Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Yohanes 3:30 – “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
Paus Leo XIII, Exeunte iam anno (#9), 25 Des. 1888: “Sebab Yesus Kristus telah menebus umat manusia satu kali dengan menumpahkan darah-Nya, namun kuasa dari karya serta karunia yang sedemikian agungnya itu bekerja bagi semua usia; ‘tidak pun ada keselamatan di dalam nama yang lain’ (Kisah Para Rasul 4:12).”
St. Anselmus: “Jika engkau ingin yakin bahwa engkau terhitung sebagai orang yang terpilih, berjuanglah untuk menjadi bagian dari jumlah yang sedikit itu, dan bukan yang banyak. Dan jika engkau ingin menjadi sangat yakin akan keselamatanmu, berjuanglah untuk menjadi bagian dari yang tersedikit dari yang sedikit … Janganlah mengikuti kebanyakan umat manusia, tetapi ikutilah mereka yang masuk melalui jalan yang sempit, yang menolak dunia, yang menyerahkan diri mereka sendiri kepada doa … sehingga mereka dapat mencapai keabadian yang terberkati.”
St. Fulgensius, Kaidah Iman, (526): “Percayalah dengan amat teguh dan janganlah pernah ragu sedikit pun bahwa tidak hanya semua orang pagan tetapi juga semua orang Yahudi dan semua orang bidah serta skismatis yang mengakhiri hidup ini di luar Gereja Katolik akan masuk ke dalam api yang kekal yang telah disiapkan untuk iblis dan para malaikatnya.”
St. Fransiskus Xaverius: “ … jati diri seseorang adalah dirinya di hadapan Allah … dan tidak lebih dari itu, bahkan jika … orang lain berpendapat lain.”
Paus Pius X: “ … sungguh diketahui dengan baik bahwa Gereja sama sekali tidak berhak mengadakan inovasi macam apa pun berkenaan substansi sakramen ....” (Ex quo, 26 Des. 1910)
St. Alfonsus: “’Hidup manusia singkat: ia muncul bagaikan kembang, dan lalu binasa’ (Ayub xiv. 1, 2). Tuhan memerintahkan Yesaya supaya mewartakan kebenaran yang satu ini: ‘Berserulah’, ujar-Nya kepada Yesaya, ‘semua manusia adalah rumput … bahwasanya manusia adalah rumput. Rumput menjadi kering, dan bunga menjadi layu’ (Yesaya xl. 6, 7). Hidup manusia ibarat sehelai rumput. Kematian datang, rumput mengering, dan lihatlah kehidupannya berakhir, dan bunga segala keagungan dan barang-barang duniawi pun menjadi layu.” (Persiapan Kematian, Pertimbangan III, Poin II: Tentang Singkatnya Hidup)
Paus Martinus V: “Sinode suci ini … mendeklarasikan, mendefinisikan dan mendekretkan bahwa Yohanes Wyclif yang sudah disebutkan itu adalah seorang bidah notorius dan tegar yang meninggal dalam bidah, dan sinode suci ini menganatemakan dirinya dan mengutuk kenangannya. Sinode suci ini mendekretkan dan memerintahkan agar jasad serta tulang-belulangnya diangkat dari kuburan, kalau dapat diidentifikasi dari jasad-jasad para umat beriman, dan disebarkan jauh dari tempat penguburan gereja ....” (Konsili Konstanz, Sesi 8, “Pengutukan Wyclif”, 4 Mei 1415).
St. Yohanes Krisostomus: “ … mustahil bagi orang bajik yang berperjalanan pada jalan lurus dan sempit dan mengikuti perintah-perintah Kristus, untuk menikmati puji-pujian serta kekaguman semua orang, begitu kuatnya dorongan kejahatan dan perlawanan terhadap kebajikan.” (Homili 23 tentang Kejadian)
“Lucia menemukan Jacinta duduk sendiri, diam dan sangat termenung, tidak memandang apa-apa. ‘Apakah yang kamu pikirkan, Jacinta?’ Jacinta menjawab: ‘Tentang perang yang akan terjadi. Banyak sekali orang yang akan meninggal. Dan hampir semuanya akan masuk Neraka.'” (Wiliam Thomas Walsh, Our Lady of Fatima [Bunda Maria dari Fatima], hal. 94)
Amsal 15:21 – “Orang yang tak berakal budi senang melakukan hal bodoh, tetapi orang bijak menjaga perilakunya tetap lurus.”
Paus Gregorius XVI: “Tetapi, kewaspadaan baru harus digunakan untuk menghadapi bidah-bidah dari Luther dan dari Calvin. Para pengikut mereka, yang cukup berani menyerang doktrin iman yang tak dapat berubah melalui berbagai kesalahan yang agaknya mencengangkan, mengerahkan segala upaya untuk menyesatkan jiwa para umat beriman melalui penjelasan-penjelasan sesat atas Kitab Suci ....” (Inter Paecipuas #4, 8 Mei 1844)
Paus St. Gregorius Agung (595): “Selama dosa kerakusan mencengkeram diri manusia, ia kehilangan segala sesuatu yang telah dilakukannya dengan gagah berani: dan selama perut tidak terkekang, segala kebajikan menjadi lenyap.”
Paus Pius X, Communium rerum (#18), 21 April 1909, mengenai Inggris di abad ke-11: “Dahulu bahwasanya memang perlu untuk bertarung demi altar dan tanah air, demi kekudusan hukum publik, demi kebebasan, peradaban, doktrin sehat, yang dari semuanya itu hanya Gereja sendirilah pengajar dan pembelanya dari antara bangsa-bangsa ....”
[Penampakan Malaikat kepada Anak-Anak Fatima – 1916]: “Kemudian, sembari bangkit, Malaikat itu mengambil Piala dan Hosti, dan sambil berlutut pada batu yang datar itu, mengambil piringan putih yang ada di hadapannya, seraya berkata: ‘Ambillah dan minumlah Tubuh dan Darah Yesus Kristus, yang dengan ngeri dihina oleh orang-orang durhaka. Lakukanlah silih atas kejahatan-kejahatan mereka dan hiburlah Allah kalian.’” (Our Lady of Fatima [Bunda Maria dari Fatima], hal. 42)
Paus Gregorius XVI: “Kami bersyukur atas keberhasilan misi-misi apostolik di Amerika, di Hindia, dan berbagai tanah kafir lainnya … Tanpa rasa takut mereka bertarung dalam pertempuran-pertempuran Tuhan melawan bidah dan ketidakpercayaan melalui pidato pribadi serta publik dan karya tulis … Mereka mencari orang-orang yang duduk di dalam kegelapan dan bayangan maut demi memanggil mereka kepada terang dan kehidupan agama Katolik.” (Probe Nostis #6, 18 Sep. 1840)
St. Alfonsus: “Daud menyebut kebahagiaan hidup ini sebagai mimpi ketika orang terbangun: ‘Bagaikan mimpi pada waktu terbangun’ (Mazmur lxxii. 20) … Barang-barang dunia ini tampak baik adanya, namun kenyataannya bukanlah apa-apa; bagaikan tidur, barang-barang itu hanya ada sebentar saja, dan lalu semuanya menghilang.” (Persiapan Kematian, Pertimbangan II, Poin III: Kematian Mengakhiri Segalanya)
Paus St. Leo IX: “Gereja yang kudus yang dibangun di atas sebuah batu karang, yaitu Kristus, dan di atas Petrus atau Kefas, putra Yohanes yang dahulunya disebut Simon, karena oleh pintu gerbang Neraka, yakni, oleh pertentangan-pertentangan para bidah yang menuntun orang yang angkuh kepada kehancuran, Gereja tidak akan pernah ditaklukkan.” (In terra pax hominibus, 2 Sep. 1053, Denz. 351)
St. Louis de Montfort: “Semua anak Allah sejati, kaum terpredestinasi, punya Allah sebagai Bapa mereka dan Maria sebagai Ibu mereka. Barang siapa tidak punya Maria sebagai Ibunya tidak punya Allah sebagai Bapanya. Maka dari itulah orang-orang terkutuk, seperti kaum bidah, skismatis, dan lain-lain, yang membenci Ratu kita yang terberkati itu atau memandang dirinya hina dan dengan ketidakacuhan, tidak punya Allah sebagai Bapa mereka, betapapun mereka membangga-banggakannya, hanya karena mereka tidak punya Maria sebagai Ibu mereka.” (Devosi Sejati kepada Maria #30)
Paus Pius IX: “Barang siapa berkata bahwa Allah yang satu dan sejati, Pencipta kita dan Tuhan kita, tidak dapat diketahui secara pasti oleh terang kodrati dari akal manusia melalui hal-hal yang telah diciptakan: terkutuklah dia.” (Konsili Vatikan I, Melawan Ateisme, Sesi 3, Tentang Wahyu, Kanon 1)
^