Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
St. Agustinus, Contra Julianum [Melawan Julianus], Buku 5, Bab 1, 422 M: “ … manusia bagaikan kesia-siaan dan hari-harinya berlalu ibarat bayang-bayang ....”
Paus St. Leo Agung, Surat 105, 22 Mei 452: “ … dan bersyukur kepada Allah yang Rahim dan Mahakuasa, sebab Ia tidak membiarkan seorang pun, selain mereka yang cinta kegelapan dan bukan terang, disesatkan sehingga tak menerima kebenaran injili ....”
St. Yohanes Eudes (abad ke-17): “Hal yang biasanya paling sering membuat kita jatuh ke dalam dosa adalah daya pikat hal-hal duniawi. Iblis menggunakannya sebagai umpan untuk membuat kita mencintai dosa, dan untuk menarik kita agar kita melakukannya. Demikianlah cara ia membuat orang tua kita yang pertama berbuat dosa, dengan menjanjikan mereka pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ia berani menggoda Tuhan kita dengan cara yang sama, dengan menawarkan segala kerajaan kepada-Nya, dengan syarat Ia hendak berbuat dosa. Dalam segala kesempatan yang muncul, ia pun juga mengajak kita berbuat dosa, dengan menawarkan harapan akan suatu keuntungan duniawi kepada kita. Orang Kristen yang tidak terhitung jumlahnya terperosok ke dalam godaan ini, dan kehilangan kebaikan-kebaikan abadi di kehidupan yang akan datang, hanya demi menikmati kebaikan-kebaikan palsu dari dunia ini.”
Paus St. Leo Agung: “Namun agar hal ini dapat ditaati dan dijaga, keutuhan iman Katolik harus pertama-tama dilestarikan, dan karena dalam segala perkara ‘sempit’ dan curam ‘jalan yang membimbing kepada hidup,’ tidak boleh ada penyimpangan dari jalurnya, baik ke sisi kanan maupun ke sisi kiri.” (Surat 85, 9 Juni 451)
St. Alfonsus: “Semua orang yang terkutuk telah binasa karena mereka lalai untuk berdoa; seandainya saja mereka telah berdoa, mereka tidak akan menjadi binasa; dan semua santo-santa telah menjadi orang kudus dengan berdoa; seandainya saja mereka lalai untuk berdoa, mereka tidak akan telah menjadi santo-santa. St. Yohanes Krisostomus berkata: kita harus hidup dalam keyakinan bahwa kelalaian untuk berdoa dan kehilangan rahmat Allah, adalah hal yang satu dan sama.”
Paus Leo XIII: “Karena Gereja berkeyakinan kuat akan prinsip-prinsip tersebut, dan karena ia penuh perhatian terhadap tanggung jawabnya, tiada suatu hal pun yang pernah menjadi tekad Gereja yang terbesar, tiada suatu hal pun yang pernah dikejarnya dengan usaha yang sedemikian besarnya selain menjaga keutuhan iman dengan cara yang tersempurna. Itulah sebabnya, semua orang yang tidak setuju dengan Gereja tentang pasal doktrin yang mana pun telah dipandang oleh Gereja sebagai para pemberontak terbuka dan Gereja pun mengusir mereka jauh-jauh dari dirinya.” (Satis Cognitum #9, 29 Juni 1896)
2 Tawarikh 12:5 - “Nabi Semaya datang kepada Rehabeam dan pemimpin-pemimpin Yehuda yang berkumpul di Yerusalem berhubung dengan ancaman Sisak, dan berkata kepada mereka: ‘Beginilah firman TUHAN: Kamu telah meninggalkan Aku, oleh sebab itu Akupun meninggalkan kamu juga dalam kuasa Sisak.’”
Paus Leo XIII (1886): “Namun Kami tidak dapat tinggal diam mengenai hal yang bukannya tidak diketahui seorang pun, yaitu betapa masa-masa ini di mana-mana berlawanan dengan praktik kebajikan, betapa banyak siasat yang digunakan untuk bertarung melawan Gereja dan betapa di tengah-tengah bahaya ini, harus ditakuti bahwa iman yang terkikis pun menjadi lemah di tempat ia sebelumnya telah berakar dengan kuat. Cukup untuk diberitahukan bahwa mata air yang mematikan dari kejahatan-kejahatan yang begitu banyaknya itu adalah asas-asas rasionalisme dan materialisme yang secara bebas disebarkan ke mana-mana. – Umpan pembejatan yang tak terhitung jumlahnya juga menyertainya: kecenderungan kuasa publik yang begitu seringnya memusuhi Gereja, seandainya pun tidak sampai dilakukan secara terbuka; kebersikerasan yang lancang dari serikat-serikat rahasia; sistem pendidikan orang muda yang tidak memedulikan Allah sama sekali, yang diterapkan di mana-mana.” (Quod multum #3)
St. Basilius (abad ke-4) : “ … hidup kita telah difitnah; dan iman kita akan Allah telah difitnah; sebab saya menyadari bahwa para pemfitnah menimbulkan luka kepada tiga pribadi sekaligus: ia melukai orang yang difitnahnya, mereka yang ada bersamanya sewaktu ia melakukan percakapan, dan dirinya sendiri.” (Surat 204)
Paus St. Leo Agung, Khotbah 16, abad ke-5: “Namun sama sekali tiada keraguan, saudara-saudara yang amat terkasih, bahwa semua perbuatan kesalehan yang semakin membuat diri kita berkenan kepada Allah ini membuat musuh kita, yang begitu terampilnya dalam membahayakan diri kita, terangsang oleh sengat-sengat kebencian, sehingga dengan kedok pengakuan nama Kristen yang palsu, ia dapat membejatkan mereka yang tidak dibiarkannya menyerang dengan penganiayaan-penganiayaan terbuka dan bersimbah darah, dan demi menempuh karya ini, ia memiliki para bidah yang menghamba kepadanya, yang telah disesatkannya dari iman Katolik serta tunduk kepadanya, dan terdesak oleh berbagai macam kesalahan sehingga melayani pada kubunya.”
“’Maka setelah melakukan banyak upaya’ untuk menyerang, mematahkan semangat dan menakut-nakuti St. Antonius dari Padang Pasir, ‘mereka [roh-roh jahat] menggertakkan gigi mereka terhadap dia … Dan Tuhan dalam perkara ini pun tidak lupa akan pergulatan Antonius, namun datang membelanya. Sebab ketika menengadah, Antonius melihat ada seperti atap yang terbuka dan secercah sinar turun kepadanya. Dan roh-roh jahat itu pun tiba-tiba menghilang, dan nyeri badannya pun hilang pada waktu itu juga, dan bangunan itu kembali kukuh.’” (St. Antony of the Desert [St. Antonius dari Padang Pasir], hal. 14.)
St. Atanasius, abad ke-4: “Pertama-tama percayalah bahwa Allah itu esa, Ialah yang menciptakan segala sesuatu dan yang memadukan segala sesuatu bersama-sama, dan menjadikan segala sesuatu ada dari yang tidak ada” (Tentang Penjelmaan, 3, 1)
Penglihatan St. Ansgarius (abad ke-9): “Lalu ketika saya telah dibawa oleh orang-orang yang saya sebutkan, ke dalam kehadiran cahaya yang tiada habisnya ini, di mana kemegahan Allah yang Mahakuasa diwahyukan kepada saya tanpa perlu dijelaskan seorang pun, dan ketika mereka dan diri saya telah mempersembahkan penyembahan kami bersama-sama, sebuah suara yang teramat merdu, suara yang lebih berbeda dari segala suara lainnya, mendatangi diri saya dari kemegahan ilahi yang sama itu ....” (Riwayat Hidup Ansgarius, hal. 10)
Ayub 11:7-10 – “ ... Allah ... Tingginya seperti langit --apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati --apa yang dapat kauketahui? Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera.”
Paus St. Martinus I, Sinode Lateran, 640: “ … Iblis, yang telah selalu bergegas melakukan karya-karyanya melalui ‘para putra ketidaktaatan.’”
Paus St. Martinus I, Sinode Lateran, 649: “ … tidak ada titik temu antara para bidah dan para bapa yang kudus, namun ‘sejauh Timur dari Barat’, demikian pula jauhnya para bidah yang fasik itu dalam perkataan dan pikiran, dari orang-orang yang berbicara tentang Allah.”
Sebagai orang muda yang di kemudian hari menjadi rasul Brazil, Padre Jose de Anchieta [abad ke-16] gembira dan disukai orang. “Namun Jose sering kali bersedih hati dan melankolis. Dalam suasana hatinya yang gelisah, ia mencari kesunyian untuk berdoa dan bermeditasi: jiwanya merindukan sesuatu yang lebih dari kesalehan, pengetahuan dan rasa sayang yang biasa-biasa saja. Ketika dikuasai oleh semangat itu, ia akan meninggalkan studinya yang berat dan berjalan di sepanjang tepian Sungai Mondego. Dalam kecantikan sungai itu, ia menemukan pelepasan yang membuatnya sanggup merenungkan tragedi kelemahan manusia. Setelah melakukan salah satu perjalanannya dalam pencarian untuk memuaskan rasa lapar itu, Jose memasuki Katedral Coimbra. Ketika ia berlutut dalam keheningan yang mendalam dan berbayang-bayang di hadapan gambar Perawan Suci, ia seketika menemukan damai dan sukacita yang didamba-dambakannya. Kerinduan samar yang sebelumnya mengganggu dirinya dan kadang kala menguasainya sekarang berubah menjadi keinginan untuk membaktikan hidupnya demi melayani Allah ....” (Helen G. Dominian, Apostle of Brazil [Rasul Negeri Brazil], hal. 6)
Ketika mengonversikan para budak pagan di Amerika Selatan, St. Petrus Claver (1580-1654) mengajarkan mereka bahwa mereka harus meminta “ampun atas dosa-dosa kehidupan mereka yang dahulu pagan, terutama atas penyembahan berhala, hawa nafsu dan kemabukan.” (Romo Angel Valtierra, Peter Claver – Saint of the Slaves [Petrus Claver – Santo bagi Para Budak], 1960, hal. 127)
Sirakh 29:22 – “Sudah banyak yang tewas karena mata pedang, tetapi belum sebanyak yang gugur karena lidah mereka sendiri.”
Paus St. Leo Agung: “Belalah Gereja dalam damai yang tak tergoyahkan terhadap para bidah, supaya kekaisaran anda juga boleh dibela oleh tangan kanan Kristus.” (Surat 44, 13 Okt. 449, kepada Kaisar Teodosius II)
^