^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Apakah Sekte Vatikan II adalah Pelacur Babel yang Dinubuatkan di dalam Kitab Wahyu?
Wahyu di Vatikan Sekarang (1 jam 49 menit)
Foto: Vatikan, para Kardinal (mengenakan warna merah kirmizi), dan para Uskup (mengenakan warna ungu)
Tidak satu pun dari poin-poin di sini diperlukan untuk membuktikan bahwa Sekte Vatikan II dan para Anti-Pausnya tidaklah Katolik. Bukti doktrin yang telah disingkap di sepanjang buku ini telah membuktikannya secara rinci. Tetapi, poin-poin berikut menarik dan memperjelas, karena mereka membantu untuk menjelaskan lebih lanjut alasan krisis yang besar ini terjadi, dan apa yang harus dilakukan untuk menanggapinya.
Bab 17 dan 18 dari Kitab Wahyu memberikan nubuat-nubuat yang mencolok tentang seorang ‘pelacur besar’, atau ‘Pelacur Babel’, yang akan muncul pada hari-hari terakhir dari kota yang berada di atas tujuh gunung. Roma dibangun di atas tujuh gunung {bukit}. Itulah mengapa di sepanjang sejarah, Roma telah diidentifikasikan sebagai kota di atas tujuh gunung yang disebutkan di dalam Kitab Wahyu.
Ketujuh bukit kota Roma: Aventino, Celio, Capitolino, Esquilino, Palatino, Quirinale, Viminale
Berdasarkan hal ini, para Protestan di sepanjang abad telah menuduh Gereja Katolik sebagai Pelacur Babel. Tetapi para Protestan salah, tentunya, karena Gereja Katolik adalah Mempelai Tak Bernoda Kristus, satu-satunya Gereja sejati yang Ia telah bangun. Tetapi, yang disebut dengan Pelacur Babel adalah seorang mempelai palsu – suatu Kontra-Gereja Katolik – yang muncul pada hari-hari terakhir untuk menipu para Katolik (para umat beriman sejati), menginjak-injak iman dan melakukan percabulan rohani.
Seperti yang kita telah lihat, pelacur besar duduk di tempat yang banyak airnya. Kitab Wahyu memberikan kita petunjuk-petunjuk tentang ciri-ciri air tersebut.
Dan karena Roma adalah takhta Gereja universal, jika Roma diduduki oleh seorang Anti-Paus yang menjalankan suatu agama baru, hal tersebut dapat memengaruhi hampir semua umat manusia, bangsa, dan bahasa ke dalam percabulan rohaninya. Itulah mengapa sang pelacur duduk di atas bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa. Faktanya, Konsili Trente secara infalibel menegaskan firasat kami – bahwa air di atas mana sang pelacur terduduk berkaitan dengan suatu Gereja Katolik palsu yang terbentang secara hampir universal pada hari-hari terakhir jika seorang Anti-Paus atau suatu rentetan Anti-Paus berhasil menduduki Roma.
Perhatikan bahwa Konsili Trente secara infalibel menyatakan bahwa air di Wahyu 17:1, 15 melambangkan persatuan para umat beriman dengan Kristus; dalam kata lain, Gereja Katolik. Sang pelacur besar duduk di atas air ini! Oleh karena itu, dengan iman Katoliklah sang pelacur besar duduk di atas Gereja Katolik; dalam kata lain, ia menghalangi, merintangi, menghapus, dan mencoba untuk menggantikan Gereja Katolik. Ini adalah gambaran yang sempurna untuk Gereja palsu yang muncul dengan Konsili Vatikan II, yang berhasil menipu kebanyakan orang di dunia dengan cara membuat mereka berpikir bahwa Gereja palsu tersebut adalah Gereja Katolik yang sejati.
Dengan mengerti bahwa ‘air’ di Kitab Wahyu tersebut melambangkan bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa, seseorang mungkin memiliki kunci untuk mengerti ayat-ayat lain yang penting di dalam buku ini. Contohnya, Wahyu 18:17-18 berbicara tentang bagaimana para nakhoda dan pelayar dan anak-anak kapal menangisi kehancuran kota besar ini
Para nakhoda, pelayar, dan yang mata pencahariannya di laut melambangkan mereka yang bekerja dengan jiwa-jiwa di dalam Gereja Katolik; yaitu para imam, biarawan, dst. Mereka menangisi kehancuran Roma dan bertanya-tanya bagaimanakah Roma dihancurkan dalam waktu yang begitu singkat.
Seperti yang telah dinyatakan, Roma dibangun di atas tujuh gunung. Karena sang pelacur besar menduduki kota di atas tujuh gunung, sang pelacur duduk di atas Roma sendiri – pusat kesatuan di dalam Gereja Katolik dan rumah bagi para Paus Roma.
Hal yang menarik adalah Roma hanyalah memberikan jalan kepada sang pelacur besar pada hari-hari terakhir – yaitu setelah Revolusi Vatikan II. Itulah mengapa sang pelacur hanya disebutkan di dalam Kitab Wahyu. Dan itulah alasan mengapa Kitab Suci berbicara tentang kejatuhan Babel.
Di dalam sejarah, Babel {atau Babilon} telah dipandang sebagai suatu nama sandi untuk Roma.
Para pelajar Kitab Suci mengerti bahwa St. Petrus menulis surat ini dari Roma, yang disebutnya ‘Babilon’.
1 Petrus di dalam Kitab Suci ditulis oleh St. Petrus di "Babilon". Babilon di sini dimengerti oleh para pelajar Kitab Suci sebagai kata sandi untuk Roma
Oleh karena itu, Roma adalah Babilon dan Babilon sudah rubuh. Tetapi jika ia sudah rubuh, maka pada suatu kala ia berdiri tegak. Dan bukankah hal ini benar? Karena sebelum kerubuhannya, Roma (Babilon) adalah benteng Katolisisme dan pusat Kekristenan – kota yang besar itu.
Beberapa orang mungkin bertanya: “Jika Roma adalah ‘kota besar’ itu, lalu mengapa Wahyu 11:8 berkata bahwa kota besar tersebut adalah tempat di mana Tuhan kita disalibkan, yaitu di Yerusalem?” Jawabannya adalah bahwa Kitab Wahyu tidak mengatakan hal tersebut:
Perhatikan bahwa, tidak seperti yang diutarakan beberapa orang, Kitab Wahyu tidak menyatakan dengan jelas bahwa kedua saksi (yang digambarkan beberapa orang sebagai Petrus dan Paulus) dibunuh di dalam kota di mana Tuhan kita disalibkan. Perhatikan bahwa ayat ini juga dapat berarti bahwa kota besar itu disebut Sodom dan Mesir di mana Tuhan mereka disalibkan. Dalam kata lain, kota besar tersebut, Roma, disebut sebagai ‘Sodom’ dan ‘Mesir’ dan lebih jauh lagi Yerusalem (di mana Tuhan mereka disalibkan) akibat kebejatan kota-kota tersebut! Hal ini masuk akal sewaktu kita mempertimbangkan bagaimana Roma terkenal akan kebejatannya. Maka, ayat ini tidak secara jelas membuktikan, seperti yang telah diajukan beberapa orang, bahwa Yerusalem pastilah merupakan kota besar itu.
Kota besar itu adalah Roma. Dari sudut pandang sejarah, tidak ada kota lain yang telah memerintah atas raja-raja di Bumi seperti Roma, yang memiliki keutamaan rohani dan gerejawi yang kepadanya semua bangsa tunduk.
Dan tidak peduli apakah raja-raja di dunia ingin menerimanya atau tidak, semua umat manusia harus tunduk kepada kekuatan rohani Gereja Katolik, yang (sewaktu terdapat seorang Paus sejati) dilaksanakan dari Roma.
Maka kejatuhan dari kota besar ini adalah kejatuhan Roma dari iman Katolik. Hal ini bukanlah jatuhnya Gereja Katolik, karena Gereja Katolik dapat berada tanpa Roma. Gereja Katolik dapat dikurangi jumlahnya sampai hanya menjadi suatu sisa {remnant} seperti yang diprediksikan oleh Tuhan kita sewaktu ia berbicara tentang akhir zaman (Lukas 18:8). Sebaliknya, Roma tidak dapat berada tanpa Katolisisme. Tanpa Katolisisme, Roma tidak lebih dari ‘tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci’ (Wahyu 18:2).
Bunda Maria dari La Salette menubuatkan jatuhnya Roma dari Iman Katolik ke dalam kemurtadan. Hal ini telah dipenuhi oleh kemurtadan para Anti-Paus Vatikan II dan para pengikutnya.
Wahyu 17:6-7- “Dan aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus. Dan ketika aku melihatnya, aku sangat heran. Lalu kata malaikat itu kepadaku: "Mengapa engkau heran? Aku akan mengatakan kepadamu rahasia perempuan itu dan rahasia binatang yang memikulnya, binatang yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh itu.”
Jika benar bahwa Pelacur Babel adalah Gereja Katolik palsu yang bermula dengan revolusi Vatikan II (seperti yang ditunjukkan secara sangat jelas oleh buku ini), akan menjadi masuk akal bahwa entitas Wahyu ini digambarkan sebagai seorang wanita, untuk membandingkannya dengan seorang wanita yang lain – antitesisnya – Gereja Katolik.
Orang-orang Katolik selalu menyebut Gereja sebagai ibu mereka.
Faktanya, Gereja Roma secara khusus disebut sebagai ‘ibunda dan pengajar’ dari semua gereja (yaitu semua gereja-gereja yang bersekutu dengan Gereja Katolik universal).
Sangatlah jelas bahwa Kitab Wahyu menggambarkan pelacur Babel sebagai ‘ibu dari wanita-wanita pelacur’, karena Kontra-Gereja tersebut menggantikan Roma, di mana seorang Paus sejati biasanya memimpin di atas Bunda Gereja. Roma telah menjadi ibu pelacur di dalam Gereja Katolik palsu pada hari-hari terakhir yang hampir universal. Dan kita melihat segala tindakannya: kemurtadan dan perzinaan rohani dari Kontra-Gereja bermula di Roma, dan lalu menyebar di dalam semua gereja setempat dari sekte Kontra-Gereja. Contohnya: indiferentisme rohani yang dipraktikkan di Roma tersebar di seluruh pelosok Gereja palsu.
Maka, layaknya Gereja Katolik adalah Ibu yang setia, sang Pelacur adalah Ibu dari wanita-wanita pelacur. Dan layaknya Gereja Katolik adalah Ibu dari semua umat beriman Kristus, sang Pelacur adalah Ibu dari semua orang yang tidak beriman kepada Kristus: mereka yang telah meninggalkan Gereja dan menerima agama baru Vatikan II.
Seorang kardinal mengenakan warna merah ("kirmizi") sedangkan uskup mengenakan warna ungu
Seorang kardinal mengenakan warna merah ("kirmizi") sedangkan uskup mengenakan warna ungu
Mungkin ini adalah salah satu ayat yang paling membuka pikiran di dalam Kitab Wahyu. Di dalam Gereja Katolik, para uskup memakai pakaian ungu dan para kardinal mengenakan pakaian kirmizi (merah)! Perhatikan bahwa mereka ‘berpakaian’ kain yang memiliki warna-warna tersebut.
Para kardinal di atas berpakaian merah ("kirmizi") sedangkan para uskup berpakaian ungu di Vatikan
Dengan memilih untuk menggambarkan sang Pelacur Babilon sebagai seorang wanita yang ‘berpakaian lenan halus, dan kain ungu dan kain kirmizi’, Allah memberikan kita suatu petunjuk yang jelas bahwa sang pelacur memakai warna-warna dari para uskup dan kardinal yang sejati. Allah memberikan suatu petunjuk yang jelas bahwa sang pelacur memakai warna-warna tersebut karena ia menampakkan diri sebagai Gereja Kristus yang sejati – ia memiliki dioses-dioses, sebuah hierarki, bangunan Gereja, pakaian, perayaan-perayaan, ‘sakramen-sakramen’, seorang ‘Paus’, dst. – tetapi di dalamnya, ia adalah seorang penipu. Ini adalah gambaran yang sempurna dari Gereja Sekte Vatikan II, Kontra-Gereja dari akhir zaman, yang mengenakan warna-warna Katolisisme (yang oleh karena itu tampak demikian untuk kebanyakan orang), tetapi dari dalam, ia adalah suatu agama sesat yang benar-benar murtad.
Di dalam Gereja Katolik, para imam yang mempersembahkan Korban Kudus Misa wajib menggunakan sebuah piala, yang jika mungkin, dibuat dari emas. Bukanlah suatu kebetulan bahwa sang pelacur memiliki suatu cawan emas di dalam tangannya. Sang pelacur, seperti biasa, meniru-niru, berperan, dan berpura-pura menjadi Gereja Katolik; tetapi ia bukanlah Gereja Katolik. Seorang imam Katolik mempersembahkan piala emas yang penuh dengan Darah yang Berharga dari Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus. Sang Pelacur mempersembahkan sebuah cawan (piala) penuh kekejian dan kekotoran – anggur Misa Baru yang tidak valid!
Khususnya, ayat ini merujuk kepada Novus Ordo Missae (Misa Baru), yang tidak memiliki Darah Yesus Kristus, melainkan suatu persembahan yang adalah suatu kekejian di mata-Nya.
Kata pencampuran merupakan kata benda dari perbuatan mencampurkan, yaitu tindakan yang membuat sesuatu berbaur menjadi satu.[11] Di dalam Misa Katolik, Gereja mencampurkan air dengan anggur di dalam piala.
Simbolisme di dalam Wahyu 18:6 – percampuran di dalam cawan – tidak bisa lagi menjadi lebih jelas, tanpa menyingkap misteri dari ayat tersebut. Hal ini adalah rujukan yang jelas kepada Misa, yang telah dirusak sepenuhnya oleh sang pelacur. Di dalam cawan itu, hanya terdapat kekotoran dan kekejian yang dipersembahkan kepada Allah (Wahyu 17:4). Terlebih lagi, ayat ini (Wahyu 18:6) menunjukkan suatu poin yang khusus di dalam Misa: pencampuran anggur dan air. Tindakan pencampuran ini melambangkan persatuan orang-orang Kristiani dengan Kristus (Gereja Katolik), seperti yang didefinisikan oleh Paus Eugenius IV di Konsili Forence. Seperti yang kami telah tunjukkan, ini adalah arti yang persis yang telah dihapuskan dari konsekrasi Misa Baru, yang membuatnya tidak valid!
Di dalam ayat yang satu dan sama, oleh karena itu, Allah menunjukkan bahwa sang pelacur melakukan suatu perzinaan rohani yang besar di tempat-tempat yang menyangkut Misa Katolik dan Gereja Katolik secara keseluruhan. Hal ini adalah suatu gambaran yang mencolok dari sekte Vatikan II: Kontra-Gereja di akhir zaman.
Adalah suatu fakta yang sederhana bahwa sewaktu istilah percabulan digunakan di dalam Kitab Suci, banyak kali kata ini menggambarkan kemusyrikan dan ketidaksetiaan rohani.
Banyak ayat yang lain dapat diberikan untuk menunjukkan bahwa Kitab Suci menggambarkan ketidaksetiaan rohani dan kemusyrikan sebagai percabulan, perzinaan, dan pelacuran. Sewaktu seorang ‘pelacur besar’ yang melakukan percabulan yang mendunia dibicarakan di dalam konteks ini, hal ini jelas-jelas menunjukkan suatu kemurtadan dari Iman yang satu dan sejati.
Kemurtadan Pelacur Babel di bawah Anti-Paus Yohanes Paulus II di pertemuan doa Assisi bersama berbagai pemimpin agama sesat
Seperti yang kami telah buktikan di dalam buku ini, kemurtadan dari Iman yang satu dan sejati dan penerimaan ilah-ilah sesat/agama-agama yang musyrik adalah ciri-ciri yang tepat dari Kontra-Gereja Vatikan II dan kemurtadan Vatikan II. Vatikan II telah meletakkan para ‘dewa-dewi’ satanik dari perkumpulan semua dewa-dewi dari agama-agama dunia sederajat dengan Allah yang benar dari Gereja Katolik.
Pelacur Babel begitu bersalah atas percabulan rohani sehingga tindakannyalah yang mencirikan gelarnya – ‘Pelacur Besar’. Dengan gambaran semacam itu, Allah membandingkan secara langsung sang pelacur dengan Gereja Katolik, karena Gereja adalah wanita yang dicirikan dengan kesetiaannya yang mutlak kepada Suami-Nya, Yesus Kristus.
Maka, layaknya sang pelacur dikenal lewat kekotorannya, Gereja Katolik dikenal lewat kesuciannya.
Gereja adalah ‘Mempelai Kristus yang tak bercela’. Sang ‘pelacur besar’ hanyalah melambangkan penghinaan terbesar kepada Mempelai Kristus yang tak bercela di dalam sejarah.
Di dalam suatu ayat yang mengejutkan, Kitab Wahyu menunjukkan kepada kita bahwa sang pelacur berkata kepada dirinya sendiri, “Aku bertakhta seperti ratu, aku bukan janda.” Ia bukan seorang janda, karena (mantan) Suaminya tidaklah mati.
Suami dari Gereja adalah Yesus Kristus. Sang pelacur yang adalah sebuah Gereja palsu yang telah memisahkan diri dari Gereja Katolik, oleh karena itu sebelumnya memiliki Yesus Kristus sebagai suami sampai ia memisahkan diri dari Yesus Kristus dengan menanggalkan semua tradisi-Nya dan ajaran-ajaran-Nya. Sang pelacur bukanlah seorang mempelai yang setia, tetapi ia bertakhta seperti ratu dengan sendirinya, dan memuaskan dirinya dengan memerintahkan orang-orang lain keinginan dan kemuliaannya sendiri, ajaran-ajaran dan agamanya sendiri.
Tetapi walaupun sang pelacur telah memisahkan diri dari Gereja Katolik dengan membentuk suatu agama dan ‘Gereja’-nya sendiri, Mempelai Kristus – Gereja Katolik – selalu menjaga persatuan dengan Suami-Nya, walaupun kebanyakan orang di dunia telah memisahkan diri darinya untuk mengikuti sang pelacur.
‘Cahaya lampu’ adalah suatu rujukan kepada lampu altar di dalam gereja-gereja Katolik. Lampu tersebut menandakan Kehadiran Nyata Kristus di dalam Ekaristi. Sulit untuk menemukan lampu tersebut di dalam gereja-gereja Vatikan II. Kebanyakan, lampu tersebut diletakkan di samping atau di belakang Gereja. Tetapi lebih jauh dari pemindahan lampu altar, Wahyu 18:23 menunjukkan bahwa kita tidak lagi menemukan Kehadiran Nyata Kristus (Ekaristi yang valid) di dalam Gereja Vatikan II.
Jika terdapat keraguan tentang siapa Mempelai Laki-laki dan Mempelai Perempuan tersebut, Paus Pius XII menghancurkannya dengan mengutip St. Paulus. Yesus Kristus adalah sang Mempelai Laki-laki, dan Tubuh Mistis-Nya, Gereja, adalah Mempelai Perempuan-Nya yang tak bernoda. Sewaktu Kitab Wahyu merujuk kepada suara Mempelai Laki-laki dan Mempelai Perempuan, ini adalah suatu penegasan lain bahwa Pelacur Babel adalah sekte Vatikan II – Kontra Gereja, yang telah meninggalkan ajaran (atau suara) dari Mempelai Laki-laki (Yesus Kristus) dan dari sang Mempelai Perempuan (Gereja-Nya).
Tidak banyak orang di masa kini mengetahui bahwa “seruling dan kecapi adalah instrumen-instrumen standar untuk musik liturgis di masa St. Yohanes, seperti organ pada masa kini di barat.”[18] Dengan mengikutsertakan ketiga instrumen musik utama di dalam liturgi Katolik di sepanjang sejarah, St. Yohanes memperingatkan kita bahwa musik tradisional liturgi Katolik secara keseluruhan ‘tidak akan kedengaran lagi’ di dalam sang pelacur. Bukankah hal ini telah menjadi kenyataan?
Kami telah menunjukkan bahwa sejak Vatikan II, Kidung Gregorian, tradisi musik kita yang indah, telah digantikan oleh segala jenis musik dan instrumen sekuler.
Hal ini begitu parah pada masa kini, sehingga kita dapat memasuki suatu gereja ‘Katolik’ modern dan mendengarkan segala hal apa pun di dalamnya, dari drum yang berisik sampai gitar elektrik. Seseorang dapat memasuki salah satu dari gereja-gereja ini dan mendengar musik rock.
"Misa" rock Vatikan II. "Misa-Misa" Vatikan II seringkali menggantikan lagu-lagu tradisional Katolik dengan lagu-lagu profan.
Tetapi, yang paling disayangkan tentang hal ini adalah kebanyakan orang tidak menyadari bahwa gereja-gereja ‘Katolik’ modern ini sama sekali tidak Katolik, tetapi merupakan bagian dari Pelacur Babel.
Sang Pelacur Babel dikutuk berulang kali untuk percabulannya yang berkaitan dengan anggur. Mengapa? Seperti yang kami telah tunjukkan, perubahan kepada konsekrasi anggur membuat Misa Baru tidak valid!
Alasan bahwa sang pelacur dikutuk untuk mengotori anggur adalah bahwa perubahan-perubahan yang membuat tidak valid telah dilakukan untuk BAGIAN ANGGUR dari kata-kata konsekrasi di dalam Misa Baru.
Di dalam "Misa" barunya, Vatikan II telah menggantikan kata-kata konsekrasi roti dan anggur yang telah dikodifikasikan oleh Paus Pius V sehingga konsekrasi tersebut tidak valid.
Lihatlah bagian sebelumnya tentang Misa Baru untuk diskusi lengkapnya. Perubahan-perubahan kepada bagian anggur dari konsekrasi tersebut telah membuat kedua konsekrasi {roti dan anggur} tidak valid. Gereja Vatikan II benar-benar telah ‘memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya (Wahyu 14:8)’.
Sang pelacur dapat dikatakan mabuk oleh darah para orang-orang kudus di dalam berbagai tingkat. Hal pertama yang kita ingat adalah ekumenisme seperti yang dipraktikkan oleh sekte Vatikan II. Sebelum Vatikan II, ekumenisme merujuk kepada upaya apostolik untuk mengonversikan dunia kepada Katolisisme. Pada hari ini, hal tersebut merujuk kepada upaya untuk membawa semua agama bersama tanpa konversi, sambil menghormati semua agama, memandang mereka semua sebagai setara.
Ekumenisme berlawanan secara langsung dengan kebenaran yang diwahyukan bahwa ilah-ilah agama non-Katolik adalah iblis (Mazmur 96:5; 1 Korintus 10:20), dan menyetarakan Kristus dengan Lucifer. Di sepanjang buku ini, kami telah menyingkap ekumenisme sesat dari Sekte Vatikan II. Sekte Vatikan II menganggap agama-agama sesat sebagai kurang lebih baik dan patut dipuji. Maka Vatikan II menistakan kenangan tentang orang-orang kudus dan para martir yang dagingnya telah disayat dengan kail besi, yang badannya diberikan kepada singa untuk dimakan, dan yang kepalanya dipenggal karena mereka menolak untuk berkompromi tentang iman mereka sedikit pun atau berkata bahwa “semua agama kurang lebih baik dan patut dipuji.” Vatikan II juga mengolok-olok pengorbanan para santo-santa yang memberikan hidup mereka untuk imamat, untuk hidup keagamaan, untuk karya misionaris. Semua itu tidak berguna, menurut sekte Vatikan II.
Karena Margareta Clitherow menolak untuk menerima sekte Anglikan dan “Misa”-nya – dan sebaliknya, karena ia melawan hukum pidana dengan mengundang para imam Katolik masuk rumahnya – ia dimartirkan dengan ditindih sampai mati di bawah sebuah pintu besar yang dibebani beban berat. Hukuman mati semacam itu begitu menyakitkannya sehingga disebut sebagai “hukuman yang berat dan keras”. Margareta Clitherow menderita semuanya itu karena ia tidak mau menerima Anglikanisme. Namun sekte Vatikan II mengajarkan bahwa orang-orang Anglikan adalah sesama “orang Kristen” yang tidak perlu berkonversi, dan yang para “uskup”-nya yang tidak valid sebenarnya adalah uskup sejati dari Gereja Kristus.
Margaret Clitherow, martir Inggris yang ditindih beban berat sampai mati akibat penolakannya terhadap Anglikanisme
Sekte Vatikan II mengajarkan bahwa kemartiran Margareta Clitherow sama sekali sia-sia belaka. Oleh karena itu, Sekte Vatikan II mabuk oleh darah orang-orang kudus dan saksi-saksi Kristus.
Berapa banyak martir yang memberikan hidup mereka untuk satu artikel iman Katolik? Ekumenisme membuat pertumpahan darah mereka tidak berguna, tidak bertujuan, dan tidak berarti.
Itulah mengapa dikatakan bahwa Sekte Vatikan II mabuk akan darah orang-orang kudus dan para saksi Kristus (Wahyu 17:6; Wahyu 18:24); dan semua orang yang mendukung tindakan-tindakan antikristus tersebut – yang sekarang dipimpin oleh Fransiskus – sama mabuknya.
Hal yang juga menarik adalah bahwa Kitab Wahyu menyebutkan bahwa para martir berseru dari bawah altar.
Diwajibkan bahwa Misa-misa Katolik berlangsung di atas altar yang mengandung relikui-relikui para martir! Maka, benar-benar logis bahwa para martir berseru dari bawah altar! Hidup mereka dicemoohkan oleh Sekte Vatikan II, ekumenisme, dan penerimaan agama-agama sesat. Mereka tidak hanya berseru melawan ekumenisme antaragama yang mencemooh hidup mereka, tetapi juga terhadap kekejian liturgis yang berlangsung di atas relikui-relikui mereka di dalam Misa Baru. Poin yang menakjubkan ini yang berasal dari Kitab Suci juga menunjukkan kepada para Protestan bahwa Gereja Katolik adalah satu-satunya Gereja yang sejati.
Kesimpulan tentang Pelacur Babel
Sangatlah jelas bahwa sekte Vatikan II adalah Pelacur Babel yang dinubuatkan di dalam Kitab Suci. Berlawanan dengan yang dipercayai oleh para bidah Protestan, fakta bahwa kemurtadan gerejawi Roma dari iman Katolik di hari-hari terakhir telah diprediksikan di dalam Kitab Suci membuktikan dan bukan menyangkal keaslian Gereja Katolik. Karena pencobaan di hari-hari terakhir adalah pencobaan yang akan bertujuan untuk menipu para umat beriman sejati, dan untuk melemahkan Iman sejati.
Harus dicatat bahwa ‘empat puluh dua bulan’ (Wahyu 11:2), ‘seribu dua ratus enam puluh hari’ (Wahyu 12:6) dan ‘selama satu masa dan dua masa dan setengah masa’ (Wahyu 12:14) dan 3 ½ tahun dipandang sebagai para pelajar sebagai lambang masa penganiayaan.
Sebuah jerat adalah alat untuk menangkap binatang. Jika jerat pada hari-hari terakhir melibatkan sebuah Gereja Katolik palsu yang didirikan dari Roma, dan suatu penyerbuan rohani terhadap kota suci tersebut (Roma), maka ‘binatang’ yang ingin ditangkap oleh iblis adalah Katolisisme Tradisional. Ini adalah suatu bukti lain bahwa agama Katolik adalah satu-satunya agama yang benar.
Harapan kami adalah bukti dari Kitab Suci yang menentang Gereja Vatikan II ini akan menguatkan para Katolik yang menolaknya. Nubuat-nubuat Kitab Suci yang menunjukkan dengan tepat situasi ini juga memperbolehkan para Katolik untuk mengerti dengan lebih baik bagaimana Allah memandang perkembangan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dari sekitar 50 tahun silam.
Tetapi, hal yang paling penting adalah Kitab Wahyu menyingkapkan perlawanan palsu terhadap kemurtadan ini, bahkan di antara para kaum ‘tradisionalis’, yang mendukung posisi sehubungan dengan gereja pelacur ini yang menuntut agar mereka tetap bersatu kepada para Anti-Pausnya dan kepada sekte Vatikan II. Hal yang palsu seperti “Kami menentang kalian...” menempatkan mereka di tengah-tengah, di dalam perut sang Pelacur. Lewat pengakuan mereka, mereka tetap bersikeras bersatu dengan ‘ibu para wanita-wanita pelacur’. Mereka tetap mencampuradukkan sang pelacur besar dengan Mempelai Kristus Tak Bernoda. Mereka tetap menodai perlawanan yang murni dan yang tidak bernoda kepada sang pelacur dengan menempelkan diri mereka sendiri di tengah-tengah kuasa sang pelacur yang keji.
Jika mereka tidak benar-benar berpisah dengan sang pelacur besar, orang-orang ini akan kehilangan jiwa-jiwa mereka di dalam api yang kekal karena mereka telah menistakan Gereja Kristus sang Raja, yang sama sekali tidak bersekutu dengan karya-karya kegelapan, dengan orang-orang yang tidak percaya, yang sama sekali tidak berhubungan dengan sang wanita pendosa. Walaupun kebanyakan orang di dunia ini telah diliputi oleh sang pelacur besar, Mempelai Tuhan yang Tak Bernoda tetap berada di dalam segala kemurniannya, walaupun jumlahnya telah berkurang menjadi suatu sisa {remnant} dan tersembunyi. Wanita ini, sisa dari Gereja Katolik pada akhir zaman, digambarkan di dalam bab 12 dari kitab Wahyu setelah penglihatan akan wanita yang berselubungkan matahari, Bunda Maria dari Fatima.
Jika kita belum mengikutinya, kita harus memasuki sisa Gereja Katolik ini di dalam padang gurun. Kita harus menjaga ‘iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus’ (Yudas 1:3), dan mendekat kepada Allah dengan menerima sakramen-sakramen yang sejati, dan mempraktikkan devosi kepada Hati Maria Tak Bernoda dan Rosario suci.
Catatan kaki:
[1] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, oleh Claudia Carlen, Raleigh: The Pierian Press, 1990, Vol. 4 (1939-1958), hal. 327.
[2] Denzinger, The Sources of Catholic Dogma {Sumber-Sumber Dogma Katolik}, B. Herder Book. Co., Edisi Ketiga puluh, 1957, no. 945.
[3] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 28.
[4] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 206.
[5] Denzinger 468.
[6] Denzinger 468.
[7] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 403.
[8] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 318.
[9] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 4 (1939-1958), hal. 50.
[10] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 403.
[11] https://kbbi.web.id/campur
[12] Denzinger 698.
[13] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 317.
[14] Denzinger 89.
[15] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Sheed & Ward dan Georgetown University Press, 1990, Vol. 1, hal. 133.
[16] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 4 (1939-1958), hal. 55.
[17] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 4 (1939-1958), hal. 54.
[18] Scott Hahn, The Lamb’s Supper {Perjamuan Makan Anak Domba}, Doubleday, 1999, hal. 120.
[19] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 279.
[20] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 304.
[21] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 230.
[22] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 2 (1878-1903), hal. 392.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...