Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
“Sewaktu kita mendengar suara Allah memanggil kita untuk menjadi bajik, kita tidak boleh menunda. Iblis, ujar St. Basilius (sekitar tahun 363), tidak menganjurkan kita supaya berpaling sama sekali dari Allah, namun agar kita menunda pertobatan kita untuk masa yang akan datang. Ia mencuri waktu kita di masa kini, dan memberi kita harapan akan masa depan. Namun sewaktu tiba saatnya, ia juga mencurinya dengan cara yang sama; dan dengan demikian, dengan memberikan kita kenikmatan di masa kini, ia merampok segenap hidup kita dari diri kita sendiri.” (Komentar Haydock untuk Alkitab Douay-Rheims, hal. 1264)
Paus Leo XII (1825): “ … sang mempelai sendiri, Yesus Kristus berkata: Barang siapa tidak mendengarkan Gereja, hendaknya ia kalian anggap layaknya seorang pagan dan seorang pemungut cukai.” (Charitate Christi #14)
St. Efrem (350): “Kita tahu berdasarkan Injil bahwa ada berbagai macam tempat penyiksaan. Sebab sudah diwahyukan kepada kita bahwa ada kegelapan di luar sana (Matius 8:12), dan dengan demikian ada pula kegelapan yang ada di dalam (Markus 5). Api Gehenna adalah suatu tempat yang lain, tempat ratapan dan kertak gigi (Matius 25:30). Di tempat lain, dikisahkan tentang belatung yang tidak pernah mati (Markus 9:43). Kita membaca di tempat lain tentang lautan api (Wahyu 19:20), dan kembali lagi tentang tartarus, lautan api yang tidak pernah padam (Markus 9:42, 44) … Kedalaman bumi dikisahkan di tempat lain. Neraka tempat para pendosa disiksa, serta kedalaman Neraka, suatu tempat yang lebih mengerikan. Jiwa-jiwa malang yang terkutuk ditebarkan di seantero tempat-tempat penghukuman ini, masing-masing seturut sifat dosanya.”
St. Ignatius dari Antiokhia (sekitar tahun 105): “Maka dari itu marilah kita menjadi murid Kristus dan marilah kita belajar menjalani kehidupan Kristiani. Sebab barang siapa terpanggil dengan nama yang lain selain nama ini bukanlah milik Kristus … Sungguh durjana untuk berbicara tentang Kristus dan mempraktikkan agama Yahudi.” (Surat kepada Jemaat di Magnesia)
St. Fransiskus Xaverius, Maret, 1549: “Anda terkadang akan bertemu orang-orang … yang meragukan kuasa dan kemujaraban sakramen-sakramen yang kudus, dan terutama sehubungan Kehadiran Tubuh Kristus dalam Ekaristi. Pandangan ini berasal dari … pergaulan mereka yang terus-menerus bersama kaum pagan, Mahometan [Muslim], dan bidah, atau dari teladan buruk yang diberikan kepada mereka oleh beberapa orang Kristen … dan bahkan oleh beberapa dari antara ordo imamat kita sendiri … [sebab] mereka membayangkan bahwa kita sia-sia mengajarkan bahwa Yesus Kristus hadir dalam kurban suci Misa, sebab seandainya Ia ada di sana, Ia takkan membiarkan tangan yang sebegitu najisnya menjamah diri-Nya tanpa dihukum.”
“Pada abad kesembilan, kesepuluh dan kesebelaslah berlangsung salah satu transformasi yang teragung dalam sejarah dunia barat: bangsa Denmark, Swedia, Norwegia, Polandia, Moravia, Bohemia, Hongaria, Serbia, Bulgaria dan Rusia melepaskan paganisme dari diri mereka bersama dengan takhayul dan kekejamannya yang mengerikan, dan menundukkan leher mereka di bawah kuk yang dipasang Kristus.” (Laux, Church History [Sejarah Gereja], hal. 275)
“Lalu Yesus berkata kepada mereka: ‘Kalian adalah orang-orang yang membenarkan diri di hadapan manusia, tetapi Allah mengetahui hatimu sekalian. Sebab apa yang dikagumi manusia, merupakan kekejian di hadapan Allah.’” (Lukas 16:15)
Paus Leo XIII (+1888): “ … sewaktu suatu hukum yang ditetapkan berlawanan dengan akal, atau dengan hukum abadi, atau dengan ketetapan tertentu milik Allah, adalah suatu perbuatan yang benar untuk tidak taat, yakni, tidak taat kepada manusia, demi menaati Allah.” (Libertas #13)
St. Ignatius dari Antiokhia (107), saat bersiap untuk kemartirannya: “Dengan penuh sukacita, saya menantikan binatang-binatang buas yang terkurung, yang siap menerkam saya; saya akan membujuk mereka supaya memangsa diri saya, agar mereka tidak ragu untuk merenggut diri saya, seperti yang kadang kala terjadi … Saya ini gandumnya Allah, dan saya diremukkan oleh binatang-binatang buas supaya saya dapat ditemukan sebagai roti Kristus yang murni.”
“Orang-orang Kristen dahulu menjadi sasaran kebencian dan penghinaan [oleh rakyat Kekaisaran Romawi]. Karena mereka tidak toleran terhadap semua agama yang lain, karena mereka sama sekali menyangkal keberadaan ilah-ilah pagan atau memandang ilah-ilah pagan sebagai roh-roh jahat, yang ibadatnya merupakan penghujatan serta pengkhianatan terbesar terhadap Allah yang sejati – mereka disebut sebagai orang fanatik yang picik ….” (Romo Laux, Church History [Sejarah Gereja], hal. 44)
St. Patrick: (sekitar tahun 470) tentang perjalanan-perjalanan misionarisnya: “Saya pergi ke tempat di mana anda berada dan ke segala tempat demi diri anda sembari menghadapi banyak mara bahaya, bahkan ke distrik-distrik yang terjauh, di luar mana tidak seorang pun hidup dan di mana tidak seorang pun pernah datang sebelumnya untuk membaptis, untuk menahbiskan imam, atau untuk menguatkan orang-orang.”
Paus Pius X (1905): “Dan dengan demikian, Pendahulu Kami, Benediktus XIV, memiliki alasan yang benar untuk berkata: ‘Kami menyatakan bahwa sejumlah besar orang yang terkutuk ke dalam hukuman yang abadi menderita malapetaka yang kekal itu akibat ketidaktahuan akan misteri-misteri iman yang harus diketahui dan dipercayai untuk menjadi terhitung dari antara orang-orang pilihan.’” (Acerbo Nimis #2)
St. Alfonsus de Liguori (sekitar tahun 1760): “Doakanlah pula setiap harinya tiga ‘Bapa Kami’ dan tiga ‘Salam Maria’ untuk menghormati Allah Tritunggal Mahakudus atas rahmat-rahmat yang dikaruniakan atas Maria. Sang Perawan yang Terberkati pernah menyingkapkan bahwa devosi ini amat berkenan kepadanya.”
Yudas 1:3 “Saudara-saudaraku yang amat terkasih ... aku merasakan keperluan untuk menulis kepada kalian, untuk memohon kepada kalian agar berjuang setulus hati demi iman yang pernah disampaikan kepada para kudus.”
^