^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Analisis tentang Kunjungan Benediktus XVI ke Sinagoga (2005)
Catatan: Artikel orisinal diterbitkan pada tanggal 6 September 2005
- Suatu tindak kemurtadan publik oleh Benediktus XVI: ia mengambil bagian dalam ibadat doa Yahudi –
Buku panduan teologi moral pra-Vatikan II mana pun akan berkata bahwa pengambilan bagian secara aktif di dalam ibadat non-Katolik adalah dosa berat terhadap hukum ilahi dan Perintah Allah yang Pertama. Pada tangal 19 Agustus 2005 – tepatnya pukul 12 siang pada hari Jumat, pada hari dan jam yang sama di mana Yesus disalibkan – Benediktus XVI sampai ke Sinagoga Yahudi dan lalu mengambil bagian secara aktif di dalam ibadat doa Yahudi. Bersama dengan kunjungan Yohanes Paulus II tahun 1986 ke Sinagoga, peristiwa ini tentunya adalah salah satu peristiwa yang paling menimbulkan skandal di dalam sejarah umat manusia – seseorang yang disebut-sebut sebagai pemimpin dari Gereja Kristiani – setelah pemakluman Injil, bepergian ke Sinagoga Yahudi (Bait milik orang-orang yang menolak sang Mesias), mengambil bagian di dalam perayaan ibadah mereka, dan oleh karena itu, berupaya untuk memberikan validasi terhadap agama Yahudi.
Dengan mengambil bagian di dalam suatu ibadat Yahudi, Benediktus XVI secara pasti melakukan tindak kemurtadan secara publik, dan kembali membuktikan bahwa ia seorang bidah dan pemurtad. Beberapa hal yang terjadi pada saat ibadat doa Yahudi Benediktus XVI adalah (saya mencatatnya):
Benediktus XVI menduduki tempat yang mencolok di dekat bagian depan Sinagoga itu. Sinagoga itu dipenuhi oleh orang-orang Yahudi yang berada di sana untuk melihat dirinya. Benediktus XVI bukan hanya adalah suatu bagian yang penting dari ibadat doa Yahudi itu, ialah orang yang ditonjolkan di dalamnya. Hal ini tidak diragukan adalah partisipasi aktif dalam agama Yahudi.
Sangat dekat dengan Benediktus XVI, kantor [penyanyi] sinagoga tersebut berdoa dan menyanyikan doa-doa Yahudi dengan sangat keras. Sang komentator bahkan mencatat bahwa kantor Yahudi itu menyanyi/berdoa dari “kedalaman dirinya.” Benediktus XVI membuat sikap-sikap badan, seperti menundukkan kepalanya serta bertepuk tangan, untuk menunjukkan persetujuannya dan partisipasinya di dalam ibadat Yahudi. Ini jelas adalah suatu ibadat doa Yahudi. Musik berbahasa Yiddi bergema di belakang, sedangkan para “Kardinal” Novus Ordo terduduk di belakang Benediktus XVI (belum lagi banyak “Kardinal” yang terduduk di bagian depan Sinagoga itu) mengenakan sebuah yamaka.
Sewaktu Benediktus XVI bangkit untuk berbicara (dan pada akhirnya untuk berdoa), seluruh Sinagoga itu pun bangkit berdiri dan menyorakinya – menyorakinya karena ia menerima agama mereka. Semua orang di bumi ini yang melihat peristiwa ini mengetahui bahwa peristiwa ini hanya memiliki satu makna: Benediktus sama sekali tidak bermasalah dengan orang-orang Yahudi yang menolak Yesus Kristus, dan mereka tidak memiliki kewajiban untuk menerima Yesus Kristus untuk memperoleh keselamatan.
Pada permulaan dari sambutannya, Benediktus XVI mengenang kunjungan dirinya dan kunjungan Yohanes Paulus II dengan orang-orang Yahudi di Mainz, Jerman, 17 November 1980.
Bagi orang-orang yang tidak tahu, kunjungan tanggal 17 Nov. 1980 ke Mainz, Jerman adalah persisnya di mana Yohanes Paulus II, untuk pertama kalinya, menuturkan bidahnya yang terang-terangan buruk (yang sekarang menjadi bahan pokok dari sekte Vatikan II) bahwa Perjanjian Lama belum ditiadakan oleh Allah.
Benediktus XVI sepenuhnya menyadari kenyataan yang signifikan ini; itulah mengapa ia menyebutkannya pada permulaan pidatonya. Dengan mengutip peristiwa di Mainz itu, Benediktus XVI berkata kepada semua orang bahwa ia juga berpandangan bahwa Perjanjian Lama belum ditiadakan, suatu bidah yang secara khidmat dikutuk oleh Konsili Florence.
Benediktus XVI lalu menyebutkan “Holocaust” Yahudi. Hal ini mungkin agak tidak bersangkutan dengan topik ini, tetapi, jika anda tidak mengetahuinya, enam juta orang Yahudi tidak dibunuh pada saat “Holocaust”. Bahkan sumber-sumber Yahudi sekarang menolaknya mentah-mentah sebagai suatu mitos, melaporkan jumlah yang jauh lebih rendah. Beberapa sumber melaporkan jumlah di bawah sejuta orang, seperti yang dilaporkan pada tanggal 3 Agustus 1990 oleh Aufbau, sebuah surat kabar Yahudi di New York. Berbagai sumber melaporkan jumlah orang Yahudi yang dibunuh yang berbeda-beda di dalam “Holocaust” yang berkisar dari lebih sedikit dari 100.000 sampai 9 juta orang.
Adalah suatu hal yang mungkin bahwa beberapa ratus ribu orang Yahudi terbunuh pada masa itu, bersama jumlah yang serupa dari agama-agama lain, termasuk Katolik. Saya menyarankan suatu terbitan dari The Barnes Review, Jan./Feb. 2001 yang menghancurkan mitos Holocaust dengan banyak fakta.
Jika anda sulit mengatasi keraguan agar anda mampu menepis mitos “Holocaust” tentang enam juta orang Yahudi yang dibunuh (suatu mitos yang begitu dalamnya berakar di dalam kesadaran publik akibat media yang didominasi oleh orang-orang Yahudi), pertimbangkanlah bahwa jika orang-orang Yahudi mampu dengan efektif membuat suatu kampanye propaganda untuk melawan film The Passion of the Christ dari Mel Gibson (dengan menyatakan bahwa film itu “anti-Semit” dan bahwa film itu akan menyulut kekerasan terhadap orang-orang Yahudi) – sedemikian rupa sehingga topik ini mendominasi media – walaupun film itu sama sekali tidak anti-Semit, bayangkan saja apa yang akan dilakukan oleh mesin propaganda yang sama itu andaikata sekitar 100 atau 200 ribu orang Yahudi sebenarnya yang dibunuh pada Perang Dunia II? Apakah mengejutkan bahwa mereka akan membesar-besarkannya sampai sepuluh atau enam puluh kali lipat? Tidak, sama sekali tidak. Dan mitos “Holocaust” sangat penting adanya untuk kekuatan Yahudi pada masa kini. Mitos ini adalah salah satu alat yang paling efektif milik orang Yahudi untuk mengendalikan dunia, yang sering mereka gunakan untuk menghancurkan rujukan secara publik terhadap Kristus, dan untuk mengurangi pengaruh publik Kekristenan. Penyangkalan “Holocaust” memang sebenarnya adalah suatu tindak kriminal di berbagai negara, termasuk Jerman! Hal ini berarti bahwa sejarah versi Yahudi – pada dasarnya artikel iman Yahudi pada masa kini – diwajibkan di bawah ancaman menjadi seorang kriminal di berbagai negara.
Dengan menyebutkan “Shoah” (Holocaust) dan Anti-Semitisme di dalam sambutannya di Sinagoga itu, Benediktus XVI menyulutkan api mitos Yahudi itu, dan memberikan kepada mereka kekuatan yang lebih besar untuk memperoleh kendali di ruang publik – kekuatan yang mereka akan hampir secara pasti gunakan untuk mengurangi Kekristenan dan Tuhan kita dari ruang lingkup publik. Seseorang tidak dapat meremehkan betapa jahatnya tindakan yang satu ini.
Benediktus XVI menundukkan kepalanya untuk orang-orang Yahudi yang mati pada waktu terjadinya Holocaust. Ini adalah bidah. Adalah suatu dogma yang didefinisikan bahwa orang-orang yang mati sebagai Yahudi pada masa itu binasa di dalam Neraka.
Dengan menundukkan kepalanya di hadapan orang-orang Yahudi yang meninggal, ia jelas mengindikasikan bahwa mereka dapat diselamatkan sebagai orang Yahudi walau mereka menolak Yesus Kristus, yang adalah suatu penyangkalan terhadap dogma di atas. Benediktus XVI lalu membuat rujukan kepada Dekret Vatikan II Nostra Aetate:
Deklarasi Vatikan II yang bidah tentang Agama-Agama Non-Kristiani (Nostra Aetate) mengajarkan bahwa orang-orang Yahudi tidak ditolak oleh Allah, yang adalah bidah yang paling spesifik di dalam Vatikan II:
Bacalah artikel kami untuk pembahasan bidah ini lebih lanjut: Bidah yang paling Spesifik dalam Vatikan II. Dengan menyebutkan Nostra Aetate, Benediktus XVI kembali menegaskan bahwa orang-orang Yahudi dapat diterima walaupun mereka menolak Yesus Kristus.
Benediktus XVI lalu berbicara tentang tiadanya diskriminasi antaragama dan rasa hormat terhadap semua agama.
Paus Leo XIII mengutuk sebagai pandangan Freemason persisnya apa yang baru saja dikatakan oleh Benediktus XVI:
Catatan kaki:
[1] The Sunday Sermons of the Great Fathers {Khotbah-Khotbah Hari Minggu Para Bapa Agung}, Co: Chicago, IL, 1963, Vol. III, hal. 223.
[2] L’Osservatore Romano, 9 Desember 1980, hal. 6.
Terimakasih atas artikelnya, saya semakin mengerti perjalanan kerajaan raja salomo
Novriadi 3 mingguBaca lebih lanjut...Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – memang benar bahwa orang hendaknya mengasihi orang lain dan menjaga ciptaan Allah. Namun, yang terutama, kita pertama-tama harus mengasihi/mencintai Allah. Sangat amat penting pula, terutama pada zaman kita,...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – Misteri Terang itu datangnya dari Yohanes Paulus II. Dia ini seorang Anti-Paus dan pemurtad masif. Rosario orisinal yang diberikan oleh Santa Perawan Maria adalah 15 dekade dengan Misteri-Misterinya...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...peristiwa terang kenapa tidak ada dalam pembahasan artikel ini?
devie 4 bulanBaca lebih lanjut...Allah Maha Besar melalui Putranya Yesus Kristus dan Bundanya Maria ..Melakukan muzizat menunjukan Betapah Besarnya dan Baiknya Allah..Kita manusia harus berbuat baik satu dengan yang lain dan alam sekitar serta...
fidelis Budi Suryanto 4 bulanBaca lebih lanjut...Are the FSSP and SSPX right on the sacraments?
Petrus Fiter Panco 4 bulanBaca lebih lanjut...Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 6 bulanBaca lebih lanjut...