Paket $5.00: Termasuk 2 Buku dan 14 Program DVD (Harga Termasuk Ongkos Kirim)

Beli Seharga $5.00

Bantu Kami Menyelamatkan Jiwa-Jiwa
DONASI

Inilah Penjelasan untuk Kebingungan & Krisis Pasca-Vatikan II
TONTON VIDEO

“Pesulap”: Bukti Keberadaan Dunia Rohani
TONTON VIDEO

Inilah Antikristus!
TONTON VIDEO

Bukti yang Mengagumkan untuk Allah - Bukti Ilmiah yang Membantah Evolusi
TONTON VIDEO

Mengapa Neraka Harus Abadi
TONTON VIDEO

Babel Sudah Jatuh, Sudah Jatuh!!
TONTON VIDEO

Salah Kaprah Orang-Orang Kristen Palsu tentang Efesus
TONTON VIDEO

Penciptaan dan Mukjizat - Versi Kompak
TONTON VIDEO
^
Surat Bulla Cantate Domino - Paus Eugenius IV, Konsili Florence, 1442 - Dogma Keselamatan
💬(0)
Surat Bulla tentang persatuan dengan orang-orang Koptik dan Etiopia, “Cantate Domino”
4 Februari 1442 (1441 menurut comput Florence)
Dekret untuk orang-orang Yakobit
“Gereja Roma yang Kudus, yang dibangun oleh suara Tuhan dan Juru Selamat kita, dengan teguh percaya, mengakui, dan mengkhotbahkan satu Allah yang esa dan sejati, Mahakuasa, yang tidak dapat berubah dan abadi; Bapa, Putra, dan Roh Kudus; satu dalam hakikat, tiga dalam pribadi, Bapa tidak dilahirkan, Putra dilahirkan oleh Bapa, Roh Kudus berasal dari Bapa dan dari Putra; Bapa bukanlah Putra atau Roh Kudus, Roh Kudus bukanlah Bapa atau Putra, tetapi Bapa hanyalah Bapa, Putra hanyalah Putra, Roh Kudus hanyalah Roh Kudus. Bapa sendirilah yang telah melahirkan dari hakikat-Nya Putra. Putra sendirilah yang lahir dari Bapa sendiri. Roh Kudus sendirilah yang berasal pada waktu yang bersamaan dari Bapa dan dari Putra. Ketiga pribadi ini adalah satu Allah yang esa, bukan tiga allah, karena ketiga-Nya memiliki satu hakikat, satu esensi, satu kodrat, satu keilahian, satu ketidakterbatasan, satu keabadian, dan segala hal ini satu adanya, di mana tidak terdapat oposisi relasi.
‘Oleh karena kesatuan ini, Bapa sepenuhnya utuh di dalam Putra, sepenuhnya utuh di dalam Roh Kudus, Putra sepenuhnya utuh di dalam Bapa, sepenuhnya utuh di dalam Roh Kudus, Roh Kudus sepenuhnya utuh di dalam Bapa, sepenuhnya utuh di dalam Putra. Tidak satu pun mendahului yang lain-Nya oleh keabadian-Nya atau tidak satu pun melebihi yang lain dalam keagungan atau tidak satu pun melampaui yang lain dalam kuasa. Sebab Putra dilahirkan dari Bapa secara abadi dan tanpa permulaan, dan Roh Kudus berasal dari Bapa dan dari Putra secara abadi dan tanpa permulaan.’ Keberadaan dan segala hal yang dimiliki oleh Bapa, dimiliki-Nya bukan dari yang lain, melainkan dari diri-Nya sendiri dan Ia adalah pokok tak berpokok. Keberadaan dan segala hal yang dimiliki oleh Putra, dimiliki-Nya dari Bapa, dan Ia adalah pokok dari sebuah pokok. Keberadaan dan segala hal yang dimiliki oleh Roh Kudus, dimiliki-Nya pada waktu yang bersamaan dari Bapa dan dari Putra. Tetapi Bapa dan Putra bukanlah dua pokok dari Roh Kudus, melainkan satu pokok yang esa, demikian pula Bapa, Putra, dan Roh Kudus bukanlah tiga pokok dari ciptaan, melainkan satu pokok yang esa.
Maka, semua orang yang percaya akan pandangan-pandangan yang bertentangan atau berlawanan, Gereja mengutuk, menolak, menganatemakan, dan mencela mereka sebagai terasing dari tubuh Kristus yang adalah Gereja. Maka dari itu, ia [Gereja] mengutuk Sabellius yang mencampuradukkan pribadi-pribadi-Nya dan sama sekali meniadakan perbedaan yang riil di antara pribadi-pribadi tersebut, ia [Gereja] mengutuk orang-orang Arian, Eunomian, Makedonian yang berkata bahwa Bapa adalah satu-satunya Allah sejati dan menempatkan Putra dan Roh Kudus dalam tingkatan ciptaan. Ia [Gereja] juga mengutuk semua orang lain yang membuat derajat-derajat atau ketidaksetaraan di dalam Allah Tritunggal.
Ia [Gereja Roma yang Kudus ] dengan amat teguh percaya, mengakui dan berkhotbah bahwa Allah sejati, Bapa, Putra, dan Roh Kudus, adalah pencipta dari segala hal yang kelihatan dan tak kelihatan, yang, sewaktu Ia menghendakinya telah menciptakan oleh kebaikan segala ciptaan baik rohani maupun jasmani, [ciptaan-ciptaan] yang tentunya baik karena mereka dibuat oleh Kebaikan yang tertinggi, tetapi dapat berubah, karena mereka dibuat dari ketiadaan, dan ia [Gereja] menegaskan bahwa kejahatan tidaklah kodrati, karena segala kodrat, sejauh mana adalah kodrat, baik adanya.
Ia [Gereja Roma yang Kudus ] mengakui bahwa satu Allah yang esa dan yang sama adalah pencipta dari Perjanjian Lama dan Baru, yakni, dari Hukum dan dari para nabi, serta dari Injil, sebab oleh ilham dari Roh Kuduslah para kudus telah berbicara tentang Perjanjian yang satu dan yang lain, yang kitab-kitabnya diakui dan dihormati oleh Gereja, yang termuat dalam judul-judul berikut.
Lima dari Musa, yakni: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan; Yosua, Hakim-Hakim, Rut, empat kitab Raja-Raja, dua kitab Tawarikh, Ezra, Nehemia, Tobit, Yudit, Ester, Ayub, Mazmur-Mazmur Daud, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo, Kebijaksanaan Sirakh, Yesaya, Yeremia, Barukh, Yehezkiel, Daniel, kedua belas nabi minor, yakni: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakaria, Maleakhi, kedua kitab Makabe, keempat injil dari Matius, dari Markus, dari Lukas, dari Yohanes; keempat belas surat dari Paulus, kepada orang-orang di Roma, dua surat kepada orang-orang di Korintus, kepada orang-orang di Galatia, kepada orang-orang di Efesus, kepada orang-orang di Filipi, dua surat kepada orang-orang di Tesalonika, kepada orang-orang di Kolose, dua surat kepada Timotius dan kepada Titus, kepada Filemon, kepada orang-orang Ibrani; dua dari Petrus; tiga dari Yohanes; satu dari Yakobus; satu dari Yudas; Kisah Para Rasul, dan Wahyu kepada Yohanes.
Itulah mengapa ia [Gereja] menganatemakan kegilaan orang-orang Manikhea yang telah membuat dua pokok, yang satu untuk hal-hal yang kelihatan, yang lain untuk hal-hal yang tidak kelihatan; dan yang telah berkata bahwa terdapat satu Allah untuk Perjanjian Baru dan satu yang lain untuk Perjanjian Lama.
Ia [Gereja Roma yang Kudus] dengan teguh percaya, mengakui, dan berkhotbah bahwa satu pribadi dari Allah Tritunggal, Allah sejati yakni Putra Allah yang dilahirkan dari Bapa, sehakikat dan sama abadinya dengan Bapa, dalam kepenuhan waktu yang telah diatur oleh kedalaman yang tidak terselami dari rancangan ilahi, telah, demi keselamatan umat manusia, mengambil kodrat manusiawi yang sejati dan utuh di dalam rahim yang tidak bernoda dari Perawan Maria, dan menggabungkan diri-Nya dengan kodrat manusiawi tersebut di dalam kesatuan dari pribadi; kesatuan tersebut begitu dalam sehingga segala yang berasal dari Allah di dalam kesatuan itu tidak terpisahkan dari manusia dan segala yang berasal dari manusia tidak terpisahkan dari keilahian, tetapi Ia satu adanya dan bahkan tidak dapat dibagi-bagi, masing-masing dari kedua kodrat tetap berada di dalam kekhasannya, Allah dan manusia, Putra Allah dan Putra manusia setara dengan Bapa seturut keilahian, lebih rendah daripada Bapa seturut kemanusiaan (Pengakuan iman dari Pseudo-Atanasius: Syahadat. ‘Quicumque’, yang dikatakan berasal dari Atanasius.), Ia imortal dan abadi seturut kodrat ilahi, mampu merasakan kesakitan dan temporal seturut keadaan dari kemanusiaan yang diambil-Nya.
Ia [Gereja Roma yang Kudus] dengan teguh percaya, mengakui dan berkhotbah bahwa Putra Allah di dalam kemanusiaan yang diambil-Nya telah benar-benar lahir dari sang Perawan, telah benar-benar menderita, telah benar-benar mati dan telah dikuburkan, telah benar-benar bangkit dari antara orang mati, telah naik ke Surga, duduk di sebelah kanan Bapa, dan akan datang pada akhir zaman untuk mengadili orang yang hidup dan orang yang mati.
Ia [Gereja Roma yang Kudus] menganatemakan, menolak dan mengutuk semua bidah yang mendukung hal-hal yang bertentangan. Dan pertama-tama ia [Gereja] mengutuk Ebion, Cerinthus, Marsion, Paulus dari Samosata, Photinos dan semua orang yang menghujat secara demikian yakni, karena mereka tidak dapat mengerti persatuan pribadi dari kemanusiaan dengan sang Sabda, Yesus Kristus, Tuhan kita, mereka telah menyangkal bahwa Ia adalah Allah sejati, dan hanya mengakui-Nya sebagai manusia yang, oleh suatu pengambilan bagian yang lebih agung dalam rahmat ilahi yang telah diterima-Nya oleh jasa kehidupan-Nya yang lebih kudus, disebut manusia ilahi.
Ia [Gereja Roma yang Kudus] menganatemakan pula Mani dan para pengikutnya yang, dengan membayangkan bahwa Putra Allah tidak mengambil suatu tubuh sejati, melainkan suatu tubuh yang tidak riil, telah sepenuhnya menghapuskan kebenaran di dalam Kristus.
Dan juga Valentinius yang menyatakan bahwa Putra Allah sama sekali tidak mengambil sesuatu pun dari sang Bunda Perawan, tetapi telah mengambil suatu tubuh surgawi dan telah melewati rahim sang Perawan bagaikan air mengalir lewat sebuah saluran air.
Juga Arius yang, dengan menyatakan bahwa tubuh yang diambil sewaktu Allah Putra keluar dari sang Perawan tidak memiliki jiwa, telah menghendaki bahwa tidak terdapat suatu jiwa, melainkan keilahian.
Juga Apolinarius yang, dengan pengertiannya yakni bahwa tidak terdapat kemanusiaan sejati jika di dalam Kristus jiwa ditolak sebagai yang memberikan bentuk kepada tubuh, mengemukakan jiwa yang sensitif saja, tetapi percaya bahwa keilahian sang Sabda menggantikan jiwa rasional.
Ia [Gereja Roma yang Kudus] menganatemakan pula Theodoros dari Mopsuestia dan Nestorius yang mengemukakan bahwa kemanusiaan telah bersatu dengan Putra Allah oleh rahmat, dan bahwa oleh karena itu, terdapat di dalam Kristus dua pribadi, demikian pula mereka mengakui bahwa terdapat dua kodrat, karena mereka tidak dapat mengerti bahwa telah terjadi persatuan hipostatik dari kemanusiaan dengan sang Sabda dan oleh karena itu mereka menyangkal subsistensi Allah. Sebab menurut penghujatan ini, Sabda tidak menjadi daging, tetapi Sabda oleh karena rahmat tinggal di dalam daging, yakni bahwa Putra Allah tidak menjadi manusia, tetapi bahwa Putra Allah tinggal di dalam manusia.
Ia [Gereja Roma yang Kudus] menganatemakan pula, menolak dan mengutuk Eutikes sang Arkimandrit; karena ia percaya bahwa menurut penghujatan Nestorius kebenaran dari Penjelmaan ditiadakan, dan oleh karena itu, kemanusiaan haruslah telah sedemikian bersatunya dengan Sabda Allah sehingga hanya terdapat satu pribadi dari keilahian dan kemanusiaan dan di samping itu, ia tidak dapat mengerti keesaan dari pribadi selama terdapat kemajemukan kodrat, maka ia telah mengemukakan bahwa terdapat satu kodrat, yang berarti bahwa sebelum persatuan tersebut terdapat dualitas kodrat, tetapi setelah pengambilan kodrat, keduanya berubah menjadi satu kodrat, serta mengakui dengan penghujatan dan penistaan yang terbesar bahwa kemanusiaan telah berubah menjadi keilahian dan keilahian menjadi kemanusiaan.
Gereja juga menganatemakan, menolak, dan mengutuk Makarius dari Antiokhia serta semua orang yang mengakui pandangan-pandangan yang serupa, yang, walaupun mereka mengemukakan secara benar dualitas kodrat serta keesaan pribadi, melakukan kesalahan yang besar tentang operasi Kristus, sebab mereka berkata bahwa di dalam Kristus, kedua kodrat hanya memiliki satu operasi dan satu kehendak. Gereja Roma yang Kudus menganatemakan semua orang itu dengan segala bidah mereka, dengan menegaskan bahwa di dalam Kristus terdapat dua kehendak dan dua operasi.
Ia [Gereja Roma yang Kudus] dengan teguh percaya, mengakui, dan mengajarkan bahwa tidak seorang pun yang dikandung dari pria dan wanita pernah terbebaskan dari kekuasaan Iblis, kecuali lewat iman akan Tuhan kita Yesus Kristus, perantara antara Allah dan manusia [1 Timotius 2, 5], yang, dikandung, dilahirkan dan wafat tanpa dosa, satu-satunya, telah oleh kematian-Nya mengalahkan musuh dari umat manusia, dengan menghancurkan dosa-dosa kita, yang telah kembali membuka pintu masuk Kerajaan Surga yang telah dihilangkan oleh manusia pertama akibat dosanya sendiri bagi dirinya dan bagi semua keturunannya, dan yang kedatangan-Nya di masa depan telah diberitakan oleh semua kurban-kurban suci, sakramen-sakramen, serta perayaan-perayaan dari Perjanjian Lama.
Ia [Gereja Roma yang Kudus] dengan teguh percaya, mengakui, dan mengajarkan bahwa hal-hal yang menyangkut hukum Perjanjian Lama, dari hukum Musa, yang terbagi menjadi perayaan-perayaan, ritus-ritus kudus, kurban-kurban, dan sakramen-sakramen, karena hal-hal tersebut telah diinstitusikan untuk menandakan suatu hal di masa depan, walaupun pada masa itu hal-hal tersebut pantas untuk penyembahan ilahi, setelah kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus yang telah ditandakan oleh hal-hal tersebut, telah berakhir dan sakramen-sakramen dari Perjanjian Baru bermula; dan barangsiapa, bahkan setelah Sengsara Kristus, menaruh harapan di dalam hal-hal dari hukum ini dan berpatuh kepada hal-hal tersebut, seolah-olah iman di dalam Kristus tidak dapat menyelamatkan tanpa hal-hal tersebut, berdosa berat. Tetapi ia [Gereja] tidak menyangkal bahwa setelah sengsara Kristus sampai kepada pemakluman Injil, hal-hal tersebut telah dapat ditaati jika hal-hal tersebut dipercaya sama sekali tidak diperlukan untuk keselamatan; tetapi setelah pemakluman Injil, ia [Gereja] menyatakan bahwa hal-hal tersebut tidak dapat ditaati tanpa hilangnya keselamatan kekal.
Oleh karena itu, ia [Gereja] mencela sebagai orang-orang yang terasing dari iman akan Kristus, semua orang yang, sejak dari masa itu menaati penyunatan, Sabat, dan segala kewajiban dari hukum tersebut, dan menyatakan bahwa mereka tidak dapat mengambil bagian di dalam keselamatan kekal, kecuali jika pada suatu hari, mereka berpaling dari kesalahan-kesalahan tersebut. Maka, bagi semua yang menikmati nama Kristiani, Gereja mewajibkan secara mutlak pada saat apa pun, sebelum maupun setelah pembaptisan, untuk menolak sama sekali penyunatan, sebab, terlepas bilamana seseorang menempatkan harapan di dalamnya, penyunatan sama sekali tidak dapat ditaati tanpa hilangnya keselamatan kekal.
Mengenai anak-anak, karena bahaya maut sering terjadi dan karena satu-satunya obat yang tersedia untuk mereka adalah sakramen pembaptisan lewat mana mereka telah dirampas dari kekuasaan Iblis dan dipungut sebagai anak-anak Allah, ia [Gereja] menyarankan agar pembaptisan suci tidak ditunda selama empat puluh atau delapan puluh hari, ataupun dalam jangka waktu apa pun menurut kebiasaan orang-orang tertentu, tetapi pembaptisan suci itu harus dianugerahkan sesegera mungkin hal itu dapat dilakukan dengan mudah, tetapi sedemikan rupa sehingga, jika terdapat bahaya maut yang datang dengan segera, mereka dibaptis menggunakan formula dari Gereja tanpa penundaan sama sekali, bahkan oleh seorang awam maupun seorang wanita, jika tiada imam, sebagaimana yang terkandung secara lebih penuh di dalam dekret kepada orang-orang Armenia.
Ia [Gereja Roma yang Kudus] dengan teguh percaya, mengakui, dan berkhotbah bahwa 'semua yang diciptakan Allah itu baik dan tidak ada sesuatu pun yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur’ [1 Timotius 4:4], karena menurut sabda Allah [Matius 15:11], ‘bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang’; dan Gereja menyatakan bahwa perbedaan yang dibuat oleh Hukum Musa antara makanan yang haram dan tidak haram dari merupakan bagian dari hal-hal yang menyangkut perayaan, yang, dengan munculnya Injil, telah dihapuskan dan tidak lagi berlaku. Dan Gereja juga berkata bahwa larangan dari para rasul ‘untuk makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik’ [Kisah Para Rasul 15:29] berlaku untuk waktu di mana terlahir satu Gereja dari orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa, yang sebelumnya hidup menurut perayaan-perayaan dan adat istiadat yang berbeda-beda, sehingga bahkan bangsa-bangsa mengikuti beberapa hal yang sama dengan orang-orang Yahudi, dan suatu kesempatan pun muncul untuk bergabung di dalam penyembahan Allah yang sama dan iman yang sama, dan agar sebab perpecahan dihapuskan; karena bagi orang-orang Yahudi, akibat suatu adat kuno, darah dan binatang-binatang yang dicekik terkesan keji, dan mereka dapat berpikir bahwa para bangsa-bangsa akan kembali kepada penyembahan berhala akibat memakan hal-hal yang dikurbankan. Tetapi sewaktu agama Kristiani begitu menyebar sehingga tidak terdapat satu pun orang Yahudi yang badaniah di dalamnya, tetapi sewaktu semua orang sudah berpindah ke dalam Gereja, mengikuti ritus-ritus dan perayaan-perayaan yang sama dari Injil, percaya bahwa ‘bagi orang suci semuanya suci’ [Titus 1:15], dengan berakhirnya sebab dari larangan apostolik ini, larangan itu pun berakhir. Maka Gereja menyatakan bahwa tidak satu jenis pun dari makanan yang diterima masyarakat terkutuk, dan tidak terdapat perbedaan sedikit pun antara binatang-binatang oleh siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan, dan dengan cara bagaimanapun binatang tersebut mati, meskipun untuk kesehatan jasmani, untuk pembentukan kebajikan, untuk disiplin reguler dan gerejawi banyak hal yang tidak dilarang harus dijauhi, karena, menurut sang rasul, ‘Segala sesuatu halal, tetapi tidak semuanya berguna’ [1 Korintus 6:12; 10:22].
Ia [Gereja Roma yang Kudus] dengan teguh percaya, mengakui dan berkhotbah bahwa ‘semua yang berada di luar Gereja Katolik, bukan hanya orang pagan tetapi juga Yahudi atau bidah dan skismatis, tidak dapat mengambil bagian di dalam kehidupan kekal dan akan pergi ke dalam api yang kekal yang telah disiapkan untuk iblis dan malaikat-malaikatnya’, [Matius 25, 41] kecuali mereka bergabung kepada Gereja sebelum akhir hidup mereka; dan kesatuan dari tubuh gerejawi ini begitu kuat sehingga hanya kepada mereka yang tinggal di dalamnyalah sakramen-sakramen Gereja berkontribusi menuju keselamatan, begitu juga puasa, derma, dan karya-karya kesalehan lain dari seorang serdadu Kristiani menghasilkan upah yang abadi; dan tidak seorang pun, sebanyak apa pun ia berderma, walaupun ia telah mencucurkan darah untuk nama Kristus, dapat diselamatkan, kecuali ia telah tetap berada di dalam dada dan kesatuan Gereja Katolik.
Tetapi karena di dalam dekret kepada orang-orang Armenia yang dicatat di atas, tidak dijelaskan formula yang telah terbiasa digunakan oleh Gereja Roma yang Kudus, yang diteguhkan oleh doktrin dan otoritas rasul-rasul Petrus dan Paulus, Kami berpendapat bahwa formula tersebut harus dikemukakan di sini. Di dalam konsekrasi Tubuh Tuhan, ia [Gereja] menggunakan formula ini: ’Sebab inilah tubuh-Ku’; di dalam konsekrasi darah-Nya: ‘Sebab inilah piala darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, misteri iman, yang akan ditumpahkan bagimu dan bagi banyak orang demi pengampunan dosa.’ Mengenai roti gandum yang di dalamnya sakramen itu dilaksanakan, sama sekali tidak penting bilamana roti itu dimasak pada hari itu atau sebelumnya, sebab, selama hakikat roti itu ada, sama sekali tidak ada keraguan bahwa, setelah kata-kata yang dikutip dari konsekrasi Tubuh itu telah diucapkan oleh sang imam dengan intensi untuk melaksanakan sakramen itu, roti tersebut akan dengan langsung bertranssubstansiasi menjadi Tubuh Kristus yang sejati.
Karena terdapat keyakinan bahwa beberapa orang menolak pernikahan keempat sebagai hal yang terkutuk, agar orang tidak percaya bahwa terdapat dosa di mana tidak terdapat dosa, sesuai dengan perkataan sang Rasul, sewaktu sang suami meninggal, istrinya bebas dari hukumnya dan memiliki izin untuk menikahi siapa pun yang dikehendakinya di dalam Tuhan [Roma 7, 2; 1 Korintus 7, 39] dan bahwa tidak menjadi masalah jika yang mati itu adalah suami pertamanya, keduanya, atau ketiganya, Kami menyatakan bahwa bukan hanya pernikahan kedua dan ketiga itu dapat dilaksanakan secara licit, tetapi juga yang keempat dan setelahnya, jika tidak terdapat halangan kanonik. Bagaimanapun, Kami menyatakan bahwa lebih terpuji adanya mereka yang setelahnya berpantang dari pernikahan dan tetap tinggal di dalam kesucian, sebab Kami menilai bahwa jika keperawanan lebih baik adanya daripada kejandaan, demikian pula kejandaan yang suci terpuji, dengan alasan yang benar, sebagai hal yang lebih baik adanya daripada pernikahan.”
Catatan kaki:
Dokumen ini diterjemahkan dari Denzinger 1330-1353: