulus II di Mainz, Jerman Barat dan di tempat lainnya. Perhatikan bahwa “Uskup Agung” Doré mengakui bahwa Vatikan II telah mengubah ajaran tradisional Gereja tentang berakhirnya Perjanjian Lama.
Bahkan, Yohanes Paulus II mengajarkan bidah yang sama tentang Perjanjian Lama di katekismusnya yang baru, sekali lagi bertentangan secara langsung dengan dogma Katolik.
Pesan Yohanes Paulus II yang Mencengangkan pada Perayaan di Sinagoga Yahudi
Yohanes Paulus II, Pesan kepada Kepala Rabi dari Roma, 23 Mei 2004:
“Kepada Dr. Riccardo Di Segni yang amat terhormat, Kepala Rabi dari Roma. Shalom! Dengan sukacita yang mendalam saya bergabung dengan Komunitas Yahudi di Roma yang sedang merayakan ulang tahun keseratus Sinagoga Agung Roma, suatu simbol dan peringatan seratus tahunan beradanya bangsa milik Perjanjian Sinai di kota ini. Selama lebih dari 2000 tahun komunitas anda telah menjadi suatu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan di kota ini; komunitas anda dapat berbangga diri sebagai komunitas Yahudi terkuno di Eropa Barat dan karena komunitas anda telah memainkan peran yang terpenting di dalam penyebaran agama Yahudi di Benua ini. Oleh karena itu, perayaan yang berlangsung pada hari ini memiliki makna yang khusus ... Karena saya tidak dapat hadir secara pribadi, saya telah meminta Vikaris Jenderal saya, Camillo Ruini, untuk mewakili saya; ia didampingi oleh Kardinal Walter Kasper, Presiden dari Komisi Takhta Suci untuk Hubungan dengan Orang-Orang Yahudi. Mereka secara resmi mengungkapkan keinginan saya untuk berada bersama anda pada hari ini.
“Dalam memberikan kepada anda sambutan yang penuh hormat ini, yang terhormat Dr. Riccardo Di Segni, saya menyampaikan salam hangat saya kepada segenap Anggota dari Komunitas ini, kepada Presiden Mereka, Bapak Leone Elio Paserman, dan kepada semua orang yang berhimpun untuk menyaksikan sekali lagi besarnya kepentingan dan kekuatan dari warisan rohani yang dirayakan setiap hari Sabtu di dalam Sinagoga Agung Roma …
Kami semua dengan bahagia bergabung dalam sukacita perayaan yang berlangsung pada hari ini, perayaan yang memperingati abad pertama dari Sinagoga yang mengagumkan ini. Sinagoga berdiri di tepi sungai Tiber ini memberi kesaksian iman dan pujian kepada Yang Mahakuasa dengan keharmonisan garis-garis arsitekturnya. Komunitas Kristiani Roma, melalui Penerus Petrus, bergabung bersama anda dalam mengucap syukur kepada Tuhan atas kesempatan yang berbahagia ini [ulang tahun ke-100 dari Sinagoga tersebut!]. Seperti yang saya katakan pada saat Kunjungan yang telah saya sebutkan, kami memberi salam kepada anda sebagai ‘saudara-saudara yang terkasih’ dalam iman Abraham, Bapa bangsa kita … anda terus menjadi anak sulung milik Perjanjian (Liturgi Jumat Agung, Doa Syafaat Umum, Untuk Orang-Orang Yahudi) …
[Hubungan-hubungan yang bersahabat ini] menyaksikan kesatuan kita dalam mengenang para korban Shoah [orang-orang Yahudi yang telah meninggal yang tidak menerima Kristus], terutama mereka yang direnggut dari keluarga-keluarga mereka dan dari Komunitas Yahudi anda yang tercinta di Roma pada bulan Oktober 1943 dan yang diasingkan di Auschwitz. Semoga kenangan akan mereka diberkati dan mendorong kita untuk bekerja sama sebagai saudara-saudari ...
Gereja tidak ragu untuk mengutarakan dukacitanya atas ‘kegagalan putra-putrinya di sepanjang masa’ dan, dalam tindak pertobatan, Gereja telah memohon ampun atas tanggung jawab mereka yang terhubung sedikit pun dengan wabah anti-Yahudi dan anti-Semitisme ….
Hari ini ... kami memanjatkan sebuah doa yang penuh semangat kepada Yang Abadi, kepada Allah Shalom, agar permusuhan dan kebencian tidak lagi menguasai mereka yang berpaling kepada bapa kita, Abraham – orang-orang Yahudi, Kristen, dan Muslim ...
“Pertemuan kita pada hari ini kiasannya mempersiapkan hari raya Shavu’ot anda dan hari raya Pentakosta kami yang sebentar lagi akan datang yang genapnya perayaan paskah kita masing-masing. Semoga pesta-pesta ini mempersatukan kita dalam doa paskah Hallel milik Daud.” (L’Osservatore Romano, 2 Juni 2004, hal. 7.)
Berikut adalah rangkuman dari pesan Yohanes Paulus II pada tahun 2004 dalam perayaan sinagoga:
Pidato ini adalah salah satu penghujatan dan bidah Yohanes Paulus II yang terburuk. Yohanes Paulus II sama sekali menolak Kristus; ia jelas-jelas mengajarkan bahwa Perjanjian Lama masih berlaku; ia sama sekali menolak Yesus Kristus dan Iman Katolik; ia melakukan kemurtadannya ini di depan muka dunia. Mereka yang tetap percaya bahwa bidah dan orang murtad terang-terangan ini adalah Katolik, walaupun mereka sadar akan fakta-fakta ini, dan menolak untuk menyangkalnya sebagai seorang bidah, benar-benar musuh-musuh dari Allah.
Teman terdekat Yohanes Paulus, Jerzy Kluger, adalah seorang Yahudi.
Yohanes Paulus II memeluk teman baiknya, seorang Yahudi, Jerzy Kluger
Tentu saja, Yohanes Paulus II tidak pernah mencoba mengonversikan Kluger. Kluger berkata terang-terangan bahwa Yohanes Paulus II tidak pernah memberikan kepadanya tanda-tanda sedikit pun bahwa ia ingin mengonversikannya. Malah, Kluger menyatakan berutang budi kepada hubungannya yang panjang bersama Yohanes Paulus II yang membuatnya ‘merasa lebih Yahudi’. Sewaktu muda, Yohanes Paulus II menjadi kiper sepak bola di tim Yahudi bersama Kluger; mereka bermain melawan anak-anak Katolik. Di dalam sebuah surat kepada Kluger pada tanggal 30 Maret 1989, tentang penghancuran sebuah sinagoga pada Perang Dunia II, Yohanes Paulus II menuliskan hal berikut:
Ini adalah kemurtadan terang-terangan. Dengan menghormati sinagoga tersebut, Yohanes Paulus II menghormati penolakan para Yahudi bahwa Yesus Kristus adalah sang Mesias.
Tetapi Jerzy Kluger bukan hanya satu-satunya orang Yahudi yang merasa lebih Yahudi akibat Yohanes Paulus II. Juga ada sang maestro Yahudi, Gilbert Levine.
Maestro Yahudi, Gilbert Levine, bersama Yohanes Paulus II[63]
Levine mengatakan bahwa selama hubungannya bertahun-tahun, Yohanes Paulus II tidak pernah menunjukkan tanda-tanda sedikit pun bahwa ia ingin mengonversikannya. Levine juga menunjukkan secara publik bahwa, setelah mengenal Yohanes Paulus II, ia kembali mempraktikkan agama Yahudi.
Yohanes Paulus II meminta Levine untuk mengadakan konser di Vatikan untuk memperingati Holocaust. Levine setuju, dan dengan kehadiran Anti-Paus Yohanes Paulus II konser tersebut terlaksana di Vatikan. Semua salib ditutupi.
Yohanes Paulus II duduk di samping Rabbi Yahudi untuk Konser Holocaust di dalam sebuah Ibadat Doa Yahudi di Vatikan
Konser tersebut dimulai dengan “Kol Nidre”, doa yang dinyanyikan pada hari tersuci di kalender Yahudi. Beberapa dari orang-orang Yahudi yang hadir juga menyalakan lilin-lilin pada saat perayaan tersebut, yang segera menjadi sebuah ibadat rohani di Vatikan. Setelah konser tersebut, Levine menyatakan:
Setelah konser, Yohanes Paulus II memanggil Levine untuk menerima penghargaan Kekesatriaan Vatikan. Levine menjadi Knight Commander dari Ordo Ekuestrian St. Gregorius Agung. Yohanes Paulus II menunjuk ‘Kardinal’ Lustiger dari Paris untuk menganugerahkan penghormatan tersebut. Lustiger sendiri, yang dibesarkan sebagai seorang Yahudi, menyatakan pada sebuah wawancara di tahun 1981: “Saya seorang Yahudi. Untuk saya, kedua agama tersebut adalah satu.”[65] Penghargaan yang Yohanes Paulus II berikan kepada Levine adalah salah satu penghargaan tertinggi yang dapat dianugerahkan kepada seorang awam.
Gilbert Levine menyingkap dalamnya kemurtadan Yohanes Paulus II di dalam sebuah wawancara pada acara Larry King Live, 4 April 2005.
Pada sebuah wawancara di Larry King Live di CNN, 4 April 2005, Gilbert Levine menunjukkan bahwa Yohanes Paulus II:
- Mengirimkan tiap-tiap dari putranya surat untuk memberi mereka selamat atas bar mitzvah mereka;
- Bahwa Yohanes Paulus II sendiri memberikan keluarganya sebuah menorah Yahudi;
- Bahwa Yohanes Paulus II memerintahkan ‘Kardinal’ Kasper untuk mengirimkan kepada Levine sebuah surat dalam rangka bar mitzvah tersebut yang ‘sangat bagus’, yang mengatakan agar mereka bangga akan warisan Yahudi mereka dan supaya mereka ‘hidup sepenuhnya sebagai orang Yahudi’, dan bahwa surat tersebut sangatlah Yahudi sampai sang rabbi yang berkata bahwa surat tersebut datang dari seorang rabbi, walaupun sebenarnya dari Kasper yang mengirimkannya atas nama Yohanes Paulus II.
Hal ini membuktikan bahwa Yohanes Paulus II secara resmi mendorong praktik Yahudi; bahwa ia menyutujui secara resmi penolakan Kristus; bahwa ia secara resmi membantu orang-orang mempraktikkan Perjanjian Lama; dan bahwa ia menyelenggarakan perayaan agama Yahudi bersama mereka. Jika seseorang telah mengetahui fakta-fakta ini dan tetap berkata bahwa Yohanes Paulus II bukanlah seorang non-Katolik yang murtad, orang itu menolak Yesus Kristus – tanda titik. Berikut adalah petikan dari wawancara di Larry King Live di saluran CNN:
Perhatikan bahwa Gilbert Levine ingin menggunakan musik seorang mantan Yahudi, Mahler, untuk konser tersebut, tetapi Yohanes Paulus II tidak memperbolehkannya dengan berkata bahwa Mahler adalah seorang Yahudi yang berkonversi kepada Katolisisme!
Yohanes Paulus II Berdoa di Tembok Ratapan
Pada tanggal 26 Maret 2000, Yohanes Paulus II berdoa di Tembok Ratapan di Yerusalem. Tembok Ratapan adalah bebatuan sisa dari Bait Yahudi di Yerusalem yang dihancurkan orang Romawi pada tahun 70 Masehi. Para orang Yahudi berdoa di Tembok Barat sebagai tempat tersuci di dalam agama Yahudi.
Yohanes Paulus II berdoa di Tembok Ratapan atau Tembok Barat di Yerusalem
Kehancuran Bait Yahudi pada tahun 70 Masehi, yang hanya meninggalkan Tembok Barat selalu dimengerti oleh orang-orang Katolik sebagai penghakiman Allah atas orang-orang Yahudi. Kehancuran Bait Yahudi tersebut mencegah orang-orang Yahudi untuk dapat memberikan kurban, yang berarti agama mereka telah berakhir Kehancuran Bait Yahudi adalah tanda yang kuat dari Allah kepada para Yahudi bahwa sang Mesias telah datang, bahwa Perjanjian Lama telah berakhir, dan bahwa Bait tersebut telah digantikan oleh Gereja Katolik.
Maka, sewaktu seorang Yahudi berdoa di Tembok Barat, atau meninggalkan sebuah doa di sana, hal tersebut adalah sebuah penolakan bahwa Yesus adalah sang Mesias, hal itu adalah sebuah penegasan bahwa ia berteguh bahwa Perjanjian Lama masih berlaku; dan hal tersebut adalah sebuah upaya yang menyedihkan dan memilukan untuk tidak mengindahkan tanda dari Allah yang sangat jelas bahwa orang-orang Yahudi harus meninggalkan Bait yang telah dihancurkan dan masuk kepada Gereja Katolik.
Maka, sewaktu Yohanes Paulus II sendiri berdoa di Tembok Barat pada bulan Maret 2000, hal tersebut adalah sebuah upaya untuk mengesahkan agama Yahudi. Hal tersebut adalah penolakan bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, sebuah tanda bahwa ia berpegang teguh bahwa Perjanjian Lama masih berlaku, dan sebuah olok-olok akan tanda yang jelas dari Allah bahwa orang-orang Yahudi harus meninggalkan Bait yang telah dihancurkan itu dan memasuki Gereja Katolik. Seorang komentator yang memperhatikan hal tersebut menyatakan bahwa, sewaktu Yohanes Paulus II berdoa di Tembok Barat, kebanyakan dari bangsa Israel menontonnya di televisi. Hal tersebut berarti bahwa semua orang Yahudi yang menonton di televisi diberikan kesan oleh Yohanes Paulus II bahwa ia tidak perlu berkonversi kepada Yesus Kristus karena Kristus bukanlah sang Mesias.
Doa yang ditinggalkan oleh Yohanes Paulus II di Tembok Barat memohon ampun atas dosa-dosa yang dilakukan kepada orang-orang Yahudi.
Kemurtadan Lain bersama orang-orang Yahudi di dalam Kepemimpinan Yohanes Paulus II
Pada akhir tahun 2001, sebuah Komisi Vatikan di bawah Yohanes Paulus II mengeluarkan sebuah buku yang berjudul The Jewish People and Their Sacred Scriptures in the Christian Bible {Orang-orang Yahudi dan Kitab Suci Mereka di dalam Kitab Suci Kristiani}. Buku ini mengusulkan bahwa penantian orang-orang Yahudi untuk Mesias yang akan datang tetaplah sah. Lebih banyak tentang buku ini akan dibahas di dalam bagian tentang Benediktus XVI.
Pada tanggal 12 Agustus 2002, uskup-uskup Amerika bersama Yohanes Paulus II mengeluarkan sebuah dokumen tentang orang-orang Yahudi. Dipimpin oleh William Keeler dari Baltimore, seseorang yang murtad, dan tanpa penolakan sedikit pun dari Yohanes Paulus II, dokumen tersebut berkata: ”...upaya-upaya yang menargetkan konversi orang-orang Yahudi kepada Kekristenan tidak lagi dapat diterima secara teologis di dalam Gereja Katolik.”[67]
Seluruh hal ini membuktikan bahwa Yohanes Paulus II dan para uskupnya adalah orang-orang yang sudah murtad dari Iman Katolik.
Bidah-bidah Yohanes Paulus II yang mencengangkan tentang orang-orang Non-Katolik yang telah dibaptis (yaitu para bidah dan skismatis)
Kami telah menelaah dan menunjukkan secara rinci kemurtadan Yohanes Paulus II yang tidak terpungkiri bersama paganisme, Islam, dan Yahudi. Di samping banyak pernyataan dan tindakan yang sesat dan murtad yang Yohanes Paulus II lakukan bersama para pengikut agama-agama sesat non-Kristiani tersebut, terdapat pula bidah-bidahnya yang mencengangkan tentang orang-orang non-Katolik yang telah dibaptis dan sekte-sekte sesat mereka. Misalnya:
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa para skismatis tidak perlu dikonversikan
Yohanes Paulus II di dalam Katedral St. George ’Ortodoks’ Suriah bersama para skismatis, Patriark Zakka I dan Ignatius IV pada tahun 2001[68]
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa para Skismatis Timur (para ‘Ortodoks’) tidak perlu dikonversikan ke dalam Gereja Katolik. Sebagai latar belakang: para Skismatis Timur (para ‘Ortodoks’) menolak dogma Kepausan, yang berarti mereka menolak otoritas tertinggi dari semua Paus di dalam sejarah. Mereka menolak dogma Infalibilitas Kepausan: suatu kebenaran bahwa seorang Paus mengajarkan secara infalibel sewaktu ia berbicara dari Takhta Petrus. Mereka menolak dogma bahwa Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa Asal, mereka menolak 13 Konsili Gereja Katolik Roma terakhir, dan mereka mengizinkan perceraian dan pernikahan ulang.
Di dalam Directory for the Application of the Principles and Norms of Ecumenism {Petunjuk Penerapan Prinsip-prinsip dan Norma-norma Ekumenisme}-nya yang memalukan, Yohanes Paulus II mendorong ibadat antaragama bersama para Skismatis Timur ini dan berkata: ”...semua kesan-kesan proselitisme harus dihindari.”[70] Seperti yang kami akan bahas lebih lanjut, Yohanes Paulus II menyetujui Petunjuk Ekumenisme di dalam Ut Unum Sint #58 dan di tempat lain.
Proselitisme adalah upaya untuk mengonversikan seseorang. Maka, Yohanes Paulus II menegaskan bahwa semua upaya untuk mengonversikan para Skismatis Timur harus dihindari. Berikut adalah kata-kata seorang Paus Katolik sejati, Paus Benediktus XIV tentang topik yang benar-benar sama.
Seseorang dapat dengan mudah melihat perbedaan antara kedua agama tersebut: agama Katolik mengajarkan bahwa semua ajaran-ajarannya harus diterima dan para non-Katolik harus dikonversikan. Agama non-Katolik Yohanes Paulus II (agama Vatikan II) mengajarkan bahwa iman Katolik sama sekali tidak berarti dan bahwa orang-orang non-Katolik tidak seharusnya dikonversikan.
Walter Kasper, seorang anggota tingkat tinggi Gereja Vatikan II, mengerti hal ini dengan sangat baik. Kasper dijadikan seorang ‘Kardinal’ dan kepala dari Konsili Vatikan untuk Promosi Kesatuan Kristiani oleh Yohanes Paulus II. Benediktus XVI meneguhkan Kasper di dalam posisinya sebagai kepala dari Konsili Vatikan untuk Promosi Kesatuan Kristiani. Kasper mengungkapkan pandangan Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI dengan berkata sebagai berikut:
Orang-orang Katolik yang disiksa dan dimartir karena mereka menolak menjadi Skismatis Timur
Di dalam ensikliknya di tahun 1945 Orientalis Omnes Ecclesias, Paus Pius XII memberikan beberapa contoh orang-orang Katolik di dalam sejarah yang disiksa dan dibunuh karena mereka tidak meninggalkan kesetiaan kepada Kepausan dan menjadi skismatis ‘Ortodoks’ Timur. St. Yosafat adalah salah satu contoh yang terkenal, tetapi terdapat banyak yang lain. St. Yosafat mengonversikan banyak orang-orang Skismatis Timur kembali kepada Iman Katolik sampai waktu ia dibunuh oleh mereka atas upaya-upayanya untuk membawa orang-orang kembali kepada kesatuan bersama Kepausan.
Terdapat banyak orang-orang lain yang didenda, dicambuk, disiksa, ditenggelamkan, dan dibunuh karena mereka tidak ingin menjadi Skismatis Timur.
Lewat ajaran sesatnya bahwa para skismatis ‘Ortodoks’ tidak berada di luar Gereja dan tidak membutuhkan konversi untuk kesalamatan, sekte Vatikan II mengolok-olok para santo-santa dan para martir yang menderita sengsara agar tidak menjadi skismatis.
Deklarasi Balamand Vatikan bersama para Skismatis Timur yang disetujui oleh Yohanes Paulus II, menolak dan menganggap upaya pengonversikan orang-orang non-Katolik sebagai ‘eklesiologi yang ketinggalan zaman’
Pada tanggal 24 Juni 1993 Vatikan menandatangani Deklarasi Balamand bersama para Skismatis Timur (yaitu ‘Gereja Ortodoks’). Di dalam Deklarasi Balamand ini (dikutip di bawah), yang telah disetujui oleh Yohanes Paulus II, semua upaya untuk mengonversikan para Skismatis Timur ditolak sebagai ‘eklesiologi berpulang ketinggalan zaman dari Gereja Katolik’ {eklesiologi berpulang – ecclesiology of return – lewat upaya konversi, para Skismatis dapat ‘berpulang’ kembali ke dalam Iman Katolik}. Berikut adalah beberapa kutipan dari Deklarasi Balamand yang sangatlah sesat:
Deklarasi Balamand sekte Vatikan II bersama para ‘Ortodoks’, 1993, #10:
“Oleh karena itu, situasi yang mengikuti hal tersebut menciptakan ketegangan dan pertentangan. Lambat laun, beberapa dekade setelah persatuan-persatuan ini, aktivitas misionaris cenderung mengikutsertakan di dalam prioritasnya upaya-upaya untuk mengonversikan orang-orang Kristen lain, secara individu atau di dalam kelompok, agar dapat ‘memulangkan mereka’ ke dalam Gereja. Untuk memperlayak kecenderungan ini, yang merupakan sumber dari proselitisme, Gereja Katolik mengembangkan pandangan teologis di mana ia menggambarkan dirinya sendiri sebagai satu-satunya yang dipercayakan jalan keselamatan. Untuk menanggapi hal ini, Gereja Ortodoks juga memegang pandangan ini, di mana hanya di dalamnya {Gereja Ortodoks} terdapat keselamatan...”
#14-15: ” ... Menurut perkataan Paus Yohanes Paulus II, perjuangan ekumenis Gereja-Gereja Timur dan Barat yang bersaudara, yang berlandaskan dialog dan doa, adalah mengejar persekutuan yang sempurna dan penuh, yang tidak terjadi melalui penyerapan ataupun peleburan melainkan melalui pertemuan dalam kebenaran dan kasih (bandingkan Slavorum Apostoli, 27). 15. Walaupun kebebasan para pribadi dan kewajiban mereka untuk mengikuti syarat-syarat hati nurani mereka tetap terjamin, upaya untuk kembali menjalin kesatuan tidak melibatkan berkonversinya orang-orang dari Gereja yang satu kepada Gereja yang lain demi memastikan keselamatan mereka.”
22. “Aktivitas penggembalaan di dalam Gereja Katolik, Latin maupun Oriental, tidak lagi bertujuan untuk membuat umat satu Gereja berpindah ke Gereja yang lain; dalam kata lain, tidak lagi bertujuan untuk mengonversikan orang-orang Ortodoks. Aktivitas tersebut bertujuan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan rohani umat-umatnya sendiri dan tidak menginginkan ekspansi yang menargetkan Gereja Ortodoks.”
30. “Untuk meratakan jalan bagi hubungan masa depan antara kedua Gereja, dengan cara meninggalkan eklesiologi berpulang ketinggalan zaman dari Gereja Katolik yang berhubungan dengan masalah yang hendak diatasi dokumen ini, kami memberikan sebuah perhatian khusus kepada persiapan imam-imam di masa depan dan untuk semua yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung di dalam sebuah aktivitas penggembalaan di mana Gereja yang satunya berakar secara tradisional. Pendidikan mereka haruslah menjadi, secara objektif, positif sehubungan Gereja yang satunya.” (http://www.cin.org/east/balamand/html)
Ini adalah sebuah bidah yang sangat lancang! Dokumen ini, yang disetujui oleh para Anti-Paus Vatikan II, benar-benar salah satu bidah yang terburuk dari sekte Vatikan II. Dokumen ini menyebutkan secara terang-terangan, lalu menolak sepenuhnya, dogma tradisional Gereja Katolik bahwa para skismatis harus dikonversikan kepada Iman Katolik untuk persatuan dan keselamatan.
Yohanes Paulus II menyebut Deklarasi Balamand sebagai ‘langkah baru’ yang ‘seharusnya membantu semua Gereja Ortodoks lokal dan semua Gereja Katolik lokal, Latin maupun Oriental, yang tinggal bersama di dalam satu daerah, untuk melanjutkan komitmen mereka kepada dialog kasih dan untuk memulai atau melanjutkan hubungan gotong-royong di dalam bidang penggembalaan mereka’.[78]
Mohon perhatikan terutama #14-15 yang mengatakan bahwa “upaya untuk kembali menjalin kesatuan tidak melibatkan berkonversinya orang-orang dari Gereja yang satu kepada Gereja yang lain demi memastikan keselamatan mereka ....” Mohon perhatikan bahwa Gereja Katolik ‘tidak menginginkan ekspansi yang menargetkan Gereja Ortodoks’ dan #30, yang menolak “eklesiologi pemulangan yang ketinggalan zaman dari Gereja Katolik”. Perhatikan bagaimana semuanya ini secara terang-terangan menolak dogma Katolik bahwa para non-Katolik harus berpulang kembali kepada Gereja Katolik untuk memperoleh keselamatan dan kesatuan Kristiani.
Maka, faktanya adalah bahwa Yohanes Paulus II dan sekte sesatnya menolak kata demi kata dogma iman Katolik: kesatuan Kristiani hanya tercapai lewat konversi ke dalam Katolisisme. Kita melihat penolakan ulang dogma Katolik ini di dalam kutipan berikutnya.
Bidah-bidah Yohanes Paulus II yang lain bersama para Skismatis ‘Ortodoks’ Timur
Maka, kenyataannya adalah bahwa Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa iman Roma tidak perlu dianut oleh orang-orang non-Katolik; oleh karena itu, ia tidak dapat dipandang sebagai orang yang menganut Iman Katolik yang sejati.
Mereka yang berteguh, walaupun telah melihat fakta-fakta ini, bahwa Yohanes Paulus II harus dipandang sebagai seseorang yang memegang iman Katolik yang sejati (dalam kata lain, bahwa ia adalah seorang Paus Katolik sejati) menolak ajaran Gereja Katolik ini.
Di dalam ensikliknya tentang Sts. Cyril and Methodius {St. Sirilus dan Methodius} (#27), Yohanes Paulus II mengulangi bahwa para Skismatis Timur tidak boleh dikonversikan ke dalam Gereja Katolik. Ia berkata bahwa kesatuan bersama para skismatis ‘tidak terjadi lewat penyerapan ataupun penggabungan’,[82] yang berarti bukan lewat konversi. Seperti yang kita lihat di atas, Deklarasi Balamand dengan para Ortodoks mengutip kata-kata ini dari ensiklik Yohanes Paulus II tentang St. Sirilus dan Methodius untuk membuktikan bahwa orang-orang Katolik tidak seharusnya mengonversikan para Ortodoks.
Yohanes Paulus II meneguhkan ajaran sesat ini di dalam berbagai pertemuan dengan para skismatis. Pada tanggal 24 Februari 2000, Yohanes Paulus II bertemu dengan Uskup skismatis dari Aleksandria yang non-Katolik, ‘Paus’ Shenouda III.
Yohanes Paulus II bertemu dengan Uskup skismatis dari Aleksandria, yang menyebut dirinya sendiri ‘Paus’ Shenouda III
Di dalam pesannya kepada sang uskup skismatis tersebut, Yohanes Paulus II menyebutnya ‘Yang Mulia’ dan berkata:
Di dalam kata lain, Yohanes Paulus II berkata: “Allah memberkati Gereja skismatis!” Hal ini adalah sebuah penolakan Iman Katolik. Kitab Suci secara khusus memberi tahu kita bahwa kita tidak boleh berkata “Allah memberkati” kepada para bidah.
“Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya.” (2 Yoh 1:10)
Dengan mengucapkan “Allah memberkati” kepada sebuah Gereja yang sesat, seseorang meminta Allah untuk menggandakan dan menyebarkan sekte sesat tersebut.
Yohanes Paulus II dan Teoctist (Patriark skismatis dari Rumania) bersama-sama menolak untuk mengonversikan satu sama lain di dalam sebuah Deklarasi Gabungan di tahun 2002.
Pada tanggal 12 Oktober 2002, Yohanes Paulus II dan Patriark skismatis dari Rumania bersama-sama menolak untuk mencoba mengonversikan satu sama lain di dalam sebuah pernyataan bersama. Mereka menyatakan “Tujuan dan keinginan kami yang besar adalah persatuan secara penuh, yang tidak terjadi lewat penyerapan...”[84] Hal ini berarti bukan lewat konversi. Yohanes Paulus II sering menggunakan kata-kata ‘tidak terjadi lewat penyerapan ataupun penggabungan’ untuk menunjukkan bahwa kesatuan dengan para skismatis tidak terjadi dengan mengonversikan mereka. Ingatlah bahwa kata-kata tersebut digunakan dengan arti ini di dalam Deklarasi Balamand (yang dikutip di atas) dengan sang ‘Ortodoks’ skismatis.
Teoctist, Patriark skismatis Rumania telah menyatakan bahwa pada tahun 1999, Yohanes Paulus II memberikan sebuah sumbangan besar kepada Gereja non-Katoliknya.[85] Zenit News Services dan lainnya (lihat gambar di atas) melaporkan bahwa sumbangan Yohanes Paulus II kepada sang patriark skismatis berjumlah $100.000!
“Imam Rumania Ortodoks berkata hari ini bahwa Yohanes Paulus II telah menyumbangkan $100.000 untuk pembangunan sebuah Katedral Ortodoks di sini yang dapat menampung hingga 2.000 orang, laporan dari Agence France-Presse.”[86]
Paus Inosensius III, Konsili Lateran IV, Konstitusi 3 tentang Bidah, 1215:
“Di samping itu, kami menetapkan bahwa orang-orang beriman yang menerima, melindungi, atau menyokong para bidah diberikan ekskomunikasi.”[87]
Di dalam sambutannya pada hari yang sama dengan Deklarasi Gabungan mereka, Yohanes Paulus II berkata kepada Patriark skismatis Teoctist: “Tujuannya adalah... untuk mencapai sebuah kesatuan yang ‘tidak dilakukan lewat penyerapan maupun penggabungan...’[88]
Maka, Yohanes Paulus II telah secara terang-terangan memastikan para pendengarnya berulang-ulang kali bahwa para Katolik tidak boleh mengonversikan orang-orang non-Katolik dan bahwa Iman Katolik tidak diperlukan untuk mencapai keselamatan.
Faktanya, di dalam sambutan yang sama kepada Patriark Rumania, Yohanes Paulus II membuat pernyataan yang mencengangkan berikut:
Untuk Yohanes Paulus II: Peduli amat Kepausan! Peduli amat bahwa selama 1000 tahun terakhir, para skismatis telah menolak pernyataan-pernyataan dogmatis! Peduli amat tentang perceraian dan pernikahan ulang! Peduli amat Gereja Katolik, menurut Yohanes Paulus II. Menurut si murtad ini, semua hal ini tidak berarti apa-apa dan bahkan tidak boleh dipercayai karena ‘Gereja’ hanya ingin agar orang-orang ini tetap berada di dalam skisma dan di luar ajaran-ajarannya.
Di sini kita melihat Yohanes Paulus II dan Patriark skismatis Teoctist duduk di kursi yang sama tingginya
Ini merupakan sebuah tindakan lain yang Yohanes Paulus II tunjukkan bahwa ia menerima bidah ‘Ortodoks’ bahwa semua uskup adalah sama derajatnya. Yohanes Paulus II berpegang bahwa tidak masalah jika seseorang menolak Keutamaan Uskup Roma.
Di musim panas 2003, Yohanes II sekali lagi menolak proselitisme para Skismatis Timur.
Definisi infalibel Vatikan I mendeklarasikan bahwa setiap orang yang menyimpang dari dogma Kepausan (bahwa Paus Roma memegang kekuasaan di dalam Gereja Kristus); sehingga para skismatis ’Ortodoks’ dan para Protestan tidak dapat menjaga iman dan keselamatan mereka. Tetapi, Yohanes Paulus II mengatakan kepada kita bahwa para skismatis Ortodoks dan Protestan tidak hanya dapat menjaga iman dan keselamatan mereka sambil menolak Kepausan, tetapi tidak boleh percaya akan Kepausan. Ia benar-benar adalah seorang bidah yang menolak dogma Vatikan I ini.
Yohanes Paulus II mengumumkan sebuah Persatuan dan Kesatuan Iman dengan Sekte-sekte Non-Katolik
Di dalam ensikliknya Ut Unum Sint, Yohanes Paulus II mengumumkan bahwa ‘Gereja’-nya terdapat di dalam persatuan dengan sekte-sekte non-Katolik 16 kali, dan ia mengumumkan bahwa ia memiliki iman yang sama dengan sekte-sekte non-Katolik 8 kali.
Sewaktu Yohanes Paulus II berkata bahwa ia memiliki iman dan kesatuan yang sama dengan sekte-sekte non-Katolik, ia menyatakan bahwa ia bukan seorang Katolik.
Yohanes Paulus II memberikan sebuah relikui kepada skismatis Karekin II, dan ia menyatakan bahwa sekte sang skismatis tersebut adalah ‘Mempelai Kristus’
Yohanes Paulus II juga memberikan Karekin II, kepala dari Gereja skismatis di Armenia, sebuah relikui St. Gregorius Illuminator.
Yohanes Paulus II memberikan sebuah relikui St. Gregorius Illuminator kepada kepala ‘Gereja’ skismatis di Armenia
St. Gregorius Illuminator (sekitar 257-332 Masehi) adalah ‘rasul Armenia’, yang menyebarkan Iman Kristiani sejati (Iman Katolik) di Armenia:
Dengan memberikan relikui seorang rasul Kristiani dari Armenia kepada para skismatis, Yohanes Paulus II jelas-jelas menunjukkan bahwa ia menganggap bahwa para skismatis tersebut adalah pemiliki Iman Kristiani yang sejati – Iman sejati yang dipegang oleh St. Gregorius Illuminator. Terlebih lagi, di dalam homili di atas, kita dapat melihat bahwa Yohanes Paulus II menyebut Gereja Ortodoks skismatis ‘Mempelai Kristus’, sebuah gelar yang khusus dimiliki oleh Gereja Katolik!
Bidah Yohanes Paulus II dengan Sekte Anglikan
Karena Margareta Clitherow menolak untuk menerima sekte Anglikan dan “Misa”-nya – dan sebaliknya, karena ia melawan hukum pidana dengan mengundang para imam Katolik masuk rumahnya – ia dimartirkan dengan ditindih sampai mati di bawah sebuah pintu besar yang dibebani beban berat. Hukuman mati semacam itu begitu menyakitkannya sehingga disebut sebagai “hukuman yang berat dan keras”. Margareta Clitherow menderita semuanya itu karena ia tidak mau menerima Anglikanisme. Namun sekte Vatikan II mengajarkan bahwa orang-orang Anglikan adalah sesama “orang Kristen” yang tidak perlu berkonversi, dan yang para “uskup”-nya yang tidak valid sebenarnya adalah uskup sejati dari Gereja Kristus. Sekte Vatikan II mengajarkan bahwa kemartiran Margareta Clitherow sama sekali sia-sia belaka.
Yohanes Paulus II mengunjungi Katedral Anglikan dan mengambil bagian di dalam ibadat sekte Anglikan – sebuah bidah lewat kelakuannya
Yohanes Paulus II berbicara di Katedral Anglikan di Canterbury pada tahun 1982[101]
Yohanes Paulus II mengolok-olok para Martir Inggris lewat doanya bersama ‘Uskup Agung’ Anglikan dari Canterbury, 1982
Yohanes Paulus II berdoa bersama ‘Uskup Agung’ skismatis dan bidah dari Canterbury (seorang Anglikan) yang hanyalah seorang awam yang mengaku diri uskup
Pada tanggal 29 Mei 1982, di dalam Katheral Anglikan, Yohanes Paulus II berlutut di dalam ‘doa antaragama’ dengan ‘Uskup Agung’ Canterbury, Robert Runcie, dan oleh sebab itu mengolok-olok kemartiran banyak sekali santo-santa Katolik, yang dengan berani mencucurkan darah daripada menerima sekte sesat Anglikan atau mengambil bagian di dalam ibadat sesat mereka.
Yohanes Paulus II menganugerahkan Salib Pektoral kepada seorang kepala Sekte Anglikan, seorang awam
Pada tahun 2003, Yohanes Paulus II menganugerahkan salib pektoral kepada Rowan Williams, ‘Uskup Agung’ Anglikan dari Canterbury.
Yohanes Paulus II mencium cincin Rowan Williams, kepala dari sekte Anglikan, yang ia juga anugerahi sebuah salib pektoral, walaupun Williams hanyalah seorang awam
Untuk mereka yang tidak mengetahui hal ini, sekte non-Katolik Anglikan bahkan tidak memiliki imam yang valid ataupun uskup yang valid. Paus Leo XIII secara infalibel mendeklarasikan bahwa penahbisan Anglikan tidaklah valid.
‘Imam-imam’ dan ‘uskup-uskup’ Anglikan oleh karena itu adalah orang-orang awam, bukan hanya bidah-bidah dan skismatis non-Katolik. Tetapi, setelah pemilihan ‘Uskup Agung’ Anglikan dari Canterbury yang baru (Rowan Williams), Yohanes Paulus II mengutus Walter Kasper yang murtad untuk memberikan orang awam ini sebuah salib pektoral dan telegram yang menyetujuinya! Ini sangatlah sesat sampai hampir tidak ada kata yang dapat menggambarkannya.
Salib pektoral adalah lambang Katolik tradisional akan otoritas keuskupan. Dengan menganugerahkan salib pektoral kepada Rowan Williams yang murtad – yang juga mendukung imam-imam perempuan dan homoseksual untuk ditahbiskan – Yohanes Paulus II bukan hanya menolak mentah-mentah lewat perbuatannya definisi infalibel Paus Leo XIII bahwa tahbisan Anglikan tidak valid, tetapi ia juga mengejek dogma-dogma Katolik tentang Kepausan dan Gereja Kristus.
Dan apa yang membuat tindakan Yohanes Paulus II ini sangat mencengangkan adalah fakta bahwa Williams sendiri telah dilarang untuk melakukan ibadat ‘Komuni’ di dalam 350 paroki Anglikan akibat pandangannya akan imam perempuan![105] Tetapi hal tersebut tidak menghentikan Yohanes Paulus II; ia tetap melaju dengan kemurtadannya.
Yohanes Paulus II bahkan menunjukkan bahwa sang awam Williams adalah seorang uskup yang sah dari ‘Takhta Canterbury’.
Seperti yang ditunjukkan di atas, di dalam sebuah pertemuan dengan Rowan Williams, Yohanes Paulus II juga mencium cincinnya, yang menunjukkan sekali lagi bahwa Yohanes Paulus II mengakui orang awam yang non-Katolik ini sebagai uskup yang sah di dalam Gereja Kristus. Yohanes Paulus II mengejek Yesus Kristus, Gereja Katolik dan semua martir Inggris yang menderita siksaan yang mengerikan karena mereka menolak ajaran Gereja Katolik akan Keuskupan, Penahbisan, Suksesi Apostolik dan Kesatuan Gereja.
Bidah Yohanes Paulus II dengan para Lutheran
Yohanes Paulus II di dalam sebuah bait Lutheran di tahun 1983
Pada tahun 1983, Yohanes Paulus II mengunjungi sebuah bait Lutheran untuk ulang tahun ke-500 kelahiran Martin Luther. Ini adalah sebuah tindakan yang sesat – mengambil bagian di dalam perayaan-perayaan ibadat sebuah agama non-Katolik dan menghormati seorang bidah – yang membuktikan jelas-jelas bahwa Yohanes Paulus II bukanlah seorang Katolik.
Yohanes Paulus II memuji Luther, Calvin, Zwingli dan Hus
Yohanes Paulus II juga memuji musuh-musuh terbesar Gereja Katolik, termasuk para revolusioner Luther dan Calvin. Pada bulan Oktober 1983, Yohanes Paulus II berbicara tentang Martin Luther, menyatakan: “Dunia kita bahkan pada hari ini mengalami dampaknya yang besar di dalam sejarah.”[107] Dan pada tanggal 17 Juni 1984 Yohanes Paulus II memuji Calvin sebagai seseorang yang mencoba ‘membuat Gereja lebih beriman kepada kehendak Tuhan’.[108] Untuk menyokong, mendukung dan melindungi para bidah adalah untuk menjadi bidah. Untuk memuji para bidah terburuk di dalam sejarah Gereja, seperti Luther dan Calvin, adalah lebih dari bidah.
Yohanes Paulus II juga memuji bidah yang terkenal Zwingli dan Hus. Ia bahkan juga berkata bahwa John Hus, yang dikecam sebagai bidah oleh Konsili Konstanz, adalah seseorang yang memiliki ‘integritas pribadi yang infalibel’![110]
Yohanes Paulus II menyetujui Persetujuan Vatikan-Lutheran tentang Pembenaran
Pada tanggal 31 Oktober 1999, ‘Kardinal’ Edward Cassidy dan ‘Uskup’ Lutheran Christian Krause berjabatan tangan pada saat menandatangani “Deklarasi Gabungan tentang Doktrin Pembenaran” di Augsburg, Jerman. Persetujuan ini, yang disetujui oleh Yohanes Paulus II, mengajarkan: bahwa Pembenaran datang ‘hanya lewat iman’ (Annex,2, C); bahwa Kanon Konsili Trente tidak lagi diterapkan kepada para Lutheran (#13); bahwa tidak satu pun ajaran Lutheran di dalam Deklarasi Gabungan tersebut, termasuk bidah tentang Pembenaran hanya lewat iman dan berbagai ajaran-ajaran sesat Lutheran, dikutuk oleh Trente (#41). Pendek cerita, persetujuan antara ‘Gereja’ Yohanes Paulus dan sekte Lutheran menolak mentah-mentah ajaran dogmatis Konsili Trente. Hal ini adalah sebuah deklarasi yang sungguh bahwa sekte Yohanes Paulus II adalah sebuah sekte Protestan. (Di dalam buku ini kemudian terdapat sebuah bagian yang membahas persetujuan yang sangat sesat ini.)
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa para non-Katolik dapat menerima Komuni
Yohanes Paulus II juga mengajarkan bahwa para non-Katolik dapat secara sah menerima Komuni Kudus. Kanon 844.3 dari Kitab Hukum Kanonik tahun 1983-nya menyatakan bahwa :
Ide bahwa orang-orang non-Katolik dapat secara sah menerima Komuni Kudus ataupun sakramen-sakramen lain bertentangan dengan ajaran 2000 tahun Gereja Katolik.
Hal yang sangat signifikan tentang bidah Yohanes Paulus II ini (bahwa pemberian Komuni Kudus kepada orang-orang non-Katolik adalah hal yang sah) adalah fakta bahwa hal tersebut juga terdapat di dalam katekismusnya yang baru, paragraf #1401. Dokumen ini dipermaklumkan oleh ‘otoritas apostolik tertinggi’ Yohanes Paulus II. Di dalam konstitusinya Fidei Depositum, Yohanes Paulus II mempermaklumkan katekismusnya yang baru menggunakan ‘otoritas apostolik’-nya untuk mengumumkan bahwa hal tersebut adalah sebuah ‘norma yang pasti untuk mengajarkan iman’.
Katekismus Yohanes Paulus II bukanlah sebuah norma yang pasti untuk mengajarkan iman. Hal itu adalah sebuah norma yang pasti untuk mengajarkan bidah. Oleh karena itu, karena Yohanes Paulus II telah mengakui bahwa ia menyatakan dari Takhta Petrus bahwa katekismusnya adalah sebuah norma yang pasti untuk mengajarkan iman, walaupun tidak sama sekali, kita tahu bahwa ia tidak duduk di Takhta Petrus. Seorang Paus tidak dapat salah sewaktu berbicara dari Takhta Apostolik, yaitu, dengan otoritas apostoliknya dari Takhta Petrus.
Ajaran sesat tentang bahwa para non-Katolik diperbolehkan menerima Komuni Kudus juga diajarkan di Vatikan II, seperti yang kita telah bahas. Yohanes Paulus II juga berkomentar tentang ajaran ini dengan persetujuannya di dalam Ut Unum Sint:
Ia menyatakan ‘dampak gerejawi’ pembagian sakramen dengan para ‘Ortodoks’. Dampaknya adalah mereka adalah bagian dari Gereja yang sama.
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa sekte-sekte non-Katolik merupakan jalan keselamatan
Yohanes Paulus II mengikuti Vatikan II dan mengajarkan pula bahwa sekte-sekte non-Katolik adalah jalan keselamatan, yang merupakan ajaran sesat.
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa sekte-sekte non-Katolik memiliki Santo-santa dan Martir-martir
Yohanes Paulus II mengajarkan secara berulang-ulang bahwa sekte-sekte non-Katolik memiliki santo-santa dan martir-martir.
Ini adalah bidah yang tidak terpungkiri yang sangat jelas. Adalah sebuah dogma Iman Katolik bahwa mereka yang tidak berada di dalam Gereja Katolik, walaupun mereka mencucurkan darah dalam nama Kristus, tidak dapat diselamatkan.
Ini adalah dogma yang telah didefinisikan secara khidmat oleh Konsili Florence yang diulangi oleh Paus Pius XI.
Sulit untuk membayangkan penolakan dogma yang lebih jelas dan terang-terangan daripada Ut Unum Sint #84 dari Yohanes Paulus II (dikutip di atas).
Mohon perhatikan pula bahwa bukan hanya sang bidah terang-terangan Yohanes Paulus II ini menyatakan di Ut Unum Sint #84 bahwa para ‘santo-santa’ datang dari Gereja-gereja non-Katolik (sebuah bidah yang jelas), tetapi ia berkata lebih jauh dengan menyatakan bahwa sekte-sekte non-Katolik tersebut ‘memberikan mereka’ keselamatan: “Gereja dan Komunitas Gerejawi yang memberikan mereka pintu gerbang menuju kesatuan keselamatan.”
Semua ini adalah bidah yang berulang-ulang, publik, dan formal. Bisa-bisanya beberapa ‘tradisionalis’ berkata dengan lancang bahwa Yohanes Paulus II tidak pernah menolak satu dogma pun! Benar-benar memalukan, dan sebuah kebohongan! Bidah ini sendiri, tanpa mempertimbangkan yang lainnya, membuktikan bahwa ia bukanlah seorang Katolik. Hal ini membuktikan bahwa Yohanes Paulus II secara langsung menolak dogma yang didefinisikan secara khidmat (dari Konsili Florence di atas) bahwa para non-Katolik tidak dapat diselamatkan walaupun mereka mencucurkan darah mereka untuk Kristus.
Yohanes Paulus II menyetujui praktik putri-putri altar
Yohanes Paulus II bersama Putri-Putri Altar
Yohanes Paulus II juga menyetujui praktik putri-putri altar, sebuah praktik yang sering didapati di gereja-gereja Vatikan II. Praktik putri-putri altar dikecam sebagai suatu hal yang jahat oleh Paus Benediktus XIV, Paus St. Gelasius dan Paus Inosensius IV.
Yohanes Paulus II juga ‘menganonisasikan’ orang-orang yang memeluk secara penuh bidah-bidah Vatikan II, Misa Baru, dan indiferentisme keagamaan. Hal ini tidak mungkin dilakukan seorang Paus sejati, karena kanonisasi oleh Paus-Paus sejati adalah infalibel. Ini merupakan sebuah bukti lain bahwa Yohanes Paulus II bukanlah seorang Paus sejati.
Yohanes Paulus II juga mengecam Perang Salib. Perang Salib disetujui secara khidmat oleh empat konsili dan oleh lebih dari 10 Paus, termasuk Paus Urbanus II, Paus Kalikstus II, Paus Aleksander III, Paus Kalikstus III, Paus Klemens V dan lain-lain.
Yohanes Paulus II diberikan penghargaan oleh para Freemason
Yohanes Paulus II menyambut B’nai B’rith (Loji Freemason dari New York) pada tanggal 22 Maret 1982
Pada bulan Desember 1996, Loji Timur Agung dari Freemason Italia memberikan Yohanes Paulus II penghargaannya yang terbesar, Ordo Galilea, sebagai ungkapan terima kasih atas upaya-upaya yang ia kerahkan untuk mendukung ide-ide Freemason. Perwakilah Freemason Italia menyatakan bahwa Yohanes Paulus II pantas mendapatkan penghargaan tersebut karena ia mengedepankan ‘nilai-nilai universal Freemason: persaudaraan, rasa hormat atas martabat manusia, dan semangat toleransi, poin-poin sentral untuk kehidupan para mason sejati’. [136]
Yohanes Paulus II meminta maaf kepada Cina Merah {Komunis}
Pada tanggal 24 Oktober 2001, Yohanes Paulus II meminta maaf kepada Cina Merah. Ya, benar: Yohanes Paulus II meminta maaf kepada rezim Komunis satanik di Cina untuk ‘kesalahan-kesalahan’ para Katolik! Ia bahkan memuji keadilan sosial Cina Merah.
Keadilan sosial di Cina termasuk kebijakan satu-anak-per-keluarga, yang ditekankan oleh pemaksaan aborsi dan kontrasepsi. Pemerintahan Cina membunuh jutaan anak setiap tahun di samping memenjarakan, menyiksa dan membunuh orang-orang Katolik.
Yohanes Paulus II menyatakan bahwa Gereja Katolik dan Cina adalah dua institusi kuno ‘yang tidak berlawanan satu sama lain.’[138] Memuji keadilan sosial dari Cina yang Komunis adalah lebih dari sebuah bidah; hal tersebut adalah satanik.
Yohanes Paulus II mempromosikan teori evolusi
Pada tanggal 22 Oktober 1996, Yohanes Paulus II menyatakan bahwa evolusi adalah ‘lebih dari sekadar hipotesis.’[139] Hal ini menunjukkan bahwa ia menganggap bahwa evolusi adalah suatu kebenaran.
Yohanes Paulus II berkata bahwa Surga, Neraka, dan Api Penyucian bukanlah tempat-tempat yang nyata
Di dalam rentetan pidato pada musim panas tahun 1999, yang diterbitkan di dalam surat kabar resmi Vatikan, Yohanes Paulus II berkata bahwa Surga, Neraka, dan Api Penyucian bukanlah tempat-tempat yang nyata.
Di dalam audiens umum-nya pada tanggal 21 Juli 1999, Yohanes Paulus II berkata bahwa Surga bukanlah sebuah tempat yang nyata.[140]
Pada tanggal 28 Juli 1999, Yohanes Paulus II berkata:
Pidato Yohanes Paulus II ini sendirinya adalah sebuah bidah formal. Ia berkata kita tidak tahu apakah manusia terkutuk. Adalah sebuah kenyataan yang diwahyukan dari Injil bahwa manusia terlibat di dalam kutukan kekal, seperti yang diulangi Yesus. Misalnya:
Di dalam audiens singkat dalam bahasa Polandia kepada saudara setanah airnya, Yohanes Paulus II mengenang ajaran bidah Hans Urs von Balthasar yaitu, “Terdapat Neraka, tetapi mungkin kosong.”[144]
Pada tanggal 4 Agustus 1999, Yohanes Paulus II berkata bahwa Api Penyucian bukanlah sebuah tempat yang nyata.[145]
Pada pertemuan Assisi di tanggal 24 Januari 2002, Yohanes Paulus II mengeluarkan “Dekalog Assisi”. Kata Dekalog berarti ‘sepuluh perintah’.
Maka Yohanes Paulus II berkata bahwa orang-orang perlu mengumumkan sepuluh perintah yang baru yang ia keluarkan di Assisi.
Yohanes Paulus II mengubah Rosario
Yohanes Paulus II menghormati sebuah roti?!
Yohanes Paulus II juga mengubah Rosario. Pada bulan Oktober 2002, Yohanes Paulus II menambahkan lima misteri baru kepada Rosario, yang disebut ‘Misteri Terang’. Di dalam dokumen yang mempermaklumkan misteri terang, Yohanes Paulus II berkata:
Sewaktu kita mengontemplasikan misteri-misteri Kristus, kita tidak melihat dalam diri-Nya kebenaran akan manusia. Yohanes Paulus II berkata hal tersebut karena ia mengajarkan bahwa manusia adalah Allah; dan secara spesifik, kebenaran akan manusia bahwa ia adalah Yesus Kristus.
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa manusia adalah Kristus
Di dalam homilinya yang pertama sebagai ‘Paus’ pada tahun 1978, di dalam pidato yang sama ini yang akan selamanya menandai permulaan pelayanan penggembalaannya, Minggu 22 Oktober 1978, Yohanes Paulus II mengumumkan kepada dunia bahwa MANUSIA adalah Kristus, Putra Allah yang hidup dari Matius 16:16! Ia bahkan berkata bahwa hal ini adalah ‘kebenaran yang baru’ – sebuah kebenaran baru yang ia akan tunjukkan di sini. “Engkau adalah Kristus, Putra Allah yang hidup”, diucapkan oleh St. Petrus tentang Tuhan kita Yesus Kristus, yang merupakan kata-kata yang mengungkapkan kebenaran tentang manusia, menurut Yohanes Paulus II. Hal ini sangatlah signifikan, karena hal tersebut membuktikan bahwa kata-kata Bunda Maria di La Salette telah menjadi kenyataan
Faktanya adalah bahwa Yohanes Paulus II mengumumkan bahwa manusia adalah Kristus di dalam berbagai cara. Kadangkala dengan sangat halus dan pintar, tetapi di waktu yang lain, dengan sangat jelas dan berani. Hal ini dibahas dengan rinci pada akhir buku ini, tetapi berikut adalah beberapa kutipannya:
‘Komunitas Katolik’ di Tunisia tidak memiliki ambisi lain selain menyaksikan martabat manusia? Lewat pernyataan semacam itu, Yohanes Paulus II sekali lagi menunjukkan bahwa komunitas ‘Katolik’ di Tunisia tidak memiliki keinginan untuk mengonversikan orang-orang non-Katolik lain, tetapi hanya untuk menyaksikan martabat manusia.
Hal ini berarti di dalam manusia, seseorang dapat menemukan seluruh ciptaan.
Injil adalah Yesus Kristus (Hidup dan Ajaran-Nya); itu adalah agama dari iman dan moral yang Ia wahyukan kepada dunia. Dengan berkata bahwa Injil Kabar Baik dan Kekristenan adalah ‘kekaguman akan manusia’, seseorang menyamakan manusia dengan Yesus Kristus; tetapi ini adalah alasan yang persis mengapa Yohanes Paulus II mengatakannya dan itulah yang dilakukannya.
Yohanes Paulus II terkutuk. Ia mewartakan sebuah Injil baru, bukan tentang Yesus Kristus, tetapi tentang manusia di tempat Kristus – Injil Antikristus.
Yohanes Paulus II membawa ‘Salib Patah’
Paulus VI, Yohanes Paulus I, Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI membawa salib yang hanya dimengerti beberapa orang– salib yang patah atau yang melengkung di mana Tubuh Kristus dipampangkan dengan bentuk yang mengerikan. Salib yang melengkung atau patah ini digunakan oleh para penyihir hitam atau para ahli ilmu gaib di abad keenam untuk melambangkan istilah Kitab Suci ‘tanda binatang’. Para Satanis di abad kelima dan keenam, serta para penyihir hitam dan ahli ilmu gaib di Abad Pertengahan (476-1453), menggunakan bentuk-bentuk tersebut untuk melambangkan kebencian mereka untuk Kekristenan. Fakta bahwa salib yang patah digunakan untuk tujuan-tujuan gaib dapat dilihat di dalam Museum Ilmu Sihir di Bayonne, Prancis.[164]
Kesimpulan-kesimpulan tentang Yohanes Paulus II
Lalu pertanyaan yang harus ditanyakan semua orang yang mengaku diri Katolik kepada diri mereka sendiri adalah sebagai berikut: apakah Yohanes Paulus II kepala Gereja Katolik? Atau apakah Yohanes Paulus II bagian dari sebuah agama yang berbeda? Jika Yohanes Paulus II bagian dari agama yang berbeda – dan siapakah yang berani menentang hal ini setelah melihat bukti yang tidak terpungkiri dan sangat banyak yang kami sudah sajikan? – maka ia tidak dapat menjadi kepala dari Gereja Katolik.
Kami telah membuktikan bahwa Yohanes Paulus II adalah bidah terang-terangan. Karena ia adalah seorang bidah, ia tidak dapat menjadi seorang Paus yang terpilih secara sah. Ia adalah seorang Anti-Paus non-Katolik. Seperti yang telah dikutip sebelumnya, Paus Paulus IV mengajarkan dengan khidmat hal ini di dalam Bullanya di tanggal 15 Februari 1559, Cum ex Apostolatus officio, yaitu tidaklah mungkin bagi seorang bidah untuk menjadi Paus yang terpilih secara sah.
Catatan kaki untuk Bagian 16:
[1] www.cnn.com, arsip dari acara Larry King Live, 4 April 2005.
[2] Denzinger, The Sources of Catholic Dogma {Sumber-Sumber Dogma Katolik}, B. Herder Book. Co., Edisi Ketiga puluh, 1957, no. 464.
[3] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, oleh Claudia Carlen, Raleigh: The Pierian Press, 1990, Vol. 5 (1958-1981), hal. 255.
[4] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, Huntington, IN: Our Sunday Visitor Publishing Division, 1996, hal. 497.
[5] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 643.
[6] L’Osservatore Romano (Surat kabar Vatikan), 1 Juli 1985, hal. 3.
[7] Denzinger 795.
[8] L’Osservatore Romano, 23 Juni 1980, hal. 3.
[9] L’Osservatore Romano, 1 Januari 1979, hal. 8.
[10] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 5 (1958-1981), hal. 249.
[11] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 517.
[12] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 542.
[13] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 280.
[14] L’Osservatore Romano, 7 Mei 1984, hal. 3.
[15] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 260.
[16] L’Osservatore Romano, 14 Mei 1984, hal. 7.
[17] L’Osservatore Romano, 18 Januari 1995, hal. 11.
[18] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 304.
[19] L’Osservatore Romano, 16 April 1997, hal. 3.
[20] Dikutip di dalam Abbe Daniel Le Roux, Peter, Lovest Thou Me? {Petrus, Apakah Engkau Mengasihi-Ku?}, Angelus Press, 1988, hal. 147.
[21] St. Thomas Aquinas, Summa Theologica, Bag. I-II, Pertanyaan 103., Artikel 4.
[22] St. Thomas Aquinas, Summa Theologica, Bag. II-II, Pertanyaan 12, Artikel 1, Penolakan 2.
[23] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 317.
[24] CD-Rom L’Osservatore Romano, Tahun 1986, Vatican City, Angelus Address of John Paul II, Oct. 12, 1986.
[25] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 540.
[26] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 222.
[27] L’Osservatore Romano, 29 Mei 2002, hal. 4.
[28] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 237-238.
[29] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 502.
[30] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Sheed & Ward and Georgetown University Press, 1990, Vol. 1, hal. 550-553; Denzinger 39-40.
[31] Our Sunday Visitor {Pengunjung Minggu Kami}, 17 April 2005.
[32] L’Osservatore Romano, 26 Agustus 1985, hal. 9.
[33] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 316.
[34] Associated Press, "Religious Leaders denounce Extremism {Pemimpin-Pemimpin Agama Mengecam Ekstremisme}," 29 Oktober 1999.
[35] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 625.
[36] Dikutip oleh Amleto Giovanni Cicognani, Canon Law {Hukum Kanon}, Philadelphia, PA: The Dolphin Press, 1935, hal. 177.
[37] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 381.
[38] L’Osservatore Romano, 9 Desember 1980, hal. 5.
[39] L’Osservatore Romano, 1 Maret 2000, hal. 5.
[40] Von Pastor, History of the Popes {Sejarah Para Paus}, II, 346; Dikutip oleh Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), Front Royal, VA: Christendom Press, 1993, hal. 571.
[41] L’Osservatore Romano, 29 Maret 2000, hal. 2.
[42] The Catholic World Report {Laporan Dunia Katolik}, “World Watch {Pengamatan Dunia},” Juni 2000, hal. 16.
[43] L’Osservatore Romano CD-Rom, Tahun 2001, Pidato Yohanes Paulus II dari Mesjid, 6 Mei 2001.
[44] Warren H. Carroll, A History of Christendom (The Building of Christendom) {Sejarah Kekristenan (Pembangunan Kekristenan)}, Vol. 2, hal. 298.
[45] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 474.
[46] L’Osservatore Romano, 23 Oktober 1989, hal. 12.
[47] L’Osservatore Romano, 19 Februari 1990, hal. 12.
[48] L’Osservatore Romano, 23 Mei 2001, hal. 11.
[49] L’Osservatore Romano, 12 Mei 1999, hal. 11.
[50] The Catechism of the Catholic Church {Katekismus Gereja Katolik}, oleh Yohanes Paulus II, St. Paul Books & Media, 1994, hal. 223.
[51] Denzinger 73.
[52] Denzinger 712.
[53] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 98.
[54] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 4 (1939-1958), hal. 42.
[55] L’Osservatore Romano, 9 Desember 1980, hal. 6.
[56] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 98.
[57] Documentation Catholique {Dokumentasi Katolik} 94 (1997), 1003; Dikutip di dalam The Bible, The Jews and the Death of Jesus {Kitab Suci, Para Yahudi dan Kematian Yesus}, Komite Para Uskup untuk Urusan Ekumenis dan Antaragama, United States Conference of Catholic Bishops, 2004, hal. 31.
[58] Bulletin du prieure Marie-Reine {Buletin Kepala Biara Marie-Reine} [195 rue de Bale, 68100 Mulhouse]; juga The Angelus, Februari-Maret 2004, hal. 70.
[59] The Catechism of the Catholic Church {Katekismus Gereja Katolik}, #121.
[60] The Sunday Sermons of the Great Fathers {Khotbah-Khotbah Hari Minggu Para Bapa Agung}, Chicago: Regnery Press, 1959, Vol. 1, hal. 92.
[61] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 78.
[62] Darcy O' Brien, The Hidden Pope {Paus Tersembunyi}, New York, NY: Daybreak Books, 1998, hal. 368-369.
[63] http://www.lehman.cuny.edu/lehman/enews/2005_09_26/feat_pac.html
[64] Gilbert Levine, Wawancara dengan CBS’s 60 Minutes.
[65] Romano Amerio, Iota Unum, Kansas City, MO: Angelus Press, 1998, hal. 578.
[66] www.cnn.com, arsip dari acara Larry King Live, 4 April 2005.
[67] Catholic Family News, Niagra Falls, NY, September, 2002, hal. 3.
[68] L’Osservatore Romano, 2001.
[69] L’Osservatore Romano, 29 Mei 2002, hal. 5.
[70] Directory for the Application of the Principles and Norms of Ecumenism {Petunjuk Penerapan Prinsip-Prinsip dan Norma-Norma Ekumenisme}, oleh Dewan Kepausan untuk Memajukan Persatuan Kristiani, Boston, MA: St. Paul Books & Media, hal. 78-79.
[71] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 57.
[72] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 58.
[73] Adista, 26 Februari 2001.
[74] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 4 (1939-1958), hal. 93.
[75] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 4 (1939-1958), hal. 95.
[76] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 4 (1939-1958), hal. 99.
[77] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 4 (1939-1958), hal. 100.
[78] Information Service 84 (1993/III-IV) 145; http://www.cnewa.org/ecc-bodypgus.aspx?eccpageID=82&IndexView=alpha#footnote45
[79] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 317.
[80] L’Osservatore Romano, 27 Januari 1993, hal. 2.
[81] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 399.
[82] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 248.
[83] L’Osservatore Romano, 1 Maret 2000, hal. 5.
[84] L’Osservatore Romano, 16 Oktober 2002, hal. 5.
[85] America Magazine, “A New Chapter in Catholic-Orthodox Relations {Sebuah Bab Baru di dalam Hubungan Katolik-Ortodoks},” 3-10 Juli 1999, Vol. 181, No. 1
[86] Zenit.org, 2 November 2000.
[87] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 234.
[88] L’Osservatore Romano, 16 Oktober 2002, hal. 4.
[89] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 297 dan catatan kaki 4.
[90] L’Osservatore Romano, 16 Oktober 2002, hal. 4.
[91] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 230.
[92] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 207.
[93] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 201.
[94] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 318.
[95] L’Osservatore Romano, 2 Juli 2003, hal. V.
[96] Denzinger 1827.
[97] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 953.
[98] Dikutip di dalam Sacerdotium, # 2, Instauratio Catholica, Madison Heights, WI, hal. 64.
[99] L’Osservatore Romano, 15 November 2000, hal. 6/7 – Laporan Bersama dari Yohanes Paulus II dan Katolikos Karekin II.
[100] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Christendom Press, 1985, Vol. 1, hal. 539.
[101] 30 Days Magazine, November 1996.
[102] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 321.
[103] Denzinger 1966.
[104] L’Osservatore Romano, 8 Oktober 2003, hal. 9.
[105] CWNews, 8 September 2003.
[106] L’Osservatore Romano, 8 Oktober 2003, hal. 9.
[107] L’Osservatore Romano, 14 November 1983, hal. 9.
[108] L’Osservatore Romano, 9 Juli 1985, hal. 5.
[109] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 268.
[110] 30 Days Magazine, Isu No. 7-8, 1995, hal. 19.
[111] L’Osservatore Romano, 28 Januari 2004, hal. 4.
[112] The Code of Canon Law (1983), A Text and Commentary {Kitab Hukum Kanonik (1983), Naskah dan Komentar}, Dikomisikan oleh Canon Law Society of America, Disunting oleh James A. Coriden, Thomas J. Green, Donald E. Heintschel, Mahwah, NJ: Paulist Press, 1985, hal. 609.
[113] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 364.
[114] The Catechism of the Catholic Church {Katekismus Gereja Katolik}, hal. 5.
[115] Denzinger 1833.
[116] Denzinger 1837.
[117] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 950.
[118] The Catechism of the Catholic Church {Katekismus Gereja Katolik}, hal. 216.
[119] Denzinger 1000.
[120] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 965.
[121] Denzinger 714.
[122] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 368.
[123] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 229.
[124] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 965.
[125] L’Osservatore Romano, 15 November 2000, hal. 5.
[126] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 914.
[127] Salvifici Doloris, Surat Apostolik Yohanes Paulus I, 11 Februari 1984, Pauline Books, hal. 35.
[128] L’Osservatore Romano CD-Rom, Tahun 1993, Sambutan Angelus dari Yohanes Paulus II, 9 September 1993.
[129] L’Osservatore Romano CD-Rom, Tahun 1994, Tertio Millennio Adveniente dari Yohanes Paulus II, 10 November 1994.
[130] L’Osservatore Romano CD-Rom, Tahun 1994, Tertio Millennio Adveniente dari Yohanes Paulus II, 10 November 1994.
[131] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 965.
[132] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 965.
[133] L’Osservatore Romano, 19 Mei 1999, hal. 11.
[134] Denzinger 247.
[135] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 64.
[136] The Remnant, St. Paul, MN, 30 April 2000, hal. 6.
[137] L’Osservatore Romano, 31 Oktober 2001, hal. 3.
[138] L’Osservatore Romano, 31 Oktober 2001, hal. 4.
[139] Pernyataan kepada Akademi Kepausan untuk Ilmu Pengetahuan, 22 Oktober 1996, Versi Prancis Orisinal.
[140] National Catholic Register, Mt. Morris, IL, 1-7 Agustus 1999, hal. 4.
[141] L’Osservatore Romano, 4 Agustus 1999, hal. 7.
[142] L’Osservatore Romano, 4 Agustus 1999, hal. 7.
[143] L’Osservatore Romano, 4 Agustus 1999, hal. 7.
[144] National Catholic Register, 8-14 Agustus 1999.
[145] National Catholic Register, 15-21 Agustus 1999, hal. 5.
[146] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal. 774.
[147] L’Osservatore Romano, 19 Juni 2002, hal. 9.
[148] L’Osservatore Romano, 23 Oktober 2002, hal. 5.
[149] L’Osservatore Romano, 2 November 1978, hal. 1.
[150] L’Osservatore Romano, 27 Februari 1984, hal. 1.
[151] L’Osservatore Romano, 8 Januari 1992, hal. 9.
[152] L’Osservatore Romano, 22 Januari 1990, hal. 6.
[153] L’Osservatore Romano, 2 September 1985, hal. 3.
[154] L’Osservatore Romano, 1 Januari 1979, hal. 1.
[155] L’Osservatore Romano, 2 Januari 2002, hal. 1.
[156] L’Osservatore Romano, 6 Januari 1986, hal. 1.
[157] L’Osservatore Romano, 2 April 1991, hal. 1.
[158] L’Osservatore Romano, 30 Januari 2002, hal. 6/7.
[159] L’Osservatore Romano, 16 Juni 2004, hal. 8.
[160] L’Osservatore Romano, 29 Agustus 1988, hal. 10.
[161] L’Osservatore Romano, 19 September 2001, hal. 10.
[162] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 5 (1958-1981), hal. 251-252.
[163] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 6.
[164] Piers Compton, The Broken Cross {Salib yang Patah}, hal. 72.
[165] St. Fransiskus de Sales, The Catholic Controversy {Kontroversi Katolik}, Rockford, IL: Tan Books, 1989, hal. 45.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...