^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Lebih dari 30 Bidah Benediktus XVI yang Mencengangkan dan Luar Biasa, yang Diambil dari Bukunya “Principles of Catholic Theology” [“Prinsip-Prinsip Teologi Katolik”] Tahun 1982
*Artikel orisinalnya diterbitkan ketika Benediktus XVI dulu masih hidup.
Sewaktu Benediktus XVI (Joseph Ratzinger) baru terpilih, media berkata kepada kita bahwa ia adalah “Anjing Rotweiller milik Allah” yang membela ajaran ortodoks – bahwa ia sungguh merupakan godam para bidah. Para anggota Novus Ordo yang “konservatif” berkata kepada kita bahwa Benediktus XVI adalah tanda Allah masih tetap berada bersama “Gereja” Vatikan II. Kaum tradisionalis palsu berkata bahwa Benediktus XVI mungkin merupakan tanda harapan. Tetapi, saya telah menyelesaikan suatu studi atas buku Benediktus XVI dari tahun 1982 yang berjudul “Principles of Catholic Theology” [“Prinsip-Prinsip Teologi Katolik”] – sebuah buku yang ditulis oleh Ratzinger bukan pada hari-hari awalnya pada Vatikan II, melainkan sewaktu ia menjabat sebagai seorang “Kardinal” dan “Prefek Kongregasi bagi Doktrin Iman”.
Fakta-fakta yang sekarang akan dikemukakan, akan membuktikan bahwa pernyataan-pernyataan tentang Ratzinger di atas tergolong beberapa dusta berbahaya yang telah diilhami oleh Setan. Orang yang sedang kita hadapi dalam diri Joseph Ratzinger – yang juga dikenal sebagai Benediktus XVI – adalah seorang pemurtad dan musuh Gereja Katolik yang sedemikian besarnya, sehingga ia mencapai tingkatan yang persis sama dengan Luther, Calvin, dsb. Biarkanlah fakta-fakta ini membuktikannya.
Catatan: Di dalam artikel ini, sang pembaca akan melihat bahwa saya berusaha sekuat tenaga memberi konteks yang sebanyak mungkin untuk kutipan-kutipan Ratzinger, sehingga orang-orang dapat melihat bahwa kutipan-kutipan ini sama sekali tidak diambil di luar konteks.
Di dalam Artikel ini:
1. RATZINGER MENYEBUTKAN POSISI BAHWA ORANG-ORANG PROTESTAN DAN SKISMATIS TIMUR HARUS BERKONVERSI DAN IA SECARA BLAK-BLAKAN MENOLAK POSISI ITU
2. RATZINGER BERKATA BAHWA ORANG-ORANG KATOLIK TIDAK BOLEH BERPEGANG KEPADA VATIKAN I SEBAGAI SATU-SATUNYA “BENTUK” KEUTAMAAN KEPAUSAN YANG MUNGKIN ADA DAN SEBAGAI “BENTUK” YANG DIWAJIBKAN UNTUK SEMUA ORANG
3. RATZINGER SECARA BLAK-BLAKAN MENYANGKAL VATIKAN I DAN DOGMA BAHWA PARA PAUS MEMILIKI YURISDIKSI TERTINGGI
4. RATZINGER MENYANGKAL BAHWA KEPAUSAN BAHKAN DIPERCAYAI PADA MILENIUM PERTAMA DAN MEMBERI TAHU KITA BAHWA INILAH ALASAN KITA TIDAK DAPAT MEWAJIBKAN KAUM SKISMATIS UNTUK PERCAYA AKAN KEPAUSAN
5. RATZINGER BERKATA BAHWA VALIDITAS MISA TIDAK BERGANTUNG KEPADA KATA-KATA MELAINKAN KEPADA KOMUNITAS. IA JUGA BERKATA BAHWA ORANG-ORANG YANG MEMANDANG NOVUS ORDO TIDAK VALID BERADA DI LUAR GEREJA
6. RATZINGER BERKATA BAHWA KITA TIDAK BISA TAHU APABILA PERKATAAN YESUS BENAR
7. RATZINGER KEMBALI BERKATA BAHWA ORANG-ORANG KATOLIK TIDAK MENUNTUT AGAR ORANG-ORANG PROTESTAN BERKONVERSI
8. RATZINGER MENCAP SEBAGAI “KERAS” DAN MENOLAK DEFINISI DOGMATIS INFALIBILITAS KEPAUSAN VATIKAN I, BAHWA SRI PAUS MENDEFINISIKAN DOGMA ATAS DASAR OTORITASNYA SENDIRI
9. RATZINGER BERKATA BAHWA GEREJA SKISMATIS YUNANI ADALAH SUATU GEREJA YANG SEJATI WALAUPUN TIDAK TUNDUK KEPADA SRI PAUS
10. RATZINGER MEMUJI “KEAGUNGAN” DARI “SEMANGAT ROHANI” LUTHER
11. RATZINGER BERKATA BAHWA KRESNA ADALAH SUATU SIMBOL KRISTUS
12. RATZINGER MENGAKUI BAHWA VATIKAN II MENENTANG AJARAN MAGISTERIAL PAUS PIUS X TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA SERTA AGAMA-AGAMA SESAT
13. RATZINGER BERKATA BAHWA POSISI LUTHER TENTANG GEREJA PARA BAPA BENAR ADANYA
14. RATZINGER BERKATA BAHWA DOKTRIN KONSILI TRENTE TENTANG IMAMAT LEMAH ADANYA DAN HASILNYA MENIMBULKAN BENCANA
15. RATZINGER BERKATA BAHWA PENYANGKALAN LUTHER TERHADAP IMAMAT PATUT DIBERI “BOBOT”
16. RATZINGER BERKATA BAHWA PEMBAPTISAN BAYI TIDAK BERNILAI ATAUPUN BERTUJUAN
17. RATZINGER MENGAJARKAN BAHWA DOKTRIN KATOLIK TENTANG MISA ADALAH DOKTRIN YANG RUSAK SAMPAI PADA INTINYA
18. RATZINGER MENGAJARKAN BAHWA PERJANJIAN LAMA VALID
19. RATZINGER BERKATA BAHWA DOGMA KATOLIK TENTANG SAKRAMEN-SAKRAMEN TERCAMPURADUKKAN DENGAN AJARAN-AJARAN PINJAMAN DARI AGAMA-AGAMA MISTERI YANG SESAT
20. RATZINGER BERKATA BAHWA AJARAN GEREJA TIDAK MENGUCILKAN ORANG-ORANG YANG MEMEGANG PANDANGAN-PANDANGAN YANG BERLAWANAN
21. RATZINGER MENGAKUI BAHWA AJARAN VATIKAN II BARU DAN BERBEDA
22. RATZINGER BERKATA BAHWA DOGMA KONSILI TRENTE TENTANG IMAMAT HANYALAH SUATU SERANGAN TERHADAP LUTHER
23. RATZINGER MENGAJARKAN BAHWA ORANG-ORANG PROTESTAN MEMILIKI KEHADIRAN EKARISTI
24. RATZINGER SEPENUHNYA MENGHUJAT TRADISI GEREJA
25. RATZINGER KEMBALI BERKATA BAHWA GEREJA-GEREJA SKISMATIS TIMUR ADALAH GEREJA-GEREJA SEJATI
26. RATZINGER MENGUTUK TRADISIONALISME SEBAGAI ANTITESIS KATOLISITAS
27. RATZINGER MENGKHOTBAHKAN BAHWA MANUSIA ADALAH ALLAH
28. RATZINGER BERKATA BAHWA KEKRISTENAN MENYERAP AGAMA-AGAMA SESAT KE DALAM DIRINYA SENDIRI
29. RATZINGER MEMUJI BIARA EKUMENIS TAIZE (YANG TERDIRI DARI ORANG-ORANG “KATOLIK” DAN NON-KATOLIK) DAN BERKATA BAHWA BIARA SEMACAM ITU SEHARUSNYA DIPERBANYAK
30. RATZINGER SAMA SEKALI MENYANGKAL KESATUAN GEREJA KATOLIK - RATZINGER MEMBUKTIKAN KEAKRABANNYA DENGAN AJARAN KATOLIK – BERBAGAI KUTIPAN LAIN YANG TERKAIT
31. RATZINGER MENYANGKAL KEBANGKITAN – KATA-KATA PENUTUP – SEORANG BIDAH TIDAK MUNGKIN ADALAH PAUS YANG VALID
1. RATZINGER MENYEBUTKAN POSISI BAHWA ORANG-ORANG PROTESTAN DAN SKISMATIS TIMUR HARUS BERKONVERSI DAN IA SECARA BLAK-BLAKAN MENOLAK POSISI ITU
Pada halaman 197 dari bukunya, Ratzinger menyebutkan berbagai macam posisi terkait dialog “ekumenis” dengan kaum Protestan dan Skismatis Timur. Sewaktu seseorang membaca daftar tuntutan “maksimum” yang dibuat oleh Ratzinger, seseorang dapat melihat betapa sederhananya permasalahan ini: tak ada sesuatu yang perlu menjadi bahan dialog, karena kaum bidah dan skismatis perlu berkonversi! Tetapi kita melihat bahwa ini sama sekali bukanlah yang diinginkan Ratzinger maupun ekumenisme.
Saya mengutip teks Ratzinger ini secara penuh tanpa sela agar orang-orang dapat melihat bahwa teks ini sama sekali tidak diambil di luar konteks. Ratzinger secara spesifik menyebutkan, dan lalu secara blak-blakan menolak, ajaran tradisional dari Gereja Katolik bahwa orang-orang Protestan dan Skismatis Timur harus berkonversi kepada Iman Katolik (dan menerima Vatikan I: “cakupan penuh dari definisi tahun 1870”). Ia secara spesifik menolaknya sebagai jalan untuk mencapai kesatuan. Pernyataan ini sungguh adalah bidah dan membuktikan bahwa Ratzinger sungguh adalah seorang bidah non-Katolik!
Kembali ke rangkuman
2. RATZINGER BERKATA BAHWA ORANG-ORANG KATOLIK TIDAK BOLEH BERPEGANG KEPADA VATIKAN I SEBAGAI SATU-SATUNYA “BENTUK” KEUTAMAAN KEPAUSAN YANG MUNGKIN ADA DAN SEBAGAI “BENTUK” YANG DIWAJIBKAN UNTUK SEMUA ORANG
Pernyataannya ini berarti bahwa semua orang Kristen tidak diwajibkan untuk percaya akan Kepausan seturut definisi Vatikan I pada tahun 1870! Pernyataannya ini berarti bahwa kaum skismatis “Ortodoks” bebas menolak Kepausan! Ini adalah penyangkalan yang jelas terhadap Konsili Vatikan I.
Di samping itu, perhatikanlah bagaimana Ratzinger mengakui bahwa sikap Paulus VI yang simbolis bersama Patriark skismatis “adalah suatu upaya untuk mengungkapkan kemustahilan ini secara tepat” – yakni, gerak isyaratnya (seperti berlutut di hadapan perwakilan Patriark Athenagoras yang skismatis dan non-Katolik) mengungkapkan bahwa kaum skismatis tidak perlu percaya akan Kepausan dan Vatikan I! Sadarilah bahwa pernyataan Benediktus XVI ini sungguh membuktikan segala sesuatu yang telah kami katakan (https://vatikankatolik.id/) sehubungan dengan gerak isyarat Yohanes Paulus II yang tanpa henti terhadap kaum skismatis: memberi mereka relikui-relikui; memberi mereka sumbangan; memuji “Gereja-Gereja” mereka; duduk di kursi yang setara dengan mereka; menandatangani deklarasi-deklarasi gabungan bersama mereka; mengangkat ekskomunikasi terhadap mereka.
Kami mendedahkan berulang kali bahwa perbuatan-perbuatan ini sendiri (bahkan tanpa perlu mencermati pernyataan-pernyataannya yang lain) tergolong suatu ajaran bahwa kaum skismatis tidak perlu menerima dogma Kepausan. Ada begitu banyak tradisionalis palsu dan anggota sekte Novus Ordo yang menyangkal hal ini dan mencoba mencari-cari alasan untuk gerak-gerik isyarat tersebut, dengan menganggapnya semata-mata sebagai suatu skandal namun tidak bersifat bidah atau dengan alasan lainnya; tetapi kita di sini melihat Ratzinger – yang kemudian hari menjadi Benediktus XVI, “kepala” baru Gereja Vatikan II – mengakui apa yang kami katakan “secara tepat”. Pernyataannya ini sungguh merupakan pembuktian yang besar, dan benar-benar menghancurkan klaim-klaim sekte Vatikan II … Dan hal ini pun memburuk.
Kembali ke rangkuman
3. RATZINGER SECARA BLAK-BLAKAN MENYANGKAL VATIKAN I DAN DOGMA BAHWA PARA PAUS MEMILIKI YURISDIKSI TERTINGGI
Di dalam bagian-bagian yang panjang dari bukunya, Ratzinger membahas perkara-perkara sehubungan kaum “Ortodoks” Timur (para skismatis), Luther, kaum Protestan, dsb. dengan diskusi-diskusi yang rinci. Diskusi-diskusi ini menarik untuk tujuan kita, sebab diskusi-diskusi ini sungguh merupakan makalah yang di dalamnya tertuang dalil Ratzinger tentang perkara-perkara ini. Dalam diskusinya sehubungan kaum “Ortodoks”, orang dapat menemukan bahwa Ratzinger bahkan tidak percaya akan dogma Kepausan. Penting adanya untuk mengingat bahwa kaum Skismatis Timur (mereka yang disebut-sebut sebagai “Ortodoks”) sering kali siap mengakui bahwa para Paus adalah penerus St. Petrus sebagai Uskup Roma. Banyak dari kaum “Ortodoks” juga berkata bahwa Sri Paus, sebagai Uskup Roma, adalah “yang pertama dari antara yang setara” yang memiliki suatu “keutamaan kehormatan”, tetapi mereka menyangkal kenyataan (dan penyangkalan ini merupakan bidah dan skisma mereka yang utama) bahwa para Paus memiliki suatu keutamaan yurisdiksi tertinggi dari Kristus untuk memerintah segenap Gereja.
Ratzinger mendiskusikan posisi kaum skismatis, yang menolak keutamaan yurisdiksi tertinggi para Paus, dan di sini, ia berkata demikian:
Ini adalah suatu penyangkalan yang mencengangkan dan eksplisit terhadap dogma Kepausan dan kanon yang infalibel yang tertulis di bawah! Ratzinger mengumumkan posisi Patriark skismatis itu, yang tidak mengakui keutamaan yurisdiksi tertinggi milik Sri Paus, dan ia tidak hanya memberi tahu kita bahwa posisi orang skismatis itu dapat diterima (seperti yang sudah kita lihat), tetapi bahwa posisi skismatis itu kenyataannya mungkin merupakan posisi yang benar tentang Uskup Roma! Dalam kata lain, Kepausan (yurisdiksi tertinggi dari para Paus di atas Gereja universal berkat institusi Kristus sebagai para penerus St. Petrus) mungkin tidak ada sama sekali! Ini adalah suatu bidah yang mencengangkan, luar biasa, dan sangat besar!
Kenyataan bahwa pria ini pernah mengaku diri sebagai Sri Paus sewaktu ia bahkan tidak percaya akan Kepausan pastinya merupakan salah satu dari penipuan yang terbesar di dalam sejarah umat manusia. Orang-orang yang bersikeras memegang pandangan bahwa orang non-Katolik ini adalah Paus, orang-orang semacam itu membantu menyebarluaskan penipuan yang luar biasa besarnya itu.
Kembali ke rangkuman
4. RATZINGER MENYANGKAL BAHWA KEPAUSAN BAHKAN DIPERCAYAI PADA MILENIUM PERTAMA DAN MEMBERI TAHU KITA BAHWA INILAH ALASAN KITA TIDAK DAPAT MEWAJIBKAN KAUM SKISMATIS UNTUK PERCAYA AKAN KEPAUSAN
Ini adalah suatu bidah lain yang mencengangkan! Ratzinger kembali berkata bahwa posisi skismatis dari Patriark Athenagoras yang non-Katolik, yang menolak Kepausan dan semata-mata mengakui Uskup Roma sebagai penerus St. Petrus dengan suatu keutamaan kehormatan TETAPI BUKAN KEUTAMAAN YURISDIKSI TERTINGGI adalah posisi yang memuaskan! Di samping itu, Ratzinger berkata bahwa alasan kita tidak dapat mengharapkan kaum “Ortodos” untuk percaya akan Kepausan (keutamaan yurisdiksi tertinggi dari para Paus, bukan hanya suatu keutamaan kehormatan) adalah karena Kepausan bahkan tidak dipercayai pada milenium pertama! Maka dari itu, Ratzinger percaya bahwa keutamaan yurisdiksi tertinggi yang dianugerahkan oleh Yesus Kristus atas St. Petrus dan para penerusnya hanya suatu fiksi belaka, suatu rekaan zaman kemudian, yang tidak dipercayai di masa Gereja perdana. Ia berkata bahwa posisi Athenagoras yang skismatis – yang percaya bahwa penerus St. Petrus semata-mata memiliki keutamaan kehormatan – adalah “doktrin keutamaan sebagaimana yang dikenal pada milenium pertama” dan bahwa “Roma tidak perlu meminta lebih banyak”! Perhatikan betapa sang pemurtad ini secara langsung menyangkal Vatikan I, yang mendefinisikan bahwa keutamaan yurisdiksi diakui di sepanjang segala abad:
Ratzinger (yang di kemudian hari menjadi Benediktus XVI) sepenuhnya menolak dogma ini dan segenap Iman Katolik.
Kembali ke rangkuman
5. RATZINGER BERKATA BAHWA VALIDITAS MISA TIDAK BERGANTUNG KEPADA KATA-KATA MELAINKAN KEPADA KOMUNITAS. IA JUGA BERKATA BAHWA ORANG-ORANG YANG MEMANDANG NOVUS ORDO TIDAK VALID BERADA DI LUAR GEREJA
Paragraf ini menarik dan juga luar biasa sesat. Pertama, ia mencela “suatu integralisme yang baru” yang terobsesi dengan “kata-kata” liturgi (yakni, formula liturgi) sehubungan dengan validitas. Ia jelas sedang berbicara tentang kaum Katolik Tradisionalis, yang melawan Novus Ordo serta perubahannya dalam hal formula (yakni, kata-kata) dari Konsekrasi. Ia berkata bahwa kelompok ini memandang “liturgi Gereja tidak valid” [Novus Ordo] dan “dengan demikian menempatkan dirinya sendiri di luar Gereja.” Ia lalu berkata bahwa validitas liturgi tidak bergantung kepada kata-kata yang spesifik, melainkan kepada komunitas. Ini adalah suatu bidah yang mencengangkan, yang menghancurkan ajaran Katolik tentang sakramen.
Dan inilah persisnya alasan Ratzinger menyetujui dokumen bernama buruk yang kami bahas di dalam Bidah Minggu Ini beberapa tahun lalu, yang menyatakan bahwa sebuah Misa skismatis tanpa kata-kata Konsekrasi valid adanya dan boleh dihadiri!
Semua ini membuktikan bahwa Ratzinger tidak memiliki Iman Katolik bahkan sekelumit pun. Besar kemurtadannya tak terlukiskan; dan ia tentunya luar biasa akrab dengan Iman Katolik yang senantiasa ditolaknya. Hal itu dibuktikannya di sepanjang bukunya. Siapa saja yang membaca karya tulisnya dapat dengan mudah menyadari bahwa pria ini sangat amat akrab dengan Iman Katolik yang terus-menerus ditolaknya.
Kembali ke rangkuman
6. RATZINGER BERKATA BAHWA KITA TIDAK BISA TAHU APABILA PERKATAAN YESUS BENAR
Ini adalah salah satu bidah yang paling mencengangkan yang pernah saya lihat. [Mohon mencatat: saya sudah membaca buku dan bagian-bagian ini dengan sangat cermat dan kutipan-kutipan ini tidak diambil di luar konteks.] Ratzinger tidak hanya berkata bahwa kita tidak dapat memutuskan apabila perkataan Yesus benar, tetapi ia berkata bahwa kita dapat memperdebatkan apabila Ia bahkan mengatakannya. Kemungkinan, hal yang paling mencengangkan tentang ujarannya ini bukanlah bahwa si pemurtad Ratzinger percaya akan ujaran dirinya ini, tetapi bahwa para anggota Novus Ordo yang konservatif dapat membaca buku semacam ini dan tetap berkata bahwa Ratzinger “kemungkinan adalah teolog terbaik dari era modern” (Romo Peter Stravinskas, sampul belakang dari buku Gospel, Catechesis, Catechism [Injil, Katekese, Katekismus], oleh Joseph Ratzinger).
Kembali ke rangkuman
7. RATZINGER KEMBALI BERKATA BAHWA ORANG-ORANG KATOLIK TIDAK MENUNTUT AGAR ORANG-ORANG PROTESTAN BERKONVERSI
Untuk memperluas tema penolakan terhadap “solusi maksimum” dengan cara konversi, Ratzinger kembali menolak secara eksplisit mengonversikan orang-orang Protestan pada halaman 202.
Ia tidak ingin agama-agama Protestan dibubarkan dan diubah menjadi agama Katolik, tetapi sebaliknya berharap agar mereka akan dikuatkan di dalam keyakinan mereka akan Protestantisme.
Kembali ke rangkuman
8. RATZINGER MENCAP SEBAGAI “KERAS” DAN MENOLAK DEFINISI DOGMATIS INFALIBILITAS KEPAUSAN VATIKAN I, BAHWA SRI PAUS MENDEFINISIKAN DOGMA ATAS DASAR OTORITASNYA SENDIRI
Di dalam definisi dogmatis Infalibilitas Kepausan berikut, mohon perhatikan bagian yang ditebalkan dan digarisbawahi.
Dogma ini mengajarkan bahwa sewaktu seorang Paus mendefinisikan suatu dogma secara ex cathedra, ia melakukannya “atas dasar dirinya sendiri” (ex sese). Tetapi, Sri Paus tidak perlu pemufakatan Gereja atau para uskup untuk membuat definisi; ia sendirilah yang memiliki kuasa yurisdiksi yang tertinggi, yang di dalamnya termasuk “kuasa tertinggi milik Magisterium” (Konsili Vatikan I, Denzinger 1832). Penyangkalan terhadap hal ini adalah penolakan terhadap dogma, Konsili Vatikan I, dan Infalibilitas Kepausan. Coba tebak apa yang terjadi? Ratzinger menyangkal dogma ini secara khusus. Ia secara harfiah memberikan kita kuliah tentang cara menyangkal Vatikan I.
Jangan anda dibingungkan oleh ambiguitas pada akhir kutipan ini. Kenyataannya adalah Ratzinger menyebut definisi Vatikan I yang infalibel, bahwa Sri Paus membuat definisi atas dasar dirinya sendiri (ex sese), sebagai sesuatu yang “keras”; dan ia berkata bahwa sebuah deklarasi pasca-Vatikan II “dirumuskan secara lebih akurat” daripada definisi dogmatis Vatikan I! Pernyataan yang terakhir ini adalah suatu bidah yang jelas, sebab artinya adalah ajaran Vatikan I yang infalibel tidak memiliki keakuratan yang sempurna. Pernyataan yang sebelumnya, bahwa Vatikan I “keras” dan “sangat ambigu” berbau bidah dan memperlihatkan loreng-loreng skismatis yang dimiliki Ratzinger.
Kembali ke rangkuman
9. RATZINGER BERKATA BAHWA GEREJA SKISMATIS YUNANI ADALAH SUATU GEREJA YANG SEJATI WALAUPUN TIDAK TUNDUK KEPADA SRI PAUS
Pernyataan ini sepenuhnya bidah.
Kembali ke rangkuman
10. RATZINGER MEMUJI “KEAGUNGAN” DARI “SEMANGAT ROHANI” LUTHER
Ratzinger memuji “keagungan” dari “semangat rohani” milik seorang bidah dan musuh yang mungkin terburuk dari Gereja Katolik di dalam sejarah – seorang pria yang meluncurkan serangan-serangan yang ganas terhadap dogma Katolik, Kepausan, dan bahkan kemurnian jiwa Tuhan kita. Saya kira patut dicatat bahwa Ratzinger menyatakan hal ini pada halaman 263 dari bukunya. Perkataannya ini ada hanya dua halaman sebelum Ratzinger mengutip beberapa serangan Luther yang ganas terhadap Gereja Katolik. Pernyataan Ratzinger yang memuji “keagungan” dari “semangat rohani” Luther juga ada dua halaman sebelum Ratzinger kembali menggunakan kata “agung” secara positif untuk mendeskripsikan St. Carolus Borromeus:
Ratzinger kembali berbicara tentang Luther pada halaman 291, catatan kaki 17:
Kembali ke rangkuman
11. RATZINGER BERKATA BAHWA KRESNA ADALAH SUATU SIMBOL KRISTUS
St. Paulus mengajarkan kita bahwa ilah-ilah orang-orang pagan adalah roh-roh jahat (1 Kor. 10:20). Hal yang sama ini juga diajarkan di dalam Mazmur 95:5. Hinduisme adalah suatu agama pagan yang menyembah berhala-berhala (iblis). Itulah ajaran Gereja Katolik.
Kresna didefinisikan sebagai “dewa agung atau pahlawan yang didewakan, yang disembah sebagai penjelmaan Wisnu”. Kresna adalah berhala, sesosok Antikristus. Orang Kristen tahu bahwa Kresna adalah suatu simbol iblis dan Antikristus, yang merupakan antitesis Penjelmaan Allah yang esa dan sejati, Yesus Kristus. Tetapi Ratzinger si pemurtad itu memberi tahu kita bahwa Kresna adalah suatu simbol Yesus Kristus. Ini adalah kemurtadan total.
Kembali ke rangkuman
12. RATZINGER MENGAKUI BAHWA VATIKAN II MENENTANG AJARAN MAGISTERIAL PAUS PIUS X TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA SERTA AGAMA-AGAMA SESAT
Gereja Katolik mendogmakan bahwa Negara memiliki suatu hak, dan memang, suatu kewajiban untuk mencegah para anggota dari agama sesat agar tidak secara publik menyebarkan dan mempraktikkan iman-iman mereka yang sesat. Negara-Negara harus melakukan hal ini demi melindungi kebaikan bersama – kebaikan jiwa-jiwa – yang dicelakakan oleh penyebaran kejahatan secara publik. Inilah mengapa Gereja Katolik selalu mengajarkan bahwa Katolisisme haruslah menjadi satu-satunya agama Negara, dan bahwa Negara harus selalu mencegah dan melarang pengakuan dan penyebaran secara publik segala agama lain. Dogma ini diajarkan secara Magisterial oleh banyak Paus, termasuk di dalam Silabus Kesalahan-Kesalahan milik Paus Pius IX, di mana Pius IX mengutuk pandangan yang berlawanan.
Tetapi Vatikan II mengajarkan hal yang justru berlawanan. Ajaran Vatikan II tentang kebebasan beragama telah dapat secara harfiah disematkan kepada kesalahan-kesalahan yang ada di dalam Silabus Kesalahan-Kesalahan yang dikutuk oleh Paus Pius IX.
Di dalam kutipan di atas, Ratzinger secara blak-blakan mengakui bahwa keduanya berlawanan satu dengan yang lainnya, dan bahwa Vatikan II adalah semacam “kontra-silabus”. Jadi, jika anda pernah bertemu orang-orang yang mencoba berkata bahwa Vatikan II tidak menentang dogma Katolik, kutiplah Ratzinger untuk melawan mereka. Ia mengatakannya berulang-ulang kali di dalam bukunya, dan menyebut ajaran Vatikan II “kontra-silabus”!
Ini memang suatu bidah yang mencengangkan!
Kembali ke rangkuman
13. RATZINGER BERKATA BAHWA POSISI LUTHER TENTANG GEREJA PARA BAPA BENAR ADANYA
Ini adalah suatu bidah yang mencengangkan. Ia berkata bahwa wawasan yang dimiliki oleh Luther tentang kesetiaan kepada Gereja Para Bapa terbukti benar! Wawasan apakah yang dimaksudkannya? Kita menemukan pada halaman yang persis sebelumnya (hal. 140), Ratzinger mengutip teks-teks Luther, yang di dalamnya Luther mencela para Bapa Gereja:
Jadi, satu halaman setelah ia mengutip serangan-serangan Luther terhadap para Bapa, Ratzinger berkata bahwa posisi Luther sehubungan dengan hal ini terbukti benar.
Kembali ke rangkuman
14. RATZINGER BERKATA BAHWA DOKTRIN KONSILI TRENTE TENTANG IMAMAT LEMAH ADANYA DAN HASILNYA MENIMBULKAN BENCANA
Ratzinger sedang mendiskusikan pandangan Katolik dan Protesan tentang imamat. Ia berkata bahwa Dekret Konsili Trente yang infalibel tentang imamat lemah adanya dan hasilnya menimbulkan bencana. Ia juga berkata bahwa “kegelisahan” terhadap ajaran Trente “merekah” oleh karena “posisi ekumenis pemberani” yang diambil oleh Vatikan II. Ia dengan demikian sedang mengakui bahwa ajaran Vatikan II secara langsung menimbulkan penolakan terhadap ajaran Konsili Trente yang infalibel atau pergeseran dari ajaran itu.
Kembali ke rangkuman
15. RATZINGER BERKATA BAHWA PENYANGKALAN LUTHER TERHADAP IMAMAT PATUT DIBERI “BOBOT”
Ia sedang berkata bahwa serangan-serangan dan penyangkalan-penyangkalan yang ganas dari Martin Luther, pemuka bidah itu, terhadap dogma Katolik tentang imamat patut diberi bobot. Pernyataannya ini sepenuhnya bidah.
Kembali ke rangkuman
16. RATZINGER BERKATA BAHWA PEMBAPTISAN BAYI TIDAK BERNILAI ATAUPUN BERTUJUAN
Ini adalah suatu bidah raksasa yang luar biasa dan mencengangkan! Ia sedang berkata bahwa pembaptisan bayi tidak bermakna ataupun bertujuan! Lantas, beberapa orang mungkin bertanya-tanya mengapa Ratzinger mempraktikkan pembaptisan bayi? Alasannya adalah bahwa ia tidak melihat ada masalah dalam hal mempraktikkan dan menjalankan kebiasaan semacam itu, yang baginya tidak bermakna ataupun bertujuan. Demikian pula, ia memampangkan diri sebagai “Sri Paus” meskipun ia bahkan tidak percaya akan keutamaan yurisdiksi tertinggi milik para Paus, seperti yang sudah terbukti. Demikian pula, ia memampangkan diri sebagai kepala Gereja Yesus Kristus walaupun ia bahkan tidak percaya bahwa kata-kata Yesus pastinya benar, seperti yang telah terbukti. Kita juga harus mengingat bahwa Ratzinger adalah pendusta dan penipu; dan ia membuat dusta dan penipuannya secara sengaja. Pada awal tahun 1980-an, Ratzinger berkata bahwa Rahasia Ketiga Fatima membahas bahaya-bahaya yang mengancam Iman. Tetapi ia sama sekali menentang pernyataannya itu di dalam buku The Message of Fatima [Pesan Fatima] di tahun 2000. Ia adalah seorang musuh Gereja yang fasik dan seorang pemurtad penuh; dan ia telah menjadi seorang musuh Gereja sejak Vatikan II. Ia menghadiri Vatikan II sewaktu ia masih seorang imam, dan ia adalah salah seorang bidah yang paling radikal pada Konsili tersebut. Pada Konsili Vatikan II, Ratzinger tidak mengenakan jubah ataupun kerah imamat, melainkan kemeja dan dasi. Ratzinger berbohong, menentang dirinya sendiri, dan hendak menipu. Apa yang dikatakannya di atas adalah suatu penyangkalan yang jelas terhadap pembaptisan bayi karena tidak ada katekumenat dalam pembaptisan bayi. Ia sungguh seorang pemurtad non-Katolik!
Kembali ke rangkuman
17. RATZINGER MENGAJARKAN BAHWA DOKTRIN KATOLIK TENTANG MISA ADALAH DOKTRIN YANG RUSAK SAMPAI PADA INTINYA
Pada halaman 255 dari bukunya, Ratzinger sedang membahas apa yang dianggapnya sebagai perkembangan-perkembangan yang merusak pada Abad Pertengahan. Karena ia meluangkan waktu yang agak panjang untuk mengembangkan pokok permasalahannya, saya harus menyediakan banyak konteks untuk mendedahkan bidah yang luar biasa, yang dituturkannya dalam konteks ini:
Pernyataannya ini merupakan penghinaan penuh terhadap Gereja Katolik, dan suatu penolakan total terhadap indefektibilitas Gereja. Pernyataannya ini adalah suatu penghujatan penuh terhadap Kurban Suci Misa. Ratzinger menyatakan bahwa ajaran Gereja tentang Kurban Suci Misa dan ritus-ritus liturgisnya rusak “bahkan sampai kepada intinya yang terdalam”. Di samping itu, ia mengajarkan bahwa ritus-ritus Gereja “meredupkan” kehadiran Roh dan “mengeruhkan” keesaan dari Ia yang disalibkan dan Tuhan yang bangkit. Ia lalu menyatakan bahwa dogma buah-buah Kurban Suci Misa adalah suatu rekaan yang memberi makna kepada stipendium; dalam kata lain, dogma tentang buah-buah Misa sederhananya direka untuk mendapatkan uang: “adistruktur ideologis dari suatu keadaan ekonomi tertentu”. Pada akhirnya, ia menyatakan bahwa privatisasi Misa juga merupakan hasil dari stipendium. Ratzinger (Benediktus XVI) adalah seorang pemurtad yang teranatema, yang sepenuhnya menolak dan dikutuk oleh Konsili Trente yang infalibel.
Kembali ke rangkuman
18. RATZINGER MENGAJARKAN BAHWA PERJANJIAN LAMA VALID
Perjanjian Lama dihapuskan oleh Perjanjian yang Baru dan Kekal. Ini adalah suatu dogma. Ratzinger menolak dogma ini. Bidah yang sama ini diajarkan oleh Yohanes Paulus II dan diajarkan secara konsisten oleh para “Uskup” Novus Ordo. Karena ia berpegang kepada bidah ini, Ratzinger menulis Prakata dari buku yang berjudul The Jewish People dan the Holy Scriptures in the Christian Bible [Orang-Orang Yahudi dan Kitab Suci Mereka di dalam Kitab Suci Kristiani]. Buku ini (dari tahun 2001) berargumentasi bahwa penantian orang-orang Yahudi untuk kedatangan sang Mesias dibenarkan dan diabsahkan oleh Perjanjian Lama. Hal ini berarti bahwa beberapa tahun lalu, Ratzinger menyangkal bahwa Yesus Kristus adalah Mesias.
Kembali ke rangkuman
19. RATZINGER BERKATA BAHWA DOGMA KATOLIK TENTANG SAKRAMEN-SAKRAMEN TERCAMPURADUKKAN DENGAN AJARAN-AJARAN PINJAMAN DARI AGAMA-AGAMA MISTERI YANG SESAT
Ada tiga poin yang menarik tentang paragraf ini. Pertama, ia berkata bahwa “bahkan solusi Luther” tidak meyakinkan dalam perkara iman dan pembaptisan, seakan-akan posisi-posisi Luther yang bidah normalnya meyakinkan!
Kedua, ia berkata bahwa dapat dimaklumi bahwa banyak ekseget menganggap iman dan pembaptisan sebagai dua jalan yang berbeda dan tidak dapat bertemu. Baiklah, jadi, dogma Katolik yang mengajarkan bahwa seseorang dibenarkan oleh iman melalui pembaptisan itu salah, dan bidah Protestan bahwa justifikasi tidak dapat berasal dari pembaptisan (sebab menurut mereka, pembaptisan berasal dari iman) itu benar!
Ketiga, dan poin ini adalah yang terburuk, Ratzinger berkata bahwa ajaran Katolik tentang iman dan pembaptisan melibatkan apa yang sungguh-sungguh bersifat Kristiani yang anehnya dikombinasikan dengan “pinjaman dari agama-agama misteri”!
Kembali ke rangkuman
20. RATZINGER BERKATA BAHWA AJARAN GEREJA TIDAK MENGUCILKAN ORANG-ORANG YANG MEMEGANG PANDANGAN-PANDANGAN YANG BERLAWANAN
Pernyataan ini jelas merupakan bidah.
Kembali ke rangkuman
21. RATZINGER MENGAKUI BAHWA AJARAN VATIKAN II BARU DAN BERBEDA
Pernyataan ini sangat menarik. Pertama, perhatikan bahwa ia menyebut infalibilitas sebagai “problem”. Ia selalu berbicara dengan cara demikian, dan terus-menerus merujuk kepada dogma-dogma Katolik sebagai “problem”.
Kedua, perhatikan bahwa ia menempatkan “infalibilitas” dalam tanda kutip, seolah-olah itu bukan suatu konsep yang sejati. Ia sering melakukannya dengan hal-hal seperti “dosa asal” (hal. 93) dan “Syahadat Para Rasul”: “syahadat pembaptisan Gereja Roma, yang disebut-sebut sebagai ‘Syahadat Para Rasul’” (Ratzinger, Gospel, Catechisis, Catechism [Injil, Katekese, Katekismus], 1995, hal. 33.). Kelakuannya itu jelas memberi kesan bahwa ia bahkan tidak percaya akan dogma-dogma itu.
Ketiga, dan ini merupakan poin yang paling penting, Ratzinger secara eksplisit menyiratkan bahwa dokumen yang dirujuknya itu “secara amat berhati-hati tidak menggunakan rumusan-rumusan yang dirancang oleh dokumen itu sendiri atau rumusan-rumusan proklamasi-proklamasi Gereja yang sebelumnya demi menghindarkan kesan apa pun bahwa dokumen tersebut mungkin berbalik kepada posisi-posisi yang dipegang sebelum Konsili itu.” Pernyataannya ini membuktikan bahwa posisi Vatikan II tentang ekumenisme – yang berkenaan dengan Iman dan cara pandang orang-orang Katolik terhadap Gereja serta orang-orang yang berada di luar Gereja – berbeda dari posisi dari “proklamasi-proklamasi Gereja yang sebelumnya”. Terbukti dari kata-kata Ratzinger sendiri, bahwa agama Vatikan II adalah suatu iman yang baru, suatu agama sesat yang baru dan berlawanan dengan agama yang diserukan oleh proklamasi-proklamasi Gereja yang sebelumnya.
Kembali ke rangkuman
22. RATZINGER BERKATA BAHWA DOGMA KONSILI TRENTE TENTANG IMAMAT HANYALAH SUATU SERANGAN TERHADAP LUTHER
Pernyataan ini bukan hanya merupakan penghinaan yang parah terhadap Konsili Trente, dan menyingkapkan benak pemurtad Joseph Ratzinger, pernyataan ini adalah bidah yang amat jelas. Alasan pernyataan ini jelas merupakan bidah, adalah bahwa Konsili Trente secara khusus mendeklarasikan bahwa dekretnya bertujuan agar para umat beriman mengetahui kebenaran Katolik tentang imamat.
Kita dapat melihat bahwa tujuan satu-satunya dari dekret Konsili Trente yang infalibel bukanlah untuk membantah Luther dan untuk membuat antitesis-antitesis terhadap bidah-bidah Luther. Itu memang merupakan salah satu tujuan Konsili Trente, tetapi bukan tujuan satu-satunya Konsili itu. Memperjelas ajaran Gereja tentang Sakramen Penahbisan adalah salah satu tujuannya yang lain. Pernyataan Ratzinger ini bidah dan menghina ajaran Magisterium, seolah-olah dekret-dekretnya yang terluhur hanya perlu dipahami sebagai anak-anak sekolahan yang saling bertukar olok-olok.
Kembali ke rangkuman
23. RATZINGER MENGAJARKAN BAHWA ORANG-ORANG PROTESTAN MEMILIKI KEHADIRAN EKARISTI
Saat berbicara tentang konteks bilamana orang-orang Protestan memiliki Kehadiran Nyata Kristus di dalam Ekaristi, Ratzinger berkata bahwa ajaran Katolik sama sekali tidak menyangkal bahwa orang-orang Protestan yang percaya akan kehadiran Tuhan berbagi dalam kehadiran itu. Ia sama sekali tidak berkata sekali pun bahwa mereka tidak memiliki Kehadiran Nyata Kristus karena mereka tidak memiliki imamat yang valid ataupun Ekaristi yang valid. Kenyataannya, ia berkata bahwa posisi yang mengajukan bahwa orang-orang Protestan itu tidak punya imamat yang valid ataupun Ekaristi yang valid (yang merupakan suatu fakta dogmatis) merupakan penafsiran yang “sempit”! Pernyataannya ini kembali membuktikan bahwa Ratzinger sama sekali menolak Iman Katolik segenap-genapnya.
Kembali ke rangkuman
24. RATZINGER SEPENUHNYA MENGHUJAT TRADISI GEREJA
Pernyataan ini adalah penyangkalan terhadap salah satu dari dua sumber Wahyu: Tradisi Suci. Tradisi Suci dijaga dan diwariskan secara infalibel oleh Magisterium Gereja Katolik. Apa yang dikatakan oleh Ratzinger mustahil adanya dan penuh hujat. Pernyataannya ini akan menjadikan Tuhan kita sebagai seorang pendusta dan Gereja sebagai suatu agama palsu nan cacat ciptaan manusia. Dan mohon mencatat: Ratzinger tidak sedang berbicara tentang anggota-anggota Gereja atau tradisi-tradisi yang dianut secara perorangan. Ia sedang berbicara tentang Gereja sendiri dan tradisi-tradisi resmi milik Gereja, tradisi Gereja Katolik yang sesungguhnya. Hal ini tidak dapat dipungkiri berdasarkan konteks di atas, di mana ia membahas tradisi Gereja dalam konteks sebagai penerus resmi tradisi Yesus dan “sine qua non” (yang tanpanya, tidak ada/unsur yang diperlukan secara mutlak) bagi suatu partisipasi dalam tradisi Yesus. Dalam konteks itu, ia menghujat dan menolak banyak tradisi Gereja sebagai tradisi manusia belaka.
Kembali ke rangkuman
25. RATZINGER KEMBALI BERKATA BAHWA GEREJA-GEREJA SKISMATIS TIMUR ADALAH GEREJA-GEREJA SEJATI
Ratzinger sedang mendiskusikan bagaimana suatu simbolum atau syahadat tertentu harus dihasilkan oleh segenap Gereja. Dalam konteks ini, ia berkata bahwa para Uskup dari sekte-sekte Skismatis Timur termasuk di dalamnya karena mereka telah “menjaga utuh warisan iman” dan “terus menjadi suatu bagian yang integral dari Gereja secara keseluruhan.” Hal ini berarti bahwa para Uskup skismatis yang non-Katolik merupakan bagian dari Keuskupan Gereja yang sejati dan bahwa mereka memiliki Iman yang sejati. Ini adalah bidah terang-terangan.
Kembali ke rangkuman
26. RATZINGER MENGUTUK TRADISIONALISME SEBAGAI ANTITESIS KATOLISITAS
Ya, Ratzinger, perkataan ini sangat berarti, terutama karena perkataan ini berasal dari diri anda; sebab kita semua dapat melihat kesetiaan diri anda yang mendalam kepada dogma Katolik. Kami semua dapat melihat bahwa anda sungguh merupakan tiang penyangga ortodoksi – maksudnya, “Ortodoksi Timur”. Bagi mereka yang ragu bahwa Ratzinger sedang berbicara tentang kelompok-kelompok tradisionalis, mereka perlu mengetahui bahwa ia lalu membahas buku Missal Paus Pius V pada halaman 390.
Kembali ke rangkuman
27. RATZINGER MENGKHOTBAHKAN BAHWA MANUSIA ADALAH ALLAH
Pernyataannya ini berarti bahwa percaya akan Yesus setara dengan percaya akan kodrat manusia sendiri. Maknanya adalah kodrat manusia sendiri adalah bahwa dirinya adalah Allah. Ratzinger jelas dirasuki oleh roh Antikristus yang sama yang merasuki Yohanes Paulus II dan Paulus VI. Roh ini menyebabkan mereka melarutkan Kristus, dengan mengkhotbahkan bahwa setiap manusia, pada kenyataannya, adalah Yesus.
Kembali ke rangkuman
28. RATZINGER BERKATA BAHWA KEKRISTENAN MENYERAP AGAMA-AGAMA SESAT KE DALAM DIRINYA SENDIRI
Kembali ke rangkuman
29. RATZINGER MEMUJI BIARA EKUMENIS TAIZE (YANG TERDIRI DARI ORANG-ORANG “KATOLIK” DAN NON-KATOLIK) DAN BERKATA BAHWA BIARA SEMACAM ITU SEHARUSNYA DIPERBANYAK
Biara ekumenis Taize yang terkenal bertempat di wilayah selatan Bourgogne dari negeri Prancis. Komunitas Taize “ terdiri lebih dari seratus orang bruder: Katolik dan dari berbagai latar belakang Protestan, yang datang lebih dari dua puluh lima negara.” [Taize]
Ini adalah suatu bidah yang mencengangkan. Ia memuji Biara Taize yang non-Katolik itu; dan ia menganjurkan agar komunitas-komunitas yang serupa dibentuk, dan dengan demikian, ia menganjurkan orang-orang supaya menjadi non-Katolik.
Kembali ke rangkuman
30. RATZINGER SAMA SEKALI MENYANGKAL KESATUAN GEREJA KATOLIK - RATZINGER MEMBUKTIKAN KEAKRABANNYA DENGAN AJARAN KATOLIK – BERBAGAI KUTIPAN LAIN YANG TERKAIT
Ajarannya ini sungguh merupakan penolakan penuh terhadap salah satu tanda yang khas milik Gereja Katolik, yaitu kesatuannya.
Kembali ke rangkuman
RATZINGER MEMBUKTIKAN KEAKRABAN DIRINYA DENGAN AJARAN KATOLIK
Seperti yang sudah dinyatakan sebelumnya, ketika Ratzinger secara konsisten menuturkan bidah-bidah yang paling mencengangkan, ia juga memperlihatkan keakraban yang amat besar dengan ajaran-ajaran Katolik. Berikut ini salah satu kutipan yang membuktikan poin ini, jika orang meragukannya:
Kembali ke rangkuman
BEBERAPA KUTIPAN LAIN YANG TERKAIT
Berikut ini beberapa kutipan lain yang patut dicatat dari bukunya ini:
Kembali ke rangkuman
31. RATZINGER MENYANGKAL KEBANGKITAN
Ada banyak bagian dari buku Ratzinger yang mengajarkan jenis kemurtadan Modernis yang dikutuk oleh Paus St. Pius X dalam surat ensiklik Pascendi. Ratzinger percaya bahwa segala Iman pada dasarnya adalah pengalaman setiap orang. Istilah yang digunakannya tampak diambil secara langsung dari ajaran Modernis yang dikutuk oleh Pius X. Saya ingin berfokus kepada ajaran Ratzinger tentang Kebangkitan. Dalam bukunya, Ratzinger mengaitkan setiap pasal Iman Katolik kepada Kebangkitan dalam suatu cara yang sesat dan dilebih-lebihkan.
Sebelum pernyataannya ini saya komentari, coba saya katakan bahwa St. Paulus memang benar berkata dalam 1 Korintus 15:17: “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.” St. Paulus sedang mengungkapkan kenyataan bahwa Kebangkitan membuktikan bahwa Tuhan kita memiliki kuasa atas maut; Kebangkitan-Nya merupakan bukti yang terbesar bagi Keilahian-Nya. Seandainya Kebangkitan-Nya tidak benar, lantas seluruh Iman Kristiani tidak akan benar. Demikian pula, memang benar bahwa menolak satu dogma pun dari Iman Katolik adalah menolak seluruh Iman itu, sebab semua dogma berasal dari penjamin yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus.
Namun dalam paragraf di atas itu, Ratzinger sedang menyatakan suatu hal yang lebih daripada yang diajarkan St. Paulus. Ratzinger sedang menyelami Kebangkitan lebih daripada yang dapat dilakukan seseorang. Ia sedang berkata bahwa asal-muasal segala dogma Kristiani adalah Kebangkitan:
Pertama-tama, kita tahu bahwa hal itu tidak benar, sebab para rasul percaya bahwa Tuhan kita adalah Putra Allah sebelum Kebangkitan (Mat. 16:16; Mat. 14:33). Mukjizat-mukjizat yang dikerjakan Tuhan kita di hadapan para Rasul sebelum terjadinya Kebangkitan membuktikan bahwa Dia adalah Putra Allah. Lantas, mengapa Ratzinger berupaya memperlihatkan bahwa asal-muasal setiap dogma ada dalam Kebangkitan – suatu pandangan yang jelas salah – bahkan asal-muasal dogma bahwa Yesus adalah Putra Allah? Mengapakah ia begitu sibuk membungkus asal-muasal segala sesuatu dalam Kebangkitan? Saya tadinya tidak paham alasannya, sampai saya mencapai halaman 186.
Sekarang, kita melihat alasan Ratzinger begitu sibuk berargumen bahwa semua dogma Katolik memiliki “asal-muasal” dalam Kebangkitan! Alasannya adalah supaya ketika ia menyangkal bahwa Kebangkitan bahkan bersifat historis, ia bisa meruntuhkan seluruh Iman Kristiani dengan satu pukulan! Ular semacam inilah, atau kalau kita berbicara dengan istilah yang lebih tepat, tikus dari lubang Neraka semacam inilah yang sedang anda hadapi. Ratzinger ingin menghancurleburkan Iman orang akan Yesus Kristus dan agama Katolik, dan ia melakukannya dengan cara yang diperhitungkan, memancing anda sehingga dia bisa mendorong anda ke tepi jurang. Ada suatu alasan Iblis – dengan seizin Allah – telah memilih Ratzinger sebagai kepala sekte Vatikan II pada fase sejarah ini.
Karena Ratzinger adalah seorang pemurtad Modernis, ia menyangkal bahwa mukjizat-mukjizat Yesus sungguh-sungguh bersifat historis.
Kita bisa melihat bahwa Pius X dengan saksama menunjukkan kemurtadan Ratzinger. Paus Pius X menjelaskan bahwa kaum Modernis menolak fakta bahwa segala mukjizat Tuhan kita sungguh-sungguh bersifat historis: “[kaum Modernis berkata bahwa] segala sesuatu yang bersifat ilahi harus dihapuskan dari sejarah Kristus.” Para pemurtad Modernis seperti Ratzinger berpendapat bahwa asal-muasal Iman termuat dalam pengalaman awal.
Dalam kata lain, bagi kaum Modernis, asal-muasal Iman ada dalam pengalaman milik seseorang, pengalaman yang tidak sungguh-sungguh bersifat historis. Itu adalah suatu “pengalaman” (yang tidak benar-benar bersifat historis) yang dibuat-buat atau mengada-ngada demi memuaskan indra batiniah agamawi milik manusia. Dalam perkara agama Kristiani, pengalaman itu kelihatannya (seturut kaum Modernis) adalah peristiwa Kebangkitan yang non-historis.
Lihatlah kutipan ini dan lihatlah bagaimana Ratzinger secara persis mengungkapkan kemurtadan Modernis!
Di seputar “pengalaman” yang non-historis itu, segala aspek lain dari Iman pada dasarnya dibuat-buat dan direka-reka. Pendirian Gereja, jati diri Tuhan kita sebagai Putra Allah, dll. bukanlah hal yang sungguh-sungguh terjadi menurut kaum modernis, namun semuanya itu dilukis di seputar pengalaman awal yang non-historis ini (Kebangkitan yang direka-reka). Oleh karena itulah Ratzinger, si pemurtad itu berkata bahwa seluruh Iman Kristiani memiliki “asal-muasalnya” di dalam Kebangkitan.
Janganlah anda teperdaya sama sekali, anda sedang menghadapi roh jahat yang begitu durjananya dalam diri Ratzinger, yang telah menjadi Anti-Paus Benediktus XVI dan kepala dari Sekte Vatikan II. Berikut beberapa kutipan lain di mana Ratzinger menyingkapkan selera Modernisnya, doktrin murtad bahwa segala iman adalah “pengalaman” masing-masing orang:
“Kardinal” Ratzinger, Principles of Catholic Theology [Prinsip-Prinsip Teologi Katolik] (1982), hal. 354: “Sarana yang sesungguhnya, pengalaman purbakala dari segala pengalaman, adalah manusia sendiri merupakan tempat dan sarana dirinya sendiri mengalami Allah ....”
Di dalam surat ensiklik Pascendi, Paus Pius X juga mengutuk ajaran kaum Modernis tentang pengalaman dan Tradisi. Pada dasarnya, kaum Modernis berkata bahwa Tradisi terus-menerus berubah karena didasari pengalaman-pengalaman yang senantiasa baru.
Ratzinger baru saja mengajarkan yang persisnya dikutuk oleh Paus Pius X sebagai ajaran modernis tentang Tradisi dan pengalaman.
Pada akhirnya, kaum Modernis mengajarkan bahwa semua Iman bermula dengan sentimen religius, yang (menurut mereka) adalah hal ilahi dalam diri masing-masing manusia. Maka yang sebenarnya diajarkan kaum Modernis, adalah setiap manusia adalah Allah: yang ilahi harus ditemukan dalam diri setiap manusia. Paus Pius X menjelaskan doktrin mereka pada perkara ini dan mengutuknya.
Di sini, Ratzinger mengajarkan yang persisnya dikutuk oleh Pius X sebagai ajaran Modernis tentang Iman dan sentimen religius:
Inilah alasan Ratzinger berkata bahwa orang tidak sampai kepada Iman karena mereka percaya bahwa Iman itu benar:
KATA-KATA PENUTUP
Saya sudah berkata pada permulaan bahwa Ratzinger (Benediktus XVI) adalah seorang musuh Iman Katolik yang setara dengan Martin Luther. Semua bidah yang diajukan oleh Ratzinger ini berasal dari satu buku saja.
Benediktus XVI membenci Gereja dan doktrin Gereja. Menurut kami, Benediktus XVI tidak memiliki karisma untuk memikat dan menipu dunia pagan seperti yang dimiliki Yohanes Paulus II. Namun Benediktus XVI memiliki karisma dan daya tarik yang lebih kuat di kalangan “konservatif” palsu dan para tradisionalis palsu. Dengan demikian, dampak yang dimilikinya mungkin lebih kuat dalam menjaga orang sehingga tetap berada dalam sekte Vatikan II, dan memancing orang kembali ke dalamnya. Seiring berlanjutnya kemurtadan sekte Vatikan II serta para pemurtadnya, ini akan menjadi suatu ujian Iman yang terus-menerus berlangsung bagi orang-orang. Mereka akan bertanya kepada diri sendiri: apakah ini mungkin benar-benar terjadi? Akan seberapa lama hal ini terus berlangsung? Mereka akan melihat kemurtadan ada di hadapan diri mereka, dan mampu melihat bahwa ini bukanlah Gereja Katolik, namun mereka akan melihat bangunan, struktur dan penampakan luar Gereja pemurtad (yang telah merampok bangunan Gereja Katolik) dan mereka akan tergoda untuk kembali mengikutinya atau terus berada di dalamnya. Mereka akan mencekik daya sadar mereka akan kemurtadan ini, dan meyakinkan diri mereka sendiri bahwa itu sebenarnya bukanlah agama baru. Mereka akan terus berada dalam Gereja palsu atau kembali masuk ke dalamnya dan menyangkal Yesus Kristus. Saya percaya bahwa pada beberapa hari yang akan datang, akan ada banyak jiwa yang lemah, yang akan kehilangan Iman dan kembali masuk ke dalam sekte Vatikan II yang pemurtad.
Dengan reputasinya sebagai seorang “tradisionalis”, Benediktus XVI adalah pria yang sungguh tepat untuk menjalankan pekerjaan Setan, dalam menjaga jiwa-jiwa di dalam sekte Vatikan II yang pemurtad, dan menggiring mereka kembali ke dalamnya, ke dalam sekte itu yang sedang menggerhanai Gereja yang sejati, Gereja sejati yang telah disusutkan menjadi sisa umat yang kecil, namun kelihatan. Benediktus XVI telah menipu kaum konservatif dan tradisionalis palsu bahwa ia adalah tiang penyangga ortodoksi – sesuatu yang telah terbukti oleh fakta-fakta dalam artikel ini sebagai kebohongan yang sedemikian besarnya, sehingga hampir tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan betapa banyak dustanya itu – dan ia mungkin melakukan hal-hal konservatif lainnya dengan tujuan menyesatkan orang-orang. Ia bahkan mungkin mengekskomunikasikan beberapa orang yang pro-aborsi atau mungkin membuat Misa berbahasa Latin tersedia secara lebih luas, semuanya itu demi menjaga orang-orang dan memancing mereka kembali ke dalam kemurtadan Vatikan II serta Gereja Vatikan II yang palsu. Dan meskipun ia menebarkan beberapa pernyataan atau perbuatan yang konservatif, ia tentunya akan melaju dalam kecepatan penuh dengan mengkhotbahkan dan mengimplementasikan agama Vatikan II yang pemurtad.
Telah saya tunjukkan bahwa Benediktus XVI sengaja melakukan penyesatan. Ia akan mencoba melempar umpan kepada diri anda supaya ia bisa menyerang Iman yang anda miliki. Hendaknya anda berekspektasi bahwa ia akan terus melakukannya. Sebagai contoh, pada pidatonya untuk upacara pemakaman Yohanes Paulus II, Benediktus XVI menyebutkan penyebaran “sekte-sekte”, seolah-olah ia menentang Protestantisme dan memandangnya sebagai suatu bidah. Ini adalah suatu dusta yang disengaja, yang bertujuan untuk menipu; sebab kenyataannya, ia menganjurkan penyebarluasan Protestantisme, tidak percaya bahwa mereka perlu berkonversi, dan bahwa ia bahkan tak percaya akan Yesus. Maka, sembari mengatakan hal semacam ini demi menipu orang (yang seharusnya tidak menipu orang yang kuat Iman), Benediktus XVI mempromosikan bidah-bidah yang sama sehubungan dengan orang-orang Protestan dan sedang bersiap diri melakukan kunjungan ke Sinagoga Yahudi demi memvalidasikan penyangkalan terhadap Yesus Kristus. Bersiap-siaplah anda menghadapi percampuran yang jahat antara kebenaran dan kemurtadan: beberapa pernyataan atau tindakan konservatif yang tercampur dengan pengkhotbahan kemurtadan Vatikan II-nya secara konsisten. Dan ketika ia melakukan satu atau dua hal yang konservatif, kaum bidah yang diperalatnya itu akan melupakan segala sesuatu tentang fakta bahwa Benediktus XVI adalah seorang pemurtad dan langsung melompat ke biduk milik Iblis, yang membenci dan menentang biduk Petrus.
Di dalam artikel ini, telah dibuktikan bahwa Ratzinger (Benediktus XVI): tidak percaya bahwa perkataan Yesus pastinya benar; menganjurkan pembentukan Biara-Biara non-Katolik, seperti Biara Taize; menyangkal perlunya kaum “Ortodoks” untuk percaya akan Kepausan; menyangkal bahwa keutamaan yurisdiksi tertinggi Kepausan bahkan dianut pada milenium pertama; mengajarkan bahwa orang-orang Protestan hendaknya tidak dikonversikan, namun dikuatkan dalam Pengakuan-Pengakuan mereka; memuji Luther; mengajarkan bahwa Kresna adalah simbol Yesus Kristus; mengajarkan bahwa doktrin Konsili Trente tentang imamat lemah dan hasilnya menimbulkan bencana; mengajarkan bahwa serangan Luther terhadap imamat patut diberi “bobot”; berkata bahwa Gereja tidak mengucilkan orang-orang yang memegang pandangan-pandangan yang berlawanan; mengakui bahwa ajaran Vatikan II baru dan berbeda; berpendapat bahwa dogma Katolik tentang Misa adalah doktrin yang rusak sampai ke intinya; mengajarkan bahwa orang-orang Protestan memiliki kehadiran Ekaristi; menyatakan bahwa validitas Misa tidak bergantung kepada kata-kata, dan bahwa mereka yang menyangkal validitas Misa Baru berada di luar Gereja; berkata bahwa dogma Katolik tentang iman dan pembaptisan tercampuradukkan dengan pinjaman dari agama-agama misteri, dan bahwa iman serta pembaptisan tidak dapat direkonsiliasikan; menghujat Tradisi Gereja sepenuhnya; berkata bahwa “gereja-gereja” Skismatis Timur non-Katolik adalah gereja-gereja sejati; mengutuk tradisionalisme sebagai antitesis Katolisitas; mengakui bahwa ajaran Vatikan II adalah kontra-silabus ajaran Magisterial Paus Pius IX; berkhotbah bahwa manusia adalah Allah; mengajarkan bahwa Perjanjian Lama belum digantikan; berkata bahwa Kekristenan menyerap agama-agama sesat ke dalam dirinya sendiri; berkata bahwa pembaptisan bayi tak bernilai ataupun bertujuan; sama sekali menyangkal kesatuan Gereja Katolik; menyangkal Kebangkitan dan mengkhotbahkan kemurtadan Modernis.
Kembali ke rangkuman
SEORANG BIDAH TIDAK DAPAT MENJADI PAUS YANG VALID
Adalah suatu fakta yang telah terbukti bahwa Ratzinger (Benediktus XVI) adalah seorang bidah non-Katolik. Gereja Katolik mengajarkan bahwa seorang bidah tidak dapat terpilih secara valid menjadi paus, karena seorang bidah bukanlah anggota Gereja Katolik. Ratzinger atau Benediktus XVI adalah seorang anti-Paus non-Katolik yang pemilihannya sama sekali batal dan tidak valid.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...