^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
St. Gregorius dari Nazianzus Menolak “Pembaptisan Keinginan”
Seperti yang telah kami diskusikan di dalam buku kami Di Luar Gereja Katolik Sama Sekali Tidak Terdapat Keselamatan, St. Gregorius dari Nazianzus, Bapa dan Doktor Gereja dari abad ke-4, secara eksplisit menolak konsep “pembaptisan keinginan” di dalam karyanya, Oration on Holy Baptism [Pidato tentang Pembaptisan Suci] yang bertanggal 6 Januari 381. Berikut adalah teks panjang dari no. 22-24 dari pidato tersebut. Saya akan menebalkan dan mengomentari pernyataan-pernyataannya yang paling penting.
Pertama, perhatikan bahwa St. Gregorius menolak gagasan bahwa Allah akan menerima “keinginan untuk pembaptisan sebagai pengganti pembaptisan”, dan orang yang “tidak dicerahkan” (yakni, tidak dibaptis) dapat “dicerahkan di hadapan-Nya”, dan bahwa “ia berada dalam Kerajaan Surga, orang yang semata-mata menginginkan untuk memperolehnya” (#22). Seperti yang akan diakui oleh orang mana pun yang jujur, ini adalah suatu penolakan yang eksplisit dan amat jelas terhadap konsep ‘pembaptisan keinginan’. Hal yang menakjubkan adalah dalam menghadapi pernyataan yang demikian langsungnya yang menyangkal ide tentang “pembaptisan keinginan”, banyak pembela “pembaptisan keinginan” akan tetap berargumentasi bahwa St. Gregorius dari Nazianzus tidak menolaknya! Ketidakjujuran mereka mencengangkan. Kegagalan mereka untuk mengakui bahkan fakta-fakta yang terjelas yang menentang posisi mereka membuktikan bahwa mereka tidak memiliki kebenaran.
Contohnya, di dalam buku yang bidah, Is Feeneyism Catholic? [Apakah Feeneyisme Katolik], Romo François Laisney dari SSPX sungguh menyatakan hal berikut tentang teks dari St. Gregorius dari Nazianzus di atas:
Seorang pembela “pembaptisan keinginan” yang lain, yang telah kami bantah, menyatakan: “St. Gregorius dari Nazianzus jelas tidak menolak doktrin Pembaptisan Keinginan dalam penjelasannya…” Satanik adalah kata yang pantas untuk menjelaskan pemalsuan yang lancang semacam itu dari kebenaran. Terdapat suatu alasan bagi mereka untuk bersikeras berpegang kepada “pembaptisan keinginan”: mereka sama sekali tidak menginginkan kebenaran. Laisney juga terkenal secara buruk menyatakan bahwa Konsili Florence “menyebutkan” “pembaptisan keinginan” (suatu kebohongan total yang lain). Buku kami menyingkap karya sataniknya secara penuh.
Jika teks-teks dari St. Gregorius yang telah disebutkan di atas tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia menolak “pembaptisan keinginan” (dan kenyataannya, cukup), di #23, ia lalu melanjutkannya. St. Gregorius lalu menolak bahwa seseorang dapat “menganggap sebagai telah dibaptis ia yang menginginkan pembaptisan terlepas dari penerimaan pembaptisan”, dan bahwa “keinginan… memiliki kekuatan yang sama dengan pembaptisan yang sebenarnya”. Itu adalah suatu penolakan yang jelas terhadap konsep “pembaptisan keinginan”.
Memang benar bahwa Gregorius juga mengajarkan bahwa bayi-bayi dan mereka yang berada di atas usia akal, yang menginginkan pembaptisan tetapi tercegah untuk menerimanya oleh karena “suatu kejadian yang sungguh-sungguh tidak disengaja”, tidak akan “dimuliakan ataupun dihukum oleh sang Hakim yang bajik, karena mereka tidak dimeteraikan tetapi tidak fasik”. Pernyataan ini merupakan suatu penolakan yang lain terhadap “pembaptisan keinginan”, karena di sini ia menyatakan bahwa para katekumen, dsb, yang menghendaki pembaptisan, tetapi tercegah untuk menerimanya, tidak akan dimuliakan. Tetapi, pernyataannya bahwa mereka yang menghendaki pembaptisan, tetapi yang secara tidak disengaja tercegah untuk menerimanya, tidak akan dihukum, dan akan bernasib sama seperti bayi-bayi yang tidak dibaptis, tidaklah benar. Dosa-dosa mereka hanya dapat diampuni lewat pembaptisan. Maka, mereka tidak dapat dibebaskan dari dosa berat tanpa pembaptisan; dan semua orang yang meninggal dalam dosa berat akan masuk ke dalam api Neraka untuk dihukum (de fide definita). Terlebih lagi, Allah memiliki kendali. Ia itu Mahakuasa dan Maharahim. Mereka yang dengan tulus mencari apa yang ditawarkan-Nya akan menemukannya (Lukas 11:10). Jika Allah membiarkan orang semacam itu untuk meninggal tanpa pembaptisan air, itu disebabkan bahwa Ia tidak menganggap orang tersebut berkehendak baik atau pantas untuk menerima pembaptisan. Sebagaimana yang diajarkan oleh St. Agustinus:
Jadi, penjelasan St. Gregorius tentang hal tersebut tidaklah benar. Tetapi, bahkan di dalam bagian dari teks tersebut, ia menjunjung ajaran apostolik bahwa tidak seorang pun dapat memasuki Kerajaan Surga tanpa pembaptisan air (Yohanes 3:5), dan kembali menolak doktrin sesat “pembaptisan keinginan” dengan menyatakan bahwa mereka yang meninggal yang menginginkan pembaptisan tidak dapat “dimuliakan” atau “dipuji”, sebab mereka “tidak dimeteraikan” (yakni, tidak dibaptis).
RANGKUMAN AJARAN ST. GREGORIUS DARI NAZIANZUS MELAWAN “PEMBAPTISAN KEINGINAN”
Maka, sang Doktor Gereja, St. Gregorius dari Nazianzus menegaskan kenyataan apostolik bahwa tidak seorang pun masuk Surga tanpa pembaptisan, sambil secara langsung menolak hal berikut:
Poin-poin itu merangkum penolakan St. Gregorius dari Nazianzus terhadap ide tentang “pembaptisan keinginan”. Menakjubkan bahwa dalam menghadapi fakta-fakta ini, terdapat pembela “pembaptisan keinginan” yang berkata bahwa 1) para bapa Gereja secara serempak mengajarkan “pembaptisan keinginan” (suatu kebohongan), dan 2) St. Gregorius dari Nazianzus tidak menolak “pembaptisan keinginan” (suatu kebohongan).
WASPADA PULA TERHADAP MEREKA YANG MEREPRESENTASIKAN SECARA SALAH DAN MENGUTIP SECARA SALAH ST. GREGORIUS DARI NAZIANZUS TENTANG “PEMBAPTISAN DARAH”
Karena St. Gregorius jelas-jelas menolak “pembaptisan keinginan”, jika ia percaya bahwa kemartiran atau hal apa pun yang lain dapat menggantikan pembaptisan air, seseoang dapat berharap bahwa ia telah menyebutkan hal tersebut sembari menolak bahwa seseorang yang “tidak dicerahkan” (yakni, tidak dibaptis) dapat “dicerahkan di hadapan-Nya” dan bahwa “keinginan… memiliki kekuatan yang sama dengan pembaptisan yang sebenarnya”. Tetapi, ia tidak menyebutkan bahwa “kemartiran” atau “darah” atau hal apa pun yang lain dapat menggantikan pembaptisan air.
Bagaimanapun, beberapa orang mengutip secara salah Oration 39 on the Holy Lights [Pidato 39 tentang Cahaya-Cahaya Suci], karyanya di mana ia berkata secara metafora tentang lebih dari lima jenis “pembaptisan”. Di dalam Oration [Pidato] tersebut, Gregorius merujuk kepada pembaptisan Musa, Yohanes, Kristus, kemartiran atau darah, dan air mata. Banyak bapa Gereja merujuk kepada kemartiran dari seorang Katolik yang telah dibaptis sebagai “pembaptisan darah”. Hal itu tidak membuktikan bahwa individu-individu tersebut percaya bahwa hal itu dapat menggantikan pembaptisan. Sama sekali tidak terdapat hal apa pun di dalam diskusi St. Gregorius tentang “pembaptisan keempat – lewat kemartiran dan darah” yang mengindikasikan bahwa ia percaya bahwa hal itu dapat menggantikan pembaptisan air di masa Kristiani. Ia tidak membuat pernyataan semacam itu sama sekali. Tetapi, para pembela “pembaptisan keinginan” yang tidak jujur akan sering menampilkannya seakan-akan ia telah mendukung posisi tersebut. Ini adalah ciri khas dari pengkhianatan mereka dan pemalsuan teks-teks yang mereka lakukan. Kenyataannya, di dalam Oration on the Holy Lights [Pidato tentang Cahaya-Cahaya Suci] dimaksudkan, setidaknya bagian dari pidato tersebut, untuk melawan para pengikut Novatianus yang menyangkal absolusi untuk beberapa jenis dosa tertentu setelah pembaptisan. Novatianus menolak absolusi untuk penyembahan berhala, para pengikutnya memperluasnya untuk pembunuhan, perzinaan, dan percabulan. Di dalam konteks itu, Gregorius menyebutkan “pembaptisan air mata” sebagai pembaptisan “kelima”, dan ia berkata: “Saya, bagaimanapun, karena saya mengaku diri saya ini manusia… bersemangat menerima Pembaptisan ini dan menyembah-Nya yang telah memberikannya kepada saya…” St. Gregorius, tentunya, telah menerima pembaptisan air, tetapi, ia berkata bahwa ia bersemangat menerima “pembaptisan” “air mata” ini. Hal itu membuktikan bahwa “pembaptisan air mata” merujuk kepada seseorang yang telah dibaptis yang melakkan silih atau mencucikan noda-noda dosa lewat doa, karya-karya rohani, dan tindak-tindak penitensi. Demikian pula, Konsili Trente mencatat bahwa para bapa menyebut Penitensi “suatu jenis pembaptisan yang melelahkan”, sebab Pembaptisan mengampuni hukuman temporal oleh kekuatan rahmat sakramental, tetapi mereka yang telah dibaptis seringkali hanya dapat menerima pengampunan atas hukuman temporal yang diperlukan untuk dosa-dosa tertentu lewat karya-karya baik, usaha, menanggung derita atau air mata.
Hal ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan air mata atau pertobatan yang menjadi pengganti pembaptisan air. Terlebih lagi, perhatikan bahwa sewaktu St. Gregorius menyebutkan “pembaptisan keempat – lewat kemartiran dan darah dan yang “kelima” lewat air mata, ia berkata sebagai berikut di dalam #19. Perkataannya ini datang di dalam paragraf secara langsung setelah diskusi “pembaptisan air mata”. Ia berkaa: “Tetapi, dosa-dosa ini tidak dilakukan setelah Pembaptisan, anda akan mengatakannya. Di mana bukti anda? Buktikanlah – atau cegahlah diri anda untuk mengutuk; dan jika terdapat suatu keraguan, hendaknya kasih yang berlaku. Tetapi Novatus, anda berkata, tidak akan menerima mereka yang jatuh dalam penganiayaan”.
Perhatikan rujukan yang eksplisit terhadap posisi Novatus, yang menolak pengampunan untuk dosa-dosa tertentu setelah pembaptisan. (Nama Novatianus dijadikan Novatus oleh para penulis yang berbahasa Yunani). Di samping itu, perhatikan bahwa ia menanggapi argumentasi dari orang-orang yang menolak pengampunan dosa-dosa tertentu setelah pembaptisan. Maka, Gregorius mendiskusikan berbagai cara di mana dosa-dosa dapat diampuni atau dihapuskan setelah pembaptisan; ia tidak berkata di mana pun bahwa hal apa pun dapat menjadi pengganti pembaptisan air. Hal ini ditegaskan lebih lanjut oleh bagaimana Gregorius mengakhiri Pidato tentang Cahaya-Cahaya Sucinya. Ia merujuk kepada “pembaptisan” keenam – lewat api – yang menghanguskan tunggul dari setiap kejahatan dan “menyakitkan dan lebih lama” (#20). Hal ini merujuk kepada api yang menyucikan atau “pembaptisan” – yang kembali terjadi setelah pembaptisan air. Ia menggunakan istilah “pembaptisan” secara metafora untuk mendeskripsikan berbagai cara di mana dosa-dosa dapat dihapuskan setelah pembaptisan untuk membantah ajaran sesat para pengikut Novatianus yang menolak pengampunan untuk dosa-dosa tertentu
Jadi, tidak terdapat bukti bahwa St. Gregorius mengajarkan bahwa kemartiran dapat menggantikan pembaptisan air, kendati apa yang umumnya dinyatakan oleh para pembela “pembaptisan keinginan” dan “pembaptisan darah” secara tidak jujur
PERNYATAAN-PERNYATAAN TENTANG OTORITAS ST. GREGORIUS DARI NAZIANZUS MENGHANCURKAN SEBUAH ARGUMEN YANG POPULER
Fakta bahwa St. Gregorius dari Nazianzus menolak secara eksplisit “pembaptisan keinginan” menghancurkan sebuah argumen populer yang dibuat oleh para pemdukung pembaptisan darah. Kenyataannya adalah bahwa Gereja perdana menolak “pembaptisan keinginan” di dalam banyak pernyataan, seperti yang ditunjukkan oleh banyak pernyataan dari ajaran Paus St. Sirisius di dalam dekret Kepausan yang tertua yang masih ada dan banyak pernyataan lainnya. Tetapi, para pendukung “pembaptisan keinginan” gemar membawa-bawa otoritas St. Thomas atau Breviarium atau para teolog. Tetapi, semua sumber-sumber itu membantah posisi mereka.
BREVIARIUM TENTANG OTORITAS ST. GREGORIUS DARI NAZIANZUS
Breviarium Romawi berkata demikian untuk tanggal 9 Mei tentang St. Gregorius dari Nazianzus:
St. Gregorius dari Nazianzus menolak “pembaptisan keinginan”, dan Breviarium berkata bahwa tidak terdapat suatu hal pun di dalam tulisan-tulisannya yang tidak selaras dengan agama Katolik atau yang dapat dipertanyakan oleh seseorang. Jika seseorang menganggap Breviarium itu infalibel tentang masalah-masalah teologis, ia akan harus menolak “pembaptisan keinginan”.
GREGORIUS DIJULUKI “SANG TEOLOG”
St. Gregorius dari Nazianzus juga adalah salah satu dari beberapa Doktor di dalam sejarah Gereja yang diberikan gelar khusus “Teolog”. Dom Prosper Guéranger mencatat:
Jadi, seseorang yang dijuluki “sang teolog” secara eksplisit menolak “pembaptisan keinginan”! Kenyataannya adalah bahwa para teolog sesungguhnya serempak bahwa tidak seorang pun diselamatkan tanpa pembaptisan berdasarkan Yohanes 3:5 walaupun mereka tidak selalu tetap konsisten dengan pernyataan universal apostolik.
THOMAS AQUINAS TENTANG ST. GREGORIUS DARI NAZIANZUS
Di dalam Summa Theologiae, St. Thomas Aquinas berkata demikian tentang St. Gregorius dari Nazianzus:
Jika seseorang secara ketat mengikuti dan menerapkan ajaran St. Thomas, seseorang akan harus menolak “pembaptisan keinginan”, sebab St. Gregorius menolaknya. Kenyataannya adalah bahwa baik St. Gregorius dari Nazianzus maupun St. Thomas tidaklah infalibel. Tetapi, fakta-fakta ini menunjukkan bahwa argumen apa pun yang dikemukakan oleh para pendukung “pembaptisan keinginan” sesungguhnya berguna untuk membantah posisi mereka sendiri dan menerangkan ajaran sejati dari Gereja: bahwa tidak seorang pun dapat diselamatkan tanpa pembaptisan air.
GREGORIUS DARI NAZIANZUS MEMIMPIN KONSILI KONSTANTINOPEL PADA TAHUN 381, YANG MENYATAKAN “SATU PEMBAPTISAN UNTUK PENGAMPUNAN DOSA”
St. Gregorius Nazianzus adalah Uskup dari Konstantinopel untuk suatu waktu pada abad ke-4. Ia berperan penting pada Konsili Konstantinopel I pada tahun 381. Gregorius menjadi penerus Meletius sebagai presiden dari Konsili Konstantinopel. Ia memimpin untuk semasa, tetapi lalu mengundurkan diri akibat kesehatannya yang tidak baik serta kekecewaannya terhadap suatu perselisihan tentang penerus di Antiokhia. The Catholic Encyclopedia [Ensiklopedia Katolik] mencatat: “Ia [St. Gregorius] muncul kembali di hadapan konsili itu, menyatakan bahwa ia siap untuk menjadi Yunus yang lain untuk menenangkan ombak yang berkecamuk, dan bahwa apa yang ia inginkan adalah untuk beristirahat dari kerja kerasnya, dan waktu senggang untuk bersiap diri untuk kematian. Para Bapa tidak berprotes terhadap pengumuman ini, yang beberapa dari antara mereka, tidak diragukan, mendengarnya dengan kepuasan yang tersembunyi; dan Gregorius segera mencari dan memperoleh dari Kaisar izin untuk mengundurkan diri dari takhtanya. Pada bulan Juni 381, ia memberikan khotbah pamit di hadapan konsili itu dan di dalam kehadiran kongregasi yang penuh. Penutup pidatonya begitu indah dan menyentuh, dan tidak tertandingi bahkan oleh banyak dari pidato-pidatonya yang fasih”.
PERAN KUNCI ST. GREGORIUS PADA KONSILI KONTANTINOPEL I, BERSAMA DENGAN PENOLAKANNYA YANG EKSPLISIT TERHADAP “PEMBAPTISAN KEINGINAN” PADA TAHUN YANG SAMA, MEMBERIKAN PENJELASAN YANG PENTING TENTANG DEKLARASI KONSILI TERSEBUT: “SATU PEMBAPTISAN UNTUK PENGAMPUNAN DOSA”
Walaupun Gregorius tidak mengakhiri Konsili tersebut sebagai presidennya ataupun sebagai Uskup Konstantinopel, ia telah melayani sebagai keudanya pada saat Konsili itu. Ia adalah seorang tokoh kunci di sana yang sekarang adalah seorang santo dan doktor Gereja. Konsili Konstantinopel I sekarang diakui sebagai konsili ekumenis yang kedua. Pada tahun yang sama di mana konsili itu berlangsung, 381 – memang, hanya beberapa bulan sebelumnya – St. Gregorius dari Nazianzus memberikan Pidatonya tentang Pembaptisan Suci, yang ditelaah di atas. Ajaran St. Gregorius di dalam Pidato tersebut oleh karena itu mencerminkan apa yang dipercayai dan diajarkan oleh para bapa pada masa Konsili Konstantinopel I. Hal ini sangatlah menarik sebab di dalam Konsili Konstantinopel I pada tahun 381, kita menemukan pernyataan dogmatis pertama akan kebenaran itu bahwa hanya ada satu pembaptisan untuk pengampunan dosa.
Kenyataan dogmatis ini membantah “pembaptisan keinginan” karena pembaptisan yang satu untuk pengampunan dosa itu diselenggarakan di dalam air (Paus Klemens V, Konsili Vienne, 1311-1312). Syahadat Nicea yang diucapkan pada Misa-Misa Tradisional sesungguhnya adalah Syahadat Nicea-Konstantinopel. Syahadat yang diproklamasikan pada tahun 325 di Konsili Nicea lebih pendek daripada syahadat yang diucapkan di Misa Tradisional dan yang diproklamasikan di Konstantinopel pada tahun 381. Konstantinopel memperluas Syahadat tersebut. Konstatninopel menambahkan pengakuan-pengakuan tentang Roh Kudus, Gereja Katolik, kebangkitan orang mati, dan kata-kata “satu pembaptisan untuk pengampunan dosa”. Terlebih lagi, setelah Konsili Konstantinopel I, kita mengetahui bahwa klausul Filioque (yang berarti: “dan Putra”), yang menyatakan bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putra, ditambahkan kepada apa yang disebut sebagai Syahadat Nicea. Tetapi, pernyataan dogmatis yang terkenal bahwa terdapat “satu pembaptisan untuk pengampunan dosa” pertama-tama dibuat di Konstatinopel pada tahun 381.
Tetapi, kami sering mendengar dari para pembela “pembaptisan keinginan” bahwa pengertian orang Katolik tentang masalah-masalah ini harus diturunkan dari ‘pemikiran para teolog’, dan bukan dari teks dari pernyataan-pernyataan dogmatis itu sendiri. Hal itu jelas salah. Pernyataan-pernyataan dari Magisterium adalah aturan iman. Tetapi, jika seseorang harus mengikuti metodologi yang diusulkan oleh para pendukung “pembaptisan keinginan”, hal itu akan kembali membantah “pembaptisan keinginan”. Sebab, pertimbangkanlah saja ajaran dari orang yang memimpin konsili yang sama yang memproklamasikan “satu pembaptisan untuk pengampunan dosa”. Pada tahun yang sama di mana ia menolak ide bahwa Allah akan menerima “keinginan untuk Pembaptisan sebagai pengganti pembaptisan”, bahwa “keinginan… memiliki kekuatan yang sama dengan pembaptisan yang sebenarnya”, bahwa “ ia berada dalam Kerajaan Surga, orang yang semata-mata menginginkan untuk memperolehnya”, dsb. Ia tidak percaya bahwa “keinginan” dapat menggantikan “artian” atau “pemikiran” dari dekret Konstantinopel tentang “satu pembaptisan”, kita harus menyimpulkan bahwa “satu pembaptisan untuk pengampunan dosa” mengecualikan “pembaptisan keinginan”!
Ini adalah suatu gambaran lain bahwa kita yang percaya dan mengakui bahwa tidak seorang pun dapat diselamatkan tanpa pembaptisan air memiliki kebenaran dan menegaskan ajaran Katolik. Mereka yang menyangkalnya dan bersikeras berpegang kepada doktrin sesat “pembaptisan keinginan” tidak.
LAMPIRAN – DEKRET-DEKRET MAGISTERIAL/DOGMATIS LAINNYA TENTANG AJARAN GEREJA TENTANG PEMBAPTISAN
Catatan kaki:
[1] Dom Prosper Guéranger, The Liturgical Year [Tahun Liturgis], Vol. 8, hal. 475.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...