Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
“Pada abad VI dan VII, Gereja Irlandia menjulang dalam genapnya kecantikan bagaikan kuntum bunga yang mekar penuh. Semangat Injil bekerja di antara orang-orang dengan kuasa yang perkasa dan menghidupkan; para pasukan orang kudus, dari kelas masyarakat tertinggi sampai terendah, menaati petuah Kristus, dan meninggalkan segala-galanya, agar mereka dapat mengikut Dia. Tidak ada negara di dunia, pada masa ini, yang dapat membanggakan yayasan-yayasan saleh atau komunitas-komunitas agamawi setara dengan yang menghiasi negeri yang jauh ini.” (Laux, Church History [Sejarah Gereja], hal. 182)
St. Thomas Aquinas: “Segala sesuatu yang mulai ada atau berhenti ada berbuat demikian dengan gerak atau perubahan. Namun karena kami telah memperlihatkan bahwa Allah secara mutlak imutabel, Ia itu abadi, tidak memiliki awal atau akhir sama sekali. Makhluk-makhluk yang digerakkan itu sajalah yang diukur oleh waktu. Sebab waktu, seperti yang dijelaskan dalam Fisika IV, merupakan ‘ukuran gerak’. Namun Allah, seperti yang telah dibuktikan, sama sekali tidak bergerak, dan karena itu tidak diukur oleh waktu. Maka tidak ada awal atau akhir dalam Dia.” (Summa Contra Gentiles, Buku I, Bab 15)
“ … seorang pria Spanyol termashyur di kotanya sedang meninggalkan Cartegena dengan seorang wanita asusila. Perkataan Claver, ‘Saya sedih karena melihat anda berperjalanan bersama Iblis,’ menembusnya bagaikan anak panah ke dalam jantung. Pria itu tidak berperjalanan lebih jauh dari Turbaco. Malam itu ia mengetuk pintu Claver. Ia jatuh berlutut dan menceritakan kisah hidupnya yang kacau.” (Romo Angel Valtierra, Peter Claver – Saint of the Slaves [Petrus Claver – Santo bagi Para Budak], hal. 210-211.)
St. Ambrosius, Tanggung Jawab Para Klerus, 391 M: “Gereja ditebus dengan harga darah Kristus. Yahudi maupun Yunani tidak ada bedanya; namun jika ia telah percaya ia harus bersunat diri dari dosa-dosanya supaya dia bisa diselamatkan … sebab tidak ada orang yang naik ke dalam Kerajaan Surga selain melaui Sakramen Pembaptisan.”
St. Maksimus Pengaku Iman: “Tidak seorang pun yang senang memanjakan daging akan mampu beralih kepada-Nya, atau yang lebih senang dengan tipu daya dunia daripada kemuliaan-Nya yang terberkati; orang semacam itu pun tidak akan dapat berdiri di samping Dia yang telah menaklukkan dunia [Yohanes 16:33], sebab dirinya sendiri telah dikalahkan oleh dunia .…”
Paus Leo XII, Quod hoc ineunte (#8), 24 Mei 1824: “Kami berbicara kepada anda sekalian dengan segenap cinta kasih dari hati apostolik Kami, kepada anda yang masih berada jauh dari Gereja Kristus yang sejati, dari jalan menuju keselamatan, dan yang Kami prihatinkan. Anda masih harus membawakan kepada bapa yang penyayang ini suatu kebaikan yang belum ada di dalam sukacita bersama ini: yakni, sewaktu anda telah terpanggil kepada terang yang memukau itu oleh ilham dari Roh yang teragung, dan setelah anda mengendurkan setiap jerat yang memisahkan diri anda dari bunda Gereja, anda dengan tulus bersatu dengan dirinya, yang di luar ajaran-ajarannya tidak terdapat keselamatan.”
Paus Leo XII, Charitate Christi (#11), 25 Des. 1825: “Sebagai contoh, penghujatan, kejahatan yang mengerikan itu. Siapakah yang pernah percaya bahwa kejahatan itu dapat terdengar di kalangan orang Kristen? Namun demikian tiada daerah mana pun di mana sumpah tidak diambil dengan gegabah, dan nama Allah yang menakutkan itu digunakan secara tidak hormat di setiap negeri. Beberapa orang bahkan berani menghujat Dia yang dimuliakan oleh para malaikat. Dengan semangat yang membara, carilah dan seranglah ketidaksalehan ini yang merupakan penghinaan yang sedemikian besarnya kepada Allah.”
Paus Pius IX, Nostis et Nobiscum, 8 Des. 1849:
“Itulah sebabnya para bidah dari zaman kuno dan kaum Protestan dari zaman modern, yang sedemikian terpecah-belahnya di dalam opini-opini mereka, selalu setuju dalam hal menyerang otoritas Takhta Apostolik; Takhta yang sama sekali tidak pernah dapat mereka bujuk dengan suatu tipu daya maupun dengan suatu muslihat pun untuk menolerir satu pun dari kesalahan-kesalahan mereka.”
Padre Pio (1913): “Wanita yang berlebihan dalam hal berpakaian tidak pernah bisa berpakaian dalam hidup Yesus kristus dan ia kehilangan perhiasan jiwa sekalinya berhala ini masuk dalam hatinya. Hendaknya para wanita ini berhias diri, sebagaimana yang dikehendaki St. Paulus (1 Tim. 2:9), dengan sopan dan sewajarnya dalam pakaian yang layak ....” (Surat kepada Romo Agostino, 2 Agustus 1913)
St. Optatus (367): “Engkau sungguh tahu, tak dapat kausangkal, bahwa kepada Petrus yang pertama itu telah dianugerahkan takhta keuskupan di kota Roma: di situlah terduduk kepala para Rasul, Petrus ….”
“Sebab para pelacur berbangga diri dalam aib serta praktik-praktik mereka yang memalukan, dan terbiasa mencemooh mereka yang hidup secara terhormat; sebab ‘roh yang saleh adalah kekejian bagi para pendosa’ [Sirakh 1:25].” (Akta-Akta Konsili Nicea II, Sesi 6, 787)
“Penyimpangan dari kebenaran adalah pembutaan pikiran dan akal.” (Akta-Akta Konsili Nicea II, Sesi 6, 787)
Paus Gregorius XVI, Probe Nostis (#14), 18 Sep. 1840: “Sebab ketika segala jenis siasat musuh Nerakawi mengancam Mempelai Kristus yang terkasih, Gereja tidak dapat memperoleh keberuntungan yang lebih tepat waktu daripada hasrat membara para umat beriman untuk menyebarkan kebenaran Katolik.”
St. Robertus Bellarminus, De Amissione Gratiae Et Statu Peccati, Buku 4, Bab 15: “Sebab ini bertentangan dengan iman Katolik, hal yang dinyatakan entah secara terbuka berlawanan dengan sabda Allah, seperti: Allah tidak esa, atau bersifat badaniah, atau Dia tidak menciptakan Surga dan Bumi, dan hal-hal yang serupa; atau yang berlawanan dengan Sabda Allah yang dideklarasikan oleh Gereja, seperti Putra tidak sehakikat dengan Bapa, Roh Kudus tidak berasal dari Bapa dan Putra, Kristus tidak punya dua kehendak, serta hal-hal lain semacam ini.”
Paus St. Gregorius VII, 15 Maret 1081: “ … sebab jalan yang ditempuh orang-orang terkutuk adalah berjuang melindungi kefasikan diri mereka sendiri demi membela orang yang seperti diri mereka sendiri, sebab mereka sama sekali tidak peduli kalau mendapat kebinasaan akibat dusta.”
St. Yohanes Eudes (Abad ke-17) “Para bidah menderita perbedaan keyakinan di kalangan mereka dalam berbagai pasal. Itu adalah suatu bukti bahwa mereka tidak memiliki iman yang sejati, yang satu adanya. Gereja Katolik yang Kudus tidak pernah menderita dan tidak akan pernah menderita perbedaan keyakinan sehubungan dengan satu pasal pun ... Anda harus demikian berhati-hati untuk menjaga iman ini dalam segenap kemurniannya, sebab tanpa iman ini, mustahil adanya untuk berbuat hal apa pun yang pantas mendapatkan Surga: Sine fide impossibile est placere Deo.” (Kontrak Manusia dengan Allah dalam Pembaptisan)
Kolose 3:17 – “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.”
“ … Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman.” (2 Pet. 2:4)
St. Alfonsus: “Di kehidupan ini, para pendosa mengusir ingatan dan pikiran tentang kematian, dan dengan demikian mencari damai (meskipun mereka tak pernah menemukannya) dengan menjalani kehidupan dosa; namun ketika mereka berada dalam kegelisahan maut, menjelang masuknya mereka ke alam baka, ‘ketika ketakutan mendatangi mereka, mereka akan mencari damai, dan damai tidak ada’, mereka tidak lagi bisa melarikan diri dari hati nurani mereka yang jahat; mereka akan mencari damai, namun damai macam apa yang bisa ditemukan oleh jiwa yang penuh dosa, yang menyengatnya ibarat segerombolan ular beludak?” (Persiapan Kematian, Pertimbangan VI – Kematian Pendosa)
Paus Gregorius XVI: “ … agar tiada suatu hal pun dikurangi dari hal-hal yang telah didefinisikan secara kanonik dan agar tiada suatu hal pun diubah atau ditambahkan kepadanya, tetapi agar hal-hal yang sama itu, baik di dalam kata-katanya serta maknanya, dijaga sehingga tak terjamah.” (Mirari Vos, 15 Agustus 1832)
^