Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
St. Alfonsus (sekitar tahun 1760): “ … devosi kepada Santa Perawan Maria dengan benar disebut oleh St. Efrem sebagai paspor untuk lolos dari Neraka.” (The Glories of Mary [Kemuliaan Maria], hal. 258)
St. Yohanes Krisostomus: “Sebab demikianlah sifat khusus dari iman yang sejati, sehingga tidak satu alasan pun dimintanya untuk asas-asas yang dilandasinya, namun hanya menaati apa yang diperintahkan.”
St. Patrick: (sekitar tahun 470) tentang perjalanan-perjalanan misionarisnya: “Saya pergi ke tempat di mana anda berada dan ke segala tempat demi diri anda sembari menghadapi banyak mara bahaya, bahkan ke distrik-distrik yang terjauh, di luar mana tidak seorang pun hidup dan di mana tidak seorang pun pernah datang sebelumnya untuk membaptis, untuk menahbiskan imam, atau untuk menguatkan orang-orang.”
Paus Pius X (1905): “Dan dengan demikian, Pendahulu Kami, Benediktus XIV, memiliki alasan yang benar untuk berkata: ‘Kami menyatakan bahwa sejumlah besar orang yang terkutuk ke dalam hukuman yang abadi menderita malapetaka yang kekal itu akibat ketidaktahuan akan misteri-misteri iman yang harus diketahui dan dipercayai untuk menjadi terhitung dari antara orang-orang pilihan.’” (Acerbo Nimis #2)
St. Benediktus: “Kemalasan adalah musuh bagi jiwa ....”
Konsili Nicea II, 787: “Bagi mereka yang berani berkata bahwa Gereja Katolik pernah menerima berhala, Anatema!” (Sesi Ketujuh, Definisi Iman)
“Sebelum aku pergi, dan tidak kembali lagi, ke negeri yang diliputi kabut kematian: ke negeri yang penuh derita dan gelap gulita, di mana ada bayangan maut, dan kekacaubalauan, di mana berdiam kengerian kekal.” (Ayub 10:21-22)
Paus Leo XIII (1902): “Berkat jerih payahnya [Kristoforus Kolumbus], ada sebuah dunia lain yang muncul dari pangkuan samudra yang tak terjelajahi: ratusan ribu insan telah dipulihkan dari kesurampekatan dan kegelapan kepada masyarakat madani umat manusia, serta beralih dari ibadat yang biadab kepada kelemahlembutan dan kemanusiaan; dan buah terbesar dari jerih payahnya, adalah karena mereka mengambil bagian dalam kebaikan-kebaikan yang berpangkal pada Yesus, dari kehancuran mereka telah dipulangkan kepada kehidupan kekal.” (Surat ensiklik, Quarto Abrupto)
Malaikat kepada Anak-Anak Fatima (1916): “Hati Yesus dan Hati Maria perhatian kepada suara permohonan-permohonan kalian.”
Dan. 7:9-10 – “Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.”
“Dosa disebut … ‘sebuah noda pada jiwa.’ Noda adalah bintik atau markah yang buruk rupa yang menghancurkan apa yang cemerlang dan indah. Noda disebabkan oleh kontak dengan hal-hal yang mencemarkan dan tak layak. Dosa meredupkan atau melenyapkan kecemerlangan kodrat manusia yang disempurnakan; dosa melenyapkan hikmat dan rahmat Allah dalam jiwa. Maka dosa adalah sebuah noda pada jiwa. Yang kita bicarakan di sini adalah dosa berat, bukan dosa nyata yang disebut dosa ringan. Sebuah noda tetap ada setelah kontak yang menyebabkannya telah berhenti. Demikian pula, noda dari dosa yang berat tetap ada dalam jiwa setelah perbuatan dosa telah tuntas. Noda ini tidak dihapuskan selain dengan tindak kepulangan kembali melalui rahmat yang terpulihkan kepada kecantikan jiwa yang tak bercela.” (Mons. Paul J. Glenn, A Tour of the Summa, hal. 162).
St. Robertus Bellarmnius, Tentang Konsili-Konsili, Buku 1, Bab 19 : “[Keutamaan para Paus pada konsili-konsili] terbukti dari Konsili Apostolik, dalam Kisah Para Rasul 15, di mana Hieronimus menegaskan bahwa Petrus telah memimpin, dalam sepucuk surat kepada Agustinus, yang merupakan surat 11 dari antara surat-surat Agustinus. Demikian pula, dari [konsili] yang satu itu, disimpulkan bahwa Petrus bangkit pertama, berbicara pertama, mendefinisikan perkaranya pertama dan semua orang, seturut perkataan Hieronimus, mengikuti posisinya.”
St. Louis de Montfort (1710): “Sewaktu St. Dominikus sedang mengkhotbahkan Rosario di kota Carcassone, seorang bidah mengolok-olok mukjizat-mukjizatnya dan kelima belas misteri dari Rosario, dan tindakannya ini menghambat para bidah yang lain untuk berkonversi. Sebagai hukumannya, Allah membiarkan lima belas ribu iblis untuk masuk ke dalam tubuh pria itu. Orang tuanya membawa sang bidah kepada Romo Dominikus untuk dibebaskan … Ia mulai berdoa dan ia memohon kepada semua orang yang berada di sana untuk mendaraskan Rosario secara lantang bersamanya, dan pada setiap Salam Maria, Bunda Maria mengusir seratus iblis dari pria tersebut, dan mereka pun keluar dalam bentuk batu bara panas yang berwarna merah.” (Rahasia Rosario, Mawar ke-10)
Paus St. Selestinus I (431): “ … berdoa agar iman dapat dikaruniakan kepada orang-orang kafir; agar para penyembah berhala dapat dibebaskan dari kesalahan-kesalahan akibat ketidaksalehan mereka; agar terang kebenaran dapat terlihat bagi orang-orang Yahudi, dan selubung hati mereka dapat diangkat; agar para bidah dapat diinsafkan melalui pemahaman iman Katolik; agar para skismatis dapat menerima semangat cinta kasih yang diperbarui ….”
^