Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Paus St. Klemens I: “ … setelah pergi bersamanya, dia [istri Lot] berubah pikiran dan tidak lagi semufakat, dan karena itu ia menjadi tiang garam sampai hari ini, agar semua orang boleh tahu bahwa mereka yang pikirannya mendua dan mereka yang mempertanyakan kuasa Allah terkena hukuman dan menjadi peringatan bagi semua keturunan.” (Surat kepada Jemaat di Korintus, #11, Abad I)
“Amin, amin, Aku berkata kepadamu: Barang siapa tidak masuk melalui pintu, namun memanjat melalui jalan lain, dia itu seorang pencuri dan perampok … Akulah pintu.” (Yohanes 10:1, 9)
Setelah lama bersiap-siap, Kaisar Julianus si Pemurtad [musuh orang Kristen] “memulai serangan-serangannya terhadap bangsa Persia pada tahun 363 M … Ketika mendaki lembah Tigris, ia terkena luka parah dalam bentrokan dengan pasukan Persia. Seraya jatuh dari kudanya dan melihat darah tersembur keluar dari lukanya, ia dikatakan berseru: “Engkau telah menang, hai Orang Galilea.’” (Laux, Church History [Sejarah Gereja], hal. 97)
Paus Nikolas I, Kepada Klerus Konstantinopel, Abad ke-9: “ … tiada gunanya bagi mereka untuk memulai pada jalan yang benar dan lalu gagal bertekun di jalan itu, ‘sebab ia yang bertekun sampai kesudahannyalah yang selamat’ [Matius 10:22]. Sebab akan berguna apa bagi orang untuk mendukung kebenaran pada mulanya dan setelah beberapa waktu, menyimpang dari jalan kebenaran akibat kelembekan atau rasa takut atau kegagalan lain apa pun?”
Paus Klemens kepada jemaat di Korintus (abad I): “Maka menimbang diri kita merupakan milik Yang Suci itu, marilah kita berbuat segala sesuatu yang berkenaan dengan kekudusan, meninggalkan fitnah, pelukan-pelukan yang menjijikkan dan najis, kemabukan dan kerusuhan serta hawa nafsu yang patut dibenci, perzinaan yang keji, keangkuhan yang patut dibenci.” (#30)
St. Atanasius: “Sebab karena itulah orang Yahudi yang terdahulu juga menyangkal sang Sabda, dan seraya berkata, ‘Kami tidak punya raja selain Kaisar’, mereka dengan demikian segera terlucuti dari segala kepunyaan mereka, dan kehilangan cahaya Pelita, harumnya urapan, pengetahuan dari nubuat, dan sang Kebenaran sendiri; sampai sekarang mereka tidak mengerti apa-apa, namun sedang berjalan seperti dalam kegelapan.” (Diskursus Pertama Melawan Kaum Arian, Bab 3, sekitar 360 M)
St. Louis de Montfort: “Saya bisa bercerita panjang lebar kepada anda tentang rahmat yang telah diberikan Allah kepada diri saya untuk mengetahui, lewat pengalaman, betapa ampuhnya pengkhotbahan Rosario suci, dan tentang bagaimana saya telah melihat dengan mata kepala saya sendiri, konversi-konversi paling menakjubkan yang telah dibuahkannya.” (Rahasia Rosario, Mawar Putih)
“Ngeri benar kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.” (Ibrani 10:31)
2 Korintus 11:3 – “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.”
Paus Pius IX: “Demikianlah pula tujuan dari sistem yang mengerikan itu, yakni indiferentisme terhadap segala agama, yang secara mutlak bertentangan dengan terang dari akal budi sendiri. Di dalam sistem yang menakutkan ini, para rasul kesesatan menghapuskan segala perbedaan antara kebajikan dan kefasikan, kebenaran dan kesalahan, kelurusan dan kebejatan, dan mengemukakan bahwa manusia dapat memperoleh keselamatan abadi di dalam agama apa pun, seolah-olah mungkin terjadi persetujuan antara keadilan dan kefasikan, antara terang dan kegelapan, antara Kristus dan Belial.” (Qui Pluribus, 9 Nov. 1846)
Paus St. Gregorius VII, 11 Des. 1080: “Namun para musuh salib Kristus – bukan, sebaliknya, para musuh jiwa mereka sendiri, bangkit melawan kita dan, terkena butanya kegilaan, melawan keselamatan diri mereka sendiri dengan berusaha menginjak-injak Gereja yang kudus … Bahwasanya, seperti yang anda ketahui, kami telah mendapat kebencian orang-orang ini oleh karena alasan ini – yakni, kami berupaya membebaskan mereka dari jerat-jerat Iblis dan membimbing mereka pulang ke pangkuan Bunda Gereja.”
Paus Leo XIII, Octobri Mense (#2), 22 Sep. 1891: “Agar ia [Gereja] dapat mengajarkan kebenaran kepada manusia dan dapat membimbing mereka menuju keselamatan kekal, ia harus bergelut dalam pertempuran sehari-hari, dan di sepanjang arus waktu, ia telah bertarung, bahkan sampai mengalami kemartiran ....”
Yohanes 3:30 – “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
Paus Leo XIII, Exeunte iam anno (#9), 25 Des. 1888: “Sebab Yesus Kristus telah menebus umat manusia satu kali dengan menumpahkan darah-Nya, namun kuasa dari karya serta karunia yang sedemikian agungnya itu bekerja bagi semua usia; ‘tidak pun ada keselamatan di dalam nama yang lain’ (Kisah Para Rasul 4:12).”
St. Anselmus: “Jika engkau ingin yakin bahwa engkau terhitung sebagai orang yang terpilih, berjuanglah untuk menjadi bagian dari jumlah yang sedikit itu, dan bukan yang banyak. Dan jika engkau ingin menjadi sangat yakin akan keselamatanmu, berjuanglah untuk menjadi bagian dari yang tersedikit dari yang sedikit … Janganlah mengikuti kebanyakan umat manusia, tetapi ikutilah mereka yang masuk melalui jalan yang sempit, yang menolak dunia, yang menyerahkan diri mereka sendiri kepada doa … sehingga mereka dapat mencapai keabadian yang terberkati.”
St. Fulgensius, Kaidah Iman, (526): “Percayalah dengan amat teguh dan janganlah pernah ragu sedikit pun bahwa tidak hanya semua orang pagan tetapi juga semua orang Yahudi dan semua orang bidah serta skismatis yang mengakhiri hidup ini di luar Gereja Katolik akan masuk ke dalam api yang kekal yang telah disiapkan untuk iblis dan para malaikatnya.”
St. Fransiskus Xaverius: “ … jati diri seseorang adalah dirinya di hadapan Allah … dan tidak lebih dari itu, bahkan jika … orang lain berpendapat lain.”
Paus Pius X: “ … sungguh diketahui dengan baik bahwa Gereja sama sekali tidak berhak mengadakan inovasi macam apa pun berkenaan substansi sakramen ....” (Ex quo, 26 Des. 1910)
St. Alfonsus: “’Hidup manusia singkat: ia muncul bagaikan kembang, dan lalu binasa’ (Ayub xiv. 1, 2). Tuhan memerintahkan Yesaya supaya mewartakan kebenaran yang satu ini: ‘Berserulah’, ujar-Nya kepada Yesaya, ‘semua manusia adalah rumput … bahwasanya manusia adalah rumput. Rumput menjadi kering, dan bunga menjadi layu’ (Yesaya xl. 6, 7). Hidup manusia ibarat sehelai rumput. Kematian datang, rumput mengering, dan lihatlah kehidupannya berakhir, dan bunga segala keagungan dan barang-barang duniawi pun menjadi layu.” (Persiapan Kematian, Pertimbangan III, Poin II: Tentang Singkatnya Hidup)
Paus Martinus V: “Sinode suci ini … mendeklarasikan, mendefinisikan dan mendekretkan bahwa Yohanes Wyclif yang sudah disebutkan itu adalah seorang bidah notorius dan tegar yang meninggal dalam bidah, dan sinode suci ini menganatemakan dirinya dan mengutuk kenangannya. Sinode suci ini mendekretkan dan memerintahkan agar jasad serta tulang-belulangnya diangkat dari kuburan, kalau dapat diidentifikasi dari jasad-jasad para umat beriman, dan disebarkan jauh dari tempat penguburan gereja ....” (Konsili Konstanz, Sesi 8, “Pengutukan Wyclif”, 4 Mei 1415).
^