^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Paus Pius XII, Romo Feeney dan dogma
Salah satu alasan bahwa Protokol 122/49 yang sesat dan mematikan itu mendapatkan dukungan yang begitu besar dari begitu banyak uskup dan imam, dan secara harfiah dapat menghapuskan kepercayaan akan dogma tersebut (bahwa orang-orang yang meninggal sebagai non-Katolik binasa) di hampir seluruh dunia Katolik, adalah karena mereka berpikir bahwa hal tersebut disetujui secara tersirat oleh Paus Pius XII. Memang, dokumen itu mengklaim bahwa Paus Pius XII menyetujuinya. Intinya, ia tidak menandatanganinya, tidak pun ia mempermaklumkannya di dalam cara apa pun yang akan dapat memengaruhi infalibilitas. Protokol 122/49 bahkan tidak diterbitkan secara resmi. Dan jelas, tidak seorang Paus pun dapat menandatangani Protokol tersebut karena dokumen itu sungguh bidah, seperti yang telah saya tunjukkan.
Jika Paus Pius XII setuju dengan Protokol tersebut dan penganiayaan terhadap Romo Feeney untuk mengkhotbahkan dogma tersebut, sederhananya, Pius XII adalah pendosa berat terhadap Iman. Jika ia terang-terangan mendukung Protokol tersebut dan menentang Romo Feeney, ia akan telah menjadi seorang bidah. Jika Paus Pius XII telah menyangkal dogma tersebut – seperti yang dilakukan para imam di Boston College, misalnya – dan setuju membungkam pewartaan apostolik Romo Feeney tentang dogma tesebut, maka Pius XII akan telah menjadi seorang bidah dan musuh dari Iman.
Jika Paus Pius XII berpikir bahwa Romo Feeney mengkhotbahkan doktrinnya sendiri untuk menyatakan secara persis apa yang dinyatakan Paus Gregorius XVI di dalam Summo Iugiter Studio dan apa yang telah didefinisikan secara dogmatis oleh Takhta Petrus (bahwa semua orang yang meninggal sebagai non-Katolik binasa), maka ia tidak mengerti hal yang paling mendasar dari Iman Katolik – dan memang ia tidak memilikinya.
Orang-orang harus ingat bahwa tidak semua keputusan dari seorang Paus itu infalibel. Dalam mempelajari kesalahan-kesalahan Paus di sepanjang sejarah untuk mempersiapkan deklarasi Infalibilitas Kepausannya, para teolog di Vatikan I menemukan bahwa lebih dari 40 Paus percaya akan pandangan teologis yang salah. Tetapi tidak satu pun dari kesalahan-kesalahan ini diajarkan oleh para Paus dari Takhta Petrus. Di dalam suatu kasus yang terkenal dari kesalahan Paus, Paus Yohanes XXII memercayai pandangan yang salah bahwa orang-orang benar dari Perjanjian Lama tidak menerima Visiun Beatifis sampai setelah Penghakiman Umum.[1]
Sinode Jenazah
Kemungkinan kasus yang terjelas dari kesalahan Paus di dalam sejarah Gereja adalah “Sinode Jenazah” pada tahun 897. Ini adalah waktu di mana jasad dari Paus Formosus – yang merupakan seorang Paus yang suci dan berbakti – dikutuk setelah kematiannya oleh Paus Stefanus VII atas sejumlah tuduhan pelanggaran hukum kanonik.[2] Pengutukan terhadap Paus Formosus oleh Paus Stefanus VII ini dihapuskan oleh Paus Theodorus II dan Paus Yohanes IX, tetapi didukung oleh Paus Sergius III.[3] Hal ini seharusnya menunjukkan kepada kita dengan amat jelas bahwa tidak semua keputusan, pidato, opini, atau penghakiman seorang Paus itu infalibel. Seorang Paus itu infalibel sewaktu ia berbicara dari Takhta Petrus atau mengulangi apa yang telah diajarkan oleh Gereja di dalam Magisteriumnya yang biasa dan universal.
Paus Honorius I
Paus Honorius I dikutuk oleh Konsili Konstantinopel III, setidaknya untuk memajukan bidah Monotelit (kepercayaan bahwa Kristus hanya memiliki satu kehendak) di dalam dua surat kepada Patriark Sergius. Maka, layaknya Paus Honorius I (625-628) dikutuk akibat memajukan bidah oleh Konsili Konstantinopel III dan berbagai Konsili-Konsili Ekumenis lainnya[4], begitu pula, Paus Pius XII akan telah jatuh ke dalam bidah jika ia percaya bahwa para non-Katolik dapat diselamatkan dan mendukung penganiayaan Romo Feeney yang menegaskan bahwa mereka tidak dapat diselamatkan.
Ingatlah bahwa Pius XII sama sekali bukan seorang tradisionalis yang teguh. Pembaruannya, kelalaiannya dan kegagalannya membuka jalan kepada Vatikan II. Beberapa hal yang dilakukan Pius XII:
Pelanggaran terakhir inilah yang paling berat. Dengan penganiayaan terhadap Romo Feeney, “otoritas” di Boston dan Roma bukan hanya tidak membantu Romo Feeney dalam tujuannya untuk mengonversikan para non-Katolik, tetapi malah menghentikannya! Pikirkanlah hal ini: para pria yang seharusnya membantu keselamatan jiwa-jiwa dan konversi kepada Iman sejati tersebut sebenarnya membuat Romo Feeney amat kesulitan untuk melakukannya. Mereka membuat tugasnya untuk menyampaikan pesan keselamatan Kristus – yakni bahwa keselamatan hanya diperoleh dengan menjadi anggota dalam Gereja yang telah didirikan-Nya – menjadi sesulit mungkin, sedangkan mereka memberikan kesan yang salah kepada jutaan non-Katolik bahwa tidak masalah jika mereka tetap berada di dalam keadaan pengutukan, di mana para non-Katolik itu memang berada.
Uskup Agung Richard Cushing bersama Anti-Paus Yohanes XXIII
Richard Cushing, Uskup Agung dari Boston yang murtad, orang pertama yang membungkam Romo Feeney – bukan akibat pembaptisan keinginan, melainkan akibat extra ecclesiam nulla salus (di luar Gereja tidak terdapat keselamatan) – membanggakan diri sebelum kematiannya bahwa ia tidak pernah mengonversikan seorang pun di sepanjang hidupnya.[5]
Pada tanggal 24 September 1952, Romo Feeney menujukan sebuah surat yang panjang dan mendetail kepada Pius XII. Surat itu tidak dijawab. Tetapi satu bulan kemudian (di dalam sebuah surat yang bertanggal 25 Oktober 1952), Kardinal Pizzardo dari Takhta Suci memanggilnya ke Roma. Pada tanggal 30 Oktober 1952, Romo Feeney mengirimkan sebuah jawaban kepada Pizzardo, dan meminta sebuah pernyataan akanu nuntutan-tuntutan kepadanya – sebagaimana yang diwajibkan oleh Hukum Kanon. Pada tanggal 22 November 1952, Pizzardo menjawab:
Pada tanggal 2 Desember 1952, Romo Feeney menjawab:
Surat-menyurat antara Romo Feeney dan Pizzardo ini amat menarik dan berharga untuk diskusi kita. Pertama-tama, hal ini menunjukkan bahwa Romo Feeney ingin beroperasi di dalam hukum, sedangkan Pizzardo dan orang-orang di Vatikan menunjukkan ketidakpedulian yang jelas terhadap hukum, bahkan dalam cara mereka memanggilnya untuk hadir di Roma. Hukum Kanonik menyatakan bahwa seseorang yang dipanggil ke Roma harus diberitahukan setidaknya secara umum akan tuntutan-tuntutan yang dijatuhkan kepadanya, dan Romo Feeney mengutipkan kanon-kanon yang relevan. Pizzardo dan para rekannya mengabaikan hukum-hukum ini secara konsisten.
Pada tanggal 9 Januari 1953, Pizzardo menanggapi surat Romo Feeney yang bertanggal 2 Desember 1952:
Sekali lagi, hukum-hukum kanonik yang mewajibkan sebuah alasan untuk panggilan dibaikan sama sekali. Tetapi hal ini adalah hal yang biasa dalam kasus Romo Feeney: Keadilan, dogma, dan perinta Kristus untuk mewartakan Injil dan membaptis telah diabaikan dan diinjak-injak. Seseorang hanya dapat merasakan nada bicara sang Kardinal yang kesal di dalam surat tersebut. Sama sekali tidak terdapat keraguan bahwa Pizzardo juga percaya bahwa para non-Katolik dapat diselamatkan sebagai non-Katolik, dan oleh karena itu sama sekali tidak peduli bahwa kasus Romo Feeney tidak ditangani dengan adil.
Karena ia tidak diberi alasan untuk dipanggilnya dirinya ke Roma sebagaimana yang telah diwajibkan, Romo Feeney secara benar tetap tinggal di Amerika Serikat, dan mengetahui bahwa penolakannya untuk hadiri di Roma sampai tanggal 31 Januari dapat menjatuhkan pinalti-pinalti palsu atas dirinya. Tetapi, sebelumnya, pada tanggal 13 Januari 1953, Romo Feeney “mengirimkan sebuah surat yang panjang dan kuat kepada sang Kardinal untuk memprotes hal-hal berikut:
Romo Feeney mengakhiri komunikasi terakhir ini kepada Kardinal Pizzardo dengan pernyataan kemarahannya yang benar:
Pada tanggal 13 Februari 1953, Kementerian Suci mengeluarkan sebuah dekret yang menyatakan bahwa Romo Feeney “diekskomunikasikan”. Dokumen tersebut menyampaikan hal-hal berikut:
Sehubungan dengan fakta-fakta di atas, ekskomunikasi ini sungguh hina dan tidak bernilai. Romo Feeney sama sekali tidak bersalah. Ia tidak menyangkal doktrin mana pun, dan ia beroperasi secara ketat dalam kepatuhan terhadap hukum. Orang-orang yang menganiaya Romo Feeney untuk mengajarkan bahwa semua orang yang meninggal sebagai non-Katolik tidak dapat diselamatkanlah yang diekskomunikasikan ipso facto.
Seseorang harus mengingat pula bahwa walaupun “ekskomunikasi” tersebut berasal dari para imam bidah yang melawan pengotbahan Romo Feeney untuk dogma tersebut, “ekskomunikasi” itu sendiri sama sekali tidak menyebutkan hal doktrin. “Ekskomunikasi” tersebut hanya menyebutkan “ ketidaktaatan yang berat terhadap Otoritas Gereja”. Ini adalah poin yang penting, karena kami mendengar banyak orang di masa kini yang tidak mengetahui fakta-fakta dari kasus tersebut yang menyatakan secara salah bahwa Romo Feeney diekskomunikasikan karena ia mengajarkan bahwa para non-Katolik tidak dapat diselamatkan. Sama sekali tidak terdapat keraguan bahwa dogma yang mengajarkan bahwa orang-orang yang meninggal sebagai non-Katolik tidak dapat diselamatkan adalah alasan bahwa kontroversi Romo Feeney itu meledak – yang berpuncak pada “ekskomunikasinya” – tetapi, ekskomunikasi tersebut sendiri sama sekali tidak menyebutkan hal doktrin. Maka, bahkan jika “ekskomunikasi” ini valid (yang adalah hal yang absurd), hal tersebut sama sekali bukanlah argumen yang menentang ajaran bahwa semua orang yang meninggal sebagai non-Katolik tidak dapat diselamatkan karena: 1) doktrin tersebut sama sekali tidak disebutkan di dalam ekskomunikasi itu, dan 2) ajaran tersebut adalah dogma yang telah didefinisikan. Maka, hendaknya orang-orang yang ingin mendiskusikan hal ini menggunakan fakta-fakta yang benar.
Tetapi, ajaran bahwa tidak seorang pun dapat diselamatkan di luar Gereja Katolik secara pasti telah diekskomunikasikan dari pikiran publik akibat dari “ekskomunikasi” Romo Leonard Feeney, SJ tahun 1953. Dengan hal ini, Yesus Kristus dikhianati secara publik kepada dunia dengan memberikan seluruh dunia kesan bahwa tidaklah perlu untuk menjadi bagian dari Gereja yang satu yang telah didirikan-Nya – dan memang, untuk mengajukan hal yang bertentangan adalah kejahatan!
Saya baru-baru ini menelpon sekitar 15 gereja Vatikan II/Novus Ordo dan bertanya kepada mereka bilamana mereka menerima dogma Katolik Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan. Mereka semua sama sekali menolaknya atau menutup telpon. Terdapat sedikit imam yang memberikan tanggapan yang koheren terhadap pertanyaan saya tentang dogma; mereka semua langsung berkata “itu adalah bidah” atau kata-kata semacam itu (yang berarti bahwa Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan adalah bidah); dan mereka semua merujuk kepada “ekskomunikasi” Romo Leondard Feeney SJ, untuk “memperkuat” poin mereka. Saya dapat menelpon 200 dari gereja-gereja Vatikan II ini dan saya akan menerima tanggapan yang sama. Ini sederhananya karena adalah suatu fakta bahwa pada dasarnya semua imam Vatikan II/Novus Ordo pada masa kini, sebagaimana pula setiap imam “tradisionalis” pada masa kini, percaya bahwa jiwa-jiwa dapat diselamatkan di dalam agama apa pun, termasuk para Yahudi yang menolak Kristus.
Kemurtadan Vatikan II, seperti yang dilakukan Anti-Paus Yohanes Paulus II di atas bersama para pemimpin agama sesat, mungkin tidak akan terjadi jika Paus Pius XII telah membela Romo Feeney
Sama sekali tidak diragukan bahwa peranan Paus Pius XII dalam kasus Romo Feeney sangatlah penting: penting bagi inti dari Iman Katolik, penting bagi hal yang tidak lama setelahnya akan terjadi di Vatikan II, dan penting bagi keselamatan jutaan orang. Hal ini penting sebab jika Paus Pius XII telah membela Romo Feeney di awal tahun 1950-an dan menyatakan kembali bahwa semua orang yang meninggal sebagai non-Katolik binasa (dan oleh karena itu perlu dikonversikan), Vatikan II tidak akan pernah terjadi. Memang benar. Tidak diragukan sama sekali bahwa Konsili Vatikan II yang murtad itu tidak akan pernah terjadi anpa pengutukan terhadap dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan (lewat dikecamnya Romo Feeney) tidak lama sebelumnya. Orang-orang yang menolak fakta ini tidak memiliki konsep realitas. Lebih dari 90% dari bidah-bidah Vatikan II dan pasca-Vatikan II berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan penyangkalan terhadap diperlukannya Gereja Katolik dan penyangkalan terhadap kefasikan agama-agama non-Katolik. Jika saja terdapat suatu penegasan yang khidmat dan publik akan dogma tersebut di tahun 1950-an oleh Paus Pius XII, seperti yang ditunjukkan oleh Romo Feeney, agar menjadi jelas kepada semua orang bahwa Romo Feeney memang benar sewaktu ia berkata bahwa para non-Katolik tidak dapat diselamatkan sebagai non-Katolik, maka para bidah di Vatikan II tidak akan pernah dapat mengeluarkan dekret tentang ekumenisme (Unitatis Redintegratio), dekret tentang agama-agama non-Kristiani (Nostra Aetate) ataupun dekret tentang kebebasan beragama (Dignitatis Humanae), antara lain, semua dekret tersebut memuji dan menyanjung agama-agama sesat dan menyatakan bahwa para anggota dari agama-agama lain dapat diselamatkan.
Tanpa indikasi yang jelas bahwa adalah suatu hal yang salah untuk percaya bahwa semua orang yang meninggal sebagai non-Katolik binasa (yang merupakan dogma Katolik), Vatikan II, rekayasa liturgi, dan segala kengerian yang kita lihat sekarang tidak akan mungkin terjadi.
Sayangnya, Pius XII adalah pria yang melakukan tugas ini. Pius XII adalah sang pria di mana pada saat kepemimpinannya dunia mulai percaya bahwa adalah hal yang salah untuk percaya bahwa hanya orang-orang Katoliklah yang dapat diselamatkan. Ia melayani, tidak peduli jika ia mengetahuinya atau tidak, sebagai Yudas yang mengkhianati Kristus kepada pada Yahudi agar mereka dapat menyalibkan-Nya. Dogma itu telah dikhianati kepada dunia agar Iblis dapat menyalibkan segala tatanan Iman di Vatikan II.
Maka, sewaktu orang-orang melihat gereja yang kosong; antrian pengakuan dosa yang kosong; kehadiran di Misa yang hampir kosong; imam-imam homoseksual di gereja Novus Ordo; kurang dari 25% kepercayaan akan Ekaristi; skandal seksual yang merajalela; misa badut; misa kanak-kanak; misa balon; 50% dari anak-anak perempuan yang telanjang dada di “Misa Paus”; imam agung voodoo yang berkhotbah di Gereja St. Fransiskus; Buddha di atas “altar Katolik”; ketidaktahuan yang hampir universal akan ajaran Gereja; imoralitas dan kebejatan yang hampir universal; pendidikan seksual di dalam sekolah-sekolah “Katolik”; universitas-universitas “Katolik” yang menyangkal kebenaran mutlak Kitab Suci; universitas-universitas “Katolik” yang mempromosikan para pro-aborsi; penyebaran kemurtadan yang paling merajalela dari ajarak Kristus di sepanjang sejarah; dan paganisme yang hampir universal, mereka dapat berterima kasih atas pengecaman Romo Feeney, yang merupakan suatu komponen yang dibutuhkan agar segala hal itu berlangsung.
“Pengecaman” Romo Feeney – bersama dengan Protokol 122/49 – memastikan bahwa tidak satu pun seminari di dunia setelah tahun 1953 mengajarkan dogma bahwa hanya orang Katolik yang dapat diselamatkan. Dan dengan ide bahwa orang-orang yang meninggal sebagai non-Katolik dapat diselamatkan yang sudah mengakar dan menjadi universal, hanya dibutuhkan sedikit waktu sebelum dunia mulai menemukan bahwa kepercayaan akan agama Katolik dan praktik moralitas Katolik pada dasarnya tidak berarti, karena anggota-anggota dari agama-agama lain juga memiliki keselamatan. Karunia yang berharga dari Iman sejati dihancurkan, dan klaim Gereja Katolik bahwa ialah sendiri satu-satunya agama sejati dibunuh dalam pikiran publik, sebab orang-orang dapat diselamatkan di dalam agama-agama lain. Hanyalah suatu hal yang logis bahwa tidak lama setelah “ekskomunikasi” Romo Feeney, ajaran Katolik meratakan jalan kepada kemurtadan universal di antara orang-orang Katolik – dengan Vatikan II yang menjadi sarana untuk menyebarluaskannya.
Orang-orang yang menyayangkan beberapa, kebanyakan, atau seluruh hal yang disebutkan di atas, tetapi yang mengecam atau membenci Romo Feeney, adalah orang-orang yang buta. Mereka mengeluh akan nyala api dan asapnya, tetapi mereka tidak menyadari bahwa sikap merekalah yang memulai api tersebut. Mereka tidak dapat mengerti dampak-dampak yang sederhana dari kerusakan Iman, dan penyangkalan terhadap dogma yang paling penting tersebut bahwa hanya orang-orang Katoliklah yang dapat diselamatkan. Dan masalah ini bukan semata-mata hanya melibatkan konsekuensi-konsekuensi praktis dari penyangkalan dogma bahwa hanya orang Katoliklah yang dapat diselamatkan. Masalah ini secara utama melibatkan konsekuensi-konsekuensi untuk Iman, karena dogma Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan bukan hanya sesuatu yang harus ditaati oleh orang-orang Katolik, melainkan hal utama yang harus mereka percayai. Paus St. Pius X mengecam dalil Modernis berikut pada tanggal 3 Juli 1907 di dalam “Lamentabili Sane”:
Ide bahwa kita dapat berkhotbah bahwa tidak terdapat keselamatan di luar Gereja, sedangkan kita percaya di dalam kati kita bahwa terdapat keselamatan di luar Gereja, adalah bidah. Kenyataan bahwa hanya orang-orang Katoliklah yang dapat diselamatkan adalah kebenaran yang diwahyukan dari Surga yang setiap orang Katolik harus percayai pertama-tama, dan akui kedua.
Kebenaran ini telah dirampas dari hati dan pikiran dari hampir seluruh dunia Katolik dengan dikecamnya Romo Feeney, yang adalah pembelanya yang paling publik pada waktu itu. Dan hal tersebut dibiarkan terjadi oleh kelalaian dan kelemahan Pius XII.
Catatan kaki:
[1] The Catholic Encyclopedia {Ensiklopedia Katolik}, Vol. 8, hal. 433.
[2] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Christendom Press, Volume 2 (The Building of Christendom {Pembangunan Kekristenan}), 1987, hal. 387.
[3] Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Christendom Press, Volume 2 (The Building of Christendom {Pembangunan Kekristenan}), 1987, hal. 388-390, J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes {Kamus Oxford tentang Paus}
[4] Misalnya, Second Council of Nicea (787) {Konsili Nicea II (787)}, Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 135, dan Fourth Council of Constantinople (869-870) {Konsili Konstantinopel IV (869-870)}, Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 162.
[5] Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, hal. 37.
[6] Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, hal. 22.
[7] Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, hal. 23.
[8] Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, hal. 23.
[9] Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, hal. 25.
[10] Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, hal. 25.
[11] Denzinger 2026.
[12] Decrees of Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal.578; Denzinger 714.
Artikel-Artikel Terkait
Sdr. Petrus Berlian sangat brilian 💪😎☝️
Doulou Kurion 1 mingguBaca lebih lanjut...Saya sanngatsuka cerita ini
Monika Monika 4 mingguBaca lebih lanjut...Halo – Fransiskus telah mengeluarkan sebuah dokumen yang menyetujui “pemberkatan” pasangan sesama jenis. Kami membahasnya dalam video berikut: Fransiskus Setujui “Pemberkatan” Sesama Jenis sebagai Tanggapan kepada Para “Kardinal” https://vatikankatolik.id/fransiskus-setujui-pemberkatan-sesama-jenis/ Fransiskus...
Biara Keluarga Terkudus 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – prinsip larangan mendoakan arwah orang yang meninggal sebagai non-Katolik ini didasari oleh dogma Katolik Extra Ecclesiam Nulla Salus, yaitu, Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan. Orang yang...
Biara Keluarga Terkudus 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – sayangnya pemahaman anda tentang ajaran keselamatan yang dianut oleh Gereja Katolik itu tidak benar dan anda membuat banyak kesalahan dalam pesan anda. Kalau anda menyimak materi-materi kami, anda...
Biara Keluarga Terkudus 1 bulanBaca lebih lanjut...Saya baru baca komentar ini yang memberi perspektif berbeda terhadap penglihatan MS (Maria Simma). Tetapi saya pribadi sama sekali tidak melihat pertentangan antara apa yang digambarkan MS dan ajaran Katolik....
Bernad 1 bulanBaca lebih lanjut...Berita ini benarkah? bahwa Bapak Paus Fransiskus mengeluarkan dokumen untuk merestui pemberkatan nikah sesama jenis? Kalau berita ini benar, ini sangat menentang hukum Allah sebagaimana yang Allah Tuhan kita menciptakan...
Lambertus Mite 1 bulanBaca lebih lanjut...Menurit hemat saya ini kurang tepat. Seorang katolik boleh saja mendoakan arwah non katolik. Ajaran katolik adalah ajaran kasih, mengasihi kepada semua umatNya tanpa harus membedakan agama.
Martha 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – tidak semua orang yang mengaku Kristen benar-benar meniru teladan Kristus. Karena itulah ada tertulis, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...karena nama Mahatma Gandhi disebut saya ingat salah satu ujarannya.. "I like your Christ , but I don't like your Christian. Your Christian are so unlike your Christ". apakah kita...
Deo Gratia 6 bulanBaca lebih lanjut...