^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Surat St. Fransiskus Xaverius, 1548, tentang Kepulauan Maluku, Moro & Tanah Malaka
Surat VIII, Buku IV
Kepada para Bapa dan Saudara-Saudara dari Serikat Yesus, di Roma
Semoga rahmat, dst.
Pada tahun 1548 Penjelmaan Tuhan kita, saya telah berbicara panjang lebar kepada anda tentang Kepulauan Maluku, yang berjarak 60 lieues [471 km] dari Malaka. Di pulau Amboyna [Ambon], di mana raja Portugal menjaga sebuah pos militer, tinggal sejumlah besar orang Portugis yang mengeksploitasi negeri yang sangat subur akan berbagai jenis rempah-rempah. Hanya di sanalah tumbuh semak yang dinamai cengkeh.
Saya tinggal tiga bulan di Amboyna, di mana ada tujuh desa Kristen. Dan pada saat itu, saya membaptis sejumlah besar kanak-kanak, yang terancam bahaya amat besar, akibat kurangnya imam, sebab imam yang dahulu telah ditugaskan untuk menjaga umat Kristiani ini telah mati sejak lama.
Saya menyempatkan waktu luang untuk mengunjungi semua pedesaannya, dan meregenerasikan kanak-kanak dalam air pembaptisan, sewaktu tiba tujuh kapal pelaut yang dimuati beberapa orang Spanyol. Orang-orang Spanyol ini datang dari Hispania Baru, yang pada umumnya dijuluki Hindia Barat. Mereka diutus oleh Kaisar Karolus untuk mencari dunia baru; mereka tinggal di Amboyna sekitar tiga bulan, dan cukup menyibukkan diri saya. Saya wajib berkhotbah pada hari Minggu dan pada hari-hari raya, setiap harinya saya harus mendengarkan pengakuan dosa dari banyak orang, untuk menenangkan perdebatan, untuk membezuk orang yang sakit; semua waktu yang saya miliki dibaktikan untuk tanggung jawab semacam ini, dan dari antara orang-orang yang begitu asing dari agama, yang saya terutama takuti adalah tidak dapat memetik buah-buah keselamatan. Saya harus menghaturkan syukur untuk selama-lamanya kepada Allah, sebab Ia telah mengutus roh pendamai bagi orang-orang yang tampaknya mengakui bahwa mereka tidak pernah berdamai dengan Allah maupun dengan manusia.
Setelah tiga bulan itu, orang-orang Spanyol tersebut berperjalanan menuju negeri India Portugis: dan saya cepat-cepat bepergian ke Maluku, di mana saya menghabiskan tiga bulan selanjutnya untuk berkhotbah pada hari-hari raya, untuk rajin-rajin mendengarkan pengakuan dosa, untuk mengajarkan katekismus setiap harinya kepada anak-anak dan kepada para konvert baru.
Sungguh ada alasan yang baik bagi diri untuk bersyukur kepada Allah atas buah-buah yang dituai dari pekerjaan ini: para konvert baru itu bahwasanya merasakan semangat yang begitu besar dalam menyanyikan madah-madah kemuliaan Allah, sehingga anak-anak Maluku di berbagai tempat, anak-anak perempuan dan para wanita dari dalam rumah-rumah, para buruh di pedesaan, para nelayan di tengah lautan, tidak menyanyikan lagu-lagu yang jangak dan menghujat, namun mereka sebaliknya mendaraskan elemen-elemen doktrin Kristiani dalam nyanyian. Dan karena semua kata-kata dari lagu-lagu itu ada dalam bahasa negeri tersebut, orang-orang Kristen baru dan orang-orang kafir pribuminya juga memahami kata-kata itu. Pada akhirnya, Allah memperkenankan supaya orang-orang Portugis dari negeri itu, dan para penghuninya yang lain, yang Kristen maupun yang kafir, dalam waktu yang singkat bersahabat dengan saya, supaya saya bisa dipandang mereka sebagai orang baik-baik.
Dari sana, saya bepergian ke kepulauan yang dinamakan kepulauan Moro, yang berjarak 60 lieues [471 km] dari Maluku: di kepulauan ini, ada banyak pedesaan Kristen, yang sejak lama terasing dari budaya keagamaan akibat jarak yang memisahkan mereka dari India, dan karena sebab-sebab alami telah membuat berpulangnya satu-satunya imam yang dahulu tinggal bersama mereka. Di kepulauan itu, saya membaptis banyak kanak-kanak, dan dalam jangka waktu tiga bulan (karena saya tinggal di sana pada waktu itu) saya mengunjungi semua tempat Kristiani, dan menaklukkan mereka supaya menganut kebenaran-kebenaran yang saya wartakan dan mengikuti Yesus Kristus. Akibat pertikaian-pertikaian dalam negeri itu, dan peperangan yang dihasilkannya, seluruh kepulauan itu penuh mara bahaya. Para penghuninya barbar, sama sekali tidak melek huruf, sama sekali tidak punya catatan tertulis tentang masa lalu, tanpa pengetahuan sama sekali tentang tulisan dan tulis-menulis. Mereka berkebiasaan membunuh para musuh mereka dengan racun, dan kematian semacam itu ditujukan kepada banyak orang. Tanah kepulauan itu gersang dan tidak mampu menghasilkan hal-hal yang berguna bagi hidup. Di sana, tidak ditemukan gandum maupun anggur; orang-orang pribuminya hampir tidak mengenal binatang ternak sama sekali, selain beberapa ekor babi, yang sebaliknya lebih merupakan bahan keingintahuan, daripada bahan pangan. Babi butan begitu banyak di sana, air tawarnya sangat jarang diumpai; beras berlimpah, dan kita melihat banyak pepohonan yang menyediakan bahan roti, serta pepohonan lainnya yang menyediakan sejenis anggur: kulit kayu dari pepohonan itu, bersama dengan serat-seratnya yang dijahit, berguna sebagai bahan sandang bagi semua orang.
Saya telah memberi anda detail ini, Saudara-Saudaraku yang terkasih, supaya anda bisa tahu betapa besarnya sukacita rohani yang memenuhi diri kami di kepulauan ini: segala bahaya, segala cobaan ini, yang ditanggung demi cinta akan Tuhan kita Yesus Kristus, merupakan khazanah yang berlimpah dari penghiburan ilahi. Apakah yang saya katakan, kami bisa membayangkan bahwa kepulauan ini seolah-olah diciptakan demi membuat mata kami, setelah beberapa tahun berjalan, seperti terasing dari terang siang hari, akibat air mata kami yang manis, yang bercucuran begitu derasnya tanpa terhingga. Bahwasanya tiada pernah saya mengingat diri saya sebelumnya dipenuhi dengan kesan dari kebahagiaan rohani yang begitu langgeng, dan tidak pernah saya sebelumnya menanggung kelelahan dan penderitaan jasmaniah ini sebagai beban yang sangat ringan; bahkan di tengah-tengah kepulauan yang dikepung para musuh ini, yang hanya dihuni oleh sahabat-sahabat yang tidak aman, yang sama sekali miskin pertolongan duniawi dalam hal penyakit, serta benda-benda yang paling diperlukan untuk menunjang dan mempertahankan hidup. Pada akhirnya, saya dapat berkata dengan benar bahwa kepulauan ini patut dinamai dengan nama Kepulauan Pengharapan Ilahi, dan bukan kepulauan Moro.
Di negeri ini, ada suatu bangsa yang merupakan musuh Injil; mereka ini adalah bangsa Yavar. Mereka percaya bahwa mereka beroleh hidup kekal, ketika telah menyembelih leher sesama mereka, dan sering terlihat bahwa sebelum beberapa dari antara mereka terkadang membunuh orang asing, mereka membinasakan wanita dan anak-anak mereka. Orang-orang Yavar ini mengorbankan banyak orang Kristiani.
Salah satu pulau yang sering dikunjungi terguncang sepenuhnya oleh gempa bumi, dan pulau itu terus-menerus memuntahkan lidah-lidah api dan abu dari perutnya. Orang-orang pribumi menyatakan bahwa dahsyatnya kebakaran bawah tanah tersebut begitu besarnya, sehingga bebatuan yang menopang kota itu hampir hangus sama sekali. Orang boleh percaya perkataan mereka; sebab yang sering terjadi adalah bebatuan besar yang terbakar menyala mencurat ke udara, dan akibat besarnya bebatuan itu, tampak seperti batang pohon yang amat besar. Sewaktu angin berembus kencang dari gua-gua bawah tanah itu, angin itu menyebarkan abu yang begitu besar jumlahnya ke udara sehingga para pria dan wanita yang bekerja di pedesaan, kembali ke tempat tinggal mereka dengan badan berselimut abu, sedemikian rupa sehingga, mata, wujud dari wajah mereka hampir tidak dapat dikenali, dan tidak pun lubang hidung mereka. Mereka dikira roh jahat, dan bukan manusia. Hal ini saya katakan seturut kisah orang-orang pribumi, dan bukan karena saya sendiri menyaksikannya; sebab pada waktu saya tinggal di sana, tidak pernah ada badai semacam itu. Para penghuninya juga menceritakan saya bahwa pada saat angin kencang itu berembus, abu yang terbawa ke udara begitu besar jumlahnya sehingga sejumlah besar babi hutan menjadi buta dan tersedak-sedak akibat abu itu, dan bahwa setelah badai itu berlangsung, ada banyak orang yang mati di tengah-tengah ladang. Mereka juga berkata bahwa di tengah-tengah musibah itu, mereka menjumpai banyak ikan yang mati di tepian pantai; ikan-ikan itu demikian pula menjadi korban musibah tersebut. Kita bahwasanya tahu bahwa ikan yang minum air bercampur abu lazimnya mati. Orang-orang pribumi bertanya kepada saya, apakah sebab dari bencana-bencana alam ini: jawab saya kepada mereka, itu merupakan gambaran daerah dalam Neraka, yang ke dalamnya para penyembah berhala akan dicampakkan. Gempa buminya begitu dahsyat sehingga pada hari pesta Santo Mikhael Malaikat Agung, sewaktu saya sedang merayakan Kurban Suci dalam gereja, tanahnya berguncang dengan begitu hebat, sehingga saya sungguh khawatir akan menyaksikan altarnya runtuh.
Mungkin Santo Mikhael pada saat itu sedang mencampakkan ke dasar jurang maut, semua malaikat jahat yang di negeri itu melawan ibadat kepada Allah benar, dan yang telah dihancurkannya dengan kuasa bala tentara surgawinya.
Setelah saya mengunjungi semua desa Kristiani, saya kembali ke Maluku, di mana saya menghabiskan tiga bulan untuk kembali berkhotbah dua kali pada hari-hari pesta, pada pagi hari untuk orang-orang Portugis, dan pada sore hari, setelah jam makan, untuk para konvert baru, untuk mendengarkan pengakuan dosa setiap harinya, siang dan sore hari, dan untuk mengajarkan katekismus secara menyeluruh. Setelah menuntaskan tugas katekismus, saya menerangkan, pada hari Minggu dan hari-hari pesta,[1] artikel-artikel dari Syahadat kepada orang-orang Kristen pribumi, sambil memastikan pada setiap artikel dari pengajaran saya setiap harinya, supaya saya dengan tegas melawan penyembahan berhala. Pada hari Kamis dan Sabtu, saya secara terpisah mengajar para wanita asli Portugal tentang artikel-artikel Iman, asas-asas hukum Allah, dan sakramen Tobat serta sakramen Ekaristi.
Masa Prapaskah tiba, dan kebanyakan dari mereka menyambut Ekaristi Mahakudus, Belum pernah sebelumnya mereka mengambil bagian dalam ibadat itu dalam hidup mereka. Selama enam bulan saya tinggal di Maluku, orang-orang Portugis serta para istri dan anak-anak mereka, dan orang-orang Kristen pribumi mengalami kemajuan yang besar dalam kesalehan. Setibanya akhir dari masa Prapaskah, saya meninggalkan Kepulauan Maluku, dan saya berlayar menuju Malaka, setelah saya menerima kesaksian-kesaksian yang penuh cinta kasih yang paling menyentuh bukan hanya dari pihak orang-orang Kristiani, namun juga dari orang-orang kafir.
Pada perjalanan itu, saya pun tidak lepas dari berbagai kesibukan. Di sebuah pulau, di mana kami singgah pada perjalanan kami, kami menjumpai empat kapal Portugis lainnya, dan saya tinggal delapan hari bersama awak kapal mereka; saya berkhotbah kepada mereka tiga kali, saya memurnikan banyak dari antara mereka dari dosa-dosa mereka, dan saya berhasil meredakan banyak kebencian. Sewaktu saya meninggalkan Kepulauan Maluku, untuk menghindari ratapan dan air mata dari para konvert baru saya yang terkasih, saya mengambil waktu di malam hari untuk berlabuh diam-diam. Namun mustahil adanya untuk menyembunyikan kepergian kami, saya dikejutkan oleh sahabat-sahabat kami: perpisahan ini, yang terjadi pada malam hari, dari anak-anak yang telah saya lahirkan bagi Yesus Kristus menjadi kepedihan yang amat besar bagi diri saya, dan saya sangat takut bahwa kepergian saya membahayakan keselamatan mereka. Saya menyarankan supaya mereka setiap harinya tidak lalai mendaraskan pada jam yang sama penjelasan katekismus, dan kepada para konvert baru, supaya mereka menghafal penjelasan singkat dari Syahadat yang saya karang untuk mereka. Seorang imam yang bajik, sahabat saya yang tulus, ditugaskan untuk mengajar mereka setiap harinya selama dua jam, mengajar para wanita Portugis sekali seminggu tentang artikel-artikel Iman, dan berkhotbah kepada mereka tentang sakramen Tobat dan sakramen Ekaristi.
Sewaktu saya berada di Malaka, saya menetapkan kebiasaan untuk setiap harinya, di tengah-tengah jalanan, menjelang malam hari, menyerahkan kepada doa orang-orang yang saleh, jiwa-jiwa dari orang-orang mati yang tersiksa dalam Api Penyucian, dan jiwa-jiwa dari orang yang masih hidup yang berada dalam keadaan maut rohani. Praktik ini mengobarkan semangat orang-orang saleh dan menakuti para pendosa. Para penduduk menugaskan seseorang dengan tanggung jawab khusus untuk berkelana setiap harinya di kota itu, dengan membawa sebuah lentera di genggaman tangannya dan sebuah lonceng kecil di tangannya yang lain, dan sambil mengucapkan dengan suara lantang perkataan ini, di tempat-tempat serta di jalanan-jalanan: Berdoalah untuk jiwa-jiwa para umat beriman Kristiani yang menderita dalam Api Penyucian; dan juga: Berdoalah pula untuk mereka yang masih hidup dalam belenggu dosa berat, dan tidak berupaya untuk bertobat.
Penguasa Mahometan [Muslim] Kepulauan Maluku mengakui kedaulatan Raja Portugal, dan menggunakannya sebagai gelar kehormatan bagi dirinya sendiri. Ia hanya berbicara tentang Sri Raja dengan menyebutnya sebagai tuannya. Pangeran tersebut pandai berbahasa Portugis. Kerajaan Maluku sama sekali tidak bertempat pada sebuah benua, melainkan terdiri sepenuhnya dari kepulauan. Kepulauan yang utama dikuasai oleh kaum Mahometan. Penguasanya sendiri lebih tidak terhambat untuk menjadi Kristen akibat agama Mahomet [Muhammad], daripada akibat hasrat dirinya dan akibat kebiasaan dari hidup jangak; di samping itu, tiada yang Mahometan dalam dirinya, selain penyunatan yang dipraktikkan sejak masa kanak-kanak dan pernikahannya yang banyak jumlahnya. Sebab istrinya berjumlah seratus orang, belum lagi selir-selirnya yang tak terhitung jumlahnya. Kaum Mahometan di Kepulauan Maluku hampir tidak mengenal hukum Mahomet: mereka hanya punya sejumlah kecil imam atau kaisis, yang sangat tidak berpengetahuan, yang datang dari luar negeri. Sri Raja cepat-cepat memberi kesaksian kepada saya, sehingga ia membuat para tuan istananya menjadi cemburu. Ia terlihat sangat ingin bersahabat dengan saya, dan, sambil menyampaikan bahwa ia dapat menganut agama Kristiani kelak pada suatu hari, ia memohon supaya saya tidak menjauhinya karena ia menganut agama Mahometanisme. Ia menyatakan dengan suara lantang bahwa kaum Mahometan dan Kristiani menyembah Allah yang sama, dan bahwa akan datang suatu hari di mana kedua agama itu menjadi satu. Setiap hari saya mengunjunginya, ia tampaknya terpikat oleh kehadiran saya; namun saya tidak berhasil membuatnya Kristen: saya hanya mendapatkan janji darinya bahwa ia akan membuat salah seorang dari kanak-kanaknya yang banyak jumlahnya itu dibaptis, dan berjanji akan memberikan kepada anaknya yang Kristen itu penobatan atas kepenguasaan atas Moro.
Pada tahun 1546, menjelang perjalanan saya menuju Kepulauan Maluku, saya menulis dari Amboyna kepada para saudara saya yang baru saja sampai dari Portugal, agar mereka menggunakan, di tahun berikutnya, beberapa kapal yang pergi dari India ke Malaka, untuk pergi ke kota ini: mereka memang lalu pergi ke sini. Tiga orang dari Serikat Yesus, dari antaranya dua orang imam, Yohanes de Beira dan Nuno Ribeiro, sampai dengan amat tepat waktu di Malaka, sewaktu saya sampai di sana sepulangnya saya dari Maluku. Kami tinggal bersama selama sebulan, dan hal itu sangat menggembirakan diri saya. Saya sama sekali tidak ragu bahwa mereka mampu membuat pelayanan-pelayanan yang besar bagi agama di Kepulauan Maluku. Mereka bepergian pada bulan Agustus menuju Maluku, dan perjalanannya memakan waktu dua bulan. Pada waktu saya tinggal di Malaka, saya memberi tahu mereka tentang adat-istiadat negeri-negeri itu, dan seturut pengalaman saya, saya memberitahukan mereka tentang cara berperilaku dengan para penghuni kepulauan tersebut. Mereka begitu jauh dari India, sehingga kami hampir tidak dapat menerima sepucuk surat setiap tahunnya. Saya juga menyarankan kepada mereka agar memberitahukan Roma, di sepanjang tahunnya, luasnya agama Kristiani di negeri-negeri itu, dan harapan yang mereka tawarkan untuk masa depan: mereka berjanji akan mengikuti saran-saran saya.
Selama empat bulan waktu saya tinggal di Malaka, sambil menantikan kesempatan yang baik untuk berperjalanan ke India, saya bukannya tidak mengerjakan kesibukan-kesibukan rohaniah; dan karena saya sendiri tidak dapat memuaskan kebutuhan semua orang, saya sampai mengecewakan beberapa orang; namun kekecewaan yang ringan ini, yang bersumber dari pertobatan dan penitensi sama sekali tidak membuat saya menderita, melainkan membuat saya berbahagia, oleh karena rasa kesalehan yang membuktikannya. Saya juga menyempatkan banyak waktu untuk melakukan perdamaian dan rekonsiliasi dari perseteruan dan kebencian, yang begitu mudah bangkit di kalangan orang Portugis, bangsa yang senantiasa pejuang. Setelah katekismus tuntas, saya mendedahkan kepada anak-anak dan para konvert baru penjelasan Syahadat dalam bahasa asli mereka, supaya dapat dimengerti semua orang: maka saya telah membuat dan menambatkan dalam pikiran orang di Kepulauan Maluku landasan agama Kristiani yang kukuh, di atas reruntuhan takhayul yang musyrik. Pengajaran ini dapat dilakukan dengan mudah dalam waktu satu tahun, jika mereka diajarkan setiap harinya dalam dua puluh patah kata saja, supaya dapat dengan lebih mudah mengukirkannya di benak konvert baru yang tidak terdidik itu. Sungguh berguna adanya untuk sering mengulangi kisah-kisah riwayat hidup sang Juru Selamat, untuk membekaskannya dan membuatnya dicamkan dalam ingatan, bersama penjelasan dari kisah-kisah itu. Hanya dengan demikianlah orang-orang itu sampai kepada kebenaran, dan merasa ngeri akan dongeng-dongeng dan ilusi-ilusi Neraka, yang memenuhi benak orang-orang pagan dari zaman dahulu kala, dan yang ada dalam benak orang-orang pagan zaman kita.
Saya sungguh menyarankan kepada seorang imam sekuler agar menggantikan saya dalam tugas kepada orang-orang ini, untuk memenuhi tanggung jawab yang sama, dan untuk mempraktikkan setiap harinya, sebelum tengah hari, tatanan pengajaran yang sama: ia berjanji kepada saya akan melakukannya; dan saya harap, dengan rahmat Allah, bahwa karyanya akan terlaksana tanpa kesulitan. Seperginya saya dari Malaka, para penduduk utamanya mendesak saya dengan sangat supaya saya mengutus ke des aitu dua orang subjek dari Serikat Yesus, yang dapat mewartakan sabda ilahi kepada diri mereka sendiri, kepada para istri mereka, dan kepada orang-orang Kristen pribumi, dan untuk mengajarkan sebagai pengganti saya, doktrin Kristiani kepada anak-anak mereka, hamba-hamba serta para hamba wanita mereka. Mereka memohonkan hal itu kepada saya dengan semangat yang begitu besar sehingga saya merasa bertanggung jawab untuk memenuhi, demi harga segala jerih payah diri saya sendiri, permohonan suci mereka itu, terutama yang berasal dari orang-orang yang sedemikian baiknya berhak mendapatkan Serikat kita ini.
Pada bulan April 1547 (yaitu di musim di mana kapal-kapal pelaut meninggalkan India untuk berperjalanan ke Malaka dan ke Kepulauan Maluku), saya melihat adanya seorang pedagang Portugis di Malaka, seorang pria yang amat saleh dan amat jujur, yang mengisahkan kepada saya begitu banyak cerita tentang kepulauan yang besar yang baru saja ditemukan dan yang dinamakan Jepang. Penyebaran agama Yesus Kristus dapat terlaksana dengan keberhasilan yang lebih besar daripada seluruh negeri India, karena bangsa Jepang lebih gemar belajar daripada segala bangsa lainnya di dunia. Pedagang itu didampingi oleh seorang pria Jepang yang bernama Auger. Pria Jepang ini, setelah ia bercakap-cakap bersama orang-orang dari Malaka, telah bertekad untuk datang menemui saya. Di Jepang, ia mencari tahu dari para pedagang Portugis teman-temannya. Setelah ia menyingkapkan kepada mereka luka hati nuraninya, dan meminta kepada mereka supaya menyelamatkan jiwanya dan meredakan murka Allah: para pedagang ini memberi saran kepadanya supaya pergi menemui saya di Malaka. Ia mengikuti saran mereka dan berlabuh di kapal mereka; namun setibanya dirinya di Malaka, saya sedang berada di Maluku. Mendengar kabar itu, ia sangat menyesali perjalanan dari kampung halamannya. Ketika ia sedang pergi menuju Jepang, badai seketika menghempaskan kapalnya, dan mengakibatkan bahaya-bahaya yang besar, sampai ke tepian pantai Malaka. Ia lalu mendengar kabar kepulangan saya, dan datang menemui saya dengan keinginan yang besar untuk mempelajari agama Kristiani. Ia memiliki beberapa pengetahuan tentang bahasa Portugis, dan kami dapat saling mengerti satu sama lain tanpa bantuan penerjemah. Jika orang-orang Jepang lainnya memiliki semangat yang sama untuk belajar, jelas adanya bahwa mereka melampaui segala bangsa yang baru ditemukan sampai hari ini dalam hal kecerdasan. Sewaktu ia sedang menghadiri pengajaran katekismus, ia dengan penuh perhatian menuliskan dalam sebuah buku artikel-artikel dari Syahadat. Sering kali di dalam gereja, di tengah-tengah khalayak, ia mendaraskan dari ingatannya pelajaran-pelajaran yang telah dipelajarinya, dan mengajukan banyak pertanyaan yang cerdas, dan begitu besarnya keinginannya untuk belajar, dan itu merupakan pertolongan yang paling kuasa dari antara segalanya untuk sampai kepada pengetahuan akan kebenaran. Pada hari kedelapan setelah saya tiba di Malaka, ia pergi ke India. Saya ingin menyuruhnya supaya ia mengambil kapal di mana saya sendiri berada; namun hubungannya dengan orang-orang Portugis lainnya yang mengikuti rute yang sama, tidak memperkenankannya untuk memisahkan diri dari kawan-kawan yang begitu setia dan yang telah memberikannya bantuan-bantuan yang begitu besar. Saya menantikannya di Cochin [Kochi, India] sebelum sepuluh hari.
Saya bertanya kepada Auger apakah, seandainya saya menemaninya pergi ke Jepang, ia mengira bahwa para penduduk negeri itu akan memeluk agama Yesus Kristus; ia menjawab saya bahwa para rekan tanah airnya tidak akan langsung setuju akan segala yang diwartakan kepada mereka, namun mereka tentunya akan membuat banyak pertanyaan, supaya mengenali dogma-dogma yang saya bawakan; bahwa mereka terutama akan mempertimbangkan bilamana perbuatan-perbuatan saya sejalan dengan perkataan-perkataan saya; apakah saya memuaskan dari sudut pandang mereka, dan memuaskan keingintahuan mereka dengan jawaban-jawaban yang pasti, dan jika saya menjalani hidup yang murni dan melampaui segala cela dari pihak mereka, setelah mereka sendiri dicerahkan dan diajarkan, mereka niscaya akan membawa penguasa mereka dan segala kaum bangsawan mereka kepada Yesus Kristus, serta segala rekan setanah air mereka: sebab sifat dari bangsa itu mengikuti arahan-arahan dari akal.
Pedagang Portugis, sahabat saya, yang telah lama berperjalanan di Jepang, juga menyampaikan kepada saya kisah-kisah yang ditulis dengan cermat, dan yang memuat gambaran negeri itu serta adat-istiadat para penghuninya, dengan segala detail dari hal-hal yang diperhatikannya sendiri, atau yang diketahuinya melalui laporan-laporan yang terpercaya. Saya mengirimkan kepada anda kisah-kisah itu bersama surat saya.
Semua pedagang Portugis yang kembali dari Jepang menjaminkan bahwa jika saya pergi berperjalanan ke sana, upaya saya akan saya kerahkan dengan lebih bahagia daripada di India; bahwa saya bahwasanya harus bertemu dengan orang-orang yang penurut kepada ilham akal.
Saya memendam dugaan bahwa sebelum dua tahun, saya harus pergi ke Jepang, atau beberapa orang lainnya dari Serikat Yesus akan pergi sebagai pengganti saya. Memang benar, perjalanannya disertai mara bahaya, akibat badai yang begitu mengerikan dari lautan itu, dan perampokan yang dilakukan para bajak laut Cina, yang membinasakan sejumlah besar kapal pelaut, baik akibat lautan maupun akibat para bajak laut.
Namun saya menantikan dari anda, bapaku dan saudara-saudaraku yang amat terkasih, supaya anda sekalian meminta kepada Allah agar kami dijaga dalam perjalanan yang telah mematikan begitu banyak orang. Sementara itu, Auger akan semakin mempelajari bahasa Portugis secara lebih menyeluruh; ia akan mengenali bahasa Portugis di India, industri Eropa dan cara hidup kita: ia akan bersiap diri untuk dibaptis secara layak, dan akan membantu saya untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Jepang katekismus dan penjelasan yang luas tentang riwayat hidup Yesus Kristus, jika ia bahwasanya memiliki talenta menulis dalam bahasa asalnya sendiri.
Tibalah hari kedelapan sejak saya tiba di India, dan saya masih belum melihat saudara-saudara saya. Saya pun tidak dapat menulis kepada anda sekalian mengenai buah-buah yang dipetik semasa saya absen: saya menduga bahwa saudara-saudara saya sendiri akan menulis kepada anda untuk menceritakan perjalanan-perjalanan mereka.
Sekembalinya saya dari Malaka ke India, saya lolos dari bahaya-bahaya yang besar. Selama tiga hari, tiga malam, kapal pelaut menjadi mainan badai yang sedemikian besarnya, sehingga saya tidak pernah ingat melihat hal yang serupa. Beberapa penumpang kami telah menangisi kematian mereka sendiri, dan bertekad, jika pertolongan ilahi membebaskan mereka dari bahaya itu, untuk tidak lagi berperjalanan laut. Para pedagang sering mendapati diri mereka membayar harga keselamatan diri dengan meninggalkan segala barang dagangan mereka. Dalam badai yang terdahsyat, saya memohon kepada Allah melalui campur tangan yang kuasa dari para anggota Serikat kita, dari kawan-kawan rohani kita, dan dari semua umat beriman Kristiani, sambil memohon kepada Gereja, mempelai Yesus Kristus, yang darinya doa-doa yang terus-menerus dalam pengembaraannya di dunia ini menembus pintu gerbang Surga, supaya dengan penuh daya dilindungi oleh Raja surgawi.
Dari situlah doa saya angkat kepada semua orang yang berbaik hati, saya terutama memohon kepada Petrus Lefèvre[2] dan kepada saudara-saudara saya yang telah meninggal, untuk mempersatukan doa-doa orang yang sudah mati dan yang masih hidup, dengan memandang mereka sebagai perantara, demi meredakan murka ilahi. Pada akhirnya, saya berturut-turut memohon kepada segala bala tentara malaikat dan segala hierarki para kudus, dan agar dengan lebih pasti mendapatkan ampun atas dosa-dosa saya yang tak terhitung jumlahnya, saya bernaung kepada perlindungan Bunda Allah yang teramat kudus, Ratu Surga itu, yang senantiasa mampu memperoleh dari Putranya segala sesuatu yang dipintakannya kepada-Nya. Saya mengakhiri dengan menempatkan segala harapan saya dalam jasa-jasa yang tak terbatas dari Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kita, dan dengan demikian, dikelilingi oleh begitu banyak penolong yang sedemikian kuasa, saya merasakan penghiburan yang teramat murni di tengah-tengah bahaya-bahaya dari badai yang menakutkan itu, yang tidak saya rasakan pada saat setelah diri kami diselamatkan. Saya penuh dengan kebingungan, saya, penjahat dari segala penjahat di dunia, yang telah menumpahkan begitu air mata sukacita yang hampir surgawi, di tengah-tengah bahaya yang sedemikian ekstrem. Lalu dengan penuh semangat saya memohon kepada Yesus Kristus Tuhan kita agar Ia jangan pernah melepaskan saya dari bahaya itu, jika Ia menyimpan bahaya-bahaya lain yang serupa bagi diri saya, atau bahaya-bahaya lainnya yang masih lebih besar, demi pelayanan-Nya dan demi kemuliaan-Nya.
Sering terjadi bahwa Allah memberitahukan saya, melalui ilham batiniah, bahaya-bahaya jasmaniah dan kejatuhan rohani yang tak terhingga, yang telah dicegah-Nya demi diri saya, berkat doa-doa dan kurban-kurban suci yang dihaturkan oleh saudara-saudara saya, yang satu terus berjuang di muka bumi ini, yang lain sudah bersukacita dalam ganjaran surgawi. Dan para bapa serta saudara-saudaraku yang terkasih dalam Yesus Kristus, tujuan perkataan saya ini adalah untuk mengakui di hadapan diri anda sekalian kebaikan-kebaikan yang tak terhitung dan tak terukur, yang menjadi utang saya kepada Allah dan kepada anda sekalian sendiri, dalam ketidakberdayaan yang saya rasakan untuk membalas diri anda.
Sewaktu saya telah memulai percakapan saya mengenai Serikat kita ini, saya tidak dapat berhenti berbicara maupun menulis: namun kepergian yang segera dari kapal-kapal mewajibkan saya, tanpa sekeinginan diri saya, untuk menghentikan diri saya dan mengakhiri surat saya. Saya tidak dapat mengakhiri surat ini dengan lebih baik selain dengan pernyataan khidmat ini: Sekiranya aku melupakanmu, ya Serikat Yesus, semoga tangan kananku melupakan kemahirannya.[3] Selama segala jenis kebaikan ini hadir bagi diri saya, saya berutang budi kepada semua saudara saya, dan pastinya, saya berutang kepada doa-doa anda atas pengetahuan yang mesra, yang Allah sudi berikan dengan begitu jelas kepada kecerdasan saya yang lemah ini, dan segala kebaikan Serikat Yesus kepada diri saya: jiwa saya baginya akan terlalu lemah dan tidak sempurna untuk terangkat kepada penciptaannya yang sempurna. Namun demikian, untuk menjaga saya dari dosa ketidaktahuberterimakasihan, Allah, dalam kebaikan-Nya yang rahim, telah memberi saya beberapa pencerahan. Tetapi saya berhenti: saya berdoa kepada Yesus Kristus Tuhan kita, yang telah mempersatukan kita dalam pendampingan-Nya selama hidup yang penuh dukacita ini, untuk mengumpulkan kita sebagai orang-orang terpilih-Nya, pada hari keabadian, dalam persahabatan dengan para kudus: terutama setelah kita secara pribadi berpisah dalam hidup ini untuk cinta kasih-Nya.
Jika anda sekalian menujukan beberapa patah saran, baik kepada kami yang berada di Maluku, maupun kepada mereka yang bepergian ke Jepang, jangan anda lupakan bahwa jawabannya tidak akan sampai kepada anda sebelum tiga tahun dan sembilan bulan, akibat sebab alamiah. Surat-surat anda tidak sampai ke India sampai sembilan bulan, dan akan makan waktu delapan bulan tambahan sebelum kapal-kapalnya mengalami angin yang menguntungkan untuk pergi ke Maluku; dan jika mereka mendapat keberuntungan untuk mengalami perjalanan pergi dan pulang yang baik, mereka akan menghabiskan setidak-tidaknya dua puluh satu bulan. Pada akhirnya, dari India ke Roma, surat-surat memakan waktu perjalanan delapan bulan, jika angin musonnya menguntungkan; dan pernah terjadi angin yang tidak menguntungkan, yang membuat perjalanan ke Roma memerlukan waktu lebih dari setahun.
Cochin, 21 Januari 1548.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Prancis berikut
Lettres de Saint François-Xavier de la Compagnie de Jésus [Surat-Surat Santo Fransiskus Xaverius dari Serikat Yesus], diterjemahkan dari edisi Latin dari Bologna ke dalam bahasa Prancis oleh M. Léon Pagès, T. I, Paris, Librairie de Mme Ve Poussielgue-Rusand, 1855, hal. 251-264.
[1] Cutillas memberi makna yang berbeda: ‘Setelah saya menuntaskan tugas Katekismus, yang berlangsung pada hari Minggu dan hari-hari pesta, saya menerangkan selama pekan itu, kecuali pada hari Kamis dan Sabtu, dst.’
[2] Petrus Lefèvre, dari Villaret, di Savoia, pendamping pertama bagi Santo Ignatius dan layaknya landasan kedua dari Institusi itu, mengambil bagian melalui kehidupan apostoliknya dan pengetahuannya yang penuh wibawa, dalam pendirian dan perluasan Serikat Yesuit di Italia, di Prancis, di Portugal, di Spanyol dan terutama di Jerman. Rohaniwan yang mengagumkan ini, yang kami tidak hendak bahas lebih lanjut, meninggal di Roma, tanggal 1 Agustus 1546 sekitar usia 40 tahun.
[3] Mazmur 136:5
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...