^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Paus Pius XII, Romo Feeney dan Dogma Keselamatan
Salah satu alasan Protokol 122/49 yang sesat dan mematikan itu mendapatkan dukungan sedemikian besar dari begitu banyak uskup dan imam, dan benar-benar mampu menghapus kepercayaan akan dogma keselamatan (bahwa orang-orang yang meninggal sebagai non-Katolik binasa) hampir di seluruh dunia Katolik, adalah mereka berpikir dokumen itu setidak-tidaknya disetujui oleh Pius XII secara tersirat. Memang benar, dokumen itu mengklaim bahwa Sri Paus menyetujuinya. Pada pokoknya, Sri Paus tidak menandatanganinya, tidak pun dia mempermaklumkan dokumen itu dengan cara apa pun yang mungkin berpengaruh pada infalibilitas. Dokumen itu bahkan tidak diterbitkan secara resmi. Dan tentunya tidak ada Paus yang bisa menandatangani Protokol itu, karena dokumen itu sangat bidah, seperti yang sudah saya tunjukkan.
Umpamanya Paus Pius XII menyetujui Protokol tersebut dan juga menyetujui persekusi terhadap Romo Feeney karena dia mengkhotbahkan dogma tersebut, lantas Paus Pius XII sederhananya hanya seorang pendosa berat terhadap Iman. Andaikan Sri Paus bersuara mendukung Protokol itu dan menentang Romo Feeney, lantas ia akan menjadi seorang bidah. Seandainya Paus Pius XII menyangkal dogma itu – seperti para imam di Boston College, misalnya – dan setuju membungkam pewartaan apostolik Romo Feeney tentang dogma keselamatan, lantas Paus Pius XII akan menjadi seorang bidah dan musuh Iman.
Andaikan Paus Pius XII berpikir bahwa Romo Feeney mewartakan doktrinnya sendiri demi menyatakan secara persis yang dinyatakan Paus Gregorius XVI dalam Summo Iugiter Studio dan yang telah didefinisikan secara dogmatis oleh Takhta Petrus (bahwa semua orang yang meninggal sebagai non-Katolik binasa), maka ia tidak mengerti hal yang paling mendasar dari Iman Katolik – dan lantas ia memang tidak memiliki iman tersebut.
Orang-orang harus ingat bahwa tidak semua keputusan seorang Paus itu infalibel. Dalam mempelajari kesalahan-kesalahan Paus di sepanjang sejarah untuk mempersiapkan deklarasi Infalibilitas Kepausan, para teolog di Vatikan I menemukan bahwa lebih dari 40 orang Paus percaya pandangan teologis yang salah. Tetapi tidak satu pun kesalahan ini diajarkan oleh para Paus dari Takhta Petrus. Dalam suatu kasus kesalahan Paus yang terkenal, Paus Yohanes XXII percaya pandangan yang salah bahwa orang-orang benar dari Perjanjian Lama tidak menerima Visiun Beatifis sampai setelah Pengadilan Umum.[1]
Sinode Jenazah
Kasus kesalahan Paus yang mungkin paling kentara dalam sejarah Gereja adalah “Sinode Jenazah” tahun 897. Ini adalah peristiwa jenazah Paus Formosus, yang menurut kebanyakan orang adalah Paus suci dan berbakti, dikutuk setelah kematiannya oleh Paus Stefanus atas sejumlah dugaan pelanggaran hukum kanonik.[2] Pengutukan Paus Formosus oleh Paus Stefanus ini dibatalkan oleh Paus Teodorus II dan Paus Yohanes IX, namun didukung oleh Paus Sergius III.[3] Dari sini kita seharusnya bisa melihat jelas bahwa tidak semua keputusan, pidato, pendapat atau penghakiman seorang Paus bersifat infalibel. Seorang Paus itu infalibel ketika berbicara dari Takhta Petrus atau mengulangi ajaran yang telah selalu disampaikan oleh Gereja dalam Magisterium biasa dan universalnya.
Paus Honorius I
Paus Honorius I dahulu dikutuk oleh Konsili Konstantinopel III karena ia setidak-tidaknya memajukan bidah monotelit (kepercayaan bahwa Kristus hanya punya satu kehendak) dalam dua pucuk surat kepada Patriark Sergius. Jadi, sama seperti Paus Honorius I (625-638) dikutuk karena memajukan bidah oleh Konsili Konstantinopel III dan konsili-konsili ekumenis lainnya,[4] demikian pula Paus Pius XII akan jatuh ke dalam bidah seandainya ia percaya bahwa orang-orang non-Katolik bisa selamat dan mendukung persekusi terhadap Romo Feeney oleh sebab Romo Feeney menegaskan bahwa orang-orang non-Katolik tidak bisa selamat.
Harap diingat, Pius XII sama sekali bukan seorang tradisionalis tangguh. Reformasi-reformasi, kelalaian-kelalaian serta kegagalan-kegagalannya meratakan jalan menuju Vatikan II. Berikut ini sedikit saja hal-hal yang dibuat Pius XII:
Pelanggaran terakhirnya ini paling serius. Dengan dipersekusinya Romo Feeney, para “otoritas” di Boston dan Roma tidak hanya tidak membantu Romo Feeney dalam tujuannya mengonversikan orang non-Katolik, namun justru menghentikannya! Coba dipikirkan: Orang-orang yang seharusnya membina keselamatan jiwa-jiwa dan konversi kepada Iman sejati, kenyataannya membuat penghalang sebesar mungkin bagi Romo Feeney untuk berbuat demikian. Mereka membuat tugas Romo Feeney untuk menyampaikan pesan Kristus yang menyelamatkan – bahwa keselamatan datangnya hanya dari keanggotaan dalam Gereja yang Dia dirikan – sesulit yang bisa mereka buat, sembari memberi kesan palsu kepada jutaan orang non-Katolik, bahwa mereka baik-baik saja dalam keadaan pengutukan tempat mereka berada.
Uskup Agung Richard Cushing bersama Anti-Paus Yohanes XXIII
Richard Cushing, Uskup Agung pemurtad asal Boston, yang pertama-tama membungkam Romo Feeney bukan karena perkara pembaptisan keinginan, namun Extra Ecclesiam nulla salus (Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan) – membual sebelum kematiannya bahwa dia tidak pernah membuat seorang pun berkonversi di sepanjang hidupnya.[5]
Tanggal 24 September 1952, Romo Feeney menyampaikan sepucuk surat yang panjang mendetail kepada Pius XII. Surat itu tak dijawab. Namun sebulan kemudian, pada sepucuk surat tertanggal 25 Okt. 1952, Kardinal Pizzardo dari Kementerian Suci menyaman (memberi perintah agar datang menghadap pengadilan) Romo Feeney. Tanggal 30 Okt. 1952, Romo Feeney mengirim jawaban kepada Pizzardo, meminta pernyataan tuduhan terhadap dirinya – seperti yang disyaratkan Hukum Kanon. Tanggal 22 Nov. 1952, Pizzardo menanggapi:
Tanggal 2 Des. 1952, Romo Feeney menjawab:
Surat-menyurat antara Romo Feeney dan Pizzardo ini sangat menarik dan sangat bernilai untuk diskusi kita. Pertama-tama, terlihat di sini bahwa Romo Feeney ingin bekerja dalam batas-batas hukum, sedangkan Pizzardo dan mereka yang ada di Vatikan jelas memperlihatkan pengabaian hukum, bahkan dalam cara mereka menyaman (memberi perintah panggilan) Romo Feeney ke Roma. Hukum Kanon menentukan bahwa orang yang disaman ke Roma harus diberitahukan setidak-tidaknya tuduhan-tuduhan yang dikenakan padanya, dan Romo Feeney mengutip kanon-kanon yang relevan. Pizzardo dan rekan-rekannya terus-menerus mengabaikan hukum tersebut.
Tanggal 9 Jan. 1953, Pizzardo menanggapi surat Romo Feeney tertanggal 2 Des. 1952:
Sekali lagi, hukum kanonik yang mewajibkan adanya alasan saman sama sekali diabaikan. Namun ini hanya hal yang lumrah dalam kasus Romo Feeney: Keadilan, dogma dan amanat Kristus untuk mewartakan Injil serta membaptis sudah diabaikan dan diinjak-injak. Mudah sekali dirasa, nada bicara jengkel dari surat bapak kardinal itu. Hampir tak bisa diragukan bahwa Pizzardo juga percaya bahwa orang non-Katolik bisa selamat sebagai non-Katolik, dan karena itu sama sekali tidak prihatin bahwa kasus Romo Feeney tidak ditangani dengan adil.
Tanpa diberi alasan samannya ke Roma seperti yang diwajibkan, Romo Feeney dengan benar tetap tinggal di Amerika Serikat, karena tahu bahwa penolakannya untuk melapor ke Roma tiba 31 Jan. mungkin mendatangkan penalti-penalti kanonik palsu atas kepalanya sendiri. Namun sebelum itu, tanggal 13 Jan. 1953, Romo Feeney “mengirim sepucuk surat panjang tegas kepada Kardinal yang mengeluhkan hal-hal berikut:
Romo Feeney mengakhiri komunikasi terakhir kepada Kardinal Pizzardo ini dengan pernyataan yang memuat amarah bajik.
Tanggal 13 Februari 1953. Kementerian Suci mengeluarkan dekret yang menyatakan Romo Feeney “terekskomunikasi”. Seperti ini isinya:
Menimbang fakta-fakta di atas, ekskomunikasi ini sungguh tercela dan tak bernilai. Romo Feeney tidak bersalah sama sekali. Dia tidak menyangkal doktrin, dan ia bekerja secara ketat seturut hukum. Yang sebetulnya terekskomunikasi ipso facto adalah mereka yang menganiaya Romo Feeney karena mengajarkan bahwa semua orang yang mati sebagai non-Katolik tidak bisa selamat.
Patut diingat pula, bahwa meskipun “ekskomunikasi” itu berasal dari seorang klerus bidah yang melawan pewartaan dogma yang dilakukan Romo Feeney, “ekskomunikasi” itu sendiri sama sekali tidak menyebutkan apa-apa tentang doktrinnya. Yang disebutkannya hanyalah “ketidaktaatan berat terhadap Otoritas Gereja". Ini poin yang penting, karena kita mendengar banyak orang yang pada hari ini tidak tahu tentang fakta-fakta kasus ini, secara salah menyatakan bahwa Romo Feeney diekskomunikasi karena mengajarkan bahwa orang non-Katolik tidak bisa selamat. Orang-orang semacam itu tidak tahu yang sedang mereka katakan. Tidak diragukan sedikit pun, dogma bahwa orang yang mati sebagai non-Katolik tidak bisa selamat adalah alasan meletusnya kontroversi Romo Feeney – puncaknya, adalah Romo Feeney “diekskomunikasi” – namun ekskomunikasi itu sama sekali tidak menyebut apa-apa soal doktrinnya. Lantas, umpamanya pun orang percaya bahwa “ekskomunikasi” itu valid (itu pandangan absurd), pemikiran semacam itu sama sekali bukan argumen melawan ajaran bahwa orang yang mati sebagai non-Katolik tidak bisa selamat, sebab:
Jadi, hendaknya mereka yang akan mengulas perkara ini menggunakan fakta-fakta yang lurus.
Tetapi, ajaran bahwa tidak ada orang yang bisa selamat di luar Gereja Katolik tentunya diekskomunikasi dari benak publik akibat “ekskomunikasi” Romo Leonard Feeney, SJ tahun 1953 ini. Dengan demikian, Yesus Kristus secara publik dijual & dikhianati kepada dunia, dengan memberikan dunia suatu kesan bahwa orang tidak perlu menjadi anggota dari Gereja yang telah Dia dirikan – dan bahwa mempromosikan kebalikannya itu sungguh adalah pelanggaran hukum!
Saya baru-baru ini menelepon sekitar 15 gereja Vatikan II/Novus Ordo dan bertanya kepada mereka, apabila mereka menerima dogma Katolik Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan. Mereka semua sama sekali menolaknya dan mematikan telepon. Ada beberapa imam yang memberi jawaban yang koheren pada pertanyaan saya soal dogma itu, dan mereka langsung menyatakan “itu bidah” atau menuturkan kata-kata yang kira-kira serupa (maksudnya, Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan adalah bidah); dan mereka semua merujuk pada “ekskomunikasi” Romo Leonard Feeney, SJ, untuk “memberi substansi” pada poin mereka. Saya bisa saja menelepon 200 gereja-gereja Vatikan II ini dan saya akan menerima tanggapan yang sama. Ini sederhananya disebabkan fakta bahwa pada dasarnya semua imam Vatikan II/Novus Ordo pada hari ini, sama halnya dengan hampir semua imam “tradisionalis” masa kini, percaya bahwa jiwa-jiwa bisa selamat dalam agama apa saja, termasuk orang-orang Yahudi yang menolak Kristus.
Kemurtadan Vatikan II, seperti yang dilakukan Anti-Paus Yohanes Paulus II di atas bersama para pemimpin agama sesat, mungkin tidak akan terjadi jika Paus Pius XII telah membela Romo Feeney
Tidak bisa dipungkiri sedikit pun, bahwa peranan Paus Pius XII pada perkara Romo Feeney itu krusial: krusial sampai pada inti Iman Katolik sendiri, krusial bagi yang tidak lama kemudian muncul di Vatikan II dan krusial bagi keselamatan jutaan jiwa. Peranan Paus Pius XII krusial, sebab seandainya Paus Pius XII dulu berdiri membela Romo Feeney di awal tahun 1950-an, dan kembali menegaskan bahwa semua orang yang mati sebagai non-Katolik binasa (dan karena itu harus berkonversi), tidak akan pernah ada yang namanya Vatikan II. Memang benar seperti itu. Tidak bisa dipungkiri sedikit pun, bahwa Konsili pemurtad Vatikan II tidak akan pernah berlangsung tanpa pengutukan terhadap dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan (melalui pengutukan Romo Feeney) tidak lama sebelumnya. Mereka yang menolak fakta ini tidak punya konsep realitas. Lebih dari 90% bidah-bidah Vatikan II dan pasca-Vatikan II ada kaitannya, langsung ataupun tidak langsung, dengan penyangkalan perlunya Gereja Katolik & penyangkalan jahatnya agama-agama non-Katolik. Seandainya di tahun 1950-an, ada penegasan khidmat & publik atas dogma itu oleh Paus Pius XII – seperti yang diperlihatkan oleh Romo Feeney – agar jelas bagi semua orang bahwa Romo Feeney memang benar dalam berkata bahwa orang non-Katolik tidak bisa selamat sebagai non-Katolik, lantas para bidah di Vatikan II tidak akan pernah bisa meloloskan, antara lain, dekret tentang ekumenisme (Unitatis Redintegratio), dekret tentang agama-agama non-Kristiani (Nostra Aetate) ataupun dekret tentang kebebasan beragama (Dignitatis Humanae), yang semuanya memuji serta menghormati agama-agama sesat atau menyatakan bahwa para anggota agama-agama lain bisa selamat.
Tanpa sinyal jelas bahwa percaya semua orang yang mati sebagai non-Katolik binasa (suatu dogma Katolik) itu salah, reformasi liturgi dan segala macam kekejian yang sekarang kita lihat tidak akan pernah bisa terjadi.
Sayang sekali, Pius XII pada waktu itu adalah orang yang melakukan tugas ini. Pada masa kepemimpinan Pius XII, dunia mulai percaya bahwa percaya orang Katolik saja yang selamat adalah gagasan salah. Entah dia tahu atau tidak, Paus Pius XII berperan sebagai Yudas yang mengkhianati Kristus kepada orang Yahudi supaya mereka bisa menyalibkan-Nya. Dogma itu dikhianati kepada dunia, sehingga Iblis bisa menyalibkan segenap kerangka Iman di Vatikan II.
Maka dari itu, sewaktu orang melihat gereja-gereja yang mandul; antrian pengakuan dosa yang kosong; kehadiran Misa yang hampir nol; imam homo di gereja Novus Ordo; kurang dari 25% percaya akan Ekaristi; skandal seksual merajalela; misa badut, misa kanak-kanak, misa balon; 50% orang “Katolik” memilih pro-aborsi; sinkretisme antaragama secara konsisten di Vatikan; anak-anak perempuan tak mengenakan pakaian atas di “Misa-Misa Kepausan”; imam besar vudu berkhotbah di Gereja St. Fransiskus; Buddha di atas “altar Katolik”; ketidaktahuan yang hampir universal soal ajaran Gereja; ketidakbermoralan dan kebejatan yang hampir universal; pendidikan seks di sekolahan “Katolik”; universitas-universitas “Katolik” menyangkal ineransi Kitab Suci; universitas-universitas “Katolik” mempromosikan kaum pro-aborsi; kemurtadan luas terbesar dari ajaran Kristus di sepanjang waktu; dan paganisme yang hampir universal, mereka bisa berterima kasih kepada pengutukan Romo Feeney, salah satu komponen yang diperlukan untuk datangnya semua itu.
“Pengutukan” Romo Feeney – dipadu dengan Protokol 122/49 – menjamin tiadanya satu pun seminari di dunia setelah tahun 1953 yang mengajarkan dogma bahwa hanya orang Katolik yang bisa selamat. Dan dengan sudah menjadi universal dan mengakardalamnya ide bahwa mereka yang meninggal sebagai non-Katolik bisa selamat, hanya makan waktu sedikit saja sebelum dunia mulai menyadari bahwa percaya agama Katolik dan mengamalkan moral Katolik pada dasarnya tidak berguna, sebab para anggota agama-agama lain punya keselamatan juga. Karunia Iman sejati berharga itu sudah dipereteli dan klaim Gereja Katolik bahwa dirinya adalah satu-satunya agama sejati tewas sudah di benak publik, karena orang bisa selamat dalam agama-agama lain. Logis saja bahwa hanya makan waktu singkat usai “ekskomunikasi” Romo Feeney untuk menyerahnya ajaran Katolik kepada kemurtadan universal di kalangan umat Katolik, dengan Vatikan II sebagai wahana penyebarluasannya.
Mereka yang meratapi beberapa, kebanyakan atau semua hal yang disebutkan di atas, namun mengutuk, memandang rendah atau membenci Romo Feeney, orang-orang itu buta. Mereka mengeluhkan adanya lidah api dan asap, namun tidak menyadari bahwa sikap mereka sendirilah yang menyulut apinya. Mereka tidak bisa memahami dampak-dampak sederhana rusaknya Iman dan penyangkalan terhadap dogma yang paling krusial itu, bahwa hanya orang Katolik yang bisa selamat. Dan perkara ini tidak hanya melibatkan banyak konsekuensi praktis penyangkalan terhadap dogma bahwa hanya orang Katolik yang selamat. Perkara ini terutama melibatkan konsekuensi-konsekuensi pada Iman, sebab dogma Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan tidak hanya harus dijadikan pedoman hidup umat Katolik saja, namun juga adalah suatu hal utama yang harus mereka percayai. Paus St. Pius X mengutuk dalil Modernis berikut pada 3 Juli 1907 dalam “Lamentabili Sane”:
Gagasan bahwa kita bisa berkhotbah bahwa tidak ada keselamatan di luar Gereja, sembari percaya dalam hati kita bahwa ada keselamatan di luar Gereja, adalah bidah. Bahwa hanya orang Katolik yang bisa selamat, adalah kebenaran terwahyu dari Surga yang oleh setiap orang Katolik harus pertama-tama mereka percayai, lalu kedua mereka akui.
Kebenaran ini telah dirampas dari hati dan pikiran orang di hampir seluruh dunia Katolik dengan dikutuknya Romo Feeney, orang yang pada waktu itu paling publik membelanya. Dan itu dibiarkan terjadi oleh kelalaian dan kelemahan Pius XII.
Catatan kaki:
[1] The Catholic Encyclopedia {Ensiklopedia Katolik}, Vol. 8, hal. 433.
[2] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Christendom Press, Volume 2 (The Building of Christendom {Pembangunan Kekristenan}), 1987, hal. 387.
[3] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Christendom Press, Volume 2 (The Building of Christendom {Pembangunan Kekristenan}), 1987, hal. 388-390, J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes {Kamus Oxford tentang Paus}
[4] Misalnya, Second Council of Nicea (787) {Konsili Nicea II (787)}, Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 135, dan Fourth Council of Constantinople (869-870) {Konsili Konstantinopel IV (869-870)}, Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 162.
[5] Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, hal. 37.
[6] Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, hal. 22.
[7] Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, hal. 23.
[8] Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, hal. 23.
[9] Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, hal. 25.
[10] Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, hal. 25.
[11] Denzinger 2026.
[12] Decrees of Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal.578; Denzinger 714.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...