^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Dua Kapal – Khotbah 37 St. Ambrosius - Perumpamaan tentang Sinagoga & Gereja
1. Alangkah besarnya keajaiban-keajaiban yang dikerjakan oleh Tuhan, yang dapat kita pelajari dari bacaan Injil ini, di mana Ia menggambarkan banyaknya pertolongan ilahi yang dikaruniakan-Nya atas manusia, sehingga orang banyak yang sekarang bangkit semangatnya, mengimpit-Nya agar dapat mendengar-Nya, dan bukan untuk mengajukan pertanyaan kepada-Nya. Dan mereka ingin memperoleh kesembuhan berkat keselamatan, bukan melalui rahmat kerendahan hati, melainkan dengan kerasnya permohonan mereka, sehingga seturut perkataan Injil, mereka mengimpit-Nya, agar padang pasir tidak memisahkan orang banyak itu dari Tuhan Yesus, dan agar Sinagoga tidak membatasi mereka, tidak pun rasa takzim akan Keilahian menjadi jarak yang memisahkan mereka. Sebab begitulah cara orang sakit bertindak, yaitu sewaktu mereka memiliki harapan untuk disembuhkan dari penyakit-penyakit mereka, diri mereka tidak dirintangi untuk memanjatkan permohonan oleh waktu, tempat, ataupun rasa malu, sehingga semakin orang yang merawat mereka memberi kesembuhan, semakin banyak permohonan orang yang menderita itu.
2. Demikianlah adanya, sehingga di daratan, Yesus tidak dapat menjaga jarak dari orang-orang. Itulah sebabnya, sewaktu Ia melihat dua kapal di laut, Ia bergegas masuk ke dalam salah satu kapal itu, kapal milik Petrus, supaya air yang memisahkan mereka dapat membebaskan-Nya dari kerasnya permohonan mereka. Sebab rasa takzim yang patut diberikan kepada seorang Guru sama sekali tidak mengekang diri mereka. Dan kemudian, dari perahu kecil inilah Ia mulai menuturkan kepada orang-orang sabda dari ajaran-Nya. Renungkanlah kebaikan Juru Selamat kita; ketika terpisah dalam raga-Nya dari umat manusia, Ia bersatu dengan mereka dalam faedah ajaran-Nya. Di mana-mana, Ia berbela rasa, di mana-mana Ia menolong kita. Di daratan, Ia menyembuhkan penyakit lahiriah mereka dengan jamahan-Nya; di lautan, Ia menyembuhkan luka-luka batiniah, dengan ajaran-Nya.
3. Marilah kita melihat apa itu kapal kecil milik Simon Petrus ini, kapal yang seturut penilaian Tuhan lebih pantas dari kedua kapal itu sebagai tempat dari mana Ia mengajar, yang menjaga-Nya aman dari celaan, dan dari kapal itulah Ia menganugerahkan sabda-Nya kepada manusia yang beriman. Sebab kita telah mempelajari bahwa Tuhan dahulu berlayar pada kapal yang lain, dan tertekan oleh banyak celaan. Sebab Ia dahulu berlayar bersama Musa mengarungi Laut Merah, tatkala Ia membawa umat Israel menyeberangi ombak. Namun Ia menderita banyak cercaan, seperti yang dikatakan-Nya sendiri dalam Injil kepada orang-orang Yahudi: Seandainya kalian percaya Musa, kalian juga akan memercayai Aku (Yoh. v. 46). Ketidakberimanan Sinagoga adalah suatu penghinaan kepada sang Juru Selamat. Oleh karena itu, Ia memilih biduk Petrus, dan meninggalkan biduk Musa; yaitu, Ia menolak Sinagoga yang tidak beriman, dan memungut Gereja yang percaya.
4. Sebab ibaratnya ada dua kapal yang ditakdirkan oleh Allah untuk menjala ikan di dunia ini, bagaikan di lautan, demi keselamatan umat manusia, seperti yang dikatakan Tuhan kepada para Rasul-Nya: Datanglah, dan Aku akan membuat kalian sebagai penjala manusia (Mt. iv. 19). Dan dari kedua kapal ini, yang satu ditinggalkan di daratan, terdiam dan kosong; yang lain, yang sarat atau penuh, bertolak ke tempat yang dalam. Sebab Sinagoga ditinggalkan sehingga terdiam di pantai; akibat kesalahan dirinya sendiri, ia sama sekali telah kehilangan Kristus bersama dengan peringatan-peringatan para nabi. Namun Gereja yang penuh muatan dibawa ke tempat yang dalam, sebab ia telah menyambut Tuhan bersama dengan ajaran para Rasul. Ujar saya, Sinagoga tetap berada di daratan, berpegangan erat kepada hal-hal duniawi. Gereja terpanggil ke tempat yang dalam, seolah-olah untuk mencari misteri-misteri Surga yang dalam: menuju kedalaman yang dikatakan oleh sang Rasul: Oh alangkah dalamnya kekayaan hikmat dan pengetahuan Allah! (Roma xi. 33).
Itulah sebabnya perkataan ini ditujukan kepada Petrus, Bertolaklah ke tempat yang dalam; yakni, kepada dalamnya ajaran Kelahiran Ilahi. Sebab hal apakah yang sama dalamnya dengan perkataan Petrus kepada Tuhan: Engkau adalah Kristus, Putra Allah yang hidup? Hal apakah yang sama duniawinya dengan perkataan orang-orang Yahudi kepada Tuhan: Bukankah Dia ini Putra Yosef, tukang kayu itu? (Luk. iv. 22). Yang satu, yang diilhami oleh hikmat dari tempat yang tinggi, mengakui kelahiran ilahi Kristus; yang lain ini, yang berpikiran seperti ular beludak, berbicara secara badaniah tentang Ia yang Terlahir secara Surgawi. Karena inilah apa yang dituturkan oleh sang Juru Selamat kepada Petrus: Sebab bukan daging dan darah yang mewahyukannya kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang ada di dalam Surga. Namun kepada orang-orang Farisi, Ia berkata: Ya keturunan ular beludak, bagaimanakah kalian dapat berbicara hal-hal yang baik, sedangkan kalian sendiri jahat? (Mat. xii. 34).
5. Maka Tuhan Yesus hanya mendekat dan masuk ke dalam biduk Gereja, yang mana Petruslah yang ditunjuk sebagai Penguasanya, seturut perkataan Tuhan kepadanya: Di atas batu karang ini, Aku akan mendirikan Gereja-Ku. Kapal ini mengapung sedemikian rupa di atas kedalaman dunia ini, sehingga seraya ia berlayar mengarungi zaman ini, ia menjaga segala barang muatannya aman dari mara bahaya. Kita memiliki Pertanda yang sejati dari hal ini dalam Perjanjian Lama. Sebab sebagaimana segala sesuatu yang dibawa oleh Nuh bersama dirinya dalam Bahtera diselamatkan dari karamnya kapal dunia ini, demikian pula sewaktu dunia dihancurkan oleh api, Gereja Petrus akan menjaga aman dalam dirinya semua orang yang disayanginya sebagai miliknya sendiri. Dan seperti waktu Banjir Bandang telah mereda, seekor burung dara membawa tanda perdamaian kepada Bahtera itu, demikian pula, sewaktu penghakiman telah usai, Kristus akan membawakan sukacita damai sejahtera kepada Gereja Petrus: sebab Ia sendirilah Burung Dara itu, atau Damai Sejahtera: seperti yang telah dijanjikan-Nya kepada kita, seraya berkata: Aku akan kembali melihat kamu sekalian, dan hati kalian akan bersukacita (Yoh. xvi. 22).
6. Tetapi, karena kita melihat dalam Matius bahwa perahu kecil yang sama milik Petrus ini, dari mana Tuhan sekarang menyingkapkan misteri-misteri doktrin surgawi-Nya, merupakan tempat di mana Tuhan tidur di dalamnya yang juga diombang-ambingkan oleh angin yang mengamuk sehingga semua Rasul mulai merasa takut akan bahaya maut, lantas marilah kita melihat mengapa dari perahu yang sama ini jugalah Ia membagikan ajaran suci-Nya kepada orang-orang, sedangkan di sana jugalah Ia menimbulkan rasa takut akan kematian kepada para Murid-Nya, terutama sewaktu Simon Petrus pula ada di sana bersama para Rasul yang lain? Inilah sebab dari bahaya yang mereka alami. Simon Petrus ada di sana; tetapi Yudas si pengkhianat itu pun ada di sana pula. Meskipun iman Petrus dapat menenangkan kapal itu, ketidakberimanan yang lain itu dapat membawa kapal itu kepada bencana. Di mana Petrus berlayar seorang diri, ada ketenteraman; di mana Yudas ditambahkan kepada awaknya, badai berembus. Walaupun Petrus akan aman berkat jasa-jasa dirinya, ia mengalami bahaya akibat kefasikan si pengkhianat itu.
Maka ketika Tuhan sedang tidur terlelap, Petrus pun gelisah dan para Murid ketakutan. Mungkin sulit adanya untuk melihat diri-Nya tidur, sedangkan Petrus sedang gelisah. Ia tidur demi Petrus, supaya jangan sampai Ia mengawasi Yudas; dan dengan demikian, akibat kejahatan satu orang, jasa-jasa yang lain terancam bahaya. Tuhan telah tertidur, dan dahsyatnya angin pun semakin menjadi-jadi; sebab barang siapa berbuat dosa, ia seketika menyebabkan Tuhan tertidur dalam dirinya, dan membuat badai roh najis berembus dalam dirinya sendiri. Sewaktu udara yang tenang yang dijadikan Tuhan telah terlelap, niscaya prahara iblis akan berembus sebagai penggantinya.
7. Maka jika dosa Yudas membuat semua Rasul terancam bahaya, hendaknya peringatan ini membuat kita berjaga-jaga terhadap orang tak beriman dan terhadap orang yang pengkhianat: supaya jangan sampai akibat satu orang, banyak orang menjadi terancam bahaya. Dan hendaknya kita juga mengusir orang semacam itu dari perahu kita yang kecil, supaya Tuhan tidak terlelap di tengah-tengah kita, namun agar Ia dapat terus mengawasi diri kita, dan sewaktu Ia berjaga-jaga, tiada badai kefasikan yang akan menerpa diri kita.
Sebab di mana ada iman yang murni, di situlah sang Juru Selamat mengajar, berjaga-jaga, dan bersukacita; di situlah ada istirahat, damai sejahtera, dan kesembuhan bagi semua orang. Namun sewaktu bidah tercampur dengan iman, Kristus pun mengantuk, Ia tertidur dan tidak aktif. Di sanalah akan ada rasa takut, dan akan ada badai, dan akan ada bahaya bagi semua orang. Sebab kitalah yang empunya tanggung jawab bilamana Kristus tidur dalam diri kita, ataukah berjaga-jaga. Amin.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris.
The Sunday Sermons Of The Great Fathers [Khotbah Hari Minggu Para Bapa yang Agung], Terjemahan Orisinal oleh M. F. Toal, D.D., Vol. 3, St. Pius X Press, Las Vegas, Amerika Serikat, 2023, 222-225.
Sdr. Petrus Berlian sangat brilian 💪😎☝️
Doulou Kurion 2 mingguBaca lebih lanjut...Saya sanngatsuka cerita ini
Monika Monika 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – Fransiskus telah mengeluarkan sebuah dokumen yang menyetujui “pemberkatan” pasangan sesama jenis. Kami membahasnya dalam video berikut: Fransiskus Setujui “Pemberkatan” Sesama Jenis sebagai Tanggapan kepada Para “Kardinal” https://vatikankatolik.id/fransiskus-setujui-pemberkatan-sesama-jenis/ Fransiskus...
Biara Keluarga Terkudus 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – prinsip larangan mendoakan arwah orang yang meninggal sebagai non-Katolik ini didasari oleh dogma Katolik Extra Ecclesiam Nulla Salus, yaitu, Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan. Orang yang...
Biara Keluarga Terkudus 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – sayangnya pemahaman anda tentang ajaran keselamatan yang dianut oleh Gereja Katolik itu tidak benar dan anda membuat banyak kesalahan dalam pesan anda. Kalau anda menyimak materi-materi kami, anda...
Biara Keluarga Terkudus 1 bulanBaca lebih lanjut...Saya baru baca komentar ini yang memberi perspektif berbeda terhadap penglihatan MS (Maria Simma). Tetapi saya pribadi sama sekali tidak melihat pertentangan antara apa yang digambarkan MS dan ajaran Katolik....
Bernad 1 bulanBaca lebih lanjut...Berita ini benarkah? bahwa Bapak Paus Fransiskus mengeluarkan dokumen untuk merestui pemberkatan nikah sesama jenis? Kalau berita ini benar, ini sangat menentang hukum Allah sebagaimana yang Allah Tuhan kita menciptakan...
Lambertus Mite 1 bulanBaca lebih lanjut...Menurit hemat saya ini kurang tepat. Seorang katolik boleh saja mendoakan arwah non katolik. Ajaran katolik adalah ajaran kasih, mengasihi kepada semua umatNya tanpa harus membedakan agama.
Martha 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – tidak semua orang yang mengaku Kristen benar-benar meniru teladan Kristus. Karena itulah ada tertulis, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...karena nama Mahatma Gandhi disebut saya ingat salah satu ujarannya.. "I like your Christ , but I don't like your Christian. Your Christian are so unlike your Christ". apakah kita...
Deo Gratia 6 bulanBaca lebih lanjut...