^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Bidah-Bidah yang Menyingkapkan di dalam Buku Panduan Teologi Pra-Vatikan II dari Mgr. Van Noort
-Artikel orisinal diterbitkan pada tanggal 7 Oktober 2014-
Di dalam artikel ini:
Van Noort menolak dan mendefinisikan kembali kedua dogma yang berkaitan 1) Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan dan 2) Tanpa Iman Katolik Tidak Terdapat Keselamatan
Van Noort mengajarkan bahwa orang-orang pagan yang tidak percaya akan Kristus dan tidak memiliki iman Katolik dapat diselamatkan melalui “pembaptisan keinginan”
“Iman Katolik”, bukan hanya suatu iman “supernatural”, dibutuhkan untuk keselamatan
Para imam “tradisional” dan sedevakantis menekankan iman “supernatural” dan menyangkal dogma Katolik tentang perlunya iman “Katolik”
Buku Van Noort mengajarkan bahwa keselamatan tanpa iman Katolik dan Di Luar Gereja Katolik tidak dapat dikatakan sebagai jarang terjadi
Buku Van Noort mengajarkan bahwa “begitu banyak” orang non-Katolik sesungguhnya berada di dalam Gereja
Fakta-fakta ini kembali membuktikan bahwa para pendukung “pembaptisan keinginan” salah baik dalam hal doktrin maupun metodologi
Andaikata mereka konsisten, para pendukung modern dari “pembaptisan keinginan”/keselamatan di luar Gereja akan menganut agama Vatikan II
Para pendukung yang tegar terhadap “pembaptisan keinginan” serta keselamatan di luar Gereja sering kali mendasari argumen-argumen serta posisi-posisi mereka atas ajaran dari buku-buku panduan teologi yang diproduksi sebelum Vatikan II. Karena mereka menentang iman akan apa yang telah dikaruniakan oleh Yesus Kristus di atas St. Petrus serta para penerusnya, mereka cenderung mengikuti doktrin-doktrin manusia yang tidak diberikan perlindungan infalibilitas. Banyak pendukung “pembaptisan keinginan” sungguh berargumen dan percaya bahwa buku-buku panduan serta teks-teks teologi, jika dokumen-dokumen tersebut diproduksi oleh para imam yang “disetujui” dan/atau para uskup yang “berstatus baik” sebelum Vatikan II, pastinya aman dan mencerminkan ajaran Katolik yang benar. Mereka sangat salah. Mereka tidak mengerti apa yang merupakan dan apa yang bukan merupakan Magisterium., kapan Magisterium dilaksanakan, serta kapan Magisterium tidak dilaksanakan. Kecuali jika suatu buku panduan teologi sederhananya mengulangi apa yang telah diajarkan oleh Magisterium, kesimpulan-kesimpulan yang ditemukan di dalam buku tersebut tidak dilindungi atau dijamin oleh Magisterium. Di samping itu, kekuatan Magisterium tidak dilaksanakan sewaktu karya-karya semacam itu disetujui oleh para uskup, ataupun oleh para Paus di dalam suatu cara yang tidak khidmat atau tidak universal. Memang, artikel ini akan menunjukkan dengan amat jelas bagaimana salah satu dari buku-buku panduan teologi di masa kita dipenuhi dengan bidah modernis yang paling buruk.
Adalah suatu fakta yang menyedihkan bahwa hampir semua buku panduan teologi yang diproduksi pada dekade-dekade yang menuntun ke Vatikan II bersifat bidah dalam perkara keselamatan. Buku-buku tersebut tidaklah aman, tetapi luar biasa berbahaya dan merusak, sewaktu membahas perkara-perkara Pembaptisan serta dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan. Itulah persisnya mengapa para uskup di Vatikan II dengan sangat bersukarela menerima dokumen-dokumen tentang ekumenisme sesat, kebebasan beragama, dst. Para uskup tersebut tidak menjadi bidah dan indiiferentis religius secara tiba-tiba pada Konsili Vatikan II. Tidak. Hampir semuanya sudah menjadi bidah dalam perkara keselamatan jauh sebelum Vatikan II. Artikel ini akan membuktikan lebih lanjut kenyataan itu.
Buku yang akan kita diskusikan adalah karya dari Monsinyur Van Noort: Dogmatic Theology [Teologi Dogmatis], Volume II tentang Gereja Kristus. Buku ini populer di kalangan “tradisionalis”. Buku ini sering dikutip oleh para sedevakantis sebagai suatu uraian yang disebut-sebut aman dan bahkan otoritatif tentang ajaran Katolik sejati. Kenyataannya, banyak dari orang-orang yang tersesat ini, sewaktu mereka mengungkapkan metodologi mereka yang cacat, mengemukakan bahwa orang-orang Katolik tidak boleh mengutip atau menggunakan teks-teks dogmatis (pernyataan-pernyataan yang tertinggi dari Gereja). Tidak, menurut mereka, orang-orang harus sederhananya tunduk kepada dan mengikuti ajaran dari seorang teolog yang “disetujui” seperti Monsinyur Van Noort, dan menerima apa yang dikatakannya tentang ajaran Gereja. Beberapa dari para pendukung “pembaptisan keinginan” ini bahkan akan merujuk kepada Van Noort (serta orang-orang seperti dirinya) seolah-olah ajarannya mengakhiri perdebatan tentang suatu topik! Mereka sungguh tertipu, seperti yang akan kita lihat. Para bidah seperti Van Noort-lah yang meratakan jalan menuju Konsili Vatikan II yang murtad. Kenyataannya, hampir semua imam “tradisionalis” dan sedevakantis di masa kita, yang menganggap diri mereka tradisionalis anti-modernis sesungguhnya telah menganut pandangan tentang keselamatan yang sepenuhnya modernis, yang diungkapkan oleh para bidah sebelum Vatikan II.
[Catatan: karya Van Noort diterjemahkan dan direvisi oleh John J. Castelot, SS, STD, SSL & William R. Murphy, SS, STD. Karya ini diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh Newman Press pada tahun 1957. Karena edisi tahun 1957, yang direvisi oleh Castelot dan Murphy adalah volume yang pada umumnya dikutip dan digunakan oleh para “tradisionalis”, versi dari buku Van Noort inilah yang akan saya kutip dan komentari pada artikel ini. Volume II tidak menyebutkan secara khusus bagian, catatan, dst. mana yang ditambahkan oleh Castelot dan/atau Murphy pada revisinya. Prefasinya memang menyebutkan bahwa revisi-revisi dibuat kepada bab-bab yang membahas tentang Tubuh Mistis serta perlunya Gereja untuk keselamatan. Bagaimanapun, tidaklah jelas secara persis perkataan atau gagasan mana yang berasal dari para penyunting. Kemungkinan sebagian besar dari teksnya merupakan ajaran dari Van Noort, dengan catatan kakinya kemungkinan berasal dari para penyunting. Tetapi, karena edisi Castelot dan Murphy adalah edisi yang digunakan dan direkomendasikan dengan begitu seringnya, secara praktis tiada bedanya catatan, dst. mana yang mungkin telah ditambahkan oleh Castelot dan Murphy. Ajaran yang ditemukan di dalam buku yang ditulis oleh Van Noort, dan disunting oleh Castelot dan Murphy, adalah ajaran yang dipromosikan dan diterima oleh banyak orang “tradisionalis” sebagai ajaran Katolik yang ortodoks dan baik.]
Van Noort menolak dan mendefinisikan kembali kedua dogma yang berkaitan 1) Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan dan 2) Tanpa Iman Katolik Tidak Terdapat Keselamatan
Di sini, Van Noort menyatakan bahwa dogma yang telah didefinisikan secara khidmat, Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan, harus dimengerti untuk bermakna bahwa hanya seseorang yang berada di luar Gereja “oleh karena kesalahannya sendiri”-lah yang tidak dapat diselamatkan. Pernyataan itu adalah bidah dan modernisme. Dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan tidak mengajarkan bahwa hanya seseorang yang berada di luar Gereja “oleh karena kesalahannya sendiri”-lah yang tidak akan diselamatkan. Sebaliknya, dogma itu mengajarkan bahwa semua orang yang mati di luar Gereja tidak diselamatkan, dan semua orang yang mati tanpa iman Katolik tidak diselamatkan. Gereja telah memproklamasikan dogma ini dari Takhta St. Petrus kira-kira pada tujuh waktu yang berbeda. Rumusannya selalu sama. Tidak sekali pun Gereja mendefinisikan bahwa hanya seseorang yang berada di luar Gereja “oleh karena kesalahannya sendiri”-lah yang tidak dapat diselamatkan, seperti yang dinyatakan oleh Van Noort.
Seperti yang dilakukan secara lazim oleh para bidah, Van Noort telah mendefinisikan kembali dogma tersebut dengan suatu cara yang 1) tidak ditemukan di dalam suatu definisi dogmatis mana pun, dan 2) bertentangan dengan pernyataan-pernyataan dari definisi-definisi dogmatis. Pernyataan-pernyataan Van Noort menunjukkan bahwa ia adalah seorang musuh modernis dari iman, tanpa kesetiaan terhadap pernyataan-pernyataan Magisterial yang tertinggi, dan tidak memiliki pengertian tentang bagaimana pernyataan-pernyataan Magisterial itu harus diperlakukan. Berikut ajaran yang sesungguhnya dari Gereja, di dalam bentuknya yang telah didefinisikan dan tak dapat diubah.
Dogma-dogma harus dipercayai dan dipertahankan sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Gereja. Segala sesuatu yang lain adalah bidah.
Omong-omong, orang-orang yang percaya bahwa mereka dapat menyimpang dari dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan sebagaimana yang telah didefinisikan dan dinyatakan, berdasarkan pengertian mereka tentang beberapa pernyataan falibel dari Pius IX, orang-orang itu sangat tertipu. Beberapa pernyataan dari Pius IX itu, yang sering dikutip oleh para bidah tentang perkara ini, bahkan tidak ditujukan kepada Gereja universal. Pernyataan-pernyataan Pius IX itu tidak infalibel dan tidak memiliki bobot dibandingkan dengan definisi-definisi dogmatis yang telah disebutkan di atas. Di samping itu, para bidah menyalahgunakan, menyesatkan, dan menyalahartikan pernyataan-pernyataan falibel dari Pius IX itu dalam proses penyangkalan dogma. Gagasan bahwa semua definisi dogmatis tentang perkara ini harus dikesampingkan, dan bahwa semua masalahnya bertumpu atas pernyataan-pernyataan yang non-universal dan non-infalibel (dan disalahartikan) dari Pius IX adalah gagasan yang absurd. Pernyataan-pernyataan yang disalahartikan dan falibel dari Pius IX didiskusikan di dalam buku kami tentang keselamatan, dan kami berencana untuk membahas masalah ini dengan lebih rinci di dalam sebuah video di masa depan.
Van Noort mengajarkan bahwa orang-orang pagan yang tidak percaya akan Kristus dan tidak memiliki iman Katolik dapat diselamatkan melalui “pembaptisan keinginan”
Di sini, sang bidah Van Noort mengajarkan gagasan tentang iman yang implisit, dan bahwa seorang “pagan” dapat diselamatkan tanpa iman Katolik. Hal itu secara langsung bertentangan dengan dogma yang didefinisikan yang telah disebutkan oleh Konsili Florence (lihat di atas). Gereja secara spesifik mendefinisikan bahwa semua yang meninggal sebagai “pagan” binasa. (Omong-omong, untuk membantah secara terlebih dahulu tanggapan yang biasanya tidak jujur dalam perkara ini, kami akan menunjukkan apa yang jelas kepada orang-orang yang jujur: andaikata Van Noort tidak bermaksud bahwa orang itu adalah seorang pagan, maka ia tidak akan telah menggambarkan orang tersebut sebagai seorang pagan.) Van Noort mengabaikan persyaratan bahwa seorang individu harus mengenal Yesus Kristus dan memiliki iman Katolik untuk memperoleh keselamatan. Ia mengabaikan dogma tersebut karena ia bukan seorang Katolik. Hal ini membawa kita kepada suatu poin yang penting.
“Iman Katolik”, bukan hanya suatu iman “supernatural”, dibutuhkan untuk keselamatan
Para bidah yang menulis tentang perkara ini sering mengabaikan dogma bahwa seseorang harus memiliki IMAN KATOLIK untuk memperoleh keselamatan. Ingatlah, Gereja bukan hanya semata-mata menyatakan bahwa seseorang harus berada di dalam Gereja untuk memperoleh keselamatan. Gereja juga menyatakan bahwa seseorang harus memiliki iman Katolik untuk memperoleh keselamatan. Kedua kebenaran ini tidak terpisahkan, tentunya, tetapi pencermatan terhadap setiap aspek dari dogma ini menjadi penting untuk membantah para bidah. Para pendukung “pembaptisan keinginan” di masa kita mengabaikan dogma bahwa seseorang harus memiliki IMAN KATOLIK untuk memperoleh keselamatan sederhananya karena mustahil untuk memutarbalikkan pandangan mereka yang sesat ke dalam gaya bahasa yang sesuai dengan dogma bahwa tidak seorang pun diselamatkan tanpa iman Katolik. Karena pada akhirnya, bagaimanakah seseorang yang “pagan” (yang tidak percaya akan Yesus Kristus dan Allah Tritunggal) juga dapat memiliki iman Katolik? Bagaimanakah seorang pagan dan seorang Katolik berada di dalam Gereja dalam waktu yang sama? – Gereja yang, secara definisi, hanya memiliki SATU IMAN DAN SATU TUHAN? Hal itu sama sekali tidak masuk akal. Jadi, para bidah yang mendukung “pembaptisan keinginan” biasanya menghindari pernyataan-pernyataan dogmatis yang menyatakan bahwa seseorang harus memiliki iman Katolik untuk memperoleh keselamatan.
Para imam “tradisional” dan sedevakantis menekankan iman “supernatural” dan menyangkal dogma Katolik tentang perlunya iman “Katolik”
Tentang poin ini, sangatlah menarik untuk mempertimbangkan komentar-komentar dari para imam sedevakantis Anthony Cekada dan Donald Sanborn. Di dalam suatu diskusi teologi beberapa bulan lalu, mereka ditanyakan bilamana seorang ateis dapat diselamatkan. Orang yang mengajukan pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa pandangan mereka tentang “pembaptisan keinginan”, ketidaktahuan, keselamatan, dst., menurut beberapa kritik, mengharuskan mereka untuk percaya bahwa seorang ateis dapat diselamatkan. Sanborn, serta Cekada yang mengambil posisi yang sama, menolak. Ia menyatakan bahwa seorang ateis tidak dapat diselamatkan karena seseorang harus memiliki “iman supernatural” untuk diselamatkan, dan “iman supernatural” secara mutlak mengharuskan, setidak-tidaknya, kepercayaan akan Allah dan bahwa Ia adalah pemberi pahala. Sanborn menekankan bahwa kepercayaan di dalam kedua dogma tersebut (keberadaan Allah dan bahwa Ia adalah pemberi pahala) adalah apa yang secara mutlak diwajibkan untuk keselamatan, karena tanpa kepercayaan semacam itu, suatu tindakan iman tidak dapat dibuat.
Maka, menurut mereka, kewajiban untuk memiliki “iman supernatural“ (suatu kepercayaan bahwa Allah itu ada dan bahwa Ia adalah pemberi pahala) akan mengecualikan seorang ateis. Tetapi perhatikan apa yang tersingkap oleh pernyataan semacam itu. Pernyataan itu menyingkapkan bahwa posisi mereka tidak mengecualikan orang Yahudi, Muslim, dan banyak orang dari agama lain dari keselamatan: sebab orang-orang Yahudi, Muslim, dan banyak orang non-Katolik lainnya mengklaim bahwa mereka percaya bahwa Allah itu ada dan bahwa Ia adalah pemberi pahala.
Pendek kata, posisi mereka tentang “iman supernatural” menyangkal dogma bahwa iman “Katolik” adalah apa yang secara mutlak dibutuhkan untuk keselamatan. Maka, mereka menyimpang dari wahyu Yesus Kristus dan ajaran dogmatis Gereja Katolik tentang keselamatan.
Putra Allah menjadi manusia demi menebus dunia dan mewahyukan iman Katolik. Iman yang Yesus Kristus datang untuk wahyukan ini (iman “Katolik” atau iman Kristiani “universal”) bukan hanya semata-mata suatu kepercayaan bahwa 1) Allah itu ada dan 2) bahwa Ia adalah pemberi pahala. Tidak. Kebenaran-kebenaran tersebut diketahui di dalam Perjanjian Lama. Iman Katolik, yang Yesus Kristus datang untuk wahyukan, tentunya mengikutsertakan kebenaran-kebenaran itu (Ibrani 11:6). Tetapi iman itu juga mengikutsertakan, dalam komponen-komponennya yang paling sederhana, suatu kepercayaan akan Yesus Kristus dan Allah Tritunggal. Jika seseorang yang hendak diselamatkan tidak mengenal Yesus Kristus dan Allah Tritunggal, ia tidak dapat memiliki iman Katolik. Hal itu dibuat jelas di dalam Syahadat Atanasius yang dogmatis.
Seperti yang dapat kita lihat, ajaran dogmatis Gereja bukanlah, seperti yang diajarkan oleh Sanborn, Cekada, dan para bidah lain yang tidak terhitung jumlahnya, bahwa seseorang harus sederhananya percaya bahwa Allah itu ada dan bahwa Ia adalah pemberi pahala. Tidak. Seseorang yang hendak diselamatkan harus mengenal Yesus Kristus dan percaya akan Allah Tritunggal untuk memiliki iman Katolik dan diselamatkan.
Mereka menyangkal dogma tersebut. Mereka adalah modernis. (Kenyataannya, kedua pria tersebut sesungguhnya masih mengecam kesetiaan terhadap ajaran Gereja yang dogmatis, bahwa tidak seorang pun diselamatkan tanpa Sakramen Pembaptisan, sebagai “dosa berat”. Kenyataan bahwa Gereja Katolik secara dogmatis mengajarkan bahwa tidak seorang pun diselamatkan tanpa kelahiran kembali dari air dan Roh di dalam Sakramen Pembaptisan terbukti melalui kata-kata Yesus Kristus, Konsili Florence, dan banyak hal lainnya.
Kenyataannya adalah bahwa iman Katolik (iman sejati, supernatural, yang menyelamatkan akan Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Mahakudus) sesungguhnya hanya diterima pada Pembaptisan, seperti yang telah selalu diajarkan oleh Gereja. Itulah bagaimana seseorang diselamatkan “oleh iman”. Itulah mengapa tidak seorang pun dapat diselamatkan tanpa Pembaptisan.
Di samping itu, perhatikan bahwa di dalam wacana di atas, Van Noort mengajarkan bahwa seseorang dapat mencintai Allah dengan “segenap hatinya”, dan ingin melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keselamatan, dan masih tertinggal dalam ketidaktahuan akan Kristus. Gagasan bahwa Allah akan meninggalkan orang semacam itu dalam ketidaktahuan akan Kristus serta kebenaran-kebenaran yang esensial dari iman Katolik bertentangan adanya dengan ajaran eksplisit Yesus Kristus, serta posisi dari para bapa serta Doktor Gereja:
Buku Van Noort mengajarkan bahwa keselamatan tanpa iman Katolik dan Di Luar Gereja Katolik tidak dapat dikatakan sebagai jarang terjadi
Di sini, Van Noort, (atau salah satu dari para penyunting bukunya) membuat suatu pengakuan yang sangat penting. Ini adalah suatu poin yang telah kami buat berulang kali di masa lalu. Ia mengakui bahwa sekalinya seseorang mengambil posisi bahwa beberapa orang dapat diselamatkan tanpa iman Katolik (seperti yang telah diakui oleh buku Van Noort), maka, seseorang tidak dapat membatasi jumlah orang yang diselamatkan tanpa iman Katolik. Karena mereka telah membuka pintu terhadap pengecualian-pengecualian, mereka menjadi tidak memiliki dasar untuk menyatakan bahwa keselamatan tanpa iman Katolik dan di luar Gereja hanya “jarang kali” terjadi. Menurut buku Van Noort, keselamatan tanpa iman Katolik dan di luar Gereja dapat terjadi sering kali dan secara luas. Poin itu valid, dan berlaku kepada posisi dari semua pendukung “pembaptisan keinginan” dan “ketidaktahuan yang tidak teratasi” pada masa kita. Wahyu ilahi mengajarkan bahwa tiada seorang pun yang diselamatkan tanpa iman Katolik. Sekalinya anda menyimpang dari kebenaran itu, seperti yang dilakukan oleh buku Van Noort, lalu anda tidak memiliki dasar untuk menyatakan bahwa seorang pun atau sejumlah orang pun tidak memperoleh keselamatan. Sekalinya garis dan pembatas yang diwahyukan oleh Kristus, dan yang diajarkan secara dogmatis oleh Gereja, ditiadakan, tiada lagi tersisa batasan yang pasti.
Itulah mengapa Uskup Agung Lefebvre (yang berpegang kepada suatu posisi yang serupa) secara terbuka berkata bahwa orang-orang Yahudi, Animis, Muslim, dst. dapat diselamatkan. Itulah mengapa Uskup Donald Sanborn (yang berpegang kepada bidah modernis yang sama) secara eksplisit berkata bahwa “para pagan dan penyembah berhala” dapat diselamatkan. Posisi mereka mengharuskan mereka untuk berpendapat bahwa jiwa-jiwa dapat diselamatkan di dalam agama apa pun. Sebab sekalinya anda menyangkal kebenaran bahwa tidak seorang pun yang tidak memiliki iman Katolik dapat diselamatkan, anda telah memasuki teritori dari suatu ketidakpastian yang penuh. Hal ini seharusnya memberikan gambaran tentang mengapa versi modern dari bidah “pembaptisan keinginan” dan “ketidaktahuan yang tidak teratasi” sungguh menghancurkan iman dan jahat adanya.
Omong-omong, para bidah yang percaya bahwa posisi mereka tentang keharusan untuk memiliki iman “supernatural” secara pasti meniadakan orang-orang ateis dari keselamatan juga tidak konsisten dan tidak memiliki dasar; sebab Gereja bukan hanya semata-mata mengajarkan bahwa orang-orang ateis tidak dapat diselamatkan. Gereja mengajarkan bahwa tidak seorang pun yang meninggal tanpa iman Katolik dapat diselamatkan. Maka, jika mungkin terdapat pengecualian-pengecualian terhadap keharusan yang diwahyukan bahwa seseorang harus memiliki iman Katolik untuk memperoleh keselamatan, seperti yang mereka percayai, maka mungkin terdapat pengecualian-pengecualian terhadap keharusan yang diwahyukan bahwa seseorang harus percaya akan keberadaan Allah untuk memperoleh keselamatan. Jikalau satu keharusan yang diwahyukan (bahwa seseorang harus memiliki iman Katolik) tidaklah secara mutlak pasti tanpa pengecualian sama sekali, maka keharusan yang diwahyukan yang lain (bahwa seseorang harus percaya akan keberadaan Allah) juga tidak secara mutlak pasti. Maka, semua orang yang berpegang kepada pandangan “pembaptisan keinginan”, ketidaktahuan yang tidak teratasi yang telah dijelaskan lebih awal, dst., tidak berpendapat – dan hal ini akan terbukti jika mereka didesak – bahwa mungkin adanya bagi orang-orang ateis untuk memperoleh keselamatan.
Buku Van Noort mengajarkan bahwa “begitu banyak” orang non-Katolik sesungguhnya berada di dalam Gereja
Volume buku Van Noort memuat suatu pernyataan yang menyingkapkan terhadap suatu karya dari Monsinyur Ronald Knox. (Ronald Knox terkenal oleh karena terjemahannya untuk Alkitab Vulgata Latin).
Di sini, Van Noort (atau salah satu dari para penyunting bukunya) mengutip Ronald Knox, yang mengajarkan “begitu banyak” orang non-Katolik yang sesungguhnya adalah anggota Gereja. Posisi Knox tentunya sepenuhnya bidah. Jelas bahwa ia tidak percaya akan dogma keselamatan Gereja. Tetapi, perhatikan bahwa catatan di dalam buku Van Noort hanya tidak setuju dengan penggunaan istilah oleh Knox. Catatan ini mempermasalahkan deskripsi Knox tentang “begitu banyak” orang non-Katolik sebagai “anggota” dari Gereja. Tetapi, catatan itu tidak mempermasalahkan substansi dari ajarannya tentang perkara ini.
Menurut catatan di dalam buku Van Noort, “begitu banyak” orang non-Katolik tersebut tidak boleh diidentifikasikan sebagai “anggota”, melainkan, sebagai “berhubungan” dengan Gereja. Tetapi di dalam kasus ini, baik Knox maupun volume buku Van Noort mengajarkan bahwa “begitu banyak” orang non-Katolik dipersatukan kepada Gereja dan dapat diselamatkan tanpa iman Katolik. “Berhubungan” dengan Gereja adalah istilah modernis untuk “berada di dalam Gereja tanpa menjadi seorang anggota”.
Maka, konsisten dengan bidah yang didiskusikan di atas, bahwa keselamatan tanpa iman Katolik mungkin adalah sesuatu yang umum, catatan di dalam volume buku Van Noort tidak bertentangan dengan posisi Knox bahwa “begitu banyak” orang non-Katolik diselamatkan. Catatan itu bersesuaian dengan posisi Knox. Itu adalah suatu penolakan terhadap dogma Katolik yang telah didefinisikan tentang masalah tersebut.
Para bidah seperti Knox, Van Noort, serta para penyunting dari karyanya pada dasarnya tidak memiliki iman Katolik dan apostolik. Penyangkalan mereka yang bidah terhadap dogma keselamatan sungguh mengurangi dogma keselamatan menjadi suatu rumusan yang tidak bermakna. Mereka adalah perwujudan dari orang-orang yang tidak percaya serta para modernis yang meratakan jalan menuju kemurtadan Vatikan II. Memang, seharusnya jelas bagaimana teologi keselamatan pra-Vatikan II semacam itu (yang menurutnya “begitu banyak” orang yang tidak memiliki iman Katolik sungguh dapat berada di dalam Gereja Kristus) menjadi jembatan terhadap eklesiologi Vatikan II yang bidah. Dan posisi yang bidah tersebut, yang didukung di dalam buku-buku falibel sebelum Vatikan II yang “disetujui”, adalah apa yang dipegang atau diterima oleh semua pendukung “pembaptisan keinginan” serta “ketidaktahuan yang tidak teratasi” pada masa kita.
Fakta-fakta ini kembali membuktikan bahwa para pendukung “pembaptisan keinginan” salah baik dalam hal doktrin maupun metodologi
Fakta-fakta di dalam artikel ini menunjukkan kepada semua orang yang berkehendak baik bahwa para pendukung “pembaptisan keinginan”/keselamatan di luar Gereja melakukan kesalahan baik di dalam doktrin maupun metodologi. Di dalam konteks ini, istilah metodologi merujuk kepada bagaimana orang menggunakan data dan pernyataan-pernyataan dari ajaran Gereja. Perbedaan yang esensial antara kedua posisi tersebut (mereka yang percaya akan “pembaptisan keinginan”/keselamatan di luar Gereja dan mereka yang tidak) kemungkinan dengan amat baik didefinisikan oleh perbedaan dalam metodologi, sebab tidak seorang pun yang jujur dapat memperdebatkan bahwa terdapat suatu kontradiksi antara kata-kata yang nyata dari pernyataan-pernyataan dogmatis tentang keselamatan serta posisi yang dipegang oleh para pendukung “pembaptisan keinginan”/keselamatan bagi orang-orang non-Katolik. Revisi Van Noort terhadap dogma tersebut bahwa: tidak seorang pun diselamatkan tanpa iman Katolik… menjadi… hanya mereka yang, oleh karena kesalahan mereka sendiri, tidak memiliki iman Katolik ; dan revisinya terhadap dogma bahwa orang-orang pagan tidak dapat diselamatkan (Eugenius IV)… menjadi… orang-orang pagan yang mencintai Allah dengan segenap hati mereka dapat diselamatkan… adalah contoh-contoh yang jelas akan kontradiksi-kontradiksi antara definisi-definisi dogmatis dari Gereja dan ajaran dari para teolog yang “disetujui” di dalam dekade-dekade sebelum Vatikan II. Tetapi para pendukung “pembaptisan keinginan”/keselamatan di luar Gereja tidak memedulikan ketidakkonsistenan antara definisi-definisi dogmatis serta posisi mereka. Kontradiksi tersebut tidak mengkhawatirkan mereka karena mereka memiliki suatu metodologi yang berbeda: suatu metodologi yang tak beriman.
Menurut metodologi mereka, yang bukan metodologi yang diwahyukan oleh Kristus, orang-orang Katolik seharusnya tidak berpegang kepada (dan menggunakan) dogma-dogma yang dinyatakan dari Takhta St. Petrus sebagai penentu yang terakhir. Sebaliknya, menurut mereka, orang-orang Katolik harus menjadi penentu yang terakhir atas apa yang dikatakan oleh para teolog pra-Vatikan II yang “disetujui” tentang apa yang sungguh dimaksudkan oleh dogma itu, walaupun jika posisi tersebut menentang kata-kata yang sesungguhnya dari suatu definisi dogmatis yang dinyatakan dari Takhta St. Petrus. Interpretasi yang diberikan oleh para teolog yang “disetujui” tentang dogma tersebut oleh karena itu menjadi otoritas yang final dan terakhir tentang perkara tersebut. Seseorang dapat melihat bagaimana metodologi semacam itu menyimpang dari apa yang diinstitusikan oleh Kristus di dalam St. Petrus. Metodologi itu menyangkal, dan sesungguhnya membuat menjadi tidak berguna, perlindungan-perlindungan istimewa yang diberikan oleh-Nya kepada jabatan Kepausan.
Tujuan Yesus Kristus menginstitusikan Kepausan di atas St. Petrus adalah agar para Paus, yang dikaruniai dengan perlindungan infalibilitas yang istimewa, dapat mendefinisikan, sekali untuk sepanjang waktu, kebenaran dari Kristus tentang suatu perkara. Dengan berpegangan kepada dan dengan menggunakan apa yang telah didefinisikan oleh para Paus tanpa penyimpangan, orang-orang Katolik akan terbebas dari pendapat-pendapat manusia semata. Itulah ajaran Gereja tentang tujuan dan penggunaan dari pernyataan-pernyataan dogmatis.
Di sini, kita melihat Konsili Trente secara infalibel menyatakan bahwa kanon-kanonnya adalah tongkat pengukur bagi “semua orang” agar mereka, dengan menggunakan aturan iman tersebut, dapat mengenali dan membela kebenaran di tengah-tengah kegelapan. Tujuan dari definisi-definisi dogmatis sendiri adalah untuk memberikan suatu aturan yang dapat digunakan oleh semua orang Katolik demi menghindari dan mengutuk kesalahan serta opini-opini yang sesat dari manusia, yang selalu mengancam untuk mengganggu, terutama sewaktu orang-orang yang berada dalam posisi “otoritas” melakukan kesalahan atau jatuh dari iman. (Omong-omong, janganlah disesatkan oleh beberapa orang bidah tertentu yang mendukung “pembaptisan keinginan”, yang menyalahgunakan dekret disipliner yang, pada suatu waktu, mengharuskan Konsili Trente untuk disetujui oleh otoritas gerejawi. Dekret semacam itu sama sekali tidak berhubungan dengan perkara ini atau prinsip ini bahwa definisi-definisi dogmatis merupakan otoritas final, dan bahwa definisi-definisi dogmatis dapat dan harus digunakan oleh umat beriman. Kami mungkin akan menerbitkan sebuah artikel yang terpisah yang membantah kesalahan dari para bidah pendukung “pembaptisan keinginan” tentang perkara tersebut.)
Dengan menempatkan otoritas dan kepercayaan terakhir bukan dalam pernyataan-pernyataan magisterial dan dogmatis dari Gereja, melainkan di dalam apa yang dikatakan oleh orang-orang yang falibel tentang pernyataan-pernyataan tersebut, para pendukung “pembaptisan keinginan”/keselamatan di luar Gereja menyesatkan ajaran Kristiani tentang Kepausan dan menggantikannya dengan pandangan-pandangan falibel dari manusia. Di dalam prosesnya, mereka menyimpang dari iman akan Yesus Kristus dan menjadi mangsa dari opini-opini yang bidah dan sesat yang direkayasa oleh manusia. Mereka juga mengolok-olok dan menyangkal apa yang diinstitusikan oleh Kristus di dalam St. Petrus. Pendek kata, metodologi mereka adalah suatu ungkapan penghujatan yang tak beriman. Dampaknya yang menghancurkan terwujud dengan jelas oleh bagaimana mereka mengandalkan buku Van Noort yang bidah.
Andaikata mereka konsisten, para pendukung modern dari “pembaptisan keingian”/keselamatan di luar Gereja akan menganut agama Vatikan II
Di samping itu, andaikata mereka konsisten dalam hal penggunaan metodologi mereka (dan mereka kenyataannya tidak konsisten), para pendukung “pembaptisan keinginan”/keselamatan di luar Gereja akan tunduk kepada Vatikan II dan sekte pasca-Vatikan II. Hal itu disebabkan oleh karena para teolog yang “disetujui” di masa Vatikan II menerima Vatikan II. Para teolog “yang disetujui” mengidentifikasikan ajaran Vatikan II sebagai ajaran yang sejati dari Gereja Katolik. Menurut metodologi mereka sendiri, para pendukung “pembaptisan keinginan” sama sekali tidak memiliki urusan untuk mengandalkan “interpretasi pribadi” diri mereka sendiri dari dekret-dekret magisterial dari masa lalu atau ajaran Gereja dan menolak apa yang dikatakan oleh para teolog yang “disetujui” dari Vatikan II tentang pengertian yang tepat tentang masalah-masalah ini. Kenyataannya, pandangan mereka yang bodoh akan meniadakan kemungkinan terjadinya suatu Kemurtadan Besar atau bahkan kesalahan teologis yang merajalela atau beredarnya kesalahan-kesalahan atau bidah secara perlahan dan sistematis seperti yang telah kita lihat selama berdekade-dekade sampai Vatikan II. Pandangan mereka yang bodoh itu akan menganggap mustahil krisis-krisis (seperti Krisis Arian) yang telah kita lihat di dalam sejarah Gereja; sebab di dalam periode mana pun di mana terjadi kesalahan teologis yang tersebar luas – walaupun Allah tidak akan mengizinkan kesalahan-kesalahan diajarkan oleh seorang Paus sejati dari Takhta St. Petrus – opini-opini serta doktrin-doktrin yang sesat akan “disetujui” oleh banyak orang yang pada suatu waktu berpegang kepada posisi-posisi otoritas di dalam Gereja. Karena orang-orang harus berpegang kepada pandangan yang “disetujui”, terutama jika pandangan tersebut menjadi disetujui “secara umum” pada suatu waktu, dan tidak mengandalkan penggunaan mereka atas pernyataan-pernyataan dogmatis yang infalibel, mereka akan selalu harus mengesampingkan pandangan diri mereka sendiri tentang pernyataan-pernyataan dogmatis dan menerima atau tunduk kepada kesalahan atau bidah yang “disetujui”.
Kenyataan-kenyataan dari artikel ini, yang menyingkapkan bidah-bidah yang menghancurkan iman di dalam buku Van Noort pra-Vatikan II, adalah suatu contoh yang jelas betapa metodologi mereka dapat menimbulkan bencana. Posisi mereka sesat dan mereka tidak memiliki iman sejati.
Terimakasih atas artikelnya, saya semakin mengerti perjalanan kerajaan raja salomo
Novriadi 3 mingguBaca lebih lanjut...Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – memang benar bahwa orang hendaknya mengasihi orang lain dan menjaga ciptaan Allah. Namun, yang terutama, kita pertama-tama harus mengasihi/mencintai Allah. Sangat amat penting pula, terutama pada zaman kita,...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – Misteri Terang itu datangnya dari Yohanes Paulus II. Dia ini seorang Anti-Paus dan pemurtad masif. Rosario orisinal yang diberikan oleh Santa Perawan Maria adalah 15 dekade dengan Misteri-Misterinya...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...peristiwa terang kenapa tidak ada dalam pembahasan artikel ini?
devie 4 bulanBaca lebih lanjut...Allah Maha Besar melalui Putranya Yesus Kristus dan Bundanya Maria ..Melakukan muzizat menunjukan Betapah Besarnya dan Baiknya Allah..Kita manusia harus berbuat baik satu dengan yang lain dan alam sekitar serta...
fidelis Budi Suryanto 4 bulanBaca lebih lanjut...Are the FSSP and SSPX right on the sacraments?
Petrus Fiter Panco 4 bulanBaca lebih lanjut...Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 6 bulanBaca lebih lanjut...