Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | Bidah-Bidah di dalam Vatikan II |
Bidah-Bidah Yohanes Paulus II (1978-2005) – Pria yang Paling Sering Menjelajah Dunia dan Kemungkinan Bidah Terbesar di dalam Sejarah
Karol Wojtyla (Yohanes Paulus II) mengaku sebagai Paus dari tahun 1978-2005
Bidah-Bidah YOHANES PAULUS II
Yohanes Paulus II mengajarkan keselamatan universal, bahwa semua manusia akan diselamatkan
Yohanes Paulus II dikelilingi orang-orang muda
Satu-satunya hal yang sulit dalam mendiskusikan bidah-bidah Yohanes Paulus II adalah untuk memutuskan dari mana diskusi itu harus dimulai. Bidah-bidahnya sangatlah banyak sampai seseorang menjadi tertekan untuk memutuskan di mana ia harus memulainya. Sebuah tempat yang baik untuk memulainya adalah tentang ajarannya yang konsisten tentang keselamatan universal. Ide bahwa semua manusia diselamatkan bertentangan dengan kata-kata Injil yang jelas serta berbagai dogma Katolik, terutama dogma bahwa Di Luar Gereja Katolik tidak terdapat keselamatan dan bahwa orang-orang yang meninggal dalam dosa asal atau dosa berat tidak dapat diselamatkan.
Tetapi, Yohanes Paulus II menegaskan dan mengajarkan bahwa pada Penjelmaan, Putra Allah menyatukan diri-Nya sendiri dengan semua manusia di dalam sebuah persatuan yang tidak terpecahkan, yang membuatnya tidak mungkin, menurut Yohanes Paulus II, bahwa seseorang akan masuk Neraka. Yohanes Paulus II terang-terangan mengajarkan bahwa persatuan antara Kristus dan setiap manusia berlangsung selamanya.
Perhatikan kata ‘selamanya’ di dalam ketiga kutipan ini. Ya, di dalam tiga ensiklik yang berbeda, Yohanes Paulus II menyatakan terang-terangan bahwa setiap manusia bersatu dengan Kristus selamanya. Hal ini berarti bahwa semua manusia diselamatkan. Neraka adalah perpisahan kekal dari Allah, tetapi tidak seorang pun terpisah dari Allah menurut Yohanes Paulus II. Semua orang dipersatukan dengan Allah selamanya. Ini adalah keselamatan universal.
Terdapat banyak kutipan-kutipan lain yang kami dapat kedepankan untuk membuktikan bahwa Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa semua manusia diselamatkan. Contohnya, pada tahun 1985, Yohanes Paulus II mengajarkan bagaimana Darah Kristus yang menyelamatkan bukan hanya tersedia untuk semua orang (hal ini benar), tetapi bahwa Darah Kristus mencapai semua orang dan menyelamatkan semua orang.
Kontras dengan hal ini, ajaran dogmatis Gereja Katolik menegaskan bahwa Darah Kristus tidak mencapai semua orang atau menyelamatkan semua orang.
Hanya mereka yang dibebaskan dari dosa asal lewat Pembaptisan, dan bersatu dengan-Nya lewat sakramen-sakramen dan iman sejati, menerima jasa dari kematian Kristus
Di sini Yohanes Paulus II menjelaskan bahwa seluruh umat manusia telah diselamatkan dan mengambil bagian dalam kehidupan ilahi. Frase ‘mengambil bagian dalam kehidupan ilahi’ merujuk kepada keadaan pembenaran atau keadaan rahmat yang menyucikan. Dengan mengatakan bahwa semua umat manusia mengambil bagian di dalam kehidupan ilahi, Yohanes Paulus II berkata bahwa semua umat manusia berada di dalam keadaan rahmat! Hal tersebut berarti bahwa tidak seorang pun berada dalam dosa berat ataupun dosa asal.
Dengan doktrin semacam ini, bagaimana ia tidak dicintai dunia? Yohanes Paulus II dicintai dan disukai oleh banyak orang, karena ia menerima agama semua orang dan mengajarkan bahwa semua orang dipersatukan dengan Kristus tidak peduli apa yang mereka percayai atau lakukan. Indiferentisme keagamaan ini adalah ciri khas keanti-Pausannya.
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah sumber dari Agama-agama Non-Kristiani
Di samping doktrin keselamatan universalnya serta pembenaran universalnya yang mencengangkan, terdapat banyak bidah-bidah lain dari Yohanes Paulus II untuk kita telaah. Catatan khusus untuk ajarannya tentang Pribadi Ketiga dari Allah Tritunggal Mahakudus. Apa yang Yohanes Paulus II ajarkan tentang Roh Kudus sangatlah nista dan sesat sampai hal tersebut mungkin merupakan bidahnya yang terburuk.
Yohanes Paulus II berkata bahwa kepercayaan yang teguh dari pengikut-pengikut agama-agama non-Kristiani berasal dari Roh Kudus, Roh Kebenaran. Karena kita mengetahui dari Kitab Suci dan ajaran Katolik bahwa Setan adalah sumber dari semua agama-agama non-Kristiani, yang dikatakan oleh Yohanes Paulus II ini adalah bahwa Roh Kudus, Roh Kebenaran sesungguhnya adalah roh kebohongan: Setan. Ini adalah sebuah penistaan yang mencengangkan terhadap Allah.
Kitab Suci dan Tradisi mengajarkan kita bahwa semua agama-agama non-Kristiani adalah milik iblis, dan para ‘dewa-dewi’ yang mereka sembah sesungguhnya adalah setan.
Karena Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa kepercayaan di dalam agama-agama ini adalah hasil dari Roh Kebenaran, itulah mengapa ia dipuji berulang kali, dipromosikan dan bahkan didoakan bersama anggota-anggota dan para pemimipin agama-agama non-Kristiani.
Yohanes Paulus II dengan para Animis dari Afrika (dukun), lebih banyak tentang hal ini selanjutnya.
Di sini Yohanes Paulus II berkata bahwa rasa hormat kepada agama-agama non-Kristiani didiktekan oleh rasa hormat kepada tindakan Roh di dalam manusia. Hal ini jelas berarti bahwa Roh adalah sumber dari agama-agama non-Kristiani tersebut, yang sekali lagi berarti bahwa Roh Kudus harus dimengerti sebagai roh kebohongan: Setan.
Yohanes Paulus II berkata bahwa agama-agama lain mendorong kita untuk menemukan kehadiran dan karya Roh. Hal ini berarti bahwa agama-agama non-Kristiani adalah hasil karya dari Roh – Roh Kudus – yang sekali lagi menyamakan Roh Kebenaran dengan roh kebohongan: Setan.
Yohanes Paulus II mengajarkan dan mempraktikkan Indiferentisme Keagamaan secara total
Indiferentisme keagamaan Yohanes Paulus II mungkin merupakan ciri khas paling umum dari berbagai tulisan dan pidatonya. Ia selalu memuji dan menghormati agama-agama non-Kristiani, yang dengan itu menolak Allah Tritunggal Mahakudus dan perlunya untuk percaya di dalam satu agama Katolik yang sejati, sedangkan ia mengolok-olok kematian para martir.
Kata ‘prestasi’ berarti sebuah tindakan yang luar biasa. Maka Yohanes Paulus II berkata bahwa agama-agama sesat Buddhisme dan Konfusianisme ini merupakan buah-buah yang sangat baik di dalam agama dan bahwa adalah suatu hal yang luar biasa bahwa orang-orang Korea menyebarkan agama-agama Setan ini ke orang-orang lain!
Yohanes Paulus II di Kuil Buddhis
Di dalam kunjungan Asianya pada tahun 1984, Yohanes Paulus II mengunjungi Kuil Buddhis. Sebelum sampai ke Kuil tersebut, ia mengungkapkan bahwa ia tidak sabar bertemu ‘‘Yang Mulia’, Patriark Buddhis tertinggi di dalam Kuil tersebut’. Beberapa hari sebelum pergi ke Kuil Buddhis itu, Yohanes Paulus II berkata pula:
Yohanes Paulus II lalu masuk ke dalam kuil berhala tersebut dan menundukkan kepalanya kepada Patriark Buddhis yang berdiri di depan patung Buddha raksasa. Ini adalah sebuah tindakan kemurtadan.
Yohanes Paulus II menerima tanda dari para penyembah Siwa
Pada tanggal 2 Februari 1986, Yohanes Paulus II menerima di dahinya Tilac atau Tika, adonan berbubuk merah orang-orang Hindu, tanda bahwa mereka menyembah Siwa. Ini adalah penyembahan berhala dan kemurtadan tuntas.
Yohanes Paulus II menghormati Gandhi, seorang Hindu
Pada bulan Maret 1986, Yohanes Paulus II mengunjungi New Delhi, India, tempat di mana Mahatma Gandi, seorang Hindu, dikremasikan. Mahatma Gandhi adalah seorang kafir dan penyembah berhala yang menyembah dewa-dewi sesat.
Yohanes Paulus II melepaskan sepatunya di depan monumen Gandhi dan menyatakan: “Hari ini sebagai ziarah perdamaian, saya telah datang di sini untuk menghormati Mahatma Gandhi, pahlawan untuk umat manusia.”[20]
Seorang penyembah berhala dan kafir, menurut Yohanes Paulus II adalah seorang ‘pahlawan untuk umat manusia’.
Seperti yang kita lihat di sini, Yohanes Paulus II juga melemparkan bunga-bunga di atas makam Gandhi untuk menghormati dan memperingati sang kafir. St. Thomas Aquinas menjelaskan bahwa sama seperti terdapat pernyataan-pernyataan sesat, juga terdapat tindakan yang sesat dan murtad.
St. Thomas bahkan memberikan kita sebuah contoh:
Seseorang dapat menunjukkan kemurtadannya lewat kata-kata atau lewat tindakan. Lewat apa yang ia lakukan, di samping apa yang ia katakan, Yohanes Paulus II menunjukkan sebuah tindakan yang sama dengan menyembah di kubuh Muhammad. Ia menghormati seorang Hindu.
Kemurtadan Yohanes Paulus II di Assisi
Pada tanggal 27 Oktober 1986, Yohanes Paulus II mengundang pemimpin-pemimpin terkemuka agama-agama sesat dunia untuk datang ke Assisi, Italia untuk Hari Doa bagi Perdamaian Sedunia. Yohanes Paulus II berdoa dengan lebih dari 100 pemimpin-pemimpin agama sesat, yang oleh sebab itu menanggalkan ajaran Kitab Suci dan ajaran 2000 tahun Gereja Katolik yang melarang doa semacam itu dengan agama-agama sesat.
Doa sepanjang hari bersama para orang kafir, orang yang tidak beriman, dan para bidah adalah ide Yohanes Paulus II. Pada saat pertemuan ini berlangsung, Dalai Lama menemptkan sebuah patung Buddhis di atas tabernakel di gereja St. Fransiskus.
Patung Buddha di Tabernakel di Assisi
Dari antara berbagai pemimpin agama sesat tersebut di Assisi terdapat rabbi, mufti Islam, biarawan Buddhis, Shintois, berbagai pelayan Protestan, Animis, Jainis, dan sebagainya.
Di dalam pertemuan ini, setiap anggota dari agama sesat tersebut maju dan mempersembahkan doa untuk perdamaian – doa-doa yang nista, misalnya doa Hindu di sana adalah “Damai kepada semua dewa-dewi.” (Pemimpin Animis berdoa kepada ‘Ibu Jari Besar’.) Tetapi dewa-dewi mereka adalah roh-roh jahat seperti yang kita lihat di atas, maka perdamaian tersebut didoakan kepada para roh-roh jahat (yang menciptakan agama-agama sesat ini) di Hari Doa bagi Perdamaian Sedunia yang disponsori Vatikan! Agama Vatikan II ingin anda untuk bersatu dengan roh-roh jahat.
Pada tahun 1928, Paus Pius XI mengecam secara otoritatif akivitas antaragama ini dan mencelanya sebagai sebuah kemurtadan dari Iman sejati.
Paus Pius XI, Mortalium Animos (#2), 6 Januari 1928:
“Oleh sebab itu, mereka mengadakan rapat, pertemuan-pertemuan, konferensi-konferensi yang dihadiri oleh para hadirin yang cukup banyak jumlahnya; orang-orang tersebut mengundang untuk berdiskusi semua orang tanpa pandang bulu, orang-orang yang tidak beriman dari segala kelompok, orang-orang Kristiani, dan sampai mereka yang terkutuk akibat memisahkan diri dari Kristus atau yang bersikeras dan secara pahit menyangkal keilahian dari sifat-Nya serta misi-Nya. Upaya-upaya semacam itu sama sekali tidak boleh disetujui oleh para Katolik, karena upaya-upaya tersebut berlandaskan opini yang sesat bahwa semua agama kurang lebih baik dan patut dipuji, dan dalam makna tersebut semua agama menyingkapkan dan menunjukkan, walaupun dengan cara yang berbeda-beda, sentimen yang alami dan asli yang membawa kita kepada Allah dan yang membuat kita bertekuk lutut dengan penuh hormat di hadapan kekuatan-Nya. Orang-orang tersebut sepenuhnya tersesat dalam kesalahan: bukan hanya mereka yang memercayai opini tersebut menolak agama yang sejati, tetapi pada waktu yang bersamaan mereka menyesatkan ide tentang agama sejati dan sedikit demi sedikit jatuh ke dalam naturalisme dan ateisme. Jelas sekali, oleh karena itu, bahwa dengan bergabung dengan para pendukung dan penyebar doktrin-doktrin semacam itu, seseorang meninggalkan sepenuhnya agama yang diwahyukan secara ilahi”.
Di sini kita menemukan lagi sebuah ungkapan kemurtadan Yohanes Paulus II. Ia berkata bahwa Tuhan menghadirkan diri-Nya sendiri lewat kekayaan rohani orang-orang, di mana agama mereka adalah ungkapan utamanya. Hal ini berarti bahwa Allah menghadirkan diri-Nya sendiri kepada orang-orang lewat agama-agama non-Kristiani, yang berarti bahwa agama-agama non-Kristiani adalah benar dan diilhami oleh Allah.
Pertemuan-pertemuan ekumenis lain Yohanes Paulus II
Yohanes Paulus II melanjutkan program kemurtadannya yang liar, yang sepenuhnya dikecam oleh ajaran Gereja Katolik, setelah acara Assisi. Yohanes Paulus II mensponsori pertemuan-pertemuan doa pagan di Kyoto (1987), Roma (1988), Warsawa (1989), Bari (1990), dan Malta (1991), juga berbagai pertemuan setelah 1991.
Terdapat sebuah pertemuan doa pagan pada tahun 1999 yang secara resmi dinamakan ‘Pertemuan Pan-Kristiani’ di mana perkumpulan berbagai agama sesat datang ke Vatikan atas undangan Yohanes Paulus II (sebentar lagi kami akan membahas hal ini lebih lanjut).
Yohanes Paulus II berdoa dengan Animis Afrika
Pada tanggal 8 Agustus 1985, Yohanes Paulus II berdoa dengan para Animis Afrika (dukun). Yohanes Paulus II mengingat tentang pertemuan tersebut:
Telah dinyatakan bahwa sewaktu ia di Togo, ia benar-benar menghormati ular-ular suci.
Di Cotonou, Afrika pada tanggal 4 Februari 1993, para gadis penyanyi mengundang Yohanes Paulus II untuk menghadiri sebuah dansa voodoo yang ‘membuat kesurupan’.
Yohanes Paulus II juga telah mengambil bagian di dalam berbagai perayaan, di Roma dan di negara-negara lain, di mana terdapat ritus pagan. Ritus-ritus ini datang dari budaya-budaya yang seluruhnya satanis di dalam setiap aspek praktik keagamaannya, tetapi diikutsertakan di dalam banyak dari acara-acara liturgi Yohanes Paulus II.
Di atas: ‘Misa’ Yohanes Paulus II di Mexico City, yang mengikutsertakan kebiasaan-kebiasaan dari budaya Aztek yang satanis. Orang-orang Indian menari di depan altar sambil mengenakan tutup kepala dan tutup dada dan bagian badan antara dada dan pinggul mereka kelihatan. Sewaktu mereka beraksi, desis gemerincing seperti ular dan tabuhan genderang dapat didengar. Yohanes Paulus II sendiri menjadi penerima ritus ‘penyucian’ pagan yang dilakukan seorang wanita.
Pertemuan ‘Pan-Kristiani’: Pertemuan Doa Murtad Yohanes Paulus II pada tahun 1999
Gambar di atas menampakkan Yohanes Paulus II, yang dikelilingi berbagai kelompok pagan dan penyembah berhala termasuk seseorang yang hampir tidak berpakaian, pada tanggal 7 November 1999 – di satu dari berbagai pertemuan antaragamanya yang murtad. Perhatikan seorang pagan yang bertopeng di belakang Yohanes Paulus II di kiri kita dan di sebelah kanannya. Yohanes Paulus II memuji mereka dan menghormati agama-agama sesat mereka yang berasal dari Iblis. Ini hanyalah salah satu dari okultisme umum.
Pertemuan ini disebut ‘Pertemuan Pan-Kristiani’. Hal ini menarik mengingat di dalam ensiklik Mortalium Animos, Paus Pius XI menggambarkan para bidah yang mempromosikan indiferentisme keagamaan sebagai “Orang-orang Pan-Kristiani tersebut...”[33] Beberapa hal yang terjadi pada pertemuan pan-religius Yohanes II pada bulan Oktober 1999 termasuk: seorang Indian Amerika yang berputar badan di tengah Lapangan St. Petrus pada waktu matahari terbenam dan ‘memberkati keempat sudut Bumi’, dan para Muslim yang membentangkan surat-surat kabar di Vatikan untuk berlutut ke arah Mekkah dan berdoa.[34]
Pertemuan Doa Yohanes Paulus II bersama agama-agama sesat – pertemuan doa murtad yang lain di tahun 2002
Diadakan pula acara di Assisi tahun 2002. Pada tanggal 24 Januari 2002, Yohanes Paulus II mengadakan sebuah pertemuan doa pagan yang lain di kota Assisi, Italia, sebuah pengulangan dari acara yang keji yang terjadi di tahun 1986. Tetapi pertemuan Assisi yang ini mungkin lebih buruk lagi.
Pada pertemuan doa Assisi II, perwakilan dari setiap agama sesat yang terlibat dipersilakan datang ke mimbar untuk memberi ceramah akan perdamaian dunia. Di hadiran Yohanes Paulus II, seorang imam besar voodoo datang ke mimbar di luar Basilika St. Fransiskus dan memberikan resep voodoo untuk perdamaian dunia. (Ingat bahwa para voodoois adalah dukun.) Maka, lewat pengaturan dari Yohanes Paulus II, seorang dukun dipersilakan untuk memberikan sebuah ceramah dan memberikan resepnya untuk perdamaian dunia! Hal ini termasuk menggorok leher-leher kambing, ayam, burung dara dan merpati, dan meniriskan darah mereka dari urat nadi mereka.
Seorang wanita Hindu mengatakan pada khalayak bahwa semua orang adalah Allah, selagi Yohanes Paulus II melihatnya. Setelah orang-orang Yahudi, Buddhis, Hindu, dukun dan yang lainnya telah selesai berceramah, berbagai pemimpin agama sesat tersebut berpisah dan masuk ke ruangan-ruangan yang berbeda untuk berdoa kepada dewa-dewa sesat mereka.
Yohanes Paulus II telah mengatur terlebih dahulu agar setiap agama sesat tersebut diberikan ruangan yang terpisah untuk menyembah Iblis.
Semua salib-salib disingkirkan, dan salib-salib yang tidak dapat disingkirkan ditutup. Yohanes Paulus II memastikan bahwa semua orang yang tidak beriman, para dukun dan pagan tidak melihat tanda-tanda Yesus Kristus.
Para Muslim memerlukan sebuah ruangan yang menghadap ke Timur kepada Mekkah, dan ruangan itu diberikan kepada mereka. Para pengikut Zoroaster memerlukan sebuah ruangan dengan jendela, agar asap dari serpihan kayu yang mereka bakar bagi Iblis dapat keluar darinya – dan hal tersebut diberikan kepada mereka. Para Yahudi menginginkan sebuah ruangan yang belum pernah sebelumnya diberkati; dalam kata lain, sebuah ruangan yang tidak pernah sebelumnya diberkati di dalam nama Yesus Kristus dan Yohanes Paulus II memberikan ruangan tersebut kepada mereka. Tidak bisa dibayangkan bahwa terdapat kekejian, penistaan, dan penolakan Allah yang sejati yang lebih besar.
Seperti yang kita lihat dari konsili regional ini, di dalam Gereja perdana, untuk pergi ke sebuah kuil pagan (yang dilakukan Yohanes Paulus II di Thailand) untuk memuja berhala dianggap puncak dari keburukan. Hal tersebut benar-benar menandakan sebuah kemurtadan dari Iman sehingga bahkan mereka yang bertobat darinya hanya diperbolehkan untuk mengaku dosa (dan bukan untuk Komuni). Jika untuk pergi ke sebuah kuil pagan dianggap sebuah kemurtadan yang sangat parah, apa yang akan mereka katakan tentang seseorang yang diakui sebagai pemimpin Gereja yang menjadikan gereja-gereja Katolik sendiri menjadi kuil-kuil pagan sehingga para pagan dapat menyembah dewa-dewi sesat di dalamnya? Tentunya mereka akan menganggap hal tersebut puncak dari kemurtadan.
Kemurtadan Yohanes Paulus II dengan para Muslim
Pada tanggal 14 Mei 1999, Yohanes Paulus II menundukkan kepala kepada dan mencium Al-Quran. Al-Quran adalah kitab suci Muslim yang menistakan Allah Tritunggal Mahakudus dan menolak Keilahian Yesus Kristus. Untuk menghormati kitab suci sebuah agama sesat telah selalu dianggap sebuah tindakan kemurtadan – sebuah penolakan total agama yang sejati. Hal ini sendiri membuat Yohanes Paulus II seseorang yang murtad, karena hal tersebut sama seperti menyembah di kubur Muhammad, yang dikatakan St. Thomas menjadikan seseorang murtad.
Pada kunjungannya ke Jerman tanggal 17 November 1980, Yohanes Paulus II mendorong para Muslim untuk “Menghayati iman kalian juga di dalam negeri asing...”[38]
Pada bulan Februari 2000, Yohanes Paulus II bertemu dengan ‘Sheikh Agung’ Muslim, Muhammad. Yohanes Paulus II melakukan kembali tindakan kemurtadan di dalam pidatonya kepada para Muslim.
Yohanes Paulus II berterima kasih kepada mereka yang mengembangkan budaya Islam! Ia berterima kasih kepada para orang yang tidak beriman untuk mengembangkan sebuah budaya yang menolak Yesus Kristus, Allah Tritunggal dan Iman Katolik dalam skala yang besar, dan mengurung ratusan juta orang di dalam kegelapan Iblis. Dari seluruh hal-hal yang jahat di bumi yang dapat seseorang bayangkan, budaya Islam mungkin adalah salah satu dari lima yang paling jahat.
Abad pertengahan merupakan pertempuran rohani dan jasmani yang terus-menerus antara Kekristenan Barat dan pasukan Islam. Pernyataan Yohanes Paulus II ini adalah sebuah penolakan akan Yesus Kristus dan sebuah kemurtadan resmi. Tidak satu Katolik pun dapat membuat pernyataan seperti itu, bahkan sekali pun.
Yohanes Paulus II meminta St. Yohanes Pembaptis untuk melindungi Islam!
Pada tanggal 21 Maret 2000, Yohanes Paulus II meminta St. Yohanes Pembaptis untuk melindungi Islam (agama para Muslim), yang menolak Yesus Kristus dan Allah Tritunggal, dan mengurung ratusan juta jiwa di dalam kegelapan Iblis.
Hal ini sama dengan meminta St. Yohanes untuk melindungi penolakan Kristus dan terkutuknya jiwa-jiwa.
Pada tanggal 12 April 2000, Yohanes Paulus II bertemu dengan Raja Maroko, seorang keturunan dari nabi palsu Islam, Muhammad. Yohanes Paulus II bertanya kepadanya, “Anda adalah keturunan dari sang Nabi, kan?”[42]
Kemurtadan Yohanes Paulus II di dalam Mesjid
Pada tanggal 6 Mei 2001, Yohanes Paulus II mencapai puncak kemurtadannya selama bertahun-tahun bersama para Muslim dengan menjelajahi dan menghadiri ‘Mesjid Agung Umayyah’ Damaskus. Sewaktu ia berada di dalam Mesjid, Yohanes Paulus II melepaskan sepatunya untuk menghormati bait ketidakberimanan.
Di kiri atas, kita dapat melihat Yohanes Paulus II memasuki ‘Mesjid Agung Umayyah’ Damaskus pada tanggal 6 Mei 2001. Di foto-foto lain, kita dapat melihatnya di dalam Mesjid bersama sang Mufti Agung yang tidak beriman, Sheikh Ahmad Kfutaro. Sewaktu ia berada di dalam Mesjid, Yohanes Paulus II juga duduk di atas kursi yang sama dengan sang Mufti Agung yang tidak beriman tersebut. Berikut adalah pernyataan Yohanes Paulus II kepada para Muslim pada hari itu:
Menarik untuk dicatat bahwa kekhalifahan ‘Umayyah’ (penerus kepemimpinan Muslim), yang merupakan nama Mesjid yang Yohanes Paulus II datangi, merupakan sebuah garis kepemimpinan Muslim yang sangat terlibat dalam peperangan melawan Spanyol Katolik di dalam peperangan selama 700 tahun Muslim melawan Kristen di Spanyol.
Fakta bahwa Mesjid yang ia hadiri dinamakan dari sebuah kelompok yang sangat menandakan anti-Kekristenan merupakan ejekan di atas kemurtadannya. Darah dari seluruh umat Katolik yang setia yang wafat untuk bertempur melawan para Umayyah untuk keselamatan Spanyol yang Kristen berteriak melawan Yohanes Paulus II.
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa para Muslim dan Katolik memiliki Allah yang sama
Di awal buku ini, kami telah membahas ajaran sesat Vatikan II bahwa para Katolik dan Muslim bersama-sama menyembah satu Allah yang sejati. Yohanes Paulus II mengulangi bidah Vatikan II ini tidak terhitung banyaknya.
Ini adalah sebuah penistaan dan kemurtadan. Orang-orang Muslim menolak Allah Tritunggal Mahakudus. Mereka tidak menyembah satu Allah yang sejati. Dengan menyatakan bahwa orang-orang Muslim dan Katolik percaya akan Allah yang sama berulang-ulang kali, Yohanes Paulus II menolak Allah Tritunggal Mahakudus berulang-ulang kali. Terlebih lagi, seseorang akan tertegun akan betapa spesifiknya Yohanes Paulus II (sama seperti Vatikan II) menolak Yesus Kristus di dalam banyak dari kutipan-kutipan ini. Misalnya:
Di sini kita melihat bahwa katekismus Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa allah para Muslim (yang bukan Yesus Kristus) akan menghakimi umat manusia pada hari terakhir. Hal ini berarti bahwa Yesus Kristus tidak akan menghakimi umat manusia pada hari terakhir, tetapi allah yang para Muslim sembahlah yang akan menghakimi manusia. Ini adalah sebuah penolakan Kedatangan Kedua Yesus Kristus untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Kemurtadan Yohanes Paulus II bersama para Yahudi
Pada tanggal 13 April 1986, Yohanes Paulus II mengunjungi Sinagoga Yahudi di Roma.
Yohanes Paulus II tiba di Sinagoga Yahudi, 13 April 1986
Di sini kita melihat Yohanes Paulus II tiba di Sinagoga Yahudi di Roma pada tahun 1987, di mana ia mengambil bagian di dalam ibadat Yahudi. Dengan mengambil bagian di dalam ibadat Yahudi, Yohanes Paulus II melakukan sebuah tindakan kemurtadan publik, dan menunjukkan sekali lagi bahwa ia adalah seorang bidah terang-terangan dan seseorang yang murtad. Perhatikan bahwa Yohanes Paulus II dan sang rabbi menyambut satu sama lain layaknya mereka adalah teman yang lama tidak berjumpa. Pada saat ia berada di sinagoga, Yohanes Paulus II menundukkan kepalanya sewaktu para Yahudi berdoa untuk kedatangan ‘Mesias’ mereka.
Yohanes Paulus II di Sinagoga Yahudi
Tindakan murtad yang mencengangkan oleh Yohanes Paulus II ini secara langsung berhubungan dengan ajarannya yang murtad bahwa Perjanjian Lama masih berlaku. Gereja Katolik mengajarkan bahwa dengan datangnya Yesus Kristus dan dipermaklumkannya Injil, Perjanjian Lama (yakni perjanjian yang dibuat Allah dan para Yahudi lewat perantaraan Musa) berakhir, dan digantikan dengan Perjanjian Baru Tuhan kita Yesus Kristus. Benar bahwa beberapa aspek Perjanjian Lama masih berlaku karena mereka diikutsertakan di dalam Perjanjian yang Baru dan Abadi dari Yesus Kristus, seperti Sepuluh Perintah Allah; tetapi Perjanjian Lama sendiri (perjanjian antara Allah dan orang-orang Yahudi) telah berakhir dengan datangnya Mesias. Oleh karena itu, untuk mengatakan bahwa Perjanjian Lama masihlah berlaku adalah untuk menyatakan bahwa agama Yahudi adalah agama yang benar dan bahwa Yesus Kristus bukanlah sang Mesias. Hal itu juga adalah penolakan dogma Katolik yang telah didefinisikan, seperti ajaran Konsili Florence, yang mendefinisikan ex cathedra, bahwa Hukum Lama telah berakhir dan mereka yang berupaya mempraktikkannya (yakni, para orang Yahudi) tidak dapat diselamatkan.
Paus Benediktus XIV mengulangi dogma ini di dalam ensikliknya Ex Quo Primum:
Yohanes Paulus II menentang dogma ini berulang kali, dalam perkataan dan perbuatan – sebuah dogma yang diajarkan oleh Gereja Katolik selama 2000 tahun, yang didefinisikan secara infalibel oleh Konsili Florence, dan diteguhkan dengan jelas oleh Paus Benediktus XIV dan Paus Pius XII.
Di dalam sambutan kepada para Yahudi di Mainz, Jerman Barat, 17 November 1980, Yohanes Paulus II berbicara tentang, “Perjanjian Lama, tidak pernah ditiadakan oleh Allah...”[55]
Kita melihat di sini bahwa Paus Benediktus XIV mengecam bidah yang diajarkan oleh Yohanes Paulus II, bahwa Perjanjian Lama tidak pernah ditiadakan oleh Allah! Yohanes Paulus II mengulangi bidah yang lancang ini di dalam sebuah pidato di tahun 1997:
Penting untuk dicatat bahwa ‘Uskup Agung’ Vatikan II dari Strasbourg, Prancis, Joseph Doré, mengulangi dengan gembira bidah Yohanes Paulus II tentang Perjanjian Lama, yang dikatakan oleh Yohanes Paulus II di dalam pidatonya di Mainz, Jerman Barat dan di mana-mana. Perhatikan bahwa ‘Uskup Agung’ Doré mengakui bahwa Vatikan II telah mengubah ajaran tradisional Gereja tentang berakhirnya Perjanjian Lama.
Bahkan, Yohanes Paulus II mengajarkan bidah yang sama tentang Perjanjian Lama di katekismusnya yang baru, sekali lagi bertentangan secara langsung dengan dogma Katolik.
Pesan Yohanes Paulus II yang Mencengangkan pada Perayaan di Sinagoga Yahudi
Yohanes Paulus II, Pesan kepada Pemimpin Rabbi dari Roma, 23 Mei 2004:
“Kepada yang terhormat Dr. Riccardo Di Segni, Pemimpin Rabbi dari Roma. Shalom! Dengan sukacita yang mendalam saya bergabung di dalam Komunitas Yahudi di Roma yang sedang merayakan ulang tahun keseratus Sinagoga Agung Roma, sebuah simbol dan peringatan akan kehadiran selama seratus tahun di dalam kota ini tentang keberadaan orang-orang terjanji dari Perjanjian di Sinai. Selama lebih dari 2000 tahun komunitas anda telah menjadi sebuah bagian yang penting di dalam kehidupan di kota ini; ia dapat berbangga diri sebagai komunitas Yahudi terkuno di Eropa Barat dan yang telah mengambil peran terpenting di dalam penyebaran agama Yahudi di Benua ini. Perayaan ini, oleh karena itu, memiliki arti yang khusus... Karena saya tidak dapat hadir secara langsung, saya telah meminta Vikaris Jenderal saya, Camillo Ruini, untuk mewakili saya; ia ditemani Kardinal Walter Kasper, Presiden dari Komisi Hubungan dengan Yahudi dari Takhta Suci. Mereka mengungkapkan keinginan saya untuk berada bersama anda hari ini secara resmi.
“Dalam memberikan kepada anda sambutan hormat ini, yang terhormat Dr. Riccardo Di Segni, saya menyampaikan harapan-harapan saya kepada semua Anggota dari Komunitas, kepada Presidannya, Bpk. Leone Elio Paserman, dan kepada anda semua yang bergabung untuk menyaksikan sekali lagi pentingnya dan semangat dari warisan rohani yang diselenggarakan setiap Sabtu pada Sinagoga Agung Roma...
Perayaan hari ini, yang sukacitanya dapat dirasakan oleh kami semua, memperingati abad pertama Sinagoga yang mengagumkan ini. Sinagoga ini berdiri di tepi sungai Tiber, menyaksikan dengan keselarasan garis-garis arkitekturnya, iman, dan untuk memuji Yang Mahakuasa. Komunitas Kristiani Roma, lewat Penerus Petrus, bergabung bersama anda untuk mengucap syukur kepada Tuhan untuk perayaan yang bahagia ini [ulang tahun ke-100 Sinagoga tersebut!]. Seperti yang saya telah katakan pada saat Kunjungan yang saya sebutkan, kami menyapa anda sebagai ‘saudara-saudara yang terkasih’ di dalam iman Abraham, Patriark kami... anda tetap menjadi anak sulung dari orang-orang terjanji di dalam Perjanjian (Liturgi Jumat Agung, Perantaraan Umum, Untuk Orang-orang Yahudi)...
[Hubungan-hubungan yang bersahabat ini] menyatukan kita dalam mengingat para korban Shoah [orang-orang Yahudi yang telah meninggal yang tidak menerima Kristus], terutama mereka yang dirampas dari keluarga-keluarga mereka dan dari Komunitas Yahudi anda yang tercinta di Roma pada bulan Oktober 1943 dan yang diasingkan di Auschwitz. Semoga kenangan akan mereka diberkati dan mendorong kita untuk bekerja sama sebagai saudara-saudari...
Gereja tidak ragu untuk mengungkapkan dukacitanya atas ‘kegagalan putra-putrinya di sepanjang masa’ dan, dalam tindakan pertobatan, telah memohon ampun untuk tanggung jawabnya yang berhubung sedikit pun dengan wabah anti-Yahudi dan anti-Semitisme...
Hari ini... kami melantunkan sebuah doa yang dalam kepada Yang Abadi, kepada Allah Shalom, agar permusuhan dan kebencian tidak lagi menguasai mereka yang berpaling kepada bapa kita, Abraham – orang-orang Yahudi, Kristen, dan Muslim...
“Pertemuan kita pada hari ini adalah, seperti yang sebelumnya, untuk mempersiapkan kekhidmatan Shavu’ot yang sebentar lagi akan datang dan Pentakosta kami yang menyatakan kepenuhan dari perayaan-perayaan paskah kita. Semoga pesta-pesta ini mempersatukan kita dalam doa paskah Daud Hallel.” (L’Osservatore Romano, 2 Juni 2004, hal. 7.)
Berikut adalah rangkuman dari pesan Yohanes Paulus II pada tahun 2004 dalam perayaan sinagoga:
Pidato ini adalah salah satu penghujatan dan bidah Yohanes Paulus II yang terburuk. Yohanes Paulus II sama sekali menolak Kristus; ia jelas-jelas mengajarkan bahwa Perjanjian Lama masih berlaku; ia sama sekali menolak Yesus Kristus dan Iman Katolik; ia melakukan kemurtadannya ini di depan muka dunia. Mereka yang tetap percaya bahwa bidah dan orang murtad terang-terangan ini adalah Katolik, walaupun mereka sadar akan fakta-fakta ini, dan menolak untuk menyangkalnya sebagai seorang bidah, benar-benar musuh-musuh dari Allah.
Teman terdekat Yohanes Paulus, Jerzy Kluger, adalah seorang Yahudi.
Yohanes Paulus II memeluk teman baiknya, seorang Yahudi, Jerzy Kluger
Tentu saja, Yohanes Paulus II tidak pernah mencoba mengonversikan Kluger. Kluger berkata terang-terangan bahwa Yohanes Paulus II tidak pernah memberikan kepadanya tanda-tanda sedikit pun bahwa ia ingin mengonversikannya. Malah, Kluger menyatakan berutang budi kepada hubungannya yang panjang bersama Yohanes Paulus II yang membuatnya ‘merasa lebih Yahudi’. Sewaktu muda, Yohanes Paulus II menjadi kiper sepak bola di tim Yahudi bersama Kluger; mereka bermain melawan anak-anak Katolik. Di dalam sebuah surat kepada Kluger pada tanggal 30 Maret 1989, tentang penghancuran sebuah sinagoga pada Perang Dunia II, Yohanes Paulus II menuliskan hal berikut:
Ini adalah kemurtadan terang-terangan. Dengan menghormati sinagoga tersebut, Yohanes Paulus II menghormati penolakan para Yahudi bahwa Yesus Kristus adalah sang Mesias.
Tetapi Jerzy Kluger bukan hanya satu-satunya orang Yahudi yang merasa lebih Yahudi akibat Yohanes Paulus II. Juga ada sang maestro Yahudi, Gilbert Levine.
Levine mengatakan bahwa selama hubungannya bertahun-tahun, Yohanes Paulus II tidak pernah menunjukkan tanda-tanda sedikit pun bahwa ia ingin mengonversikannya. Levine juga menunjukkan secara publik bahwa, setelah mengenal Yohanes Paulus II, ia kembali mempraktikkan agama Yahudi.
Yohanes Paulus II meminta Levine untuk mengadakan konser di Vatikan untuk memperingati Holocaust. Levine setuju, dan dengan kehadiran Anti-Paus Yohanes Paulus II konser tersebut terlaksana di Vatikan. Semua salib ditutupi.
Yohanes Paulus II duduk di samping Rabbi Yahudi untuk Konser Holocaust di dalam sebuah Ibadat Doa Yahudi di Vatikan
Konser tersebut dimulai dengan “Kol Nidre”, doa yang dinyanyikan pada hari tersuci di kalender Yahudi. Beberapa dari orang-orang Yahudi yang hadir juga menyalakan lilin-lilin pada saat perayaan tersebut, yang segera menjadi sebuah ibadat rohani di Vatikan. Setelah konser tersebut, Levine menyatakan:
Setelah konser, Yohanes Paulus II memanggil Levine untuk menerima penghargaan Kekesatriaan Vatikan. Levine menjadi Knight Commander dari Ordo Ekuestrian St. Gregorius Agung. Yohanes Paulus II menunjuk ‘Kardinal’ Lustiger dari Paris untuk menganugerahkan penghormatan tersebut. Lustiger sendiri, yang dibesarkan sebagai seorang Yahudi, menyatakan pada sebuah wawancara di tahun 1981: “Saya seorang Yahudi. Untuk saya, kedua agama tersebut adalah satu.”[65] Penghargaan yang Yohanes Paulus II berikan kepada Levine adalah salah satu penghargaan tertinggi yang dapat dianugerahkan kepada seorang awam.
Gilbert Levine menyingkap dalamnya kemurtadan Yohanes Paulus II di dalam sebuah wawancara pada acara Larry King Live, 4 April 2005.
Pada sebuah wawancara di Larry King Live di CNN, 4 April 2005, Gilbert Levine menunjukkan bahwa Yohanes Paulus II:
- Mengirimkan tiap-tiap dari putranya surat untuk memberi mereka selamat atas bar mitzvah mereka;
- Bahwa Yohanes Paulus II sendiri memberikan keluarganya sebuah menorah Yahudi;
- Bahwa Yohanes Paulus II memerintahkan ‘Kardinal’ Kasper untuk mengirimkan kepada Levine sebuah surat dalam rangka bar mitzvah tersebut yang ‘sangat bagus’, yang mengatakan agar mereka bangga akan warisan Yahudi mereka dan supaya mereka ‘hidup sepenuhnya sebagai orang Yahudi’, dan bahwa surat tersebut sangatlah Yahudi sampai sang rabbi yang berkata bahwa surat tersebut datang dari seorang rabbi, walaupun sebenarnya dari Kasper yang mengirimkannya atas nama Yohanes Paulus II.
Hal ini membuktikan bahwa Yohanes Paulus II secara resmi mendorong praktik Yahudi; bahwa ia menyutujui secara resmi penolakan Kristus; bahwa ia secara resmi membantu orang-orang mempraktikkan Perjanjian Lama; dan bahwa ia menyelenggarakan perayaan agama Yahudi bersama mereka. Jika seseorang telah mengetahui fakta-fakta ini dan tetap berkata bahwa Yohanes Paulus II bukanlah seorang non-Katolik yang murtad, orang itu menolak Yesus Kristus – tanda titik. Berikut adalah petikan dari wawancara di Larry King Live di saluran CNN:
Perhatikan bahwa Gilbert Levine ingin menggunakan musik seorang mantan Yahudi, Mahler, untuk konser tersebut, tetapi Yohanes Paulus II tidak memperbolehkannya dengan berkata bahwa Mahler adalah seorang Yahudi yang berkonversi kepada Katolisisme!
Yohanes Paulus II Berdoa di Tembok Ratapan
Pada tanggal 26 Maret 2000, Yohanes Paulus II berdoa di Tembok Ratapan di Yerusalem. Tembok Ratapan adalah bebatuan sisa dari Bait Yahudi di Yerusalem yang dihancurkan orang Romawi pada tahun 70 Masehi. Para orang Yahudi berdoa di Tembok Barat sebagai tempat tersuci di dalam agama Yahudi.
Kehancuran Bait Yahudi pada tahun 70 Masehi, yang hanya meninggalkan Tembok Barat selalu dimengerti oleh orang-orang Katolik sebagai penghakiman Allah atas orang-orang Yahudi. Kehancuran Bait Yahudi tersebut mencegah orang-orang Yahudi untuk dapat memberikan kurban, yang berarti agama mereka telah berakhir Kehancuran Bait Yahudi adalah tanda yang kuat dari Allah kepada para Yahudi bahwa sang Mesias telah datang, bahwa Perjanjian Lama telah berakhir, dan bahwa Bait tersebut telah digantikan oleh Gereja Katolik.
Maka, sewaktu seorang Yahudi berdoa di Tembok Barat, atau meninggalkan sebuah doa di sana, hal tersebut adalah sebuah penolakan bahwa Yesus adalah sang Mesias, hal itu adalah sebuah penegasan bahwa ia berteguh bahwa Perjanjian Lama masih berlaku; dan hal tersebut adalah sebuah upaya yang menyedihkan dan memilukan untuk tidak mengindahkan tanda dari Allah yang sangat jelas bahwa orang-orang Yahudi harus meninggalkan Bait yang telah dihancurkan dan masuk kepada Gereja Katolik.
Maka, sewaktu Yohanes Paulus II sendiri berdoa di Tembok Barat pada bulan Maret 2000, hal tersebut adalah sebuah upaya untuk mengesahkan agama Yahudi. Hal tersebut adalah penolakan bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, sebuah tanda bahwa ia berpegang teguh bahwa Perjanjian Lama masih berlaku, dan sebuah olok-olok akan tanda yang jelas dari Allah bahwa orang-orang Yahudi harus meninggalkan Bait yang telah dihancurkan itu dan memasuki Gereja Katolik. Seorang komentator yang memperhatikan hal tersebut menyatakan bahwa, sewaktu Yohanes Paulus II berdoa di Tembok Barat, kebanyakan dari bangsa Israel menontonnya di televisi. Hal tersebut berarti bahwa semua orang Yahudi yang menonton di televisi diberikan kesan oleh Yohanes Paulus II bahwa ia tidak perlu berkonversi kepada Yesus Kristus karena Kristus bukanlah sang Mesias.
Doa yang ditinggalkan oleh Yohanes Paulus II di Tembok Barat memohon ampun atas dosa-dosa yang dilakukan kepada orang-orang Yahudi.
Kemurtadan Lain bersama orang-orang Yahudi di dalam Kepemimpinan Yohanes Paulus II
Pada akhir tahun 2001, sebuah Komisi Vatikan di bawah Yohanes Paulus II mengeluarkan sebuah buku yang berjudul The Jewish People and Their Sacred Scriptures in the Christian Bible {Orang-orang Yahudi dan Kitab Suci Mereka di dalam Kitab Suci Kristiani}. Buku ini mengusulkan bahwa penantian orang-orang Yahudi untuk Mesias yang akan datang tetaplah sah. Lebih banyak tentang buku ini akan dibahas di dalam bagian tentang Benediktus XVI.
Pada tanggal 12 Agustus 2002, uskup-uskup Amerika bersama Yohanes Paulus II mengeluarkan sebuah dokumen tentang orang-orang Yahudi. Dipimpin oleh William Keeler dari Baltimore, seseorang yang murtad, dan tanpa penolakan sedikit pun dari Yohanes Paulus II, dokumen tersebut berkata: ”...upaya-upaya yang menargetkan konversi orang-orang Yahudi kepada Kekristenan tidak lagi dapat diterima secara teologis di dalam Gereja Katolik.”[67]
Seluruh hal ini membuktikan bahwa Yohanes Paulus II dan para uskupnya adalah orang-orang yang sudah murtad dari Iman Katolik.
Bidah-bidah Yohanes Paulus II yang mencengangkan tentang orang-orang Non-Katolik yang telah dibaptis (yaitu para bidah dan skismatis)
Kami telah menelaah dan menunjukkan secara rinci kemurtadan Yohanes Paulus II yang tidak terpungkiri bersama paganisme, Islam, dan Yahudi. Di samping banyak pernyataan dan tindakan yang sesat dan murtad yang Yohanes Paulus II lakukan bersama para pengikut agama-agama sesat non-Kristiani tersebut, terdapat pula bidah-bidahnya yang mencengangkan tentang orang-orang non-Katolik yang telah dibaptis dan sekte-sekte sesat mereka. Misalnya:
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa para skismatis tidak perlu dikonversikan
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa para Skismatis Timur (para ‘Ortodoks’) tidak perlu dikonversikan ke dalam Gereja Katolik. Sebagai latar belakang: para Skismatis Timur (para ‘Ortodoks’) menolak dogma Kepausan, yang berarti mereka menolak otoritas tertinggi dari semua Paus di dalam sejarah. Mereka menolak dogma Infalibilitas Kepausan: suatu kebenaran bahwa seorang Paus mengajarkan secara infalibel sewaktu ia berbicara dari Takhta Petrus. Mereka menolak dogma bahwa Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa Asal, mereka menolak 13 Konsili Gereja Katolik Roma terakhir, dan mereka mengizinkan perceraian dan pernikahan ulang.
Di dalam Directory for the Application of the Principles and Norms of Ecumenism {Petunjuk Penerapan Prinsip-prinsip dan Norma-norma Ekumenisme}-nya yang memalukan, Yohanes Paulus II mendorong ibadat antaragama bersama para Skismatis Timur ini dan berkata: ”...semua kesan-kesan proselitisme harus dihindari.”[70] Seperti yang kami akan bahas lebih lanjut, Yohanes Paulus II menyetujui Petunjuk Ekumenisme di dalam Ut Unum Sint #58 dan di tempat lain.
Proselitisme adalah upaya untuk mengonversikan seseorang. Maka, Yohanes Paulus II menegaskan bahwa semua upaya untuk mengonversikan para Skismatis Timur harus dihindari. Berikut adalah kata-kata seorang Paus Katolik sejati, Paus Benediktus XIV tentang topik yang benar-benar sama.
Seseorang dapat dengan mudah melihat perbedaan antara kedua agama tersebut: agama Katolik mengajarkan bahwa semua ajaran-ajarannya harus diterima dan para non-Katolik harus dikonversikan. Agama non-Katolik Yohanes Paulus II (agama Vatikan II) mengajarkan bahwa iman Katolik sama sekali tidak berarti dan bahwa orang-orang non-Katolik tidak seharusnya dikonversikan.
Walter Kasper, seorang anggota tingkat tinggi Gereja Vatikan II, mengerti hal ini dengan sangat baik. Kasper dijadikan seorang ‘Kardinal’ dan kepala dari Konsili Vatikan untuk Promosi Kesatuan Kristiani oleh Yohanes Paulus II. Benediktus XVI meneguhkan Kasper di dalam posisinya sebagai kepala dari Konsili Vatikan untuk Promosi Kesatuan Kristiani. Kasper mengungkapkan pandangan Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI dengan berkata sebagai berikut:
Orang-orang Katolik yang disiksa dan dimartir karena mereka menolak menjadi Skismatis Timur
Di dalam ensikliknya di tahun 1945 Orientalis Omnes Ecclesias, Paus Pius XII memberikan beberapa contoh orang-orang Katolik di dalam sejarah yang disiksa dan dibunuh karena mereka tidak meninggalkan kesetiaan kepada Kepausan dan menjadi skismatis ‘Ortodoks’ Timur. St. Yosafat adalah salah satu contoh yang terkenal, tetapi terdapat banyak yang lain. St. Yosafat mengonversikan banyak orang-orang Skismatis Timur kembali kepada Iman Katolik sampai waktu ia dibunuh oleh mereka atas upaya-upayanya untuk membawa orang-orang kembali kepada kesatuan bersama Kepausan.
Terdapat banyak orang-orang lain yang didenda, dicambuk, disiksa, ditenggelamkan, dan dibunuh karena mereka tidak ingin menjadi Skismatis Timur.
Lewat ajaran sesatnya bahwa para skismatis ‘Ortodoks’ tidak berada di luar Gereja dan tidak membutuhkan konversi untuk kesalamatan, sekte Vatikan II mengolok-olok para santo-santa dan para martir yang menderita sengsara agar tidak menjadi skismatis.
Deklarasi Balamand Vatikan bersama para Skismatis Timur yang disetujui oleh Yohanes Paulus II, menolak dan menganggap upaya pengonversikan orang-orang non-Katolik sebagai ‘eklesiologi yang ketinggalan zaman’
Pada tanggal 24 Juni 1993 Vatikan menandatangani Deklarasi Balamand bersama para Skismatis Timur (yaitu ‘Gereja Ortodoks’). Di dalam Deklarasi Balamand ini (dikutip di bawah), yang telah disetujui oleh Yohanes Paulus II, semua upaya untuk mengonversikan para Skismatis Timur ditolak sebagai ‘eklesiologi berpulang ketinggalan zaman dari Gereja Katolik’ {eklesiologi berpulang – ecclesiology of return – lewat upaya konversi, para Skismatis dapat ‘berpulang’ kembali ke dalam Iman Katolik}. Berikut adalah beberapa kutipan dari Deklarasi Balamand yang sangatlah sesat:
Deklarasi Balamand sekte Vatikan II bersama para ‘Ortodoks’, 1993, #10:
“Oleh karena itu, situasi yang mengikuti hal tersebut menciptakan ketegangan dan pertentangan. Lambat laun, beberapa dekade setelah persatuan-persatuan ini, aktivitas misionaris cenderung mengikutsertakan di dalam prioritasnya upaya-upaya untuk mengonversikan orang-orang Kristen lain, secara individu atau di dalam kelompok, agar dapat ‘memulangkan mereka’ ke dalam Gereja. Untuk memperlayak kecenderungan ini, yang merupakan sumber dari proselitisme, Gereja Katolik mengembangkan pandangan teologis di mana ia menggambarkan dirinya sendiri sebagai satu-satunya yang dipercayakan jalan keselamatan. Untuk menanggapi hal ini, Gereja Ortodoks juga memegang pandangan ini, di mana hanya di dalamnya {Gereja Ortodoks} terdapat keselamatan...”
#14-15: ”...Menurut kata-kata Paus Yohanes Paulus II, upaya ekumenis dari Gereja-gereja Timur dan Barat yang bersaudara, yang berdasar atas dialog dan doa, adalah pencarian yang sempurna untuk persatuan yang penuh yang tidak terjadi lewat penyerapan ataupun penggabungan tetapi lewat pertemuan di dalam kebenaran dan kasih (bandingkan Slavorum Apostoli, 27). 15. Walaupun terdapat kebebasan orang-orang untuk mengikuti kebutuhan hati nurani mereka yang tidak bisa diganggu gugat, upaya untuk menjalin kembali sebuah persatuan tidak terjadi lewat konversi para umat dari satu Gereja kepada yang lain untuk memastikan kesalamatan.”
22. “Aktivitas penggembalaan di dalam Gereja Katolik, Latin maupun Oriental, tidak lagi bertujuan untuk membuat umat satu Gereja berpindah ke Gereja yang lain; dalam kata lain, tidak lagi bertujuan untuk mengonversikan orang-orang Ortodoks. Aktivitas tersebut bertujuan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan rohani umat-umatnya sendiri dan tidak menginginkan ekspansi yang menargetkan Gereja Ortodoks.”
30. “Untuk meratakan jalan bagi hubungan masa depan antara kedua Gereja, dengan cara meninggalkan eklesiologi berpulang ketinggalan zaman dari Gereja Katolik yang berhubungan dengan masalah yang hendak diatasi dokumen ini, kami memberikan sebuah perhatian khusus kepada persiapan imam-imam di masa depan dan untuk semua yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung di dalam sebuah aktivitas penggembalaan di mana Gereja yang satunya berakar secara tradisional. Pendidikan mereka haruslah menjadi, secara objektif, positif sehubungan Gereja yang satunya.” (http://www.cin.org/east/balamand/html)
Ini adalah sebuah bidah yang sangat lancang! Dokumen ini, yang disetujui oleh para Anti-Paus Vatikan II, benar-benar salah satu bidah yang terburuk dari sekte Vatikan II. Dokumen ini menyebutkan secara terang-terangan, lalu menolak sepenuhnya, dogma tradisional Gereja Katolik bahwa para skismatis harus dikonversikan kepada Iman Katolik untuk persatuan dan keselamatan.
Yohanes Paulus II menyebut Deklarasi Balamand sebagai ‘langkah baru’ yang ‘seharusnya membantu semua Gereja Ortodoks lokal dan semua Gereja Katolik lokal, Latin maupun Oriental, yang tinggal bersama di dalam satu daerah, untuk melanjutkan komitmen mereka kepada dialog kasih dan untuk memulai atau melanjutkan hubungan gotong-royong di dalam bidang penggembalaan mereka’.[78]
Mohon perhatikan terutama #14-15 yang mengatakan bahwa “upaya untuk menjalin kembali sebuah persatuan tidak terjadi lewat konversi para umat dari satu Gereja kepada yang lain untuk memastikan kesalamatan...” Mohon perhatikan bahwa Gereja Katolik ‘tidak menginginkan ekspansi yang menargetkan Gereja Ortodoks’ dan #30, yang menolak ‘eklesiologi berpulang ketinggalan zaman dari Gereja Katolik’. Perhatikan bagaimana semua ini menolak secara terang-terangan dogma Katolik bahwa para non-Katolik harus berpulang kembali kepada Gereja Katolik untuk memperoleh keselamatan dan kesatuan Kristiani.
Maka, faktanya adalah bahwa Yohanes Paulus II dan sekte sesatnya menolak kata demi kata dogma iman Katolik: kesatuan Kristiani hanya tercapai lewat konversi ke dalam Katolisisme. Kita melihat penolakan ulang dogma Katolik ini di dalam kutipan berikutnya.
Bidah-bidah Yohanes Paulus II yang lain bersama para Skismatis ‘Ortodoks’ Timur
Maka faktanya adalah bahwa Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa iman Roma tidak perlu dipegang oleh para non-Katolik; oleh karena itu, ia tidak dapat dipandang sebagai seseorang yang memegang Iman Katolik yang sejati.
Mereka yang berteguh, walaupun telah melihat fakta-fakta ini, bahwa Yohanes Paulus II harus dipandang sebagai seseorang yang memegang iman Katolik yang sejati (dalam kata lain, bahwa ia adalah seorang Paus Katolik sejati) menolak ajaran Gereja Katolik ini.
Di dalam ensikliknya tentang Sts. Cyril and Methodius {St. Sirilus dan Methodius} (#27), Yohanes Paulus II mengulangi bahwa para Skismatis Timur tidak boleh dikonversikan ke dalam Gereja Katolik. Ia berkata bahwa kesatuan bersama para skismatis ‘tidak terjadi lewat penyerapan ataupun penggabungan’,[82] yang berarti bukan lewat konversi. Seperti yang kita lihat di atas, Deklarasi Balamand dengan para Ortodoks mengutip kata-kata ini dari ensiklik Yohanes Paulus II tentang St. Sirilus dan Methodius untuk membuktikan bahwa orang-orang Katolik tidak seharusnya mengonversikan para Ortodoks.
Yohanes Paulus II meneguhkan ajaran sesat ini di dalam berbagai pertemuan dengan para skismatis. Pada tanggal 24 Februari 2000, Yohanes Paulus II bertemu dengan Uskup skismatis dari Aleksandria yang non-Katolik, ‘Paus’ Shenouda III.
Di dalam pesannya kepada sang uskup skismatis tersebut, Yohanes Paulus II menyebutnya ‘Yang Mulia’ dan berkata:
Di dalam kata lain, Yohanes Paulus II berkata: “Allah memberkati Gereja skismatis!” Hal ini adalah sebuah penolakan Iman Katolik. Kitab Suci secara khusus memberi tahu kita bahwa kita tidak boleh berkata “Allah memberkati” kepada para bidah.
“Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya.” (2 Yoh 1:10)
Dengan mengucapkan “Allah memberkati” kepada sebuah Gereja yang sesat, seseorang meminta Allah untuk menggandakan dan menyebarkan sekte sesat tersebut.
Pada tanggal 12 Oktober 2002, Yohanes Paulus II dan Patriark skismatis dari Rumania bersama-sama menolak untuk mencoba mengonversikan satu sama lain di dalam sebuah pernyataan bersama. Mereka menyatakan “Tujuan dan keinginan kami yang besar adalah persatuan secara penuh, yang tidak terjadi lewat penyerapan...”[84] Hal ini berarti bukan lewat konversi. Yohanes Paulus II sering menggunakan kata-kata ‘tidak terjadi lewat penyerapan ataupun penggabungan’ untuk menunjukkan bahwa kesatuan dengan para skismatis tidak terjadi dengan mengonversikan mereka. Ingatlah bahwa kata-kata tersebut digunakan dengan arti ini di dalam Deklarasi Balamand (yang dikutip di atas) dengan sang ‘Ortodoks’ skismatis.
Teoctist, Patriark skismatis Rumania telah menyatakan bahwa pada tahun 1999, Yohanes Paulus II memberikan sebuah sumbangan besar kepada Gereja non-Katoliknya.[85] Zenit News Services dan lainnya (lihat gambar di atas) melaporkan bahwa sumbangan Yohanes Paulus II kepada sang patriark skismatis berjumlah $100.000!
“Imam Rumania Ortodoks berkata hari ini bahwa Yohanes Paulus II telah menyumbangkan $100.000 untuk pembangunan sebuah Katedral Ortodoks di sini yang dapat menampung hingga 2.000 orang, laporan dari Agence France-Presse.”[86]
Paus Inosensius III, Konsili Lateran IV, Konstitusi 3 tentang Bidah, 1215:
“Di samping itu, kami menetapkan bahwa orang-orang beriman yang menerima, melindungi, atau menyokong para bidah diberikan ekskomunikasi.”[87]
Di dalam sambutannya pada hari yang sama dengan Deklarasi Gabungan mereka, Yohanes Paulus II berkata kepada Patriark skismatis Teoctist: “Tujuannya adalah... untuk mencapai sebuah kesatuan yang ‘tidak dilakukan lewat penyerapan maupun penggabungan...’[88]
Maka, Yohanes Paulus II telah secara terang-terangan memastikan para pendengarnya berulang-ulang kali bahwa para Katolik tidak boleh mengonversikan orang-orang non-Katolik dan bahwa Iman Katolik tidak diperlukan untuk mencapai keselamatan.
Faktanya, di dalam sambutan yang sama kepada Patriark Rumania, Yohanes Paulus II membuat pernyataan yang mencengangkan berikut:
Untuk Yohanes Paulus II: Peduli amat Kepausan! Peduli amat bahwa selama 1000 tahun terakhir, para skismatis telah menolak pernyataan-pernyataan dogmatis! Peduli amat tentang perceraian dan pernikahan ulang! Peduli amat Gereja Katolik, menurut Yohanes Paulus II. Menurut si murtad ini, semua hal ini tidak berarti apa-apa dan bahkan tidak boleh dipercayai karena ‘Gereja’ hanya ingin agar orang-orang ini tetap berada di dalam skisma dan di luar ajaran-ajarannya.
Ini merupakan sebuah tindakan lain yang Yohanes Paulus II tunjukkan bahwa ia menerima bidah ‘Ortodoks’ bahwa semua uskup adalah sama derajatnya. Yohanes Paulus II berpegang bahwa tidak masalah jika seseorang menolak Keutamaan Uskup Roma.
Di musim panas 2003, Yohanes II sekali lagi menolak proselitisme para Skismatis Timur.
Definisi infalibel Vatikan I mendeklarasikan bahwa setiap orang yang menyimpang dari dogma Kepausan (bahwa Paus Roma memegang kekuasaan di dalam Gereja Kristus); sehingga para skismatis ’Ortodoks’ dan para Protestan tidak dapat menjaga iman dan keselamatan mereka. Tetapi, Yohanes Paulus II mengatakan kepada kita bahwa para skismatis Ortodoks dan Protestan tidak hanya dapat menjaga iman dan keselamatan mereka sambil menolak Kepausan, tetapi tidak boleh percaya akan Kepausan. Ia benar-benar adalah seorang bidah yang menolak dogma Vatikan I ini.
Yohanes Paulus II mengumumkan sebuah Persatuan dan Kesatuan Iman dengan Sekte-sekte Non-Katolik
Di dalam ensikliknya Ut Unum Sint, Yohanes Paulus II mengumumkan bahwa ‘Gereja’-nya terdapat di dalam persatuan dengan sekte-sekte non-Katolik 16 kali, dan ia mengumumkan bahwa ia memiliki iman yang sama dengan sekte-sekte non-Katolik 8 kali.
Sewaktu Yohanes Paulus II berkata bahwa ia memiliki iman dan kesatuan yang sama dengan sekte-sekte non-Katolik, ia menyatakan bahwa ia bukan seorang Katolik.
Yohanes Paulus II memberikan sebuah relikui kepada skismatis Karekin II, dan ia menyatakan bahwa sekte sang skismatis tersebut adalah ‘Mempelai Kristus’
Yohanes Paulus II juga memberikan Karekin II, kepala dari Gereja skismatis di Armenia, sebuah relikui St. Gregorius Illuminator.
St. Gregorius Illuminator (sekitar 257-332 Masehi) adalah ‘rasul Armenia’, yang menyebarkan Iman Kristiani sejati (Iman Katolik) di Armenia:
Dengan memberikan relikui seorang rasul Kristiani dari Armenia kepada para skismatis, Yohanes Paulus II jelas-jelas menunjukkan bahwa ia menganggap bahwa para skismatis tersebut adalah pemiliki Iman Kristiani yang sejati – Iman sejati yang dipegang oleh St. Gregorius Illuminator. Terlebih lagi, di dalam homili di atas, kita dapat melihat bahwa Yohanes Paulus II menyebut Gereja Ortodoks skismatis ‘Mempelai Kristus’, sebuah gelar yang khusus dimiliki oleh Gereja Katolik!
Bidah Yohanes Paulus II dengan Sekte Anglikan
Karena Margaret Clitherow menolak untuk menerima sekte Anglikan dan ‘Misa’-nya – tetapi malah mengundang imam-imam Katolik ke dalam rumahnya, suatu hal yang bertentangan dengan hukum pidana – ia dimartir dengan cara ditindih sampai mati di bawah sebuah pintu besar yang di atasnya di letakkan benda-benda berat. Jenis hukuman mati ini sangatlah menyakitkan sampai dijuluki ‘hukuman yang parah dan keras’. Ia menderitanya karena ia tidak mau menerima Anglikanisme. Tetapi sekte Vatikan II mengajarkan bahwa para Anglikan adalah saudara ‘Kristiani’ yang tidak memerlukan konversi, dan ‘uskupnya’ yang tidak valid merupakan uskup-uskup sejati di dalam Gereja Kristus. Sekte Vatikan II mengajarkan bahwa kemartirannya sama sekali tidak berguna.
Yohanes Paulus II mengunjungi Katedral Anglikan dan mengambil bagian di dalam ibadat sekte Anglikan – sebuah bidah lewat kelakuannya
Yohanes Paulus II mengolok-olok para Martir Inggris lewat doanya bersama ‘Uskup Agung’ Anglikan dari Canterbury, 1982
Pada tanggal 29 Mei 1982, di dalam Katheral Anglikan, Yohanes Paulus II berlutut di dalam ‘doa antaragama’ dengan ‘Uskup Agung’ Canterbury, Robert Runcie, dan oleh sebab itu mengolok-olok kemartiran banyak sekali santo-santa Katolik, yang dengan berani mencucurkan darah daripada menerima sekte sesat Anglikan atau mengambil bagian di dalam ibadat sesat mereka.
Yohanes Paulus II menganugerahkan Salib Pektoral kepada seorang kepala Sekte Anglikan, seorang awam
Pada tahun 2003, Yohanes Paulus II menganugerahkan salib pektoral kepada Rowan Williams, ‘Uskup Agung’ Anglikan dari Canterbury.
Untuk mereka yang tidak mengetahui hal ini, sekte non-Katolik Anglikan bahkan tidak memiliki imam yang valid ataupun uskup yang valid. Paus Leo XIII secara infalibel mendeklarasikan bahwa penahbisan Anglikan tidaklah valid.
‘Imam-imam’ dan ‘uskup-uskup’ Anglikan oleh karena itu adalah orang-orang awam, bukan hanya bidah-bidah dan skismatis non-Katolik. Tetapi, setelah pemilihan ‘Uskup Agung’ Anglikan dari Canterbury yang baru (Rowan Williams), Yohanes Paulus II mengutus Walter Kasper yang murtad untuk memberikan orang awam ini sebuah salib pektoral dan telegram yang menyetujuinya! Ini sangatlah sesat sampai hampir tidak ada kata yang dapat menggambarkannya.
Salib pektoral adalah lambang Katolik tradisional akan otoritas keuskupan. Dengan menganugerahkan salib pektoral kepada Rowan Williams yang murtad – yang juga mendukung imam-imam perempuan dan homoseksual untuk ditahbiskan – Yohanes Paulus II bukan hanya menolak mentah-mentah lewat perbuatannya definisi infalibel Paus Leo XIII bahwa tahbisan Anglikan tidak valid, tetapi ia juga mengejek dogma-dogma Katolik tentang Kepausan dan Gereja Kristus.
Dan apa yang membuat tindakan Yohanes Paulus II ini sangat mencengangkan adalah fakta bahwa Williams sendiri telah dilarang untuk melakukan ibadat ‘Komuni’ di dalam 350 paroki Anglikan akibat pandangannya akan imam perempuan![105] Tetapi hal tersebut tidak menghentikan Yohanes Paulus II; ia tetap melaju dengan kemurtadannya.
Yohanes Paulus II bahkan menunjukkan bahwa sang awam Williams adalah seorang uskup yang sah dari ‘Takhta Canterbury’.
Seperti yang ditunjukkan di atas, di dalam sebuah pertemuan dengan Rowan Williams, Yohanes Paulus II juga mencium cincinnya, yang menunjukkan sekali lagi bahwa Yohanes Paulus II mengakui orang awam yang non-Katolik ini sebagai uskup yang sah di dalam Gereja Kristus. Yohanes Paulus II mengejek Yesus Kristus, Gereja Katolik dan semua martir Inggris yang menderita siksaan yang mengerikan karena mereka menolak ajaran Gereja Katolik akan Keuskupan, Penahbisan, Suksesi Apostolik dan Kesatuan Gereja.
Bidah Yohanes Paulus II dengan para Lutheran
Pada tahun 1983, Yohanes Paulus II mengunjungi sebuah bait Lutheran untuk ulang tahun ke-500 kelahiran Martin Luther. Ini adalah sebuah tindakan yang sesat – mengambil bagian di dalam perayaan-perayaan ibadat sebuah agama non-Katolik dan menghormati seorang bidah – yang membuktikan jelas-jelas bahwa Yohanes Paulus II bukanlah seorang Katolik.
Yohanes Paulus II memuji Luther, Calvin, Zwingli dan Hus
Yohanes Paulus II juga memuji musuh-musuh terbesar Gereja Katolik, termasuk para revolusioner Luther dan Calvin. Pada bulan Oktober 1983, Yohanes Paulus II berbicara tentang Martin Luther, menyatakan: “Dunia kita bahkan pada hari ini mengalami dampaknya yang besar di dalam sejarah.”[107] Dan pada tanggal 17 Juni 1984 Yohanes Paulus II memuji Calvin sebagai seseorang yang mencoba ‘membuat Gereja lebih beriman kepada kehendak Tuhan’.[108] Untuk menyokong, mendukung dan melindungi para bidah adalah untuk menjadi bidah. Untuk memuji para bidah terburuk di dalam sejarah Gereja, seperti Luther dan Calvin, adalah lebih dari bidah.
Yohanes Paulus II juga memuji bidah yang terkenal Zwingli dan Hus. Ia bahkan juga berkata bahwa John Hus, yang dikecam sebagai bidah oleh Konsili Konstanz, adalah seseorang yang memiliki ‘integritas pribadi yang infalibel’![110]
Yohanes Paulus II menyetujui Persetujuan Vatikan-Lutheran tentang Pembenaran
Pada tanggal 31 Oktober 1999, ‘Kardinal’ Edward Cassidy dan ‘Uskup’ Lutheran Christian Krause berjabatan tangan pada saat menandatangani “Deklarasi Gabungan tentang Doktrin Pembenaran” di Augsburg, Jerman. Persetujuan ini, yang disetujui oleh Yohanes Paulus II, mengajarkan: bahwa Pembenaran datang ‘hanya lewat iman’ (Annex,2, C); bahwa Kanon Konsili Trente tidak lagi diterapkan kepada para Lutheran (#13); bahwa tidak satu pun ajaran Lutheran di dalam Deklarasi Gabungan tersebut, termasuk bidah tentang Pembenaran hanya lewat iman dan berbagai ajaran-ajaran sesat Lutheran, dikutuk oleh Trente (#41). Pendek cerita, persetujuan antara ‘Gereja’ Yohanes Paulus dan sekte Lutheran menolak mentah-mentah ajaran dogmatis Konsili Trente. Hal ini adalah sebuah deklarasi yang sungguh bahwa sekte Yohanes Paulus II adalah sebuah sekte Protestan. (Di dalam buku ini kemudian terdapat sebuah bagian yang membahas persetujuan yang sangat sesat ini.)
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa para non-Katolik dapat menerima Komuni
Yohanes Paulus II juga mengajarkan bahwa para non-Katolik dapat secara sah menerima Komuni Kudus. Kanon 844.3 dari Kitab Hukum Kanonik tahun 1983-nya menyatakan bahwa :
Ide bahwa orang-orang non-Katolik dapat secara sah menerima Komuni Kudus ataupun sakramen-sakramen lain bertentangan dengan ajaran 2000 tahun Gereja Katolik.
Hal yang sangat signifikan tentang bidah Yohanes Paulus II ini (bahwa pemberian Komuni Kudus kepada orang-orang non-Katolik adalah hal yang sah) adalah fakta bahwa hal tersebut juga terdapat di dalam katekismusnya yang baru, paragraf #1401. Dokumen ini dipermaklumkan oleh ‘otoritas apostolik tertinggi’ Yohanes Paulus II. Di dalam konstitusinya Fidei Depositum, Yohanes Paulus II mempermaklumkan katekismusnya yang baru menggunakan ‘otoritas apostolik’-nya untuk mengumumkan bahwa hal tersebut adalah sebuah ‘norma yang pasti untuk mengajarkan iman’.
Katekismus Yohanes Paulus II bukanlah sebuah norma yang pasti untuk mengajarkan iman. Hal itu adalah sebuah norma yang pasti untuk mengajarkan bidah. Oleh karena itu, karena Yohanes Paulus II telah mengakui bahwa ia menyatakan dari Takhta Petrus bahwa katekismusnya adalah sebuah norma yang pasti untuk mengajarkan iman, walaupun tidak sama sekali, kita tahu bahwa ia tidak duduk di Takhta Petrus. Seorang Paus tidak dapat salah sewaktu berbicara dari Takhta Apostolik, yaitu, dengan otoritas apostoliknya dari Takhta Petrus.
Ajaran sesat tentang bahwa para non-Katolik diperbolehkan menerima Komuni Kudus juga diajarkan di Vatikan II, seperti yang kita telah bahas. Yohanes Paulus II juga berkomentar tentang ajaran ini dengan persetujuannya di dalam Ut Unum Sint:
Ia menyatakan ‘dampak gerejawi’ pembagian sakramen dengan para ‘Ortodoks’. Dampaknya adalah mereka adalah bagian dari Gereja yang sama.
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa sekte-sekte non-Katolik merupakan jalan keselamatan
Yohanes Paulus II mengikuti Vatikan II dan mengajarkan pula bahwa sekte-sekte non-Katolik adalah jalan keselamatan, yang merupakan ajaran sesat.
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa sekte-sekte non-Katolik memiliki Santo-santa dan Martir-martir
Yohanes Paulus II mengajarkan secara berulang-ulang bahwa sekte-sekte non-Katolik memiliki santo-santa dan martir-martir.
Ini adalah bidah yang tidak terpungkiri yang sangat jelas. Adalah sebuah dogma Iman Katolik bahwa mereka yang tidak berada di dalam Gereja Katolik, walaupun mereka mencucurkan darah dalam nama Kristus, tidak dapat diselamatkan.
Ini adalah dogma yang telah didefinisikan secara khidmat oleh Konsili Florence yang diulangi oleh Paus Pius XI.
Sulit untuk membayangkan penolakan dogma yang lebih jelas dan terang-terangan daripada Ut Unum Sint #84 dari Yohanes Paulus II (dikutip di atas).
Mohon perhatikan pula bahwa bukan hanya sang bidah terang-terangan Yohanes Paulus II ini menyatakan di Ut Unum Sint #84 bahwa para ‘santo-santa’ datang dari Gereja-gereja non-Katolik (sebuah bidah yang jelas), tetapi ia berkata lebih jauh dengan menyatakan bahwa sekte-sekte non-Katolik tersebut ‘memberikan mereka’ keselamatan: “Gereja dan Komunitas Gerejawi yang memberikan mereka pintu gerbang menuju kesatuan keselamatan.”
Semua ini adalah bidah yang berulang-ulang, publik, dan formal. Bisa-bisanya beberapa ‘tradisionalis’ berkata dengan lancang bahwa Yohanes Paulus II tidak pernah menolak satu dogma pun! Benar-benar memalukan, dan sebuah kebohongan! Bidah ini sendiri, tanpa mempertimbangkan yang lainnya, membuktikan bahwa ia bukanlah seorang Katolik. Hal ini membuktikan bahwa Yohanes Paulus II secara langsung menolak dogma yang didefinisikan secara khidmat (dari Konsili Florence di atas) bahwa para non-Katolik tidak dapat diselamatkan walaupun mereka mencucurkan darah mereka untuk Kristus.
Yohanes Paulus II menyetujui praktik putri-putri altar
Yohanes Paulus II juga menyetujui praktik putri-putri altar, sebuah praktik yang sering didapati di gereja-gereja Vatikan II. Praktik putri-putri altar dikecam sebagai suatu hal yang jahat oleh Paus Benediktus XIV, Paus St. Gelasius dan Paus Inosensius IV.
Yohanes Paulus II juga ‘menganonisasikan’ orang-orang yang memeluk secara penuh bidah-bidah Vatikan II, Misa Baru, dan indiferentisme keagamaan. Hal ini tidak mungkin dilakukan seorang Paus sejati, karena kanonisasi oleh Paus-Paus sejati adalah infalibel. Ini merupakan sebuah bukti lain bahwa Yohanes Paulus II bukanlah seorang Paus sejati.
Yohanes Paulus II juga mengecam Perang Salib. Perang Salib disetujui secara khidmat oleh empat konsili dan oleh lebih dari 10 Paus, termasuk Paus Urban II, Paus Kalikstus II, Paus Aleksander III, Paus Kalikstus III, Paus Klemens V dan lain-lain.
Yohanes Paulus II diberikan penghargaan oleh para Freemason
Pada bulan Desember 1996, Loji Timur Agung dari Freemason Italia memberikan Yohanes Paulus II penghargaannya yang terbesar, Ordo Galilea, sebagai ungkapan terima kasih atas upaya-upaya yang ia kerahkan untuk mendukung ide-ide Freemason. Perwakilah Freemason Italia menyatakan bahwa Yohanes Paulus II pantas mendapatkan penghargaan tersebut karena ia mengedepankan ‘nilai-nilai universal Freemason: persaudaraan, rasa hormat atas martabat manusia, dan semangat toleransi, poin-poin sentral untuk kehidupan para mason sejati’. [136]
Yohanes Paulus II meminta maaf kepada Cina Merah {Komunis}
Pada tanggal 24 Oktober 2001, Yohanes Paulus II meminta maaf kepada Cina Merah. Ya, benar: Yohanes Paulus II meminta maaf kepada rezim Komunis satanik di Cina untuk ‘kesalahan-kesalahan’ para Katolik! Ia bahkan memuji keadilan sosial Cina Merah.
Keadilan sosial di Cina termasuk kebijakan satu-anak-per-keluarga, yang ditekankan oleh pemaksaan aborsi dan kontrasepsi. Pemerintahan Cina membunuh jutaan anak setiap tahun di samping memenjarakan, menyiksa dan membunuh orang-orang Katolik.
Yohanes Paulus II menyatakan bahwa Gereja Katolik dan Cina adalah dua institusi kuno ‘yang tidak berlawanan satu sama lain.’[138] Memuji keadilan sosial dari Cina yang Komunis adalah lebih dari sebuah bidah; hal tersebut adalah satanik.
Yohanes Paulus II mempromosikan teori evolusi
Pada tanggal 22 Oktober 1996, Yohanes Paulus II menyatakan bahwa evolusi adalah ‘lebih dari sekadar hipotesis.’[139] Hal ini menunjukkan bahwa ia menganggap bahwa evolusi adalah suatu kebenaran.
Yohanes Paulus II berkata bahwa Surga, Neraka, dan Api Penyucian bukanlah tempat-tempat yang nyata
Di dalam rentetan pidato pada musim panas tahun 1999, yang diterbitkan di dalam surat kabar resmi Vatikan, Yohanes Paulus II berkata bahwa Surga, Neraka, dan Api Penyucian bukanlah tempat-tempat yang nyata.
Di dalam audiens umum-nya pada tanggal 21 Juli 1999, Yohanes Paulus II berkata bahwa Surga bukanlah sebuah tempat yang nyata.[140]
Pada tanggal 28 Juli 1999, Yohanes Paulus II berkata:
Pidato Yohanes Paulus II ini sendirinya adalah sebuah bidah formal. Ia berkata kita tidak tahu apakah manusia terkutuk. Adalah sebuah kenyataan yang diwahyukan dari Injil bahwa manusia terlibat di dalam kutukan kekal, seperti yang diulangi Yesus. Misalnya:
Di dalam audiens singkat dalam bahasa Polandia kepada saudara setanah airnya, Yohanes Paulus II mengenang ajaran bidah Hans Urs von Balthasar yaitu, “Terdapat Neraka, tetapi mungkin kosong.”[144]
Pada tanggal 4 Agustus 1999, Yohanes Paulus II berkata bahwa Api Penyucian bukanlah sebuah tempat yang nyata.[145]
Pada pertemuan Assisi di tanggal 24 Januari 2002, Yohanes Paulus II mengeluarkan “Dekalog Assisi”. Kata Dekalog berarti ‘sepuluh perintah’.
Maka Yohanes Paulus II berkata bahwa orang-orang perlu mengumumkan sepuluh perintah yang baru yang ia keluarkan di Assisi.
Yohanes Paulus II mengubah Rosario
Yohanes Paulus II menghormati sebuah roti?!
Yohanes Paulus II juga mengubah Rosario. Pada bulan Oktober 2002, Yohanes Paulus II menambahkan lima misteri baru kepada Rosario, yang disebut ‘Misteri Terang’. Di dalam dokumen yang mempermaklumkan misteri terang, Yohanes Paulus II berkata:
Sewaktu kita mengontemplasikan misteri-misteri Kristus, kita tidak melihat dalam diri-Nya kebenaran akan manusia. Yohanes Paulus II berkata hal tersebut karena ia mengajarkan bahwa manusia adalah Allah; dan secara spesifik, kebenaran akan manusia bahwa ia adalah Yesus Kristus.
Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa manusia adalah Kristus
Di dalam homilinya yang pertama sebagai ‘Paus’ pada tahun 1978, di dalam pidato yang sama ini yang akan selamanya menandai permulaan pelayanan penggembalaannya, Minggu 22 Oktober 1978, Yohanes Paulus II mengumumkan kepada dunia bahwa MANUSIA adalah Kristus, Putra Allah yang hidup dari Matius 16:16! Ia bahkan berkata bahwa hal ini adalah ‘kebenaran yang baru’ – sebuah kebenaran baru yang ia akan tunjukkan di sini. “Engkau adalah Kristus, Putra Allah yang hidup”, diucapkan oleh St. Petrus tentang Tuhan kita Yesus Kristus, yang merupakan kata-kata yang mengungkapkan kebenaran tentang manusia, menurut Yohanes Paulus II. Hal ini sangatlah signifikan, karena hal tersebut membuktikan bahwa kata-kata Bunda Maria di La Salette telah menjadi kenyataan
Faktanya adalah bahwa Yohanes Paulus II mengumumkan bahwa manusia adalah Kristus di dalam berbagai cara. Kadangkala dengan sangat halus dan pintar, tetapi di waktu yang lain, dengan sangat jelas dan berani. Hal ini dibahas dengan rinci pada akhir buku ini, tetapi berikut adalah beberapa kutipannya:
‘Komunitas Katolik’ di Tunisia tidak memiliki ambisi lain selain menyaksikan martabat manusia? Lewat pernyataan semacam itu, Yohanes Paulus II sekali lagi menunjukkan bahwa komunitas ‘Katolik’ di Tunisia tidak memiliki keinginan untuk mengonversikan orang-orang non-Katolik lain, tetapi hanya untuk menyaksikan martabat manusia.
Hal ini berarti di dalam manusia, seseorang dapat menemukan seluruh ciptaan.
Injil adalah Yesus Kristus (Hidup dan Ajaran-Nya); itu adalah agama dari iman dan moral yang Ia wahyukan kepada dunia. Dengan berkata bahwa Injil Kabar Baik dan Kekristenan adalah ‘kekaguman akan manusia’, seseorang menyamakan manusia dengan Yesus Kristus; tetapi ini adalah alasan yang persis mengapa Yohanes Paulus II mengatakannya dan itulah yang dilakukannya.
Yohanes Paulus II terkutuk. Ia mewartakan sebuah Injil baru, bukan tentang Yesus Kristus, tetapi tentang manusia di tempat Kristus – Injil Antikristus.
Yohanes Paulus II membawa ‘Salib Patah’
Paulus VI, Yohanes Paulus I, Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI membawa salib yang hanya dimengerti beberapa orang– salib yang patah atau yang melengkung di mana Tubuh Kristus dipampangkan dengan bentuk yang mengerikan. Salib yang melengkung atau patah ini digunakan oleh para penyihir hitam atau para ahli ilmu gaib di abad keenam untuk melambangkan istilah Kitab Suci ‘tanda binatang’. Para Satanis di abad kelima dan keenam, serta para penyihir hitam dan ahli ilmu gaib di Abad Pertengahan (476-1453), menggunakan bentuk-bentuk tersebut untuk melambangkan kebencian mereka untuk Kekristenan. Fakta bahwa salib yang patah digunakan untuk tujuan-tujuan gaib dapat dilihat di dalam Museum Ilmu Sihir di Bayonne, Prancis.[164]
Kesimpulan-kesimpulan tentang Yohanes Paulus II
Lalu pertanyaan yang harus ditanyakan semua orang yang mengaku diri Katolik kepada diri mereka sendiri adalah sebagai berikut: apakah Yohanes Paulus II kepala Gereja Katolik? Atau apakah Yohanes Paulus II bagian dari sebuah agama yang berbeda? Jika Yohanes Paulus II bagian dari agama yang berbeda – dan siapakah yang berani menentang hal ini setelah melihat bukti yang tidak terpungkiri dan sangat banyak yang kami sudah sajikan? – maka ia tidak dapat menjadi kepala dari Gereja Katolik.
Kami telah membuktikan bahwa Yohanes Paulus II adalah bidah terang-terangan. Karena ia adalah seorang bidah, ia tidak dapat menjadi seorang Paus yang terpilih secara sah. Ia adalah seorang Anti-Paus non-Katolik. Seperti yang telah dikutip sebelumnya, Paus Paulus IV mengajarkan dengan khidmat hal ini di dalam Bullanya di tanggal 15 Februari 1559, Cum ex Apostolatus officio, yaitu tidaklah mungkin bagi seorang bidah untuk menjadi Paus yang terpilih secara sah.