Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Malaikat kepada Anak-Anak Fatima (1916): “Hati Yesus dan Hati Maria perhatian kepada suara permohonan-permohonan kalian.”
Dan. 7:9-10 – “Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.”
“Dosa disebut … ‘sebuah noda pada jiwa.’ Noda adalah bintik atau markah yang buruk rupa yang menghancurkan apa yang cemerlang dan indah. Noda disebabkan oleh kontak dengan hal-hal yang mencemarkan dan tak layak. Dosa meredupkan atau melenyapkan kecemerlangan kodrat manusia yang disempurnakan; dosa melenyapkan hikmat dan rahmat Allah dalam jiwa. Maka dosa adalah sebuah noda pada jiwa. Yang kita bicarakan di sini adalah dosa berat, bukan dosa nyata yang disebut dosa ringan. Sebuah noda tetap ada setelah kontak yang menyebabkannya telah berhenti. Demikian pula, noda dari dosa yang berat tetap ada dalam jiwa setelah perbuatan dosa telah tuntas. Noda ini tidak dihapuskan selain dengan tindak kepulangan kembali melalui rahmat yang terpulihkan kepada kecantikan jiwa yang tak bercela.” (Mons. Paul J. Glenn, A Tour of the Summa, hal. 162).
St. Robertus Bellarmnius, Tentang Konsili-Konsili, Buku 1, Bab 19 : “[Keutamaan para Paus pada konsili-konsili] terbukti dari Konsili Apostolik, dalam Kisah Para Rasul 15, di mana Hieronimus menegaskan bahwa Petrus telah memimpin, dalam sepucuk surat kepada Agustinus, yang merupakan surat 11 dari antara surat-surat Agustinus. Demikian pula, dari [konsili] yang satu itu, disimpulkan bahwa Petrus bangkit pertama, berbicara pertama, mendefinisikan perkaranya pertama dan semua orang, seturut perkataan Hieronimus, mengikuti posisinya.”
St. Louis de Montfort (1710): “Sewaktu St. Dominikus sedang mengkhotbahkan Rosario di kota Carcassone, seorang bidah mengolok-olok mukjizat-mukjizatnya dan kelima belas misteri dari Rosario, dan tindakannya ini menghambat para bidah yang lain untuk berkonversi. Sebagai hukumannya, Allah membiarkan lima belas ribu iblis untuk masuk ke dalam tubuh pria itu. Orang tuanya membawa sang bidah kepada Romo Dominikus untuk dibebaskan … Ia mulai berdoa dan ia memohon kepada semua orang yang berada di sana untuk mendaraskan Rosario secara lantang bersamanya, dan pada setiap Salam Maria, Bunda Maria mengusir seratus iblis dari pria tersebut, dan mereka pun keluar dalam bentuk batu bara panas yang berwarna merah.” (Rahasia Rosario, Mawar ke-10)
Paus St. Selestinus I (431): “ … berdoa agar iman dapat dikaruniakan kepada orang-orang kafir; agar para penyembah berhala dapat dibebaskan dari kesalahan-kesalahan akibat ketidaksalehan mereka; agar terang kebenaran dapat terlihat bagi orang-orang Yahudi, dan selubung hati mereka dapat diangkat; agar para bidah dapat diinsafkan melalui pemahaman iman Katolik; agar para skismatis dapat menerima semangat cinta kasih yang diperbarui ….”
St. Alfonsus (sekitar tahun 1755): “St. Agustinus berkata bahwa barang siapa tidak gigih menghindari kesempatan-kesempatan yang berbahaya akan segera jatuh ke tebing … Contohnya, yaitu Salomo yang celaka, seharusnya membuat kita semua bergidik. Ia pertama-tama sangat dikasihi Allah, dan bahkan diilhami Roh Kudus, namun akibat cinta akan wanita-wanita asing ia pada usianya yang lanjut dibawa ke dalam penyembahan berhala. Kejatuhannya ini pun seharusnya tidak mengejutkan; sebab, seperti yang dikatakan oleh St. Siprianus, mustahil adanya untuk berdiri di tengah lidah-lidah api tanpa menjadi terbakar.”
St. Yustinus Martir (155): “ ... mereka dituntun oleh kami ke suatu tempat di mana terdapat air, dan di sana, mereka dilahirkan kembali di dalam kelahiran kembali di mana kami sendiri juga dahulu dilahirkan kembali … dalam nama Allah … mereka menerima permandian dengan air. Sebab Kristus berkata, ‘Jika engkau tidak dilahirkan kembali, engkau tidak akan masuk ke dalam kerajaan Surga.’ Alasan untuk melakukan hal ini, kami telah mempelajarinya dari para rasul.”
“Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah.” (Lukas 16:18)
Santo Beda Venerabilis (sekitar tahun 720): “Sebagaimana segala hal yang berada dalam Bahtera diselamatkan dan segala hal yang berada di luarnya hanyut ketika banjir itu datang, demikian pula ketika semua orang yang telah sejak dahulu ditentukan untuk memperoleh kehidupan kekal telah masuk ke dalam Gereja, akhir dunia akan datang dan semua orang yang didapati berada di luar akan binasa.” (Hexaemeron)
Paus Leo XIII, (1896): “Tiada tanggung jawab yang lebih ditekankan secara mendesak oleh Kristus dan para Rasul-Nya, baik melalui prinsip maupun teladan daripada tanggung jawab untuk berdoa dan memohon kepada Yang Mahakuasa. Para Bapa dan Doktor di kemudian hari telah mengajarkan bahwa perkara ini menyangkut kebutuhan yang sedemikian besarnya, sehingga jika manusia lalai untuk melaksanakannya, sia-sia mereka mengharapkan kehidupan kekal. Setiap orang yang berdoa menemukan pintu yang terbuka … mintalah, carilah, ketuklah (Mt. 7:7).” (Fidentem piumque animum #2)
Mazmur 139:4 – “Bahkan sebelum ada sepatah kata pada lidahku, lihatlah, ya Tuhan, Engkau sudah mengetahui segalanya.”
“Pada satu malam sang sakristan melihat St. Thomas Aquinas sedang berdoa di dalam kapel dan melihatnya melayang beberapa kubit di udara. Sakristan itu mendengar suatu suara dari salib yang berbicara kepada Thomas, ‘Engkau telah menulis dengan baik tentang diri-Ku, Thomas, upah apakah yang hendak kauterima?’ ‘Hanya diri-Mu sendiri, ya Tuhan’, jawab orang kudus itu.”
“Paus Inosensius III (1215): “Jika seorang uskup pun lalai atau alpa dalam membersihkan diosesnya dari ragi bidah, maka sewaktu hal ini terlihat secara jelas tanpa dapat diragukan ia akan dimakzulkan dari jabatannya sebagai uskup dan di sana akan ditempatkan sebagai penggantinya seseorang yang layak yang hendak dan dapat memberantas kejahatan bidah.” (Konsili Lateran IV, Konstitusi 3)
^