^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Siksaan-Siksaan yang Mengerikan dari Setan yang Diderita Padre Pio
Padre Pio berada di dalam kamarnya biasanya pada malam hari. Dentuman yang keras terdengar yang menakutkan para bruder. Sewaktu mereka mendatangi kamar Padre Pio mereka menemukannya “bersimbahkan keringat, dan pakaiannya harus digantikan dari kepala sampai kaki.”[1]
Beberapa orang yang mendatangi bruderan tersebut tidak percaya akan laporan akan kejadian-kejadian aneh semacam itu; mereka menertawakannya sebagai hasil dari khayalan para biarawan. Suatu kali Uskup Andrea D’Agostino menjadi tamu di biara tersebut. Ia memandang cerita Padre Pio sebagai dongeng abad pertengahan. Tetapi, sewaktu ia bersantap bersama para biarawan, ia terkejut akan suatu kegaduhan di atas langit-langit. Ia menjadi pucat pasi dan gemetar.[2] Pembantu uskup yang bersantap di ruang tamu berlari ke ruang makan dengan penuh rasa takut. Sang uskup begitu ketakutan sehingga ia tidak ingin tidur sendiri pada malam itu. Pagi berikutnya ia meninggalkan biara tersebut dan tidak pernah kembali.[3]
Suatu pagi, setelah semua orang telah tertidur, Padre Pio mendengar seseorang mengetuk pintunya. Kelihatannya Romo Agostino (pembimbing rohaninya) datang untuk masuk. Padre Pio berkata, “Masuk... mengapa anda datang... Bagaimana anda bisa datang ke sini?” Romo Agostino berkata: “Allah mengutus saya. Ia tidak senang dengan anda.” Padre Pio terkejut: “Apa?” kata Padre Pio sembari mengayunkan kakinya di atas ranjang dan mulai bangun dari tempat tidur. “Tidak, tidak, anda tidak perlu bangun. Saya hanya datang untuk berkata bahwa Allah tidak menyetujui praktik penitensi anda.” Padre Pio berkata: “Jika anda memang benar di sini atas perintah Allah, anda harus memberikan saya sebuah tanda. Saya meminta anda untuk mengatakan nama Yesus.” Pada saat itu, bibir Agostino bergerak dan ia mulai tertawa; suaranya berubah. Padre Pio mencoba untuk meraih dan menyentuh jubah coklatnya. Penampakan tersebut menghilang dan meninggalkan bau belerang yang menyengat.[4] Sewaktu ia berbicara tentang peristiwa ini di dalam suratnya yang bertanggal 28 Juli 1914, Padre Pio berkata: “Iblis, seperti yang anda ketahui, adalah seorang pencipta kejahatan yang besar... ia dapat menipu anda dengan suatu ilusi jahat tertentu atau penampakan yang menyamarkan dirinya sebagai malaikat terang... Si murtad ini bahkan tahu bagaimana menyamarkan dirinya sendiri sebagai seorang Kapusin dan berlakon dengan sangat baik. Saya memohon anda untuk memercayai seseorang yang telah mengalami hal semacam ini.”[5]
Di dalam sebuah surat kepada pembimbing rohaninya pada tanggal 18 Desember 1912, Padre Pio berkata: “Pada malam yang lainnya, Iblis tampak kepada saya menyamar sebagai salah satu Bapa kami dan memberikan saya suatu perintah yang sangat ketat untuk tidak lagi menulis kepada anda, karena hal tersebut melanggar kemiskinan dan merupakan suatu rintangan yang besar terhadap kesempurnaan. Saya mengakui kelemahan saya, Bapa yang terkasih, karena saya menangis tersedu-sedu, karena percaya bahwa hal ini adalah suatu fakta. Saya tidak akan pernah menerka bahwa ini adalah jebakan iblis jika malaikat saya tidak menunjukkan kepalsuannya kepada saya.”[6]
Padre Pio sering diserang oleh para setan yang disebut oleh Padre Pio ‘iblis yang tidak murni’ dan ‘monster yang buruk rupa’. Terjadi serangan-serangan dari dalam dan dari luar, termasuk lolongan, guncangan, kegaduhan, dan benda-benda yang melayang. Ia menggambarkan salah satu peristiwa tersebut kepada pembimbing rohaninya:
“Waktu itu malam hari dan mereka memulai serangan-serangan mereka dengan suara iblis mereka. Walaupun saya tidak melihat apa-apa sama sekali pertama kalinya, saya mengetahui siapa yang membuat suara aneh tersebut. Saya tidak takut, dan mempersiapkan diri dengan menghadapi mereka dengan senyum yang mengejek. Lalu mereka datang kepada saya dengan penampilan yang paling buruk. Lalu mereka mencoba membuat saya menyalahgunakan rahmat Allah, mereka mulai mencoba dengan cara yang halus. Tetapi puji Allah saya menghardik mereka dan menghadapi mereka dengan cara yang pantas untuk makhluk semacam mereka. Sewaktu mereka melihat bahwa upaya mereka sia-sia, mereka menyerbu saya, melempar saya ke lantai, dan memukuli saya dengan keras, membuang ke udara bantal-bantal, buku-buku, dan kursi-kursi, dan pada saat yang bersamaan berteriak dengan putus asa dan mengeluarkan kata-kata yang sangat kotor.”[7]
Surat Padre Pio kepada pembimbing rohaninya yang bertanggal 14 Oktober 1912 menyatakan: “Iblis menginginkan saya untuk mengakhiri secara mutlak segala hubungan dan komunikasi dengan anda. Ia mengancam jika saya bersikeras menolak untuk memperhatikannya, ia akan melakukan hal-hal terhadap saya yang tidak akan pernah dibayangkan oleh pikiran manusia.”[8]
Tentang Iblis dan setan-setannya, Padre Pio menunjukkan keganasan yang sungguh luar biasa dari kejahatan mereka: “Sang raksasa tidak ingin mengakui kekalahannya. Ia telah tampak kepada saya dengan berbagai rupa. Selama beberapa hari yang lalu, ia telah mengunjungi saya bersama dengan pengikut-pengikutnya yang bersenjatakan gada dan senjata besi dan, yang paling buruk, rupa mereka sebagai setan.”[9]
Padre Pio menunjukkan lebih banyak tentang penderitaan-penderitaan yang diberikan oleh Iblis kepadanya: “Siapakah yang tahu berapa kali ia telah melemparkan saya dari tempat tidur dan menyeret saya di dalam ruangan?... Malam yang lain adalah salah satu yang terburuk. Dari jam sepuluh sewaktu saya akan tidur sampai jam lima pagi, si jahat tidak berhenti memukuli saya... Saya benar-benar berpikir bahwa itu adalah malam terakhir di dalam hidup saya; atau, jika saya tidak mati, saya akan menjadi gila. Pada pukul lima pagi hari, ketika si jahat meninggalkan saya, badan saya diselimuti kedinginan sampai saya menggigil dari kepala hingga kaki. Hal tersebut berlangsung selama beberapa jam. Saya berdarah dari mulut...”[10]
Pada waktu yang lain Padre Pio menggambarkan reaksi setan sewaktu ia menerima sepucuk surat dari pembimbing rohaninya. “Sewaktu saya menerima surat anda baru-baru ini dan sebelum saya membukanya, si jahat tersebut berkata kepada saya agar saya merobeknya atau melemparkannya ke dalam perapian. Jika saya melakukan hal ini, mereka akan mundur selamanya dan tidak akan mengganggu saya lagi. Saya berdiam diri tanpa memberi mereka satu jawaban pun, sedangkan saya membenci mereka di dalam hati saya. Lalu mereka menambahkan: ‘Kami hanya menginginkan hal ini sebagai syarat kami mengundurkan diri. Dengan melakukannya kamu tidak akan menunjukkan rasa benci kepada siapa pun.’ Saya menjawab bahwa tidak ada sesuatu pun yang akan mengubah pikiran saya. Mereka menghempaskan diri mereka kepada saya bagaikan harimau yang lapar, mengutuki saya dan mengancam bahwa saya akan membayar harganya. Bapa yang terkasih, mereka memenuhi kata-kata mereka! Sejak hari itu, mereka telah memukuli saya setiap hari.”[11]
Iblis kadangkala tampak dengan rupa seekor kucing hitam, atau seorang wanita muda yang menari dengan tidak senonoh, atau sebagai seorang penjaga penjara yang akan mencambuknya, atau dengan rupa Kristus yang Disalibkan, bapa rohaninya, Bapa Provinsialnya, malaikat pelindungnya, Bunda Maria, atau St. Fransiskus.[12] Di waktu lain, Iblis meludahi wajahnya dan menyiksanya dengan bunyi-bunyi yang menulikan.[13]
Padre Pio kadang-kadang merujuk kepada Iblis dan setan sebagai: “si raksasa, berandal, roh jahat, bajingan kotor, monster yang bau, bajingan penuh dosa, muka yang buruk, roh yang tidak murni, para berandalan itu, roh durjana, monster yang mengerikan, monster yang terkutuk, pemurtad yang jahat, pemurtad yang kotor, monster liar yang melolong, penipu yang jahat, pangeran kegelapan.”[14]
Pada sore hari tanggal 5 Juli 1964, terdengar seruan minta tolong di dalam bruderan: “Saudara-saudaraku, tolong!” Padre Pio meminta tolong. Para brudernya berlari untuk menolongnya dan menemukan Padre Pio telentang di atas lantai, berdarah dari hidung dan dahi, dengan sejumlah luka di atas alis kanannya.”[15]
Pada suatu kali si jahat berbicara lewat seseorang yang kerasukan, dan berseru: “Padre Pio, janganlah merenggut jiwa-jiwa dari kami dan kami tidak akan menganiayamu!”[16]
Seorang putra rohani berkata kepada Padre Pio, “Romo, beberapa orang menolak keberadaan Iblis”; Padre Pio menjawab: “Bagaimana seseorang bisa meragukan keberadaannya sewaktu saya melihatnya di sekeliling saya setiap waktu?”[17]
Suatu kali Iblis memasuki bilik pengakuan dosa dan berpura-pura membuat pengakuan dosa. Padre Pio mengingat kejadian yang menakjubkan ini:
“Pada suatu pagi, sewaktu saya memberikan pengakuan dosa kepada para pria, seorang pria yang tinggi dan ramping yang berpenampilan rapi dan dengan kelakuan yang baik datang kepada saya. Sewaktu ia berlutut, orang asing ini mulai mengakui dosa-dosanya, yaitu berbagai jenis dosa terhadap Allah, terhadap sesamanya, terhadap hukum moral; semuanya begitu menyimpang! Suatu hal mengejutkan saya. Setelah saya memarahinya akan dosa-dosanya, dengan menggunakan sabda Allah, Ajaran Gereja, dan ajaran moral dari para orang kudus untuk mendukung kata-kata saya, sang peniten yang membingungkan ini melawan kata-kata saya, membenarkan, dengan kemampuan yang andal dan kelemahlembutan yang langka, segala jenis dosa, mengosongkan dosa-dosa tersebut dari kejahatannya dan mencoba, pada waktu yang bersamaan, untuk membuat tindakan-tindakan berdosa tampak biasa, alami, tidak berdampak secara manusiawi. Dan hal ini tidak hanya bersangkutan dengan dosa-dosa yang menyeramkan terhadap Yesus, Bunda Maria dan para Kudus... tetapi juga dosa-dosa yang begitu kotor dan kasar sehingga hal-hal tersebut mencapai tingkat yang paling menjijikkan.
“Jawaban-jawaban yang diberikan sang peniten misterius ini sekali-kali kepada argumen saya, dengan kelicikan yang andal dan kejahatan yang tertutupi kehalusan, memberi kesan yang menyeramkan kepada saya. Saya berpikir kepada diri saya sendiri: ‘Siapa ini? Dari dunia mana ia datang? Siapakah dia?’ Dan saya mencoba untuk memandang wajahnya secara hati-hati untuk mungkin dapat pada akhirnya membaca dengan saksama setiap perkataannya sehingga tidak saya tidak melalaikan satu kata pun dan agar saya dapat menimbang-nimbang semuanya dalam arti keseluruhannya. Pada titik tertentu, lewat suatu terang interior yang hidup dan cerah, saya melihat dengan jelas siapa dia itu yang berada di depan saya. Dengan nada yang tegas dan mendesak, saya berkata kepadanya: ‘Ucapkan: Hidup Yesus! Hidup Maria!’ Segera setelah saya mengucapkan nama-nama yang manis dan kuat tersebut, Setan segera menghilang dalam kerlipan api, dan meninggalkan bau yang mencekik.”[18]
Di dalam sebuah surat pada tanggal 2 Maret 1917, Padre Pio berkata: “Anda harus berpaling kepada Allah sewaktu anda diserang oleh sang musuh; anda harus berharap di dalam-Nya dan menantikan segala sesuatu yang baik dari-Nya. Janganlah tinggal di dalam apa yang diberikan oleh sang musuh kepadamu. Ingatlah bahwa barangsiapa melarikan diri, ialah yang menang...”[19]
Padre Pio juga menjelaskan bahwa Iblis tidak dapat membahayakan kita secara rohani kecuali kita mengizinkannya masuk:
“Iblis bagaikan seekor anjing yang terikat dengan sebuah rantai. Di luar panjang rantai ia tidak dapat menangkap seorang pun. Dan anda, oleh karena itu, harus menjaga jarak. Jika anda terlalu dekat, anda akan tertangkap. Ingatlah, Iblis hanya memiliki satu pintu untuk masuk ke dalam jiwa: kehendak kita. Tidak terdapat pintu-pintu rahasia atau tersembunyi. Dosa bukanlah dosa sesungguhnya jika kita tidak setuju dengan kehendak kita.”[20]
Padre Pio berkata: “Saya tidak memiliki satu menit pun waktu; waktu saya dihabiskan untuk melepaskan saudara-saudara dari cengekeraman Setan. Terberkatilah Allah! Kasih yang terbesar adalah untuk melepaskan jiwa-jiwa yang dijerat oleh Setan dan memenangkan mereka untuk Kristus.”[21]
Di akhir hidup Padre Pio (pada umur 80 tahun) ia bahkan tidak dapat membalikkan badannya di tempat tidur. Padre Pio juga harus diangkat sewaktu akan duduk atau bangun dari kursinya. Beberapa waktu saat ia berada di kursinya, saat ia berdoa rosario, tiba-tiba ia dilemparkan dari kursinya dan dijatuhkan ke lantai oleh Iblis.[22]
Padre Pio berkata: “Jika Iblis membuat kekacauan, hal tersebut adalah suatu tanda yang sangat baik: yang menakutkan adalah perdamaiannya dan kerukunannya dengan jiwa manusia.”[23]
Catatan kaki:
[1] Romo Stefano Manelli, Padre Pio of Pietrelcina {Padre Pio dari Pietrelcina}, Franciscans of the Immaculate, New Bedford, MA., hal. 56.
[2] Romo Stefano Manelli, Padre Pio of Pietrelcina {Padre Pio dari Pietrelcina}, Franciscans of the Immaculate, New Bedford, MA., hal. 56.
[3] Gennaro Preziuso, The Life of Padre Pio {Hidup Padre Pio}, Society of St. Pauls, Staten Island, NY. hal. 81.
[4] Dorothy Gaudiose, Prophet of the People {Nabi Para Rakyat}, Alba House, NY, NY. hal. 27.
[5] Padre Pio of Pietrelcina, Letters Vol. II {Padre Pio dari Pietrelcina, Surat-surat Vol. II}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 150-151.
[6] Padre Pio of Pietrelcina, Letters Vol. I {Padre Pio dari Pietrelcina, Surat-surat Vol. I}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 362.
[7] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 19.
[8] Padre Pio of Pietrelcina, Letters Vol. I {Padre Pio dari Pietrelcina, Surat-surat Vol. I}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 346.
[9] Romo Tarcisio, The Devil in The Life of Padre Pio {Iblis di dalam Hidup Padre Pio}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 60.
[10] Gennaro Preziuso, The Life of Padre Pio {Hidup Padre Pio}, Society of St. Pauls, Staten Island, NY. hal. 64.
[11] Padre Pio of Pietrelcina, Letters Vol. I {Padre Pio dari Pietrelcina, Surat-surat Vol. I}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 376-377.
[12] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 20.
[13] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 77.
[14] Romo Tarcisio, The Devil in The Life of Padre Pio {Iblis di dalam Hidup Padre Pio}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 52.(Surat-surat Vol. 1, hal. 150.)
[15] Romo Tarcisio, The Devil in The Life of Padre Pio {Iblis di dalam Hidup Padre Pio}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. Italy. hal. 88.
[16] Romo Tarcisio, The Devil in The Life of Padre Pio {Iblis di dalam Hidup Padre Pio}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. Italy. hal. 111.
[17] Romo Tarcisio, The Devil in The Life of Padre Pio {Iblis di dalam Hidup Padre Pio}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 11.
[18] Romo Tarcisio, The Devil in The Life of Padre Pio {Iblis di dalam Hidup Padre Pio}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 80, 81.
[19] Padre Pio of Pietrelcina, Letters Vol. III {Padre Pio dari Pietrelcina, Surat-surat Vol. III}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 418.
[20] Clarice Bruno, Roads to Padre Pio {Jalan-Jalan Menuju Padre Pio}, Edisi Ketujuh, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 157.
[21] Gennaro Preziuso, The Life of Padre Pio {Hidup Padre Pio}, Society of St. Pauls, Staten Island, NY. hal. 122.
[22] Romo John A. Schug, Padre Pio, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 55.
[23] Padre Pio of Pietrelcina, Letters Vol. III {Padre Pio dari Pietrelcina, Surat-surat Vol. III}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 627.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...