^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Bidah-Bidah Paulus VI (1963-1978), Pria yang Memberi Misa Baru dan Ajaran-Ajaran Vatikan II kepada Dunia
Paulus VI (tengah) mengenakan tutup dada imam besar Yahudi, (kanan atas) terlibat dalam ekumenisme sesat dan berjabat tangan Mason dengan seorang pemimpin skismatis serta (kanan bawah) menyingkirkan tiara Kepausan, simbol otoritas Paus.
Paulus VI adalah pria yang mengklaim dirinya kepala Gereja Katolik dari tanggal 21 Juni 1963 sampai 6 Agustus 1978. Dialah yang mempermaklumkan Konsili Vatikan Kedua dan Misa Baru. Sudah kita lihat buktinya menengarai, bahwa Yohanes XXIII, orang yang mendahului dan mengangkat Paulus VI, adalah seorang Freemason dan bidah manifes. Sudah kita lihat juga bahwa dokumen-dokumen Vatikan II memuat banyak bidah, dan bahwa Misa Baru, yang kelak dipermaklumkan oleh Paulus VI, melambangkan sebuah revolusi liturgi.
Paulus VI secara khidmat meratifikasi keenam belas dokumen Vatikan II. Mustahil seorang Paus sejati Gereja Katolik secara khidmat meratifikasi ajaran-ajaran yang bersifat bidah. Seperti yang akan kami paparkan lebih rinci di kemudian waktu dalam buku ini, kenyataan bahwa Paulus VI sungguh secara khidmat meratifikasi ajaran-ajaran bidah Vatikan II, membuktikan bahwa Paulus VI bukan Paus sejati, melainkan Anti-Paus. Penting diingat bahwa Paulus VI adalah yang memberikan Misa Baru, “sakramen-sakramen” baru, serta ajaran-ajaran bidah Vatikan II kepada dunia. Kalau anda pergi ke Misa Baru atau memeluk ajaran-ajaran Vatikan II, keyakinan anda bahwa hal-hal ini sah berhubungan langsung dengan keyakinan anda bahwa Paulus VI adalah Paus Katolik sejati.
Sekarang, akan kami singkap bidah-bidah menakjubkan Paulus VI. Seperti yang akan kami tunjukkan dari pidato-pidato serta karya-karya tulis resminya, Paulus VI adalah seorang pemurtad total yang tidak sedikit pun Katolik. Semua pidato serta karya tulis resmi dari para pria yang mengaku-ngaku Katolik, termuat dalam surat kabar mingguan Vatikan, L’Osservatore Romano. Vatikan sudah mencetak ulang terbitan-terbitan surat kabar mereka sejak 4 April 1968 sampai sekarang. Dari pidato-pidato itu, akan kami buktikan sekarang bahwa Paulus VI bukan Paus sejati, oleh sebab adanya bukti tak terbantahkan dan tak terpungkiri, bahwa ia seorang bidah dan pemurtad total.
Pertanyaan-pertanyaan ini tidak menghantar kita kepada diskusi-diskusi rumit yang tiada habisnya. Apakah Allah itu ada? Ya. Siapakah Allah itu? Allah Tritunggal Mahakudus. Pengetahuan apa yang bisa dimiliki manusia tentang diri-Nya? Iman Katolik. Hubungan apakah yang harus kita masing-masing punya dengan Dia? Menjadi anggota Gereja yang telah Dia dirikan. Paulus VI sedang menyatakan bahwa ini semua adalah pernyataan-pernyataan rumit yang tiada habisnya. Tidak akan ada orang Katolik yang bersedia menyatakan omong kosong semacam itu, omong kosong yang mencemooh Iman Katolik serta Allah benar, dan membuat kedua-duanya tak bermakna.
Di sini, Paulus VI secara eksplisit menyatakan dan menyetujui penghujatan Modernis bahwa segala sesuatu berada dalam keadaan evolusi. Bidahnya ini dikutuk terang-terangan oleh Paus Pius X.
PAULUS VI TENTANG AGAMA-AGAMA NON-KRISTIANI
Gereja Katolik mengajarkan bahwa semua agama-agama non-Katolik itu sesat. Hanya ada satu Gereja, di luar mana tidak seorang pun dapat diselamatkan. Ini adalah dogma Katolik.
Semua agama lain adalah milik Iblis. Ini ajaran Yesus Kristus, Gereja Katolik dan Kitab Suci. Lihatlah 1 Korintus 10:20 dan Mazmur 96:5. Siapa saja yang memperlihatkan rasa hormat kepada agama-agama non-Kristiani, ataupun memandang mereka baik atau berhak mendapat rasa hormat, orang itu menolak Yesus Kristus dan adalah seorang pemurtad.
Berikut pendapat Paulus VI akan agama-agama non-Kristiani milik Iblis:
Di sini, Paulus VI berkata bahwa agama-agama ciptaan manusia kadangkala luar biasa mulia! Ini adalah kemurtadan – penolakan terhadap Yesus Kristus dan Iman Katolik.
Ia berkata dirinya menghormati agama-agama sesat.
Di dalam Sambutan-nya tertanggal 22 Agustus 1969, Paulus VI memuji Gandhi, seorang Hindu, dan menyatakan bahwa Gandhi: ‘Selalu sadar akan kehadiran Allah ....”[14]
Orang-orang Hindu tergolong pagan dan penyembah berhala yang menyembah banyak ilah palsu. Fakta bahwa Paulus VI memuji Gandhi, seorang Hindu, karena ia “selalu sadar akan kehadiran Allah”, kembali menunjukkan bahwa Paulus VI benar-benar seorang indiferentis keagamaan. Paulus VI juga resmi memuji agama sesat Hinduisme dalam dokumen resmi Vatikan II Nostra Aetate #2 (tentang agama-agama non-Kristiani), seperti yang kami kutip pada bagian tentang Vatikan II.
Perhatikanlah lagi, Paulus VI menghargai agama-agama sesat; perbuatannya ini satanik.
Ujar Paulus VI, perbedaan-perbedaan keagamaan dihormati di India dan ia senang melihatnya. Ini berarti bahwa ia menghormati pemujaan ilah-ilah palsu.
Di sini Paulus VI dengan lancang menyingkap bahwa dirinya memberitakan Injil baru. Ujarnya, agama-agama Kristiani bukan lagi penghalang bagi penginjilan. Ini adalah agama kemurtadan seorang antikristus.
Paulus VI memberi tahu kita, bahwa baik adanya memandang agama-agama sesat yang menyembah ilah-ilah palsu dalam “penghormatan mendalam”! Ini mungkin merupakan bidah terburuk yang pernah dituturkan Paulus VI.
Apakah agama yang sejati menghormati agama-agama sesat? Tidak. Ini jelas-jelas bidah.
Ini salah satu pernyataan paling jahat, menyingkap dan sesat yang pernah dituturkan Paulus VI. Ia memuji kebijaksanaan yang termuat dalam gambar-gambar Kuil Shinto pagan; dalam kata lain, ia memuji berhala-berhala kaum Shinto!
PAULUS VI TENTANG BUDDHISME
Buddhisme adalah agama sesat pagan dari Timur yang mengajarkan kepercayaan akan reinkarnasi dan karma. Orang-orang Buddhis percaya bahwa hidup tidak ada artinya dan bahwa setiap bentuk keberadaan yang memiliki kesadaran adalah kejahatan. Orang-orang Buddhis menyembah berbagai ilah palsu. Buddhisme adalah agama penyembah berhala & sesat yang berasal dari Iblis. Berikut yang dikatakan Paulus VI tentang Buddhisme:
Menurut Paulus VI, Buddhisme, agama sesat, pagan dan penyembah berhala, adalah salah satu “kekayaan” Asia!
Perhatikan kemusyrikannya dan kemurtadannya, bukan hanya dalam mengagumi umat Buddhis saja, namun juga agama sesat Buddhisme itu sendiri.
Ia pertama-tama berkata bahwa Gereja Katolik memandang cara hidup orang-orang Buddhis dengan rasa hormat tulus. Hal ini adalah bidah. Lalu ia berkata bahwa pada kesempatan ini, dirinya harus mengenang perkataan St. Yohanes: orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya. Makna perkataannya jelas, bahwa orang-orang Buddhis akan diselamatkan. Ini bidah total.
Paulus VI berkata bahwa Gereja Katolik memandang kekayaan-kekayaan rohani agama sesat Buddhisme dengan rasa hormat. Lalu ia berkata bahwa dirinya ingin bekerja sama dengan Patriark Buddhis demi mendatangkan keselamatan umat manusia. Ini adalah bidah dan kemurtadan.
PAULUS VI TENTANG ISLAM
Islam adalah sebuah agama sesat yang menyangkal Keilahian Kristus dan menolak Allah Tritunggal Mahakudus. Selain menolak Allah benar, Islam juga mengizinkan poligami sampai empat istri, dan para penganutnya (Muslim) menyebarkan agama sesat ini dengan semangat yang tidak tertandingi oleh agama-agama sesat lain. Islam adalah agama sesat besar yang paling menggebu-gebu dalam keantikristenannya di dunia. Berkonversi masuk agama Kristen di banyak negara Islam dapat dihukum mati. Penyebaran Iman sejati secara ketat dilarang oleh orang-orang Muslim. Masyarakat Islam adalah salah satu hal terjahat dalam sejarah manusia. Berikut pandangan Paulus VI tentang agama sesat yang menolak Kristus dan Allah Tritunggal Mahakudus ini:
Paulus VI berbicara tentang “kekayaan-kekayaan” Iman Islam, “Iman” yang menolak Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Mahakudus. Ujarnya, “Iman” ini mengikat kita kepada Allah yang esa. Ini adalah kemurtadan.
Para Muslim tidak menyembah Allah yang satu dan sejati, Allah Tritunggal Mahakudus, bersama orang Katolik, seperti yang kami bahas di dalam bagian tentang bidah-bidah Vatikan II. Berkata bahwa orang-orang Muslim menyembah Allah yang sama dengan Katolik adalah sebuah bidah. Dan orang-orang Muslim tentunya tidak menyembah Allah yang akan mengadili umat manusia pada akhir zaman, Yesus Kristus.
Ia berkata bahwa orang-orang Muslim adalah saudara-saudara dalam Iman. Ini adalah kemurtadan. Lalu ia berkata bahwa orang-orang Muslim akan selalu menemukan penghargaan di Vatikan.
Ia menyebutkan rasa hormatnya yang tinggi kepada iman sesat Islam, dan ia mengenang orang-orang Muslim yang bersaksi akan agama sesat mereka dengan kematian. Ini benar-benar kemurtadan.
Ini kemungkinan pernyataan paling memalukan yang pernah kami lihat soal bidah bahwa ada martir non-Katolik. Ujar Paulus VI, orang-orang Muslim (yang bahkan tidak percaya akan Kristus ataupun Allah Tritunggal Mahakudus) adalah martir, selain Anglikan. Ini luar biasa dan sungguh-sungguh bidah.
PAULUS VI TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA
Ini sama sekali keliru dan bidah. Gereja Katolik telah menegaskan di sepanjang sejarahnya yang panjang, dengan harga penindasan dan penganiayaan, bahwa agama Yesus Kristus adalah satu-satunya yang benar; dan bahwa Kristus adalah Allah benar dan manusia benar. Namun Paulus VI ingin membuat kita percaya bahwa para martir disiksa dengan ngeri, bukan karena pengakuan iman mereka akan Kristus, namun demi semua orang mempunyai kebebasan untuk mengakui berbagai macam agama sesat mereka! Sungguh-sungguh pemelintiran kebenaran yang mencengangkan!
Kembali lagi, pada bagian tentang Vatikan II, kami sudah menunjukkan bahwa doktrin kebebasan beragama yang didukung oleh Paulus VI, pada kenyataannya sudah dikutuk oleh para Paus Katolik.
PAULUS VI TENTANG KAUM “ORTODOKS”
Di sini kita melihat Paulus VI jelas-jelas memberi jabat tangan Mason kepada Patriark Skismatis Timur Konstatinopel, Atenagoras, pada tanggal 5 Januari 1964. Keduanya juga saling menghapus ekskomunikasi kedua belah pihak dari tahun 1054. Artinya, bahwa Paulus VI menganggap bahwa kaum “Ortodoks” Timur tidak lagi diekskomunikasi, meski mereka menolak Kepausan. Lantas, menurut Paulus VI, Kepausan bukanlah dogma yang mengikat dengan ancaman ekskomunikasi.
Para “Ortodoks” Timur adalah kaum skismatis yang menolak Infalibilitas Kepausan serta ke-13 Konsili Umum terakhir Gereja Katolik. Mereka menolak dogma bahwa Roh Kudus berasal dari Pribadi Kedua Allah Tritunggal; mereka mengizinkan perceraian dan pernikahan kembali; dan banyak dari mereka menolak dogma Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda. Berikut pendapat Paulus VI tentang kaum skismatis tersebut:
Ujarnya, kepemimpinan dalam gereja skismatis adalah pelayanan yang agung.
Ia berkata bahwa gereja-gereja skismatis itu terhormat.
Maka Paulus VI menghormati penolakan terhadap Kepausan dan Infalibilitas Kepausan.
Ini berarti Gereja yang skismatis adalah Gereja Kristus.
Kaum “Ortodoks” skismatis dianatema oleh Gereja Katolik karena menyangkal Kepausan dan tidak menerima dogma-dogma Iman Katolik. Namun Paulus VI dengan khidmat mengangkat anatema-anatema terhadap meeka ini, seperti yang sudah kami sebut di atas. Seperti pernyataan di atas, sambutan Paulus VI ini berarti dia berupaya membatalkan Kepausan sebagai dogma yang harus kita percayai di bawah ancaman anatema atau pengutukan.
Perhatikan dua hal: Pertama, Paulus VI berkata bahwa ia akan berdoa untuk jiwa seorang skismatis yang meninggal; ini menengarai bahwa patriark non-Katolik yang sudah meninggal itu dapat diselamatkan, suatu bidah. Kedua, ia berdoa agar berkat penghiburan Allah datang atas segenap Gereja Ortodoks Koptik. Bagaimana dengan hanya adanya satu Gereja yang sejati, dan bahwa Gereja Skismatis Koptik bukanlah bagian darinya? Bagaimana dengan rahmat Allah agar Gereja Ortodoks Koptik berkonversi masuk Gereja sejati? Pernyataan Paulus VI kembali menunjukkan dirinya percaya bahwa sekte-sekte bidah merupakan Gereja-Gereja sejati, dan Iman Katolik tidak bermakna apa-apa.
Ia menyebut konsili skismatis tersebut “suci” dan Gereja skismatis tersebut “terhormat”. Paulus VI adalah seorang skismatis.
Ia menyebut Patriark skismatis tersebut “Paduka Suci” dan ia juga merayakan ulang tahun kelima puluh Gereja skismatis.
Paulus VI lalu berkata di dalam sepucuk surat tentang skismatis Atenagoras (Juli 1972): “ ... kami berdoa agar Tuhan menyambutnya ke dalam kerajaan surgawi-Nya ....”[57]
Orang hanya benar-benar perlu tahu ini saja untuk melihat bahwa Paulus VI adalah seorang skismatis dan bukan Katolik. Dengan seorang “paus” skismatis, ia membuat Deklarasi Bersama. Ia mengakui orang skismatis tersebut sebagai pemegang Takhta St. Markus, suatu penghinaan terhadap Kepausan, sebab si skismatis itu sama sekali tidak punya otoritas apa-apa. Paulus VI menolak segala wujud proselitisme – maksudnya, berupaya mengonversikan kaum skismatis – dan berkata “hendaknya kegiatan itu berhenti, di mana pun itu mungkin berlangsung”! Paulus VI adalah seorang bidah dan skismatis formal.
PAULUS VI TENTANG SEKTE-SEKTE PROTESTAN LAIN
Protestantisme bermula dengan imam Jerman bernama Martin Luther, yang meninggalkan Gereja Katolik dan merintis revolusi Protestan di tahun 1517. Luther menyangkal kehendak bebas, Kepausan, doa kepada orang kudus, Api Penyucian, Tradisi, Transsubstansiasi dan Kurban Suci Misa. Luther menggantikan Misa dengan ibadat memorial untuk mengenang Perjamuan Terakhir. Semua sakramen, terkecuali Pembaptisan dan Ekaristi Kudus, ditolak. Luther percaya bahwa sejak saat jatuhnya Adam, manusia tidak bisa menghasilkan perbuatan baik. Kebanyakan orang Protestan percaya akan keyakinan-keyakinan yang sama seperti yang dipercaya Luther, namun mereka semua menolak banyak dogma Katolik. Berikut pendapat Paulus VI tentang kaum bidah dan skismatis ini:
Di sini, Paulus VI menunjukkan bahwa agenda Vatikan II soal sekte-sekte Protestan telah berubah dari permusuhan polemis – dalam kata lain, permusuhan dengan doktrin-doktrin sesat mereka – menjadi sikap menerima dan rasa saling hormat terhadap agama sesat mereka.
Paulus VI sedang berkata bahwa orang-orang Protestan tidak perlu menjadi Katolik, namun tetap setia kepada sekte-sekte mereka sendiri.
Itu sebuah homili yang luar biasa. Di dalamnya, Paulus VI menjanjikan kepada para bidah dari berbagai denominasi lain rasa hormatnya. Pertimbangkanlah bahwa Paulus VI bahkan tidak mengenal secara pribadi orang-orang yang ia hormati itu. Ia tidak tahu apa-apa tentang mereka, selain bahwa mereka adalah bagian dari salah satu sekte tersebut, dan ia menjanjikan mereka rasa hormatnya atas dasar itu!
Ujar Paulus VI, Dewan Gereja-Gereja Sedunia telah diciptakan demi memulihkan dan mewujudkan persekutuan sempurna dalam iman dan kasih yang merupakan karunia Kristus kepada Gereja-Nya. Perhatikan implikasi mencengangkan dari pernyataan tersebut. Persekutuan sempurna dalam iman dan kasih yang merupakan karunia Kristus kepada Gereja-Nya adalah lembaga Gereja Katolik, Gereja universal yang didirikan Kristus. Namun Paulus VI berkata bahwa ini diwujudkan oleh Dewan Gereja-Gereja Sedunia! Ia telah mengganti Gereja Katolik dengan Dewan Gereja-Gereja Sedunia. Dewan Gereja-Gereja Sedunia adalah organisasi yang terdiri dari berbagai macam sekte dan denominasi. Komentator tradisional boleh melabeli organisasi tersebut sebagai sebuah kelompok front Komunis – yang bertujuan mengencerkan dan meliberalisasi gereja-gereja “Kristen” dunia. Namun itu tentu saja adalah lembaga ekumenis yang sangat bidah dan terdiri dari berbagai macam agama buatan manusia.
Ini berarti bahwa Paulus VI ingin bersatu dengan sekte Anglikan tanpa menyerapnya; yaitu tanpa mengonversikan mereka.
PAULUS VI TENTANG PENGENDALIAN KELAHIRAN
Paulus VI mendukung pengendalian kelahiran.
Paulus VI berkata di dalam Humanae Vitae bahwa para pasangan bebas untuk tidak memiliki anak sama sekali bila mereka menginginkannya.
PAULUS VI TENTANG PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB)
PBB adalah sebuah organisasi jahat yang mempromosikan kontrasepsi dan aborsi serta bertujuan mengambil alih segala pembuatan keputusan bagi seluruh negara di dunia. Mantan Sekretaris Jenderal PBB U Thant memuji Lenin (Komunis) sebagai seorang pria yang “cita-citanya tercermin dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.”[72] Berikut pandangan Paulus VI tentang PBB:
Pertama-tama, Paulus VI berkata bahwa PBB adalah jalan yang harus diambil. Ia berkata bahwa PBB, alih-alih Gereja Katolik, adalah jalan terbaik untuk perkara keadilan dan perdamaian dunia. Kedua, ia berkata bahwa PBB adalah badan universal (yaitu, Katolik) bagi umat manusia! Ia sedang menggantikan Gereja dengan PBB.
PAULUS VI MEMPROMOSIKAN TATANAN DUNIA BARU (NEW WORLD ORDER)
PAULUS VI TENTANG PEMUJAAN MANUSIA
Ini adalah penghujatan. Paulus VI mengutip bidah Vatikan II di sini.
Perkataannya ini berarti bahwa manusia adalah kebenaran.
Coba pikiran pesan mencengangkan ini. Paulus VI tidak berkata bahwa teologi, studi tentang Allah, adalah ilmu paling berharga; yang paling berharga, ujarnya, adalah ilmu mengenal diri sendiri dan bermimpi tentang hati nurani sendiri. Ia juga berkata, hidup hari libur (maksudnya, hidup hari suci) yang bebas dari komitmen-komutmen lain (mungkinkah maksudnya bebas dari kewajiban menghadiri Misa?), hari suci yang disibukkan dengan menjelajah rahasia-rahasia kehidupan diri sendiri. Dalam kata lain, Paulus VI ingin adanya hari suci tentang manusia tanpa ada komitmen-komitmen lain. Ini jelas pemujaan manusia.
Perhatikan, ia hanya berkata bahwa kita mendukung Injil jika Injil mendukung manusia.
PAULUS VI TENTANG NATAL
Natal adalah Ulang Tahun Yesus Kristus, bukan Ulang Tahun kehidupan kita karena kita bukanlah Yesus Kristus. Namun inilah yang pada waktu itu dikhotbahkan Paulus VI.
Kata insipien (dari incipient dalam bahasa Inggris) berarti “Permulaan, tahap awal.”[102] Maka di sini Paulus VI berkata bahwa di dalam Kelahiran Kristus, kita menemukan tahap awal kehidupan manusia. Ini sekali lagi menyiratkan bahwa manusia adalah Kristus.
Ini jelas-jelas berarti manusia adalah Allah Sendiri yang menjadi manusia, Tuhan Kita Yesus Kristus.
Paulus VI adalah seorang bidah terang-terangan dan seorang Anti-Paus non-Katolik.
PERUBAHAN-PERUBAHAN LAIN YANG DIBUAT PAULUS VI
Paulus VI menyingkirkan Tiara Kepausan
Pada tanggal 13 November 1964, Paulus VI menyingkirkan tiara Kepausan bertingkat tiga. Tiara itu dia loakkan pada New York World’s Fair.[106] Tiara Kepausan adalah lambang otoritas Paus sejati – ketiga mahkotanya melambangkan otoritas dogmatis, liturgis dan disiplin milik Paus. Dengan menyingkirkan tiara ini, Paulus VI secara simbolis menyingkirkan otoritas Kepausan (meski dirinya sama sekali tidak punya sejak dari awalnya, karena dia seorang Anti-Paus). Namun perbuatannya itu adalah tindak simbolis bagaimana dirinya adalah seorang penyusup satanik, yang seluruh misinya adalah berupaya menghancurkan Gereja Katolik. (Perhatikan pula “Kardinal” Ottaviani, yang dikira banyak orang sebagai seorang konservatif sejati, berdiri persis di sebelah Anti-Paus Paulus VI selagi dia berbuat demikian).
PAULUS VI JUGA SERING TERLIHAT MENGENAKAN TUTUP DADA EFOD, YAITU TUTUP DADA PERNYATAAN KEPUTUSAN (KEL 28:15) SEORANG IMAM BESAR YAHUDI
Paulus VI mengenakan tutup dada efod, sebuah pakaian yang dikenakan oleh kaum Freemason dan para Imam Besar Yahudi
Perhatikan kedua belas batu yang melambangkan kedua belas suku Israel. Ini bukan hanya tutup dada Imam Besar Yahudi, namun menurut Encyclopedia of Freemasonry [Ensiklopedia Freemasonry] karangan Mackey, efod juga “dikenakan di Cabang (Mason”) Amerika Royal Arch, oleh Imam Besar sebagai bagian resmi dari ornamen-ornamen resminya”. Efod adalah pakaian yang dikenakan oleh Kayafas, Imam Agung agama Yahudi yang memerintahkan agar Tuhan kita Yesus Kristus dihukum mati dengan penyaliban.
Anti-Paus Paulus VI mengenakan tutup dada efod, yaitu tutup dada pernyataan keputusan Imam Besar berulang kali. Allah membiarkan hal-hal seperti ini terlihat, dengan tujuan menunjukkan kepada orang-orang, bahwa mereka ini adalah penyusup dan musuh Gereja Katolik.
Di samping segala macam bidah yang sudah dibahas dalam pidato-pidato Paulus VI, dia juga adalah orang yang secara otoritatif mengimplementasikan Konsili Vatikan II yang sesat, mengubah Misa Katolik menjadi ibadat Protestan, dan mengubah ritus setiap Sakramen. Diubahnya materi atau formula Ekaristi, Pengurapan Terakhir, Imamat dan Krisma. Paulus VI hendak membunuh Kristus dalam Misa (dengan menyingkirkan Misa sejati, dan menggantinya dengan Misa palsu), dan ia juga ingin membunuh Gereja Katolik milik-Nya, dengan berupaya mengubah Gereja seutuhnya. Dalam jangka dua tahun penutupan Vatikan II, Paulus VI menyingkirkan indeks buku-buku terlarang, suatu keputusan yang dengan benar disebut oleh seorang komentator “tak dapat dipahami”.
Sebuah foto lain yang menggambarkanPaulus VI mengenakan tutup dada efod
Paulus VI lalu menghapus sumpah melawan Modernisme, di kala Modernisme sedang berkembang pesat-pesatnya. Pada tanggal 21 November 1970,[107] Paulus VI juga melarang semua kardinal berusia 80 tahun lebih berpartisipasi dalam pemilihan Paus. Paulus VI juga menghapuskan pengadilan kepausan, membubarkan Garda Mulia dan Garda Palatina.[108] Paulus VI juga menghapus ritus Tonsura, keempat Ordo Minor, dan tingkatan subdiakonat.[109]
Di bawah Paulus VI, Kementerian Suci diubah: fungsi utamanya sekarang adalah riset, alih-alih membela Iman Katolik.[111] Menurut orang-orang yang menonton film kunjungan Paulus VI ke Fatima, ia tidak berdoa Salam Maria sekali pun.[112]
Pada tahun 1969, Paulus VI menghapuskan empat puluh santo-santa dari kalender liturgi resmi.[113]
Paulus VI menghapus eksorsisme-eksorsisme khidmat dari ritus pembaptisan. Sebagai ganti eksorsisme-eksorsisme khidmat itu, ia menetapkan doa opsional yang hanya sedikit saja merujuk kepada perlawanan terhadap Iblis.[114]
Sebuah foto lain di mana Paulus VI jelas-jelas mengenakan tutup dada efod
Paulus VI mengabulkan 32.000 permohonan ajuan para imam yang sebelumnya meminta dilepaskan dari kaul mereka dan kembali ke status awam – keluaran terbesar dari imamat sejak terjadinya Revolusi Protestan.[115] Bencana yang timbul dari pengaruh Paulus VI pun langsung terlihat. Misalnya, di Belanda, tidak ada seorang kandidat pun yang mengajukan diri untuk masuk imamat di tahun 1970, dan dalam jangka waktu 12 bulan, setiap seminari di sana tutup.[116] Kehancuran rohani tersebar di mana-mana; jutaan orang meninggalkan Gereja; tidak terhitung jumlah orang lainnya yang berhenti mengamalkan Iman mereka dan pergi mengaku dosa. Dan sementara Paulus VI adalah penyebab bencana tiada henti serta kehancuran spiritual ini, selaku ular licik layaknya pribadinya itu, ia secara terencana mengalihkan perhatian dari dirinya sendiri. Dalam kutipannya yang kemungkinan paling terkenal, Paulus VI mencatat bahwa asap Setan sudah berhasil menempuh jalan masuk ke dalam Bait Allah.
Ketika Paulus VI membuat pernyataan ini, semua orang memandang para kardinal, uskup, serta para imam untuk menemukan tempat asap Setan itu mungkin berada. Mereka memandang setiap orang, selain yang membuat pernyataan itu. Namun Paulus VI-lah asap Setan yang sebenarnya itu, dan pernyataan itu dibuatnya demi mengalihkan perhatian orang dari dirinya sendiri, dan dalam hal ini, dia berhasil. Namun yang mungkin paling mengerikan, adalah pernyataan Paulus VI yang terkenal itu pada dasarnya merujuk secara langsung kepada 9:1-2.
Di dalam Wahyu 9, kita melihat adanya rujukan yang langsung dibuat kepada asap Setan, dan kepada seseorang yang diserahkan anak kunci untuk melepas asap tersebut. Anti-Paus Paulus VI tidak punya kunci-kunci Petrus, namun kunci lubang jurang mautlah yang telah diberikan kepadanya. Dia itulah yang membawa masuk asap Setan dari tanur besar; seperti yang dia katakan, melalui celah tertentu.
Di sini Paulus VI sekali lagi mengolok-olok umat. Ia berkata bahwa Gereja sedang “menghancurkan dirinya sendiri’ dan “melukai dirinya sendiri”. Paulus VI kembali merujuk kepada dirinya sendiri, karena ialah yang berusaha menghancurkan serta melukai Gereja di setiap kesempatan!
PAULUS VI TENTANG “ILMU GAIB”
The Oxford Illustrated Dictionary mendefinisikan magic (“ilmu gaib”) sebagai “ilmu yang dianggap dapat memengaruhi peristiwa-peristiwa dengan kuasa tersembunyi atas alam atau roh, sihir ....”[120]
Orang Katolik dilarang mempraktikkan ilmu gaib. Namun Paulus VI sering berbicara tentang ilmu gaib.
Mengapa Paulus VI berbicara begitu banyak tentang ilmu gaib/magic? Menurut pendapat kami, alasan tepatnya adalah dia tahu bahwa Ilmu Hitamlah yang memungkinkan dirinya, selaku penyusup satanik, untuk membodohi dunia sehingga berpikir bahwa dia seorang Paus, agar dia bisa kemudian menghancurkan Misa dan hampir seluruh Gereja Katolik. Dia tahu bahwa Ilmu Hitamnya menyanggupkan dirinya berhasil mengubah ritus setiap sakramen dan dengan licik memberlakukan agama barunya, agama Vatikan II, ke seluruh dunia.
PAULUS VI MENGAKUI BAHWA GEREJANYA ADALAH PELACUR BABEL
Di Kitab Wahyu bab 17 dan 18, dinubuatkan bahwa seorang pelacur akan muncul pada akhir zaman dari kota berbukit tujuh, yakni Roma. Pelacur ini akan menginjak-injak darah para martir dan orang kudus. Si Pelacur jelas-jelas dikontraskan dengan mempelai tak bernoda Kristus, yaitu Gereja Katolik. Dalam kata lain, pelacur Babel ini akan merupakan sebuah gereja palsu dari Roma yang akan muncul pada akhir zaman. Dekat akhir buku ini, kami akan menunjukkan bukti bahwa Pelacur Babel tersebut adalah sekte Vatikan II, mempelai palsu yang muncul di Roma pada akhir zaman untuk memperdayai Umat Katolik.
Pada kutipan berikut, Anti-Paus Paulus VI pada dasarnya mengakui bahwa Gerejanya yang baru itu adalah Gereja palsu tersebut, dengan mengakui bahwa “Gereja”-nya telah menanggalkan permusuhannya dengan dunia, yang merupakan kekhasan Gereja sejati.
Di sini Paulus VI mengakui bahwa Gereja pasca-Vatikan II adalah Gereja palsu yang telah menyesuaikan diri dengan dunia dan mengikuti cara-cara dunia dengan penuh semangat. Ini adalah sebuah pengakuan mengejutkan dari pihak Paulus VI. Dengan begitu banyak kata-kata ia mengakui bahwa Gereja pasca-Vatikan II adalah Pelacur Babel. Ketika digabung dengan fakta bahwa Paulus VI sering mengenakan Efod Yahudi bersama segala upaya sistematis lain yang dikerahkannya demi menghancurkan semua Tradisi Katolik, buktinya kuat bahwa ia seorang penyusup Yahudi satanik. Bahkan, para nenek moyang Paulus VI adalah keturunan Yahudi. Nama dirinya yang sebenarnya adalah Giovanni Montini (Yohanes Montini). Keluarga Montini terdaftar dalam Golden Book of Noble Italian Heritage [Buku Emas Keturunan Bangsawan Italia] (1962-1964, hal. 994): “Sebuah cabang dari keluarga bangsawan asal Brescia ... tempat datangnya lambang kebesaran mereka yang menegaskan bahwa batang pohonnya yang kukuh serta pendirinya pastilah seseorang bernama Bartolomeus (Bartolino) de Benedictis, yang disebut Montini, seorang keturunan Ibrani [Yahudi].”[129]
SEBUAH FOTO LAIN YANG MENGGAMBARKAN ANTI-PAUS VI MENGENAKAN TUTUP DADA PERNYATAAN KEPUTUSAN IMAM BESAR YAHUDI
Sudah kami buktikan bahwa Paulus VI adalah seorang pemurtad total yang percaya bahwa agama-agama sesat itu benar, bahwa bidah dan skisma baik adanya, dan bahwa kaum skismatis hendaknya tidak dipertobatkan – ini baru beberapa dari ajaran sesatnya. Kalau anda menerima Vatikan II atau Misa Baru atau ritus-ritus sakramen baru – singkat kata, kalau anda menerima agama Vatikan II – inilah dia pria yang agamanya anda ikuti, seorang penyusup bidah manifes, yang segenap misinya adalah berupaya menjungkirbalikkan dan menghancurkan Iman Katolik sebesar-besarnya. Orang Katolik sama sekali tidak boleh mengambil bagian dalam Misa Baru (Misa Novus Ordo) Anti-Paus Paulus VI dan harus sama sekali menolak Vatikan II serta ritus-ritus sakramen baru. Orang Katolik harus sepenuhnya menolak Anti-Paus Paulus VI, selaku Anti-Paus non-Katolik sebagaimana adanya. Orang Katolik harus menolak dan tidak mendukung setiap kelompok yang menerima pemurtad ini sebagai Paus yang valid atau yang menerima Misa Baru atau Vatikan II atau ritus-ritus sakramen baru Paulus VI.
TANDA TANGAN PAULUS VI MEMUAT TIGA ANGKA 6
Ini adalah gambar tanda tangan Anti-Paus Paulus VI. Jika anda membalikkannya, anda akan melihat dengan jelas bahwa terdapat tiga angka 6. Foto yang di bawah adalah namanya yang terbalik jika diperbesar. Ketiga angka 6 di sini sangat jelas. Setahu kami, tanda tangan Paulus VI selalu tampak seperti ini.
Catatan kaki:
[1] Pernyataan dari Uskup Agung Marcel Lefebvre, Agustus, 1976; dikutip sebagian oleh Uskup Tissier De Mallerais, The Biography of Marcel Lefebvre {Biografi Marcel Lefebvre}, Kansas City, MO: Angelus Press, 2004, hal.505.
[2] L’Osservatore Romano (Surat Kabar Vatikan), 14 Desember 1972, hal. 1.
[3] L’Osservatore Romano, 5 Juli 1973, hal. 1.
[4] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, oleh Claudia Carlen, Raleigh: The Pierian Press, 1990, Vol. 3 (1903-1939), hal. 82.
[5] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 230.
[6] L’Osservatore Romano, 16 November 1972, hal. 1.
[7] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 313-314.
[8] L’Osservatore Romano, 11 Oktober 1973, hal. 10.
[9] L’Osservatore Romano, 20 Januari 1972, hal. 1.
[10] L’Osservatore Romano, 22 Desember 1977, hal. 2.
[11] L’Osservatore Romano, 18 Desember 1969, hal. 2.
[12] L’Osservatore Romano, 17 Desember 1970, hal. 7.
[13] L’Osservatore Romano, 14 Desember 1977, hal. 12.
[14] L’Osservatore Romano, 9 Oktober 1969, hal. 5.
[15] L’Osservatore Romano, 25 Desember 1975, hal. 5.
[16] L’Osservatore Romano, 12 September 1974, hal. 2.
[17] L’Osservatore Romano, 10 Oktober 1974, hal. 7.
[18] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 238.
[19] L’Osservatore Romano, 11 Oktober 1973, hal. 4.
[20] L’Osservatore Romano, 14 Agustus 1969, hal. 12.
[21] L’Osservatore Romano, 11 Maret 1976, hal. 12.
[22] L’Osservatore Romano, 13 September 1973, hal. 8.
[23] L’Osservatore Romano, 1 November 1973, hal. 1.
[24] L’Osservatore Romano, 30 Januari 1975, hal. 5.
[25] L’Osservatore Romano, 15 Juni 1972, hal. 5.
[26] L’Osservatore Romano, 23 Juni 1977, hal. 5.
[27] L’Osservatore Romano, 21 Juni 1973, hal. 5.
[28] L’Osservatore Romano, 21 September 1972, hal. 2.
[29] L’Osservatore Romano, 2 Oktober 1969, hal. 2.
[30] L’Osservatore Romano, 24 Juni 1976, hal. 4.
[31] L’Osservatore Romano, 22 Desember 1977, hal. 2.
[32] L’Osservatore Romano, 14 Agustus 1969, hal. 10.
[33] L’Osservatore Romano, 7 Agustus 1969, hal. 1.
[34] Denzinger 714.
[35] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 550-553; Denzinger, The Sources of Catholic Dogma {Denzinger, Sumber-Sumber Dogma Katolik}, B. Herder Book. Co., Edisi Ketiga puluh, 1957, no. 39-40.
[36] L’Osservatore Romano, 17 Juli 1969, hal. 1.
[37] L’Osservatore Romano, 20 Desember 1973, hal. 3.
[38] L’Osservatore Romano, 14 Agustus 1975, hal. 3.
[39] L’Osservatore Romano, 23 April 1970, hal. 12.
[40] L’Osservatore Romano, 10 Februari 1972, hal. 3.
[41] L’Osservatore Romano, 27 Januari 1972, hal. 12.
[42] L’Osservatore Romano, 14 Juli 1977, hal. 10.
[43] L’Osservatore Romano, 28 Januari 1971, hal. 1.
[44] L’Osservatore Romano, 13 Juli 1972, hal. 12.
[45] L’Osservatore Romano, 6 Juni 1968, hal. 5.
[46] L’Osservatore Romano, 4 November 1971, hal. 14.
[47] L’Osservatore Romano, 27 Juli 1972, hal. 12.
[48] L’Osservatore Romano, 1 Januari 1976, hal. 6.
[49] L’Osservatore Romano, 18 Maret 1971, hal. 12.
[50] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 230.
[51] L’Osservatore Romano, 30 Desember 1976, hal. 8.
[52] L’Osservatore Romano, 1 Februari 1973, hal. 12.
[53] L’Osservatore Romano, 11 Mei 1972, hal. 4.
[54] L’Osservatore Romano, 6 Juni 1968, hal. 4.
[55] L’Osservatore Romano, 13 Juli 1978, hal. 3.
[56] L’Osservatore Romano, 15 Desember 1977, hal. 4.
[57] L’Osservatore Romano, 13 Juli 1972, hal. 12.
[58] L’Osservatore Romano, 24 Mei 1973, hal. 6.
[59] L’Osservatore Romano, 21 Januari 1971, hal. 12.
[60] L’Osservatore Romano, 19 Juni 1969, hal. 9.
[61] L’Osservatore Romano, 8 Februari 1973, hal. 7.
[62] L’Osservatore Romano, 6 September 1973, hal. 8.
[63] L’Osservatore Romano, 26 Desember 1968, hal. 4.
[64] Denzinger 1000.
[65] L’Osservatore Romano, 5 Mei 1977, hal. 1.
[66] L’Osservatore Romano, 14 Agustus 1969, hal. 1.
[67] L’Osservatore Romano, 18 April 1968, hal. 2.
[68] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 229.
[69] L’Osservatore Romano, 26 November 1970, hal. 7.
[70] L’Osservatore Romano, 5 September 1968, hal. 10.
[71] Humanae Vitae (Kehidupan Manusia), Seri Dokumen Gerejawi No. 129, Departemen Dokumentasi dan Penerangan “Konferensi Waligereja” Indonesia, 2012, hal. 22-23.
[72] http://www.worldnetdaily.com/news/article.asp?ARTICLE_ID=16291
[73] L’Osservatore Romano, 17 Februari 1972, hal. 5.
[74] L’Osservatore Romano, 2 Mei 1968, hal. 4.
[75] L’Osservatore Romano, 21 Juli 1977, hal. 6.
[76] L’Osservatore Romano, 15 Oktober 1970, hal. 3.
[77] L’Osservatore Romano, 17 Juni 1976, hal. 3.
[78] L’Osservatore Romano, 22 September 1977, hal. 11.
[79] L’Osservatore Romano, 15 Juni 1978, hal. 3.
[80] L’Osservatore Romano, 11 Februari 1971, hal. 12.
[81] L’Osservatore Romano, 14 Agustus 1969, hal. 8.
[82] L’Osservatore Romano, 27 Mei 1971, hal. 5.
[83] L’Osservatore Romano, 2 Desember 1971, hal. 3.
[84] L’Osservatore Romano, 20 Januari 1972, hal. 7.
[85] L’Osservatore Romano, 19 April 1973, hal. 9.
[86] L’Osservatore Romano, 7 Februari 1974, hal. 6.
[87] L’Osservatore Romano, 28 Februari 1974, hal. 3.
[88] L’Osservatore Romano, 2 Januari 1969, hal. 12.
[89] L’Osservatore Romano, 8 Mei 1969, hal. 3.
[90] L’Osservatore Romano, 24 Juli 1969, hal. 12.
[91] L’Osservatore Romano, 5 Agustus 1971, hal. 12.
[92] L’Osservatore Romano, 12 September 1968, hal. 1.
[93] L’Osservatore Romano, 24 Juli 1975, hal. 2.
[94] L’Osservatore Romano, 7 Oktober 1976, hal. 2.
[95] L’Osservatore Romano, 28 Oktober 1976, hal. 4.
[96] L’Osservatore Romano, 16 Desember 1976, hal. 4.
[97] L’Osservatore Romano, 30 Desember 1976, hal. 1.
[98] L’Osservatore Romano, 19 Juni 1969, hal. 6.
[99] L’Osservatore Romano, 25 Desember 1969, hal. 3.
[100] L’Osservatore Romano, 1 Januari 1976, hal. 11.
[101] L’Osservatore Romano, 30 Desember 1976, hal. 1.
[102] The Oxford Illustrated Dictionary, hal. 425.
[103] L’Osservatore Romano, 30 Desember 1976, hal. 5.
[104] L’Osservatore Romano, 24 September 1970, hal. 2.
[105] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 6.
[106] Romo Joaquin Arriaga, The New Montinian Church {Gereja Montini yang Baru}, hal. 394-395.
[107] L’Osservatore Romano, 3 Desember 1970, hal. 10.
[108] George Weigel, Witness to Hope {Saksi Harapan}, hal. 238.
[109] The Reign of Mary {Kepemimpinan Maria}, Vol. XXVI, No. 81, hal. 17.
[110] Mark Fellows, Fatima in Twilight {Setelah Fatima}, Niagra Falls, NY: Marmion Publications, 2003, hal. 193.
[111] Mark Fellows, Fatima in Twilight {Setelah Fatima}, hal. 193.
[112] Mark Fellows, Fatima in Twilight {Setelah Fatima}, hal. 206.
[113] Nino Lo Bello, The Incredible Book of Vatican Facts and Papal Curiosities {Buku yang Luar Biasa akan Fakta-Fakta Vatikan dan Keganjilan-Keganjilan Kepausan}, Ligouri, MO: Liguori Pub., 1998, hal. 195.
[114] The Reign of Mary {Kepemimpinan Maria}, Vol. XXVIII, No. 90, hal. 8.
[115] George Weigel, Witness to Hope {Saksi Harapan}, New York, NY: Harper Collins Publishers, Inc., 1999, hal. 328.
[116] Piers Compton, The Broken Cross {Salib yang Patah}, Cranbrook, Western Australia: Veritas Pub. Co. Ptd Ltd, 1984, hal. 138.
[117] L’Osservatore Romano, 13 Juli 1972, hal. 6.
[118] Jean Guitton, “Nel segno dei Dodici,” wawancara oleh Maurizio Blondet, Avvenire, 11 Oktober 1992.
[119] L’Osservatore Romano, 19 Desember 1968, hal. 3.
[120] The Oxford Illustrated Dictionary, Edisi Kedua, hal. 512.
[121] L’Osservatore Romano, 23 November 1972, hal. 1.
[122] L’Osservatore Romano, 7 Januari 1971, hal. 1.
[123] L’Osservatore Romano, 26 September 1974, hal. 6.
[124] L’Osservatore Romano, 22 Mei 1975, hal. 3.
[125] L’Osservatore Romano, 18 Mei 1969, hal. 12.
[126] L’Osservatore Romano, 9 Maret 1972, hal. 2.
[127] L’Osservatore Romano, 12 Juli 1973, hal. 6.
[128] L’Osservatore Romano, 9 Oktober 1969, hal. 1.
[129] Romo Joaquin Arriaga, The New Montinian Church {Gereja Montini yang Baru}, hal. 391.
Artikel-Artikel Terkait
Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – memang benar bahwa orang hendaknya mengasihi orang lain dan menjaga ciptaan Allah. Namun, yang terutama, kita pertama-tama harus mengasihi/mencintai Allah. Sangat amat penting pula, terutama pada zaman kita,...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – Misteri Terang itu datangnya dari Yohanes Paulus II. Dia ini seorang Anti-Paus dan pemurtad masif. Rosario orisinal yang diberikan oleh Santa Perawan Maria adalah 15 dekade dengan Misteri-Misterinya...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...peristiwa terang kenapa tidak ada dalam pembahasan artikel ini?
devie 4 bulanBaca lebih lanjut...Allah Maha Besar melalui Putranya Yesus Kristus dan Bundanya Maria ..Melakukan muzizat menunjukan Betapah Besarnya dan Baiknya Allah..Kita manusia harus berbuat baik satu dengan yang lain dan alam sekitar serta...
fidelis Budi Suryanto 4 bulanBaca lebih lanjut...Are the FSSP and SSPX right on the sacraments?
Petrus Fiter Panco 4 bulanBaca lebih lanjut...Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 6 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...