| Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
| Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
“Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya.” (Mat. 27:27-30)
“Mereka menerima Yesus. Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah. Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: YESUS, ORANG NAZARET, RAJA ORANG YAHUDI. Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani. Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: ‘Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.’ Jawab Pilatus: ‘Apa yang kutulis, tetap tertulis.’” (Yohanes 19:16-22)
“Bruder Yesuit, Alfonsus Rodriguez, dahulu terbiasa mendaraskan Rosarionya dengan semangat yang sedemikian besarnya sehingga ia sering melihat sebuah bunga mawar merah keluar dari mulutnya setiap kali ia mendoakan Bapa Kami, dan sebuah bunga mawar putih di setiap Salam Maria, keduanya setara dalam kecantikan dan hanya berbeda dalam hal warna.” (St. Louis De Montfort, Rahasia Rosario, Mawar ke-7)
St. Agustinus (426): “Oleh karena itu, baik orang-orang yang belum pernah mendengar injil maupun mereka yang, setelah mendengarnya, dan setelah berubah menjadi lebih baik, tidak menerima ketekunan … tidak seorang pun dari mereka ini terpisah dari benjolan yang dikenal sebagai orang-orang terkutuk, sebab semuanya akan pergi … menerima hukuman.”
St. Ignatius dari Antiokhia (107), saat bersiap untuk kemartirannya: “Dengan penuh sukacita, saya menantikan binatang-binatang buas yang terkurung, yang siap menerkam saya; saya akan membujuk mereka supaya memangsa diri saya, agar mereka tidak ragu untuk merenggut diri saya, seperti yang kadang kala terjadi … Saya ini gandumnya Allah, dan saya diremukkan oleh binatang-binatang buas supaya saya dapat ditemukan sebagai roti Kristus yang murni.”
St. Atanasius: “Sebab karena itulah orang Yahudi yang terdahulu juga menyangkal sang Sabda, dan seraya berkata, ‘Kami tidak punya raja selain Kaisar’, mereka dengan demikian segera terlucuti dari segala kepunyaan mereka, dan kehilangan cahaya Pelita, harumnya urapan, pengetahuan dari nubuat, dan sang Kebenaran sendiri; sampai sekarang mereka tidak mengerti apa-apa, namun sedang berjalan seperti dalam kegelapan.” (Diskursus Pertama Melawan Kaum Arian, Bab 3, sekitar 360 M)
“Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!” (Lukas 12:4-5)
“Orang-orang Kristen dahulu menjadi sasaran kebencian dan penghinaan [oleh rakyat Kekaisaran Romawi]. Karena mereka tidak toleran terhadap semua agama yang lain, karena mereka sama sekali menyangkal keberadaan ilah-ilah pagan atau memandang ilah-ilah pagan sebagai roh-roh jahat, yang ibadatnya merupakan penghujatan serta pengkhianatan terbesar terhadap Allah yang sejati – mereka disebut sebagai orang fanatik yang picik ….” (Romo Laux, Church History [Sejarah Gereja], hal. 44)
St. Louis de Montfort: “Saya bisa bercerita panjang lebar kepada anda tentang rahmat yang telah diberikan Allah kepada diri saya untuk mengetahui, lewat pengalaman, betapa ampuhnya pengkhotbahan Rosario suci, dan tentang bagaimana saya telah melihat dengan mata kepala saya sendiri, konversi-konversi paling menakjubkan yang telah dibuahkannya.” (Rahasia Rosario, Mawar Putih)
Mengenai dewa-dewa pagan yang disembah bangsa Denmark (abad IX), “Herigarius, hamba Tuhan yang setia, memarahi mereka dan berkata, ‘Sumpah-sumpah dan kurban-kurban yang kalian persembahkan kepada berhala dikutuk oleh Allah. Berapa lama kalian mau menghamba kepada roh-roh jahat, dan menyakiti serta memelaratkan diri kalian sendiri dengan sumpah yang sia-sia itu.’” (Riwayat Hidup Ansgarius, Rasul Bangsa Utara, bab 19)
“Ngeri benar kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup” (Ibrani 10:31)
Paus Pius IX: “Demikianlah pula tujuan dari sistem yang mengerikan itu, yakni indiferentisme terhadap segala agama, yang secara mutlak bertentangan dengan terang dari akal budi sendiri. Di dalam sistem yang menakutkan ini, para rasul kesesatan menghapuskan segala perbedaan antara kebajikan dan kefasikan, kebenaran dan kesalahan, kelurusan dan kebejatan, dan mengemukakan bahwa manusia dapat memperoleh keselamatan abadi di dalam agama apa pun, seolah-olah mungkin terjadi persetujuan antara keadilan dan kefasikan, antara terang dan kegelapan, antara Kristus dan Belial.” (Qui Pluribus #15, 9 Nov. 1946)
Yohanes 3:30 – “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
Paus Leo XIII, Exeunte iam anno (#9), 25 Des. 1888: “Sebab Yesus Kristus telah menebus umat manusia satu kali dengan menumpahkan darah-Nya, namun kuasa dari karya serta karunia yang sedemikian agungnya itu bekerja bagi semua usia; ‘tidak pun ada keselamatan di dalam nama yang lain’ (Kisah Para Rasul 4:12).”
Paus St. Gregorius VII, 11 Des. 1080: “Namun para musuh salib Kristus – bukan, sebaliknya, para musuh jiwa mereka sendiri, bangkit melawan kita dan, terkena butanya kegilaan, melawan keselamatan diri mereka sendiri dengan berusaha menginjak-injak Gereja yang kudus … Bahwasanya, seperti yang anda ketahui, kami telah mendapat kebencian orang-orang ini oleh karena alasan ini – yakni, kami berupaya membebaskan mereka dari jerat-jerat Iblis dan membimbing mereka pulang ke pangkuan Bunda Gereja.”
Paus Leo XIII: “ … Misteri Tritunggal yang Terberkati. Para doktor Gereja menyebut dogma ini sebagai ‘hakikat Perjanjian Baru, maksudnya, yang teragung dari segala misteri, sebab inilah landasan dan asal semua misteri itu.” (Divinum illud munus #3, 9 Mei 1897)
Romo De Smet: “Suku Indian sama sekali tak mengenal perkataan menghujat, dan sering hidup bertahun-tahun tanpa amarah dalam tutur kata mereka. Namun ketika mabuk -- dan sekarang mereka mendapat minum-minuman dalam jumlah besar -- segala sifat baik orang Indian menghilang, dan dirinya tidak lagi menyerupai manusia; orang perlu melarikan diri dari dia. Jeritan-jeritan dan lolongan-lolongan mereka mengerikan; mereka menjatuhkan diri, satu di atas yang lain, saling menggigit hidung dan telinga, saling memutilasi satu sama lain dengan amat ngeri. Sejak kedatangan kami, empat orang dari suku Otoe dan tiga dari suku Potawotami telah terbunuh dalam pesta mabuk-mabukan ini.” (The Life of Fr. De Smet [Riwayat Hidup Romo De Smet], hal. 83-84)
Paus Leo XIII: “Celaka orang yang hidup dalam keadaan barbar dan dengan perilaku tak beradab; namun lebih celaka lagi orang yang tak berpengetahuan tentang yang terluhur, dan hidup dalam ketidaktahuan akan Allah yang satu dan sejati.” (Quarto abeunte saeculo #4, 16 Juli 1892)
St. Anselmus: “Jika engkau ingin yakin bahwa engkau terhitung sebagai orang yang terpilih, berjuanglah untuk menjadi bagian dari jumlah yang sedikit itu, dan bukan yang banyak. Dan jika engkau ingin menjadi sangat yakin akan keselamatanmu, berjuanglah untuk menjadi bagian dari yang tersedikit dari yang sedikit … Janganlah mengikuti kebanyakan umat manusia, tetapi ikutilah mereka yang masuk melalui jalan yang sempit, yang menolak dunia, yang menyerahkan diri mereka sendiri kepada doa … sehingga mereka dapat mencapai keabadian yang terberkati.”
St. Fulgensius, Kaidah Iman, (526): “Percayalah dengan amat teguh dan janganlah pernah ragu sedikit pun bahwa tidak hanya semua orang pagan tetapi juga semua orang Yahudi dan semua orang bidah serta skismatis yang mengakhiri hidup ini di luar Gereja Katolik akan masuk ke dalam api yang kekal yang telah disiapkan untuk iblis dan para malaikatnya.”
^