^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Para Paus Melawan Islam
Saya ingin membahas tentang para Paus melawan Islam. Kami memiliki kutipan-kutipan baru yang amat menarik untuk dipertimbangkan, yang menunjukkan seperti apa pandangan Gereja Katolik itu tentang agama sesat Islam, dan kutipan-kutipan ini terutama relevan karena kita selalu melihat para Anti-Paus Vatikan II membuat pernyataan-pernyataan sehubungan dengan para Muslim dan agama Islam yang sama sekali bertentangan dengan apa yang diajarkan Gereja Katolik tentang hal tersebut.
Salah satu kutipan yang saya akan diskusikan sangatlah penting sehubungan dengan beberapa poin, dan satu definisi dogma. Saya juga akan membantah sebuah penolakan yang populer yang dibuat oleh para pembela gereja Vatikan II sehubungan dengan ajaran sesat serta bidah yang besar di dalam Vatikan II.
Rangkuman:
Lumen Gentium tentang Islam & surat Paus St. Gregorius VII kepada seorang pemimpin Muslim
Kami telah menunjukkan bahwa salah satu dari bidah utama Vatikan II adalah bahwa para Muslim bersama kita bersujud menyembah Allah yang Tunggal dan Maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat. Hal tersebut diajarkan di dalam Vatikan II, di dalam Lumen Gentium #16. Tentunya pernyataan itu adalah bidah, karena orang-orang Muslim menolak Allah Tritunggal, mereka menolak Yesus Kristus, mereka tidak menyembah Allah yang sama dengan orang Katolik. Allah orang Muslim bukanlah Allah sejati. Di samping itu, kutipan di dalam Lumen Gentium berkata bahwa mereka bersujud menyembah Allah yang akan menghakimi manusia pada akhir zaman. Pernyataan tersebut sungguh amat sesat dan nista, karena adalah suatu dogma bahwa Yesus Kristus akan datang kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati, maka kita melihat di sini suatu penyangkalan yang spesifik terhadap Yesus Kristus, Allah sejati.
Nah, untuk menanggapi hal ini, banyak dari pembela sekte Vatikan II yang mencoba untuk membawa-bawa suatu kutipan dari Paus Gregorius VII. Mereka mengutip surat dari Paus St. Gregorius VII ini yang ditulisnya kepada seorang raja Muslim dari Mauritania di sekitar tahun 1076. Mereka mengklaim bahwa surat ini juga menunjukkan bahwa para Muslim dan Katolik bersama-sama menyembah Allah yang sama. Saya akan mengutip surat ini dan menanggapinya, untuk menunjukkan mengapa argumen ini tidak benar.
Pertama-tama, sehubungan dengan surat ini, yang dapat ditemukan di dalam Migne, Latin Fathers [Bapa-Bapa Latin], Volume 148, ini adalah sepucuk surat dari Paus Santo Gregorius VII kepada seorang penguasa Muslim yang bernama Al-Nasir yang memerintah di daerah yang pada zaman ini merupakan negara Aljazair. Sang penguasa Muslim ini bukanlah seorang penguasa Muslim yang lazim, ia tidak seperti penguasa Muslim lain dari periode tersebut. Jelas, para penguasa Muslim biasanya sangat anti-Kristiani, dan para pemimpin Katolik sering berperang melawan mereka. Tetapi, walaupun penguasa Muslim ini bukan seorang Katolik, ia telah meminta didatangkannya para pastor bagi orang-orang Kristiani di daerah kekuasaannya. Jadi ini adalah hal yang sangat tidak biasa bagi seorang penguasa Muslim. Ia benar-benar ingin dan berkehendak untuk membantu orang-orang Kristiani di daerahnya dengan menghadirkan lebih banyak imam Katolik bagi mereka. Maka, kenyataan ini agaknya menjelaskan nada bicara Sri Paus di dalam suratnya itu.
Saya kira Paus Santo Gregorius VII berupaya untuk berbicara dengan kata-kata yang mendamaikan, bukan hanya karena sang penguasa Muslim ini menunjukkan kasih alami yang lebih besar terhadap orang-orang Katolik/Kristiani di daerahnya, tetapi juga, Sri Paus mencoba untuk membuka hati sang penguasa Muslim tersebut agar ia daoat berkonversi. Supaya tidak ada orang yang berpikir bahwa Paus St. Gregorius VII tidak percaya akan dogma bahwa orang-orang non-Katolik yang meninggal sebagai non-Katolik tidak diselamatkan dan bahwa semua orang yang meninggal sebagai Muslim binasa, ada sebuah buku yang ditulis tentang Paus Gregorius VII oleh Herbert Edward Cowdrey, pada halaman 494, sang penulis yang liberal ini berkata: “Pernyataan Gregorius pada tahun 1084 bahwa agama Saracen tidak berguna untuk keselamatan .…” Maka, ia membuat suatu rujukan kepada suatu pernyataan lain yang dibuat oleh Paus St. Gregorius VII sehubungan dengan para Muslim di masa itu, di mana ia berkata dengan sangat jelas bahwa orang-orang Muslim tidak dapat diselamatkan.
Nah, di dalam surat yang satu ini, Paus St. Gregorius VII berkata demikian :
Maka, para pembela kemurtadan Sekte Vatikan II dan dokumen-dokumen Vatikan II mengklaim: Lihat kan? Ada seorang Paus pra-Vatikan II yang mengajarkan bahwa para Muslim menyembah Allah yang satu dan sejati. Tidak, argumen itu tidak benar, sebab jika anda melihat secara hati-hati apa yang dikatakannya, Gregorius menyatakan bahwa kita berdua percaya dan mengakui. Ya, mereka memang mengklaim bahwa mereka percaya dan mengakui satu Allah. Mereka bukan politeis. Tetapi, ia tidak berkata bahwa mereka percaya dan mengakui Allah yang sejati, atau bahwa mereka percaya, dan bersama kita, menyembah Allah yang satu dan sejati. Ia berkata bahwa mereka percaya akan satu allah. Hal tersebut adalah suatu pernyataan yang benar.
Di samping itu, perbandingan antara surat ini dengan ajaran sesat Lumen Gentium adalah suatu upaya yang, secara mendasar, cacat, sebab sepucuk surat sangat amat berbeda daripada suatu pernyataan doktrinal, suatu hal yang dianggap-anggap sebagai konstitusi dogmatis dari Gereja, suatu kategori yang orang anggap mencakup Lumen Gentium. Maka, suatu hal dapat dikatakan di dalam surat oleh seorang Paus yang tidak secara pasti memiliki ketepatan atau perhatian yang akan diberikan di dalam penulisan suatu pernyataan dogmatis, tentunya, atau suatu pernyataan Magisterial, atau pernyataan di dalam konsili ekumenis. Maka, Paus Gregorius mengatakan hal itu di dalam konteks untuk mencoba agar ia terdengar baik kepada penguasa Muslim ini, seorang penguasa Muslim yang jauh lebih pengasih dalam tatanan kodrati, yang tidak begitu berkehendak buruk seperti para Muslim anti-Katolik lainnya, dan mencoba untuk membuka hatinya, serta membuat situasi bagi orang-orang Kristiani di daerahnya itu jauh lebih baik. Sri Paus akan menyatakannya dengan kata-kata yang sehalus mungkin. Ia berkata, mereka memang mengakui satu allah, hal itu adalah suatu fakta. Mereka mengaku diri percaya akan satu allah. Sedangkan Vatikan II, ini adalah suatu pernyataan resmi dari kepercayaan mereka, dan Vatikan II menyatakan suatu hal yang berbeda. Jika dipikirkan secara berhati-hati, Vatikan II mengatakan bahwa kaum Muslimin dan Katolik, bersama-sama bersujud menyembah Allah yang satu dan sejati, hakim umat manusia pada akhir zaman. Hal tersebut pada dasarnya tidak masuk akal.
Maka, pernyataan dari Paus St. Gregorius VII ini sama sekali tidak membuktikan bahwa ajaran Vatikan II tidaklah bidah. Pernyataan tersebut tidak membenarkan ajaran Vatikan II. Pada dasarnya, ini adalah suatu argumen yang salah, dan hal ini pun dipastikan lebih lanjut oleh kutipan-kutipan yang akan saya bahas, dan terutama satu kutipan tentang para Muslim.
Sebelum saya membahas hal tersebut, saya akan mengulangi bahwa jika ajaran Vatikan II tentang para Muslim yang disebut-sebut menyembah Allah yang satu dan sejati itu benar, maka artinya adalah bahwa semua kelompok yang mengaku-ngaku menyembah satu Allah, walaupun kelompok tersebut menyangkal Allah Tritunggal, mereka pun menyembah Allah yang sejati. Tentunya, pandangan semacam itu konyol. Misalnya, kaum Okultis dan Satanis yang berkata bahwa Lucifer adalah allah mereka dan allah mereka yang tunggal. Menurut logika semacam itu, seseorang harus mengakui bahwa mereka menyembah Allah yang satu dan sejati karena mereka menyembah satu allah. Tetapi, pandangan semacam itu tentunya adalah suatu gagasan yang fasik. Hal yang sama berlaku bagi para Muslim yang menolak Allah Tritunggal.
Islam adalah sekte satanik yang keji
Di dalam buku-buku kami, kami telah mengutip beberapa pernyataan yang sangat menarik yang melawan Islam dari para Paus. Contohnya, kami telah mengutip Paus Eugenius IV dari Konsili Basel di tahun 1434 yang memastikan ajaran tersebut. Tidak seluruh bagian dari Konsili Basel mengikat, tetapi beberapa dari sesi awalnya mengikat, termasuk pernyataan berikut:
Jadi, ajaran Gereja adalah bahwa Islam adalah suatu sekte yang keji. Islam adalah hal yang menjijikkan di hadapan Allah. Ingatlah hal tersebut sembari kita terus melihat kutipan-kutipan ini dan apa yang dikatakan oleh para anti-Paus Vatikan II tentang Islam.
Kami lalu mengutip Paus Kalikstus III yang berkata:
Menurut Paus Kalikstus III, Islam adalah sekte iblis: pernyataan ini berarti bahwa Islam berasal dari Setan.
Kami juga mengutip St. Thomas Aquinas di dalam Summa Theologica, yang berkata:
Jelas, sama sekali tidak ada rasa hormat terhadap agama sesat tersebut: Gereja Katolik sama sekali menolak agama sesat itu.
Orang-orang Muslim itu pagan
Sejarah Gereja berkata di dalam banyak sumber bahwa para Muslim hampir selalu disebut sebagai infidel, yang berarti orang-orang kafir. Tetapi, saya baru-baru ini menemukan suatu kutipan yang amat menarik dari seorang Paus yang menunjukkan bahwa orang-orang Muslim bukan hanya orang kafir, tetapi sebenarnya mereka juga pagan. Pentingnya hal ini menjadi dua kali lipat: pertama-tama, karena jika para Muslim memang pagan, maka hal itu dengan sendirinya membuktikan bahwa mereka tidak dapat menyembah Allah yang satu dan sejati. Kenyataan itu sangat menghancurkan mereka yang membela ajaran Vatikan II, bahwa para Muslim menyembah Allah yang satu dan sejati, sebab tentunya, orang-orang pagan tidak menyembah Allah yang satu dan sejati.
Kedua, kenyataan itu penting karena di dalam definisi yang lengkap dari Paus Eugenius IV tentang dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan, ia berkata bahwa semua orang yang berada di luar Gereja, seperti orang-orang pagan, Yahudi, dan bidah, dan skismatis akan masuk ke dalam api yang abadi, jika sebelum mereka meninggal, mereka tidak dipersatukan ke dalam Gereja. Beberapa orang telah bertanya: tergolong kategori yang mana orang-orang Muslim itu, dari antara orang-orang yang berada di luar Gereja yang usianya di atas usia akal? Dalam satu sisi, pertanyaan ini tidak terlalu penting, sebab surat bulla tersebut lalu menyatakan dengan jelas bahwa tidak seorang pun yang berada di luar Gereja dapat diselamatkan, tetapi sewaktu kita menunjukkan bahwa orang-orang Muslim itu pagan, kita dapat melihat bahwa mereka tergolong kategori orang-orang yang pertama, yakni, orang-orang pagan.
Berikut kutipannya, yang menyatakan bahwa orang-orang Muslim itu pagan. Kutipan ini berasal dari Dr. Ludwig Pastor, History of the Popes [Sejarah para Paus], Volume 2, hal. 400.
Maka, Paus Kalikstus memerintahkan dirayakannya Missa contra paganos, yang berarti Misa melawan orang pagan, yang merujuk kepada orang-orang Turki serta invasi yang dilakukan oleh orang Turki. Tentunya pernyataan itu mengacu kepada orang-orang Muslim, Maka, orang-orang Muslim itu pagan. Dan kejadian itu berlangsung hanya sekitar 15 tahun setelah Konsili Florence, dan Paus Eugenius IV serta definisi dogmatis yang merujuk kepada orang-orang pagan. Maka, kita dapat melihat pandangan Gereja pada waktu itu: pemahaman Gereja adalah bahwa para Muslim tergolong orang-orang pagan karena mereka tidak menyembah Allah yang sejati. Mereka menyembah ilah yang sesat. Orang-orang pagan tidak menyembah Allah yang sejati.
Kenyataannya, jika anda melihat sejarah atau asal kata tersebut, kata pagan berasal dari bahasa Latin, paganus, asal kata pagani, yakni orang-orang yang tinggal di pedesaan. Ini adalah sebutan untuk orang-orang desa yang tetap kafir dan terus menyembah ilah-ilah sesat mereka dari daerah yang tadinya merupakan bagian dari Kekaisaran, setelah kota-kotanya menjadi kota-kota Kristiani. Maka, pagani merujuk kepada orang-orang yang terus menyembah ilah-ilah sesat, dan bukan orang-orang yang menyembah Allah yang sejati.
Istilah tersebut seharusnya membuktikan dengan sendirinya bahwa orang-orang pagan tidak menyembah Allah yang sejati. Maka, jika menurut ajaran Gereja, orang-orang Muslim adalah orang-orang pagan (demikianlah benak Gereja), mereka tentunya tidak menyembah Allah yang sejati. Maka kenyataan ini semakin memperjelas betapa sesat dan penuh hujatnya ajaran Vatikan II itu, dan ajaran yang konsisten dari Vatikan II bahwa para Muslim, bersama kita, bersujud menyembah Allah yang tunggal dan sejati, dan seterusnya.
Pius II vs para Anti-Paus Vatikan II tentang para Muslim
Terdapat pula beberapa kutipan baru yang menarik yang hendak saya bagikan, yang semakin memperjelas ajaran Gereja tentang agama sesat Islam. Pada tanggal 12 April 1462, Paus Pius II memberikan suatu sambutan dalam rangka acara prosesi kepala St. Andreas, dan ia berkata:
Paus Pius II menyebut orang-orang Turki tidak bertuhan.
Paus yang sama, pada tanggal 26 September 1459 memberikan suatu sambutan di mana ia mengatakan hal ini (ini adalah suatu kutipan yang amat menarik):
Pius II menyebutkan kekejian-kekejian Mahometan (tindakan-tindakan serta ibadat agama mereka). Betapa berbedanya pernyataan ini dengan ajaran para anti-Paus Vatikan II, dan bahkan di dalam ajaran Vatikan II sendiri!
Misalnya, di dalam Nostra Aetate #3, suatu pernyataan lain dalam Vatikan II tentang orang-orang Muslim. Vatikan II berkata bahwa Gereja memandang orang-orang Muslim dengan rasa hormat. Lalu, Vatikan II kembali mengatakan bahwa mereka menyembah Allah yang satu dan sejati, Allah yang Esa, yang hidup dan subsisten. Lalu, kembali dikatakan bahwa mereka berupaya untuk tunduk dengan segenap hati kepada ketentuan-ketentuan-Nya, sama seperti Abraham ... tunduk kepada Allah. Vatikan II berkata:
Pernyataan ini disebut-sebut sebagai ajaran resmi gereja Vatikan II, dan kita melihat seorang Paus sejati yang secara benar menyatakan bahwa hal-hal semacam itu adalah kekejian-kekejian Mahometan dan bahwa Muhammad adalah seorang nabi palsu.
Suatu kutipan lain yang menarik berasal dari Paus yang sama pada tanggal 13 Oktober 1487. Ia menerbitkan sepucuk surat bulla yang mengundang semua pangeran Kristiani kepada suatu Kongres, di mana ia berkata:
Maka, ia menyebut Islam dan nabi palsunya sebagai naga yang berbisa. Jika kita membandingkan pernyataan ini dengan perkataan para anti-Paus Vatikan II, misalnya, Benediktus XVI di dalam sambutannya, 22 September 2006, berkata:
Maka, ia berkata bahwa Nostra Aetate bukan hanya menghormati para Muslim, tetapi juga menghormati agama sesat itu sendiri. Ia berkata bahwa rasa hormat terhadap agama sesat ini diajarkan di dalam Vatikan II. Dan ia mengatakan bahwa ia menghormati agama yang telah dikatakan oleh para Paus sebagai sekte iblis, yang berarti berasal dari Setan, keji, yang berarti menjijikkan di hadapan Allah, tidak bertuhan, dan yang dibawakan kepada kita oleh seorang nabi palsu yang disebut sebagai naga.
Anti-Paus Benediktus XVI tentang Islam
Di dalam Audiensi Umumnya, 20 September 2006, Benediktus XVI kembali mengungkapkan “rasa hormat saya yang mendalam untuk agama-agama yang agung, dan terutama untuk para Muslim, yang menyembah Allah.”[7] Di dalam Truth and Tolerance [Kebenaran dan Toleransi], 2004, hal. 204, ia berkata tentang Islam, “dengan semua keagungan yang dilambangkannya.”[8]
Di dalam sambutannya kepada para perwakilan Islam, 20 Agustus 2005, ia berkata:
Kutipan ini menarik karena mereka menyebut para Muslim sebagai umat beriman. Mereka justru sebaliknya, mereka itu infidel, yang berarti tidak beriman. Sebutan tersebut selalu diberikan kepada mereka, kecuali jika mereka diberikan sebutan yang lebih buruk, misalnya pagan, dsb. Maka, mereka berkata bahwa mereka percaya dan bukan bahwa mereka tidak percaya. Ia juga berkata tentang para Muslim dan tanggung jawab mereka dalam pembentukan orang-orang di dalam kepercayaan Islamik. Ini sungguh suatu kemurtadan.
Benediktus XVI dan Katekese-nya, 24 Agustus 2005, berbicara tentang “rasa hormat untuk berbagai tradisi rohani agung yang lain. Islam memiliki tempat yang khusus di antara mereka.”[10] Maka, ia menghormati Islam.
Di dalam pidatonya di mana ia meminta maaf atas komentarnya terhadap Islam, pada bulan September 2006, Benediktus XVI berbicara tentang “ pandangan pribadi saya akan Al-Quran, yang untuknya saya memiliki rasa hormat kepada kitab suci suatu agama yang agung.”[11] Kitab suci suatu agama yang agung! Agama yang disebut oleh para Paus sebagai sekte iblis, yakni, berasal dari Setan.
Saya membahas beberapa kutipan ini karena kutipan tersebut mengandung bidah tentang Islam, dibandingkan dengan ajaran-ajaran Paus yang melawan Islam. Perbandingan ini memberikan suatu kontras yang begitu jelas sehingga anda dapat mengalahkan seorang pembela Vatikan II hanya dengan membatasi diri anda kepada bukti tentang hal ini. Anda dapat membantah seorang pembela para anti-Paus Vatikan II hanya dengan menunjukkan fakta-fakta ini tentang Islam.
Benediktus XVI tentunya berdoa di dalam mesjid menghadap Mekkah seperti para Muslim, yang menunjukkan bahwa ia menerima agama mereka dan pada dasarnya berpartisipasi di dalam agama sesat mereka. Kejadian itu berlangsung sekitar bulan Desember 2006. Di dalam Sambutan Angelus-nya, 22 Oktober 2006, ia menyelamati dan memberi salam pada dasarnya kepada semua orang Muslim di seluruh dunia yang merayakan puasa Ramadan. Maka, pada dasarnya ia mendukung mereka di dalam agama sesat mereka.
Lalu, tentunya kita memiliki seluruh pernyataan dan tindakan para Anti-Paus dari Yohanes Paulus II. Ia pergi ke mesjid, sama persis seperti Benediktus XVI. Ia memberikan pesan kepada Sheikh “Agung” Muhammad pada bulan Februari 2000. Ia berterima kasih kepada orang-orang yang mengembangkan budaya Islamik:
Suatu budaya yang satanik, menurut Gereja Katolik.
Yohanes Paulus II, pada tanggal 21 Maret 2000 meminta St. Yohanes Pembaptis untuk melindungi Islam. Ia mengatakan berulang kali bahwa para Muslim menyembah Allah, bahwa kita percaya akan Allah yang sama, dsb., dsb. Jadi, hal ini memberikan contoh-contoh yang tidak terpungkiri akan kemurtadan dan bidah, bukan hanya di dalam Vatikan II, tetapi juga di dalam ajaran resmi dari para anti-Paus Vatikan II.
Paus-Paus lain tentang Islam
Saya hanya ingin memberikan beberapa kutipan lain dari para Paus. Misalnya, kami telah mengutip di dalam materi kami Paus Klemens V di Konsili Vienne, yang berbicara tentang betapa memalukannya bahwa para pengikut Islam, orang-orang Saracen:
Tentunya, hal tersebut berasal dari zaman yang lain, di mana Gereja Katolik dan para pangeran Katolik memiliki kuasa untuk menghentikan tindakan semacam itu, bagaimanapun, hal itu menunjukkan apa yang dikatakan dan dipikirkan oleh para Paus dan Konsili Vienne tentang agama sesat tersebut.
Lalu kita melihat Paus Benediktus XIV di dalam ensikliknya Quod Provinciale, 1 Agustus 1654, di mana ia berkata bahwa nama orang Turki atau Mahometan tidak boleh diberikan kepada anak-anak ataupun orang dewasa di dalam Pembaptisan. Ia menyatakannya dengan begitu kuat, bahwa ini adalah suatu masalah besar, jika seseorang memberikan sebuah nama orang Turki atau Mahometan kepada anaknya, kepada seorang Katolik mana pun. Ia berkata:
Kesimpulan
Tidak ada sedikit pun rasa hormat kepada Islam dari seorang Katolik, para Paus, dan Gereja: agama sesat itu sangat tidak dihormati. Kami, tentunya, mengharapkan konversi para Muslim. Kami menginginkan, dalam kasih, agar mereka mengetahui kebenaran, dibaptis, dan berkonversi, tetapi agama mereka itu jahat. Orang-orang yang berada di dalamnya berada di dalam kegelapan, dan Gereja mengutuk agama tersebut. Gereja tidak menghormatinya.
Maka, ini adalah salah satu dari bidah-bidah yang terjelas yang tidak dapat dibela dari gereja Vatikan II, yang sama sekali tidak terelakkan. Kita harus mengingat kutipan-kutipan tersebut dari para Paus untuk kemudian hari jika Benediktus XVI membuat suatu pernyataan atau tindakan sehubungan dengan Islam. Dan seperti yang telah kita lihat, sama sekali tidak terdapat pembenaran di dalam bidah yang diajarkan oleh Vatikan II di dalam suart dari Paus Santo Gregorius VII. Surat tersebut tidak mengajarkan hal yang setara dengan apa yang diajarkan oleh Vatikan II, konteksnya amat berbeda. Orang yang ditujukannya harus dipertimbangkan; itu adalah sebuah surat, dan bukan pernyataan dogmatis.
Catatan kaki:
[1] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol.1, hal. 429.
[2] Von Pastor, History of the Popes {Sejarah Para Paus}, II, 346; dikutip oleh Warren H. Carroll, A History of Christendom {Sejarah Kekristenan}, Vol. 3 (The Glory of Christendom {Keagungan Kekristenan}), Front Royal, VA: Christendom Press, hal. 571.
[3] St. Thomas Aquinas, Summa Theologica, Bag. II-II, Pertanyaan 12, Artikel 1, Penolakan 2.
[4] Dr. Ludwig Pastor, History of the Popes [Sejarah Para Paus], Volume 3, hal. 260.
[5] Dr. Ludwig Pastor, History of the Popes [Sejarah Para Paus], Volume 3, hal. 80-81.
[6] L’Osservatore Romano, 3 Januari 2007, hal. 7.
[7] L’Osservatore Romano, 27 September 2006, hal. 11.
[8] Benediktus XVI, Truth and Tolerance (Christian Belief and World Religions) {Kebenaran dan Toleransi (Kepercayaan Kristiani dan Agama-agama Dunia)}, Ignatius Press, 2004, hal. 204
[9] L’Osservatore Romano, 24 Agustus 2005, hal. 9.
[10] L’Osservatore Romano, 31 Agustus 2005, hal. 11.
[11] http://www.vatican.va/holy_father/benedict_xvi/speeches/2006/september/documents/hf_benxvi_spe_20060912_university-regensburg_en.html#_ftn3
[12] L’Osservatore Romano, 1 Maret 2000, hal. 5. Versi Bahasa Inggris.
[13] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol.1, hal. 380.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...