| Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
| Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
St. Louis De Montfort (1710): “St. Bonaventura berkata di dalam ‘Buku Mazmur’-nya bahwa barang siapa mengabaikan Bunda Maria akan meninggal di dalam dosa-dosanya dan akan menjadi terkutuk. Lantas, bila hukuman untuk mengabaikan dirinya demikian adanya, akan seperti apakah hukuman yang dipersiapkan bagi mereka yang sesungguhnya membuat orang-orang berpaling dari devosi mereka?” (Rahasia Rosario, Mawar ke-9)
Paus Pius XI (1931): “Santa Perawan Maria adalah Bunda Allah; maka dari itu, ia jauh lebih mulia dari semua malaikat, bahkan para Serafim dan Kerubim sekalipun. Dialah Bunda Allah; oleh sebab itulah ia teramat murni dan teramat suci, sehingga setelah Allah, tiada kemurnian lebih besar yang dapat dibayangkan.” (Lux Veritatis #42)
“ … Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: ‘Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.’ Ia menjawab, kata-Nya: ‘Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.” (Matius 13:36-42)
Paus Leo XII (1825): “ … sang mempelai sendiri, Yesus Kristus berkata: Barang siapa tidak mendengarkan Gereja, hendaknya ia kalian anggap layaknya seorang pagan dan seorang pemungut cukai.” (Charitate Christi #14)
“Sewaktu kita mendengar suara Allah memanggil kita untuk menjadi bajik, kita tidak boleh menunda. Iblis, ujar St. Basilius (sekitar tahun 363), tidak menganjurkan kita supaya berpaling sama sekali dari Allah, namun agar kita menunda pertobatan kita untuk masa yang akan datang. Ia mencuri waktu kita di masa kini, dan memberi kita harapan akan masa depan. Namun sewaktu tiba saatnya, ia juga mencurinya dengan cara yang sama; dan dengan demikian, dengan memberikan kita kenikmatan di masa kini, ia merampok segenap hidup kita dari diri kita sendiri.” (Komentar Haydock untuk Alkitab Douay-Rheims, hal. 1264)
St. Fransiskus Xaverius, Jan. 1548: “Di negeri ini, ada suatu bangsa yang merupakan musuh Injil; mereka ini adalah bangsa Yavar. Mereka percaya bahwa mereka beroleh hidup kekal, ketika telah menyembelih leher sesama mereka … Orang-orang Yavar ini mengorbankan banyak orang Kristiani. Salah satu pulau yang sering dikunjungi terguncang sepenuhnya oleh gempa bumi, dan pulau itu terus-menerus memuntahkan lidah-lidah api dan abu dari perutnya. Orang-orang pribumi menyatakan bahwa dahsyatnya kebakaran bawah tanah tersebut begitu besarnya, sehingga bebatuan yang menopang kota itu hampir hangus sama sekali … yang sering terjadi adalah bebatuan besar yang terbakar menyala mencurat ke udara, dan akibat besarnya bebatuan itu, tampak seperti batang pohon yang amat besar. Orang-orang pribumi bertanya kepada saya, apakah sebab dari bencana-bencana alam ini: jawab saya kepada mereka, [api bawah tanah] itu merupakan gambaran daerah dalam Neraka, yang ke dalamnya para penyembah berhala akan dicampakkan. Gempa buminya begitu dahsyat sehingga pada hari pesta Santo Mikhael Malaikat Agung, sewaktu saya sedang merayakan Kurban Suci dalam gereja, tanahnya berguncang dengan begitu hebat, sehingga saya sungguh khawatir akan menyaksikan altarnya runtuh. Mungkin Santo Mikhael pada saat itu sedang mencampakkan ke dasar jurang maut, semua malaikat jahat yang di negeri itu melawan ibadat kepada Allah benar, dan yang telah dihancurkannya dengan kuasa bala tentara surgawinya.”
Paus Leo XIII (1890): “Bahwasanya barang siapa tidak memanen bersama Gereja dan bersama Gereja Kristus, mencerai-beraikan, dan mereka yang tidak bertarung dalam persatuan dengan Dia dan dengan Gereja-Nya, dengan teramat niscaya merupakan musuh Allah” (Sapientiae Christianae #17, 10 Jan.)
Paus Leo XII, Charitate Christi (#11), 25 Des. 1825: “Sebagai contoh, penghujatan, kejahatan yang mengerikan itu. Siapakah yang pernah percaya bahwa kejahatan itu dapat terdengar di kalangan orang Kristen? Namun demikian tiada daerah mana pun di mana sumpah tidak diambil dengan gegabah, dan nama Allah yang menakutkan itu digunakan secara tidak hormat di setiap negeri. Beberapa orang bahkan berani menghujat Dia yang dimuliakan oleh para malaikat. Dengan semangat yang membara, carilah dan seranglah ketidaksalehan ini yang merupakan penghinaan yang sedemikian besarnya kepada Allah.”
St. Siprianus (252): “Gehena yang membakar untuk selama-lamanya serta hukuman dilahap oleh lidah-lidah api yang hidup akan menghanguskan orang terkutuk; pun takkan ada cara orang tersiksa itu dapat beroleh jeda ataupun akhir dari siksaan-siksaannya … takkan ada gunanya menangis, dan doa pun tak berarti.”
Paus St. Leo Agung, Khotbah 9, 444: “Lantas siapakah yang takkan gemetar ngeri akan siksaan kekal ini? Siapakah yang tak takut akan kejahatan-kejahatan yang tak pernah berkesudahan?”
Paus Pius IX, Nostis et Nobiscum, 8 Des. 1849:
“Itulah sebabnya para bidah dari zaman kuno dan kaum Protestan dari zaman modern, yang sedemikian terpecah-belahnya di dalam opini-opini mereka, selalu setuju dalam hal menyerang otoritas Takhta Apostolik; Takhta yang sama sekali tidak pernah dapat mereka bujuk dengan suatu tipu daya maupun dengan suatu muslihat pun untuk menolerir satu pun dari kesalahan-kesalahan mereka.”
St. Maksimus Pengaku Iman: “Sebab keadilan ilahi telah memutuskan, bahwa mereka yang mereduksi keberadaan manusia menjadi kehidupan sekarang ini, dan yang membanggakan kekayaan, kesehatan jasmaniah, dan berbagai penghormatan, serta mereka yang percaya bahwa hal-hal ini saja yang merupakan berkat dan menganggap hal-hal yang baik bagi jiwa tidak bernilai, tidak akan dianggap layak menerima bagian dalam hal-hal ilahi dan kekal, yang sama sekali tidak mereka pikirkan, oleh karena ketertarikan mereka yang luar biasa pada hal-hal duniawi ….”
Paus St. Inosensius I (414): “Tetapi, hal yang diberitahukan oleh Fraternitas anda tentang apa yang dikhotbahkan oleh para pengikut Pelagius, bahwa bahkan tanpa rahmat Pembaptisan, bayi-bayi dapat dikaruniai dengan pahala kehidupan kekal, adalah hal yang sangat bodoh.”
St. Bonifasius (716 M): “Hal-hal fana berlalu cepat-cepat, namun keabadian yang tak pernah pudar akan segera menjemput kita. Segala harta dunia ini, seperti emas, perak, batu mulia dengan segala warna, makanan sedap dan lezat serta pakaian mahal, lenyap bagaikan bayang-bayang, hilang ibarat asap, larut seperti buih di lautan.”
St. Ignatius (110): “Janganlah sesat, saudaraku: para pembejat keluarga tidak akan mewarisi Kerajaan Allah. Dan kalau mereka yang melakukan hal-hal ini menurut daging harus menderita maut, apalagi kalau seorang manusia merusakkan iman akan Allah dengan ajaran jahat, iman yang deminya Yesus Kristus telah disalibkan? Orang yang sedemikian busuknya akan dibuang ke dalam api yang tak terpadamkan; dan akan seperti itu pula setiap orang yang mendengarkannya.”
Yesaya 66:2 – “Tangan-Kulah yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi, demikianlah firman Tuhan. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang rendah hati dan remuk rohnya dan gentar kepada firman-Ku.”
St. Agustinus (428): “Keselamatan yang dipunya agama ini tiada pernah kekurangan bagi siapa saja yang patut mendapatkannya; dan barang siapa kekurangan keselamatan itu, tidak patut mendapatkannya.”
^