Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
“Berbahagialah orang-orang yang membasuh jubah mereka di dalam darah Anak Domba: sehingga mereka dapat memiliki suatu hak atas pohon kehidupan, dan dapat masuk ke dalam kota itu melalui gerbang-gerbangnya. Namun, yang berada di luar adalah anjing-anjing, dan para tukang sihir, dan para pezina, dan para pembunuh, serta setiap orang yang mencintai dan membuat dusta.” (Wahyu 22:14-15)
Paus Paulus III (1547): “Barangsiapa akan berkata bahwa di dalam ketiga sakramen ini, yakni, pembaptisan, penguatan, dan imamat, tidak dibekaskan suatu tanda atas jiwa, yakni, suatu markah rohani tertentu yang tak terhapuskan, yang oleh karena itu sakramen-sakramen tersebut tidak dapat diulangi: terkutuklah dia.”
“[Sebagai seorang Novis Yesuit, 1625, St.] Isaac Jogues membayangkan di dalam pikiran-pikirannya masa depan di mana ia dapat mengerahkan segenap tenaganya dalam pelayanan terhadap Allah. Ia memiliki ambisi untuk menjelajahi negeri-negeri pagan dan kafir yang jauh sebagai misionaris. Khayalannya membawanya kepada kerasulan India, di mana St. Fransiskus Xaverius telah dahulu mengonversikan ribuan orang; ke Cina dan Jepang, di mana para Yesuit pada waktu itu sedang melawan para bonze [biarawan pagan]; ke negeri-negeri Amerika, di mana benua-benua itu sepenuhnya masih belum dikenal dan di mana terdapat jutaan orang yang perlu diselamatkan.” (Francis Talbot, Saint Among Savages [Santo di antara Orang Barbar])
Paus Pius IV (1565): “Tanpa ragu-ragu saya menerima dan mengakui semua doktrin (terutama yang berkenaan dengan keutamaan Paus Roma dan otoritas pengajarannya yang infalibel) yang diwariskan, didefinisikan, dan dijelaskan oleh kanon-kanon suci dan konsili-konsili ekumenis dan terutama dari Konsili Trente yang amat kudus ini ....” (Pengakuan Iman di Konsili Trente)
Paus St. Pius V, Regnans in Excelsis, 25 Feb. 1570: “ ... begitu banyak jumlah orang fasik, dan mereka pun bertumbuh menjadi begitu kuatnya, sehingga tiada suatu pun bagian dari dunia yang belum mereka coba bejatkan oleh doktrin-doktrin jahat mereka ....”
Paus St. Pius V, Regnans in Excelsis, 25 Feb. 1570: “Yurisdiksi yang berdaulat dari Gereja Katolik yang Satu, Kudus dan Apostolik (di luar mana tidak terdapat keselamatan), telah diberikan oleh-Nya, yang kepada-Nya segala kekuatan di dalam Surga dan di atas bumi telah diserahkan, sang Raja yang memimpin dari tempat tinggi, hanya kepada satu orang di muka bumi, yaitu kepada Petrus, Pangeran dari para Rasul, dan kepada penerus Petrus, Uskup Roma. Ialah yang telah ditetapkan oleh-Nya di atas segala bangsa dan di atas segala kerajaan ....”
St. Alfonsus (sekitar tahun 1760): “Allah, ujar St. Agustinus, berdiri di tempat yang tinggi; jika anda merendahkan diri anda sendiri, Ia akan turun kepada anda; jika anda meninggikan diri anda sendiri, Ia akan berlari dari diri anda … Ia memandang orang yang rendah hati dengan mata yang penuh kasih sayang, tetapi orang yang bangga hanya ditatap-Nya dari kejauhan.”
St. Alfonsus Liguori (1787): “Seandainya seorang Paus, sebagai orang pribadi, jatuh ke dalam bidah, ia akan pada waktu yang bersamaan jatuh dari Kepausan.”
“Dan Aku berkata kepadamu, Mintalah dan engkau akan diberikan: carilah, dan engkau akan menemukan: ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Sebab barangsiapa meminta, menerima; dan barangsiapa mencari, menemukan ...” (Lukas 11:9-10)
Paus St. Leo IX, 13 April 1053: “Saya percaya bahwa Gereja yang satu dan sejati adalah kudus, Katolik, dan apostolik, di dalam mana diberikan satu pembaptisan dan pengampunan yang sejati atas segala dosa. Saya juga percaya akan kebangkitan sejati dari badan ini, yang saya kenakan sekarang, dan akan kehidupan kekal.” (Congratulamur Vehementer)
Paus Gregorius Agung (600 M) tentang sedikitnya orang yang diselamatkan: “Semakin banyak orang yang jahat, semakin kita harus menanggung mereka dengan kesabaran; karena di tempat pengirikan, sedikit gandum yang dibawa ke dalam lumbung, tetapi tinggilah tumpukan jerami yang akan terbakar oleh api.”
Paus Pius XI (1925): “Gereja telah menerima manfaat-manfaat yang mewajibkannya untuk memberikan penghormatan secara publik dan legitim kepada Bunda Allah dan para kudus di Surga. Salah satu dari manfaat-manfaat itu, yang bukanlah manfaat yang terkecil, adalah kekebalan yang sempurna yang senantiasa dimiliki oleh Gereja terhadap kesalahan dan bidah.” (Quas Primas #22)
St. Alfonsus (sekitar tahun 1760): “Saudaraku, jika engkau ingin hidup dengan baik, berjuanglah untuk hidup di sepanjang sisa hidupmu di hadirat maut. ‘Ya kematian, penghakimanmu baik adanya’ (Sirakh xli. 3). Oh, betapa benar cara ia menghakimi hal-hal, betapa baik cara ia mengatur tindakan-tindakannya, yakni, orang yang menilai dan mengatur hal-hal dengan maut di hadapan matanya! Ingatan akan kematian membuat kita kehilangan rasa sayang terhadap hal-hal dari hidup ini.” (Persiapan untuk Kematian, hal. 26-27)
Paus Pius XI (1928) tentang Kesatuan Gereja: " ... kesatuan tersebut hanya dapat dihasilkan dari satu pedoman iman saja dan satu kepercayaan dari semua orang Kristiani.”
St. Sirilus dari Yerusalem (350): “Barangsiapa percaya bahwa tubuhnya akan tetap berada untuk kebangkitan memberikan perhatian terhadap pakaiannya dan tidak mengotorinya dalam percabulan; tetapi barangsiapa tidak memiliki iman akan kebangkitan menyerahkan dirinya sendiri kepada percabulan, dan menyalahgunakan tubuhnya sendiri seakan-akan tubuhnya itu adalah milik orang lain. Suatu asas dan ajaran yang agung dari Gereja Katolik yang Kudus, maka dari itu, adalah kepercayaan akan kebangkitan orang mati ….”
Paus Benediktus XII (1336), ex cathedra: “ … pada hari penghakiman, semua manusia dengan tubuh mereka akan bersiap diri untuk memberikan pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatan diri mereka sendiri di hadapan pengadilan Kristus, ‘sehingga setiap orang dapat menerima hal-hal lahiriah yang pantas yang sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya, baik yang baik maupun yang jahat.’” (Benedictus Deus, Denz. 531)
^