| Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
| Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Paus St. Gregorius VII: “Kitab ilahi bersaksi bahwa hukuman sepadan patut diperoleh mereka yang berbuat jahat serta mereka yang menyetujuinya [Roma 1:32].” (Kepada Para Klerus dan Umat Awam Jerman, 1075)
St. Efrem (350): “ … kita diurapi dalam Pembaptisan, yang membuat kita menyandang meterai-Nya.”
“Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal ....” (Yohanes 6:27)
St. Robertus Bellarminus, 1616: “Iman Kristiani mengajukan banyak hal yang harus dipercayai, hal-hal yang begitu melampaui segala pemahaman sehingga amat sulit bagi kita untuk menyetujui hal-hal tersebut; namun demikian kita diperintahkan supaya percaya akan hal-hal itu dengan sedemikian teguhnya sehingga hendaknya kita siap (jika diperlukan) untuk mati seribu kali daripada menyangkal satu pasal iman.” (De Aeterna felicitate sanctorum)
St. Basilius Agung (360): “Banyak waktu telah saya habiskan dengan sia-sia belaka, dan hampir seluruh masa muda telah saya habiskan untuk beroleh macam hikmat yang dijadikan bodoh oleh Allah. Lalu, seketika, bagaikan orang terbangun dari tidur nyenyak, mata saya beralih pada terang kebenaran Injil yang mengagumkan, dan saya lihat tiada bergunanya ‘hikmat … para penguasa zaman ini, yang akan ditiadakan’ (1 Kor. 2:6). Dengan air mata bercucuran, saya tangisi hidup saya yang celaka dan saya berdoa agar dapat beroleh bimbingan sehingga diri saya diterima dalam doktrin-doktrin agama sejati.”
“Lalu Musa berkata kepada Allah: ‘Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? – apakah yang harus kujawab kepada mereka? Firman Allah kepada Musa: ‘AKU ADALAH AKU.’ Lagi firman-Nya: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.’” (Keluaran 3:13-14)
Wahyu 3:20 – “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”
Mazmur 139:4 - “Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan.”
Paus Leo XIII: “Tiada tanggung jawab yang lebih ditekankan secara mendesak oleh Kristus dan para Rasul-Nya, baik melalui prinsip maupun teladan daripada tanggung jawab untuk berdoa dan memohon kepada Yang Mahakuasa. Para Bapa dan Doktor di kemudian hari telah mengajarkan bahwa perkara ini menyangkut kebutuhan yang sedemikian besarnya, sehingga jika manusia lalai untuk melaksanakannya, sia-sia mereka mengharapkan kehidupan kekal. Setiap orang yang berdoa menemukan pintu yang terbuka … mintalah, carilah, ketuklah (Mt. 7:7).” (Fidentem piumque animum #2)
Paus Pius XI (1937): “Tiada yang dapat membutakan orang terhadap harta yang ditimbun dalam Perjanjian Lama, selain ketidaktahuan dan kecongkakan.” (Mit brennender sorge #15)
St. Petrus Kanisius (abad ke-16): “Mengejutkan adanya bahwa orang Kristen tidak merasa luar biasa malu, mereka yang mencemari diri mereka sendiri dengan hawa nafsu yang kotor di hadapan Allah dan para malaikat-Nya, meskipun mereka telah mengonsekrasikan badan dan anggota mereka dalam Pembaptisan sebagai bait yang murni bagi Roh Kudus, dan bagi Kristus Tuhan kita.”
“Ingatlah hal itu dan jadilah malu, pertimbangkanlah dalam hati, hai orang-orang pemberontak! Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan ....” (Yesaya 46:8-10)
St. Robertus Bellarminus: “ … para musuh kita … miskin dalam argumen, dan kaya akan fitnah ….” (De Iustificatione, Buku I, Bab 3.)
St. Ignatius dari Antiokhia (106): “Namun lihatlah orang-orang yang punya gagasan-gagasan sesat tentang rahmat Yesus Kristus dan telah mendatangi kita, dan lihatlah betapa bertentangan diri mereka dengan benak Allah … Mereka bahkan pantang Ekaristi dan pantang berdoa publik, sebab mereka tidak mau mengakui bahwa Ekaristi adalah tubuh yang sama dari Tuhan kita Yesus Kristus, yang dagingnya menderita demi dosa-dosa kita, dan yang dibangkitkan kembali oleh Bapa kebaikan-Nya.” (Surat kepada Jemaat di Smirna)
St. Fransiskus Xaverius (1543): “ … saya bahwasanya berduka lara ketika memikirkan bahwa roh-roh jahat, alih-alih Allah, disembah oleh orang-orang pagan yang buta ini, dan saya meminta agar mereka lalu mendengarkan saya. Lalu, dengan suara lantang saya mengulangi Syahadat Para Rasul dan Sepuluh Perintah Allah. Setelahnya, saya memberi mereka dalam bahasa mereka sendiri, suatu penjelasan singkat, dan memberi tahu mereka apa itu Firdaus dan apa itu Neraka, dan juga siapa saja yang masuk Surga untuk bergabung dalam persahabatan orang-orang terberkati, dan siapa saja yang akan dikirim ke Neraka untuk mendapat siksaan-siksaan kekal. Mendengar hal-hal ini, mereka semua bangkit dan berdiri yang satu dengan yang lainnya untuk merangkul saya, dan mengaku bahwa Allah orang Kristen adalah Allah benar, dan hukum-hukum-Nya begitu bersahabat dengan akal.”
Paus Pius XI (1937): “Karena Kristus … telah menuntaskan karya Penebusan, dan dengan menghancurkan kerajaan dosa, berjasa meraih rahmat bagi kita untuk menjadi anak-anak Allah, sejak hari itu tiada nama lain di bawah Surga yang telah diberikan kepada manusia, yang olehnya kita harus diselamatkan (Kisah Para Rasul 4:12).”
St. Louis de Montfort (1710): “Maka bagian utama devosi [sejati kepada Maria] ini adalah berserah seutuhnya kepada Bunda kita, supaya melaluinya, kita menjadi kepunyaan Yesus seutuhnya. Harus kita berikan kepadanya (1) raga kita, bersama segala indra dan anggotanya; (2) jiwa kita, bersama segala kekuatannya; (3) harta lahiriah kepunyaan kita, entah di masa kini atau yang akan datang; (4) harta batiniah dan rohaniah yang kita punya, yakni jasa-jasa serta kebajikan-kebajikan kita, dan juga perbuatan-perbuatan baik kita, di masa lalu, sekarang dan di masa depan … terlebih, kita harus melakukannya, tanpa mengklaim atau mengharapkan pahala lain atas persembahan dan pelayanan kita, selain kehormatan sebagai kepunyaan Yesus Kristus melalui Maria dan dalam Maria ....” (Devosi Sejati kepada Maria #121)
“Agustinus berkata bahwa perempuan itu [Hawa] tidak mungkin percaya kata-kata ular, seandainya dia belum menyerah dalam cinta akan kekuatannya sendiri, dan dalam kecongkakan diri yang gegabah.” (St. Thomas Aquinas, Summa Theologiae, Bagian I, Pertanyaan 94, Artikel 4, Jawaban kepada Penolakan 1)
St. Gregorius Nazianzus: “ … kedengkian yang mematikan tiada beristirahat, iri hati yang menghancurkan segala sesuatu, entah secara terbuka atau tersembunyi. Kuasalah yang membawakan saya awal mula masalah-masalah saya.”
Tentang transformasi luar biasa di Meksiko, menyusul penampakan Bunda Maria dari Guadalupe: “Sembilan juta pembaptisan yang terjadi antara penampakan Bunda Maria dari Guadalupe dan kematian Juan Diego serta Uskup Zumarraga di tahun 1548 menciptakan komunitas-komunitas Kristiani besar di seluruh bagian besar Meksiko Tengah … Gereja-gereja dihiasi oleh para seniman Indian dengan fresko dan arca-arca – sebuah dunia yang direnggut dari kengerian-kengerian yang dahulunya mereka lukiskan dan pahat pada zaman Penyihir Kolibri [dewa satanik bangsa Aztek].” (Carroll, A History of Christendom [Sejarah Kekristenan], Vol. 4, hal. 625)
^