Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
St. Patrisius (450): “Di dalam Kerajaan Allah, tiada sesuatu yang diinginkan yang tak dapat ditemukan: namun di dalam Neraka, tidak didapati sesuatu pun yang diinginkan. Di dalam Kerajaan Allah, tiada sesuatu yang tak menyenangkan dan memuaskan; sedangkan dalam lautan yang dalam dan penuh derita tak berkesudahan itu, tak ada yang terlihat, tak ada yang terasa, yang tidak menimbulkan kekecewaan, yang tidak menyiksa.”
St. Alfonsus (1759): “ … sekelompok bidah, yang dikenal sebagai Ubiquitis, mendalilkan bahwa Neraka tidak terbatas pada suatu tempat tertentu, namun dapat ditemukan di mana-mana, sebab Allah belum menakdirkan sebuah tempat khusus bagi orang-orang terkutuk. Namun pendapat ini jelas salah, dan berlawanan dengan kepercayaan umum Gereja Katolik, yang mengajarkan bahwa Allah sudah menetapkan tempat tertentu bagi iblis dan orang-orang terkutuk ....” (Akan Seperti Apa Neraka Itu?)
St. Louis De Montfort (1710): St. Louis de Montfort (1710): “Sewaktu St. Dominikus sedang mengkhotbahkan Rosario di kota Carcassone, seorang bidah mengolok-olok mukjizat-mukjizatnya dan kelima belas misteri dari Rosario, dan tindakannya ini menghambat para bidah yang lain untuk berkonversi. Sebagai hukumannya, Allah membiarkan lima belas ribu iblis untuk masuk ke dalam tubuh pria itu. Orang tuanya membawa sang bidah kepada Romo Dominikus untuk dibebaskan … Ia mulai berdoa dan ia memohon kepada semua orang yang berada di sana untuk mendaraskan Rosario secara lantang bersamanya, dan pada setiap Salam Maria, Bunda Maria mengusir seratus iblis dari pria tersebut, dan mereka pun keluar dalam bentuk batu bara panas yang berwarna merah.” (Rahasia Rosario, Mawar ke-10)”
Wahyu 5:11-13 – “Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, katanya dengan suara nyaring: ‘Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!’ Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’"
St. Gregorius dari Nazianzus (381): “Saya juga tahu ada api yang tidak membersihkan, namun yang membalas dendam; yaitu api Sodom (Kejadian 19:24), yang ditumpahkan-Nya atas semua pendosa, bercampur belerang dan prahara, atau api yang disiapkan untuk Iblis dan para Malaikatnya (Mat. 25:41), atau api yang keluar dari wajah Tuhan, dan akan meliputi serta membakar habis para musuh-Nya; dan ada satu api yang lebih menakutkan lagi daripada api-api ini, api tak terpadamkan berselubungkan belatung yang tidak akan mati, namun kekal bagi orang-orang fasik. Sebab semuanya ini adalah milik kuasa yang membinasakan ....” (Orasi tentang Pembaptisan Suci, #36, 6 Jan. 381)
Yesus berkata: “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” (Yohanes 15:6)
St. Alfonsus Liguori (1755): “Suasana dunia ini beracun dan berbahaya. Barangsiapa menghirupnya dengan mudah terjangkiti infeksi rohani. Hormat manusiawi, teladan-teladan buruk, serta percakapan yang fasik merupakan hasutan-hasutan yang kuat yang membuat orang lekat dengan dunia dan membuat jiwa terasing dari Allah. Semua orang tahu bahwa terkutuknya jiwa yang tidak terhitung jumlahnya dapat dianggap sebagai akibat dari kesempatan berdosa yang begitu sering dijumpai di dunia.”
Paus Pius IX: “ … marilah kita percaya dengan amat teguh, bahwa seturut ajaran Katolik, hanya ada ‘satu Allah, satu iman, satu pembaptisan’ [Ef. 4:5]; melangkah lebih lanjut dengan mengajukan pertanyaan merupakan perbuatan terlarang.” (Singulari Quadam, 9 Des. 1843, Denz. 1547)
St. Gregorius dari Nazianzus, Carmen De Vita Sua, 382 M: “Melihat banyak orang di zaman ini menulis kata-kata tanpa kendali, kata-kata yang mengalir keluar dengan mudah, dan menghabiskan begitu banyak waktu pada upaya-upaya mereka yang tidak dinantikan pahala apa-apa - atau obrolan hampa semata ....”
St. Ireneus (lahir 130 M), tentang pertemuan dengan St. Polikarpus (lahir 69 M): “Saya ingat peristiwa-peristiwa pada hari-hari itu dengan lebih jelas daripada yang terjadi baru-baru ini, sebab yang kita pelajari ketika kanak-kanak itu bertumbuh bersama dengan jiwa dan bersatu dengannya, sehingga saya pun bisa berbicara tentang tempat Polikarpus yang terberkati duduk dan berdebat … diskursus-diskursus yang dilakukannya kepada orang-orang, bagaimana dirinya melaporkan diskusi-diskusinya dengan Yohanes dan dengan mereka yang telah melihat Tuhan, bagaimana ia mengingat kata-kata mereka, dan apa saja hal-hal tentang Tuhan yang telah didengarnya dari mereka, dan tentang mukjizat-mukjizat mereka, dan tentang ajaran mereka, dan bagaimana Polikarpus telah menerima hal-hal itu dari para saksi mata sabda kehidupan, dan melaporkan segala sesuatu sejalan dengan Kitab Suci. Saya mendengarkan hal-hal ini dengan asyik bahkan pada waktu itu pun, berkat kerahiman Allah yang diberikan kepada saya.”
St. Petrus Kanisius, Summa Doctrinae Christianae, Abad ke-16, Tiga Jenis Perbuatan Baik: “Tiada perbuatan yang lebih dipuji dalam Kitab Suci, tiada … yang lebih perlu dilaksanakan dalam hidup ini selain doa. Doa orang yang merendahkan dirinya akan menembus awan [Sirakh 35:21]. Juga, kita harus selalu berdoa [Lukas 18:1], yaitu, dengan sikap hati yang penuh semangat, dan tanpa kemunafikan atau rasa hormat kepada puji-pujian manusia, maksudnya, dalam roh dan kebenaran.”
Paus Pius IX (1846): “Demikianlah pula tujuan dari sistem yang mengerikan itu, yakni indiferentisme terhadap segala agama, yang secara mutlak bertentangan dengan terang dari akal budi sendiri. Di dalam sistem yang menakutkan ini, para rasul kesesatan menghapuskan segala perbedaan antara kebajikan dan kefasikan, kebenaran dan kesalahan, kelurusan dan kebejatan, dan mengemukakan bahwa manusia dapat memperoleh keselamatan abadi di dalam agama apa pun, seolah-olah mungkin terjadi persetujuan antara keadilan dan kefasikan, antara terang dan kegelapan, antara Kristus dan Belial.” (Qui Pluribus #15, 9 Nov. 1846)
”Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu … Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?’ … Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.’ Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu.” (Kisah Para Rasul 5:1-5)
Kesalahan Para Modernis #22: “Wahyu, yang merupakan objek dari iman Katolik, tidak berakhir dengan para rasul.”
Paus Gregorius VII: “ … tanpa keraguan … kami akan menghukum dengan keras dan berat-berat, siapa saja yang memiliki perkara yang tak adil dan mencoba membelanya ....”
Paus Pelagius II: “Mereka yang tidak berkehendak untuk setuju dengan Gereja Allah, tidak dapat tetap berada bersama Allah; walaupun mereka terbakar karena dicampakkan ke dalam lidah-lidah dan bara-bara api … tidak akan ada mahkota iman untuk mereka, melainkan hukuman atas ketidakberimanan ....”
St. Euplius, sebelum kemartirannya, berkata: “Saudara-saudara, kasihilah Tuhan dengan segenap hatimu; sebab Ia tidak pernah melupakan mereka yang mengasihi-Nya. Ia mengingat mereka selama hidup mereka dan pada waktu kematian mereka, ketika Ia mengutus para malaikat-Nya untuk membimbing mereka ke negeri surgawi-Nya.”
St. Atanasius: “ … perkataan ‘dahulu tidak ada’, dan ‘sebelum menjadi ada’, dan ‘ketika’, dan sejenisnya, adalah milik hal-hal berawal dan ciptaan-ciptaan, yang muncul dari ketiadaan.”
^