^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Jahatnya Dosa Berat - Khotbah St. Alfonsus
Khotbah VI
Tentang jahatnya dosa berat
“Lihatlah, Bapa-Mu dan aku telah berduka mencari-Mu” – Lukas ii. 48
“Maria yang tersuci kehilangan Putranya selama tiga hari: pada waktu itu ia terus menangis karena ia kehilangan Yesus, dan tidak berhenti mencari-cari-Nya sampai ia menemukan-Nya. Lalu mengapakah begitu banyak pendosa bukan hanya kehilangan Yesus, tetapi bahkan kehilangan rahmat ilahi-Nya; dan bukan menangisi kehilangan yang amat besar itu, tetapi justru tidur dengan tenang, dan sama sekali tidak berupaya untuk memperoleh kembali berkat yang begitu besar itu? Hal ini dikarenakan bahwa mereka tidak merasakan seperti apakah rasanya kehilangan Allah akibat dosa. Beberapa orang berkata: saya melakukan dosa ini, bukan agar kehilangan Allah, melainkan untuk mendapatkan kenikmatan ini, untuk memiliki barang milik orang lain, atau untuk membalas dendam kepada seorang musuh. Mereka yang berbicara demikian menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti jahatnya dosa berat. Apakah dosa berat itu?
Poin pertama. Dosa berat adalah kebencian besar yang ditunjukkan kepada Allah.
1. Allah memerintahkan Surga dan Bumi untuk membenci ketidakbersyukuran orang-orang yang melakukan dosa berat, setelah mereka telah diciptakan oleh-Nya, diberi makan darah-Nya, dan ditinggikan kepada martabat sebagai anak-anak angkat-Nya. ‘Dengarkanlah, ya Surga, dan condongkanlah telinga, ya Bumi; sebab Tuhan telah berbicara. Aku telah membesarkan anak-anak dan meninggikan mereka; tetapi mereka telah membenciku’ – Yesaya i. 2. Siapakah Allah ini yang dibenci para pendosa? Ia adalah yang keagungan-Nya tidak terbatas, yang di hadapan-Nya semua raja di Bumi dan semua orang kudus di Surga lebih kecil dari setetes air atau sebutir pasir. ‘Seperti setetes air dalam timba… seperti sebutir debu’ – Yesaya xl. 15. Pendek kata, demikianlah keagungan Allah, sehingga di hadapan-Nya semua ciptaan itu bagaikan mereka tidak ada. ‘Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya’ – ibid., xl. 17. Dan apakah manusia itu, yang menghina-Nya? Santo Bernardus menjawab: ‘Saccus vermium, cibus vermium’. Setumpuk belatung, makanan belatung, yang olehnya ia akan dimakan di dalam kubur. ‘Engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang’ – Wahyu iii. 17. Ia begitu malang sehingga ia tidak dapat melakukan apa-apa, begitu buta sehingga ia tidak tahu apa-apa, dan begitu miskin sehingga ia tidak memiliki apa-apa. Dan belatung ini berani untuk membenci Allah dan untuk membangkitkan murka-Nya. ‘Debu yang kotor’, ujar Santo yang sama, ‘berani untuk mengesalkan keagungan yang demikian besarnya’. Benar saja bahwa Santo Thomas menyatakan, bahwa jahatnya dosa berat itu, sebagaimana adanya, tidak terhingga. ‘Peccatum habet quandam infinitatem malitiae ex infinitate divinae majestatis’ – Bagian 3, Pertanyaan 2, Artikel 2, ad. 2. Dan St. Agustinus menyebutnya sebagai suatu kejahatan yang tidak terhingga. Maka, Neraka dan ribuan Neraka tidaklah cukup sebagai hukuman untuk satu pun dosa berat.
2. Dosa berat sering didefinisikan oleh para teolog sebagai ‘suatu penolakan terhadap kebaikan yang tidak dapat berubah’ – St Thomas, Bagian 1, Pertanyaan 24, Artikel 4; penolakan seseorang terhadap kebaikan yang tertinggi. Tentang hal ini, Allah mengeluh lewat nabi-Nya, dengan berkata: ‘Engkau telah meninggalkan-Ku, Tuhan berkata; engkau telah berjalan membelakangi Aku’ – Yeremia xv. 6. Manusia durhaka, ujarnya kepada sang pendosa, Aku tidak akan pernah memisahkan diri-Ku daripadamu; engkaulah yang telah pertama-tama meninggalkan-Ku: engkau telah berjalan membelakangi-Ku; engkau telah membalikkan punggungmu kepada-Ku.
3. Ia yang membenci hukum ilahi, membenci Allah; sebab ia tahu bahwa. Dengan membenci hukum itu, ia kehilangan rahmat ilahi. ‘Oleh pelanggaran terhadap hukum engkau memalukan Allah’ Roma ii. 23. Allah adalah Tuhan dari segala hal, sebab Ia telah menciptakan segala hal. ‘Segala hal ada di dalam kekuatan-Mu… Engkau telah menciptakan Surga dan Bumi’ – Ester xiii. 9. Maka semua ciptaan yang tidak memiliki akal – angin, laut, api, dan hujan – mematuhi Allah. ‘Angin dan lau mematuhi-Nya’ – Matius viii. 27. ‘Api, hujan es, salju, es, angin badai, yang memenuhi kata-kata-Nya’ – Mazmur, cxvlviii. 8. Tetapi manusia, sewaktu ia berdosa, berkata kepada Allah: Tuhan, Engkau memerintahkanku, tetapi aku tidak akan patuh; Engkau memerintahkanku untuk memaafkan penghinaan semacam itu, tetapi aku akan merasa tersinggung; Engkau memerintahkanku untuk menyerahkan barang milik orang lain, tetapi aku akan menyimpannya; Engkau menginginkan agar aku menghindari kenikmatan yang terlarang, tetapi aku akan menikmatinya. ‘Engkau telah mematahkan kuk-Ku, engkau telah memutuskan tali pengikat-Ku, dan engkau berkata: ‘Aku tidak akan mengabdi’’ – Yeremia ii. 20. Pada akhirnya, sang pendosa, sewaktu ia melanggar perintah Allah, berkata kepada Allah: aku tidak mengakui-Mu sebagai Tuhanku. Seperti Firaun, sewaktu Musa, mewakili Allah, memerintahkannya dalam nama Tuhan untuk mengizinkan bangsanya untuk pergi ke padang gurun, sang pendosa menjawab: ‘Siapakah Tuhan sehingga aku harus mendengarkan suara-Nya dan membebaskan Israel?’ – Keluaran v. 2.
4. Penghinaan yang diberikan kepada Allah oleh karena dosa diperbesar oleh kejahatan dari hal-hal yang untuknya para pendosa menghina-Nya. ‘Mengapa orang fasik menista Allah’ – Mazmur x. 13. Untuk hal apakah begitu banyak orang menghina Tuhan? Untuk suatu kesombongan kecil; untuk melampiaskan rasa marah; atau untuk kenikmatan yang kebinatangan. ‘Mereka melanggar kekudusan-Ku di tengah-tengah umat-Ku hanya demi beberapa genggam jelai dan beberapa potong roti’ – Yehezkiel xiii. 19. Allah dinistakan hanya untuk beberapa genggam jelai – untuk beberapa potong roti! Ya Allah! Mengapakah kita mengizinkan diri kita sendiri untuk dengan begitu mudahnya ditipu oleh Iblis? ‘Terdapat neraca palsu di tangannya’ – Hosea xii. 7. Kita tidak menimbang hal-hal di dalam neraca Allah, yang tidak dapat menipu, melainkan di dalam neraca Setan, yang hanya ingin menipu kita, agar ia dapat membawa diri kita bersamanya ke dalam Neraka. ‘Tuhan’, ujar Daud, ‘siapakah yang seperti Engkau?’ – Mazmur xxxiv. 10. Kebaikan Allah tidak terhingga; dan sewaktu Ia melihat para pendosa menyetarakan-Nya dengan suatu barang sepele di Bumi atau kenikmatan yang menyedihkan, dengan benar Ia mengeluh dalam kata-kata sang nabi: ‘Dan kepada siapakah engkau akan membandingkan Aku, atau menyamakan Aku? ujar Yang Mahakudus’ – Yesaya xl. 25. Menurutmu, kenikmatan yang hina lebih berharga dari rahmat-Ku. Apakah engkau lebih menyukai kepuasan yang sementara daripada diri-Ku? ‘Engkau telah melupakan Aku dan meninggalkan Aku’ – Yehezkiel xxiii. 35. Lalu, Salvianus menambahkan, ‘tiada seorang pun yang lebih tidak dihormati oleh manusia daripada Allah’ – lib. v., Adv. Ava. Apakah Tuhan begitu menjijikkan di depan mata anda sehingga anda berhak lebih menyenangi hal-hal yang menyedihkan di Bumi daripada-Nya?
5. Sang tiran menempatkan di hadapan St. Klemens setumpuk emas, perak, bebatuan berharga, dan berjanji memberikan hal-hal tersebut kepada sang martir suci jika ia menyangkal iman akan Kristus. Sang santo mengembuskan nafas dukacitanya sewaktu ia melihat kebutaan manusia, yang membandingkan kekayaan duniawi dengan Allah. Tetapi banyak pendosa menukarkan rahmat ilahi untuk hal-hal yang jauh lebih tidak berharga: mereka mencari-cari barang-barang yang menyedihkan, dan meninggalkan Allah yang kebaikannya tidak terhingga, dan satu-satunya yang dapat membuat mereka bahagia. Tentang hal ini, Tuhan mengeluh, dan memerintahkan Surga untuk menjadi tertegun, dan pintu gerbangnya untuk menjadi gemetar: ‘Tertegunlah atas hal itu, hai Surga, menggigil dan gemetarlah dengan sangat, hai pintu gerbang Surga, demikianlah firman TUHAN’. Ia lalu menambahkan: ‘Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air’ – Yeremia ii. 12 dan 13. Kita tertegun dan takjub saat melihat ketidakadilah orang Yahudi, yang, sewaktu Pilatus menawarkan untuk membebaskan Yesus atau Barabas, menjawab: ‘Bukan pria ini, melainkan Barabas’ – Yohanes xviii. 40. Perilaku para pendosa bahkan lebih buruk; sebab, sewaktu Iblis menawarkan mereka untuk memilih antara kepuasan dari balas dendam – suatu kenikmatan yang hina – dan Yesus Kristus, mereka menjawab: ‘Bukan pria ini, melainkan Barabas’. Yakni, bukan Tuhan Yesus, melainkan dosa.
6. ‘Janganlah ada di antaramu allah lain’, ujar Tuhan, Mazmur lxxx. 10. Janganlah engkau meninggalkan-Ku, Allahmu yang sejati, dan membuat untuk dirimu sendiri allah yang baru, yang akan engkau layani. St. Siprianus mengajarkan bahwa manusia menjadikan sebagai allah apa pun yang mereka lebih sukai daripada Allah, dengan membuat hal tersebut sebagai tujuan terakhir mereka; sebab Allahlah satu-satunya tujuan akhir segala hal: ‘Quidquid homo Deo antoeponit, Deum sibi facit’. Dan St. Hieronimus berkata: ‘Unusquisque quod cupit, si veneratur, hoc illi Deus est. Vitium in corde, est idolum in altari’ – in Ps. Lxxx. Ciptaan yang seseorang lebih sukai daripada Allah, menjadi allahnya. Maka, sang Doktor suci menambahkan, bahwa sebagaimana Bangsa-Bangsa menyembah berhala di atas altar mereka, begitu pula para pendosa menyembah dosa di dalam hati mereka. Sewaktu Raja Yeroboam memberontak terhadap Allah, ia berusaha untuk membuat rakyatnya meniru dirinya dalam penyembahan berhala. Pada suatu hari ia menempatkan berhala-berhala di hadapan mereka, dan berkata: ‘Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu’ – I Raja-Raja 12:28. Iblis bertindak dengan cara yang serupa terhadap para pendosa; ia menempatkan di hadapan mereka kenikmatan yang sedemikan rupa, dan berkata: Jadikanlah hal ini allahmu. Lihatlah! Kenikmatan ini, uang ini, pembalasan dendam ini adalah allahmu; layanilah mereka, dan tinggalkanlah Tuhan. Sewaktu sang pendosa setuju untuk berdosa, ia meninggalkan Penciptanya, dan dalam hatinya menyembah sebagai allahnya hal-hal yang dinikmatinya itu. ‘Vitium in code est idolum in altari’.
7. Kebencian yang diberikan oleh sang pendosa kepada Allah meningkat dengan berbuat dosa di hadapan Allah. Menurut St. Sirilus dari Yerusalem, beberapa orang menyembah matahari sebagai allah mereka, dan pada malam hari, mereka mungkin, karena tidak ada matahari, melakukan apa yang mereka hendaki, tanpa menakuti hukuman ilahi. ‘Beberapa orang menganggap matahari sebagai allah mereka, agar, setelah terbenamnya matahari, mereka tidak memiliki allah’ – Katekismus iv. Tingkah laku orang-orang yang tertipu ini amatlah jahat; tetapi mereka berhati-hati agar tidak berdosa di hadapan allah mereka. Tetapi orang-orang Kristiani tahu bahwa Allah hadir di semua tempat, dan bahwa Ia melihat segala hal: ‘Tidakkah Aku memenuhi Surga dan Bumi? Tuhan berkata – Yeremia xxiii. 24; dan mereka pun tidak berhenti menghina-Nya dan menggusarkan amarah-Nya di hadapan diri-Nya: ‘Bangsa yang terus membangkitkan amarah-Ku di hadapan diri-Ku’ – Yesaya lxv. 3. Maka, dengan berbuat dosa di hadapan-Nya yang adalah hakim mereka, mereka bahkan membuat Allah menjadi saksi untuk pelanggaran-pelanggaran mereka: ‘Akulah sang hakim dan saksi, Tuhan berkata’ – Yeremia xxix. 23. St. Petrus Krisologus berkata bahwa ‘manusia yang melakukan suatu kejahatan di hadapan sang hakim tidak dapat memberikan pembelaan’. Pikiran tentang pelanggaran terhadap Allah di dalam kehadiran ilahi-Nya membuat Daud menangis dan berseru:’Hanya kepada-Mulah aku telah berdosa, dan telah berbuat jahat di hadapan-Mu’ – Mazmur l. 6. Tetapi hendaknya kita berpindah kepada poin kedua, di mana kita akan melihat dengan lebih jelas besarnya kejahatan dosa berat.
Poin kedua. Dosa berat adalah pelanggaran besar yang diberikan kepada Allah.
8. Tiada sesuatu yang lebih memalukan daripada melihat diri sendiri dibenci oleh orang-orang yang amat tercinta dan yang amat disukai. Siapakah yang dihina oleh para pendosa? Mereka menghina Allah yang menganugerahkan begitu banyak faedah kepada mereka, dan yang mencintai mereka sampai mati di salib demi mereka; dan dengan melakukan dosa berat, mereka mengusir Allah dari hati mereka. Jiwa yang mencintai Allah dicintai oleh-Nya, dan Allah sendiri datang untuk tinggal di dalamnya. ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia’ – Yohanes xiv. 23. Maka, Tuhan tidak pernah meninggalkan jiwa, kecuali jika Ia diusir, walaupun Ia seharusnya tahu bahwa jiwa itu akan segere mengusirnya dari hatinya. Menurut Konsili Trente, ‘Ia tidak meninggalkan jiwa, kecuali jika Ia ditinggalkan’.
9. Sewaktu jiwa setuju untuk melakukan dosa berat, ia secara durhaka berkata kepada Allah: Pergilah daripadaku. ‘Orang fasik telah berkata kepada Allah: Pergilah dari kami!’ – Ayub xxi. 14. Para pendosa, seperti yang diamati oleh St. Gregorius, mengatakan hal yang sama, bukan dalam kata-kata, melainkan dalam tindakan mereka. ‘Recede, non verbis, sed moribus’. Mereka tahu bahwa Allah tidak dapat tinggal bersama dosa di dalam jiwa: dan, dengan melanggar perintah ilahi, mereka merasa bahwa Allah harus pergi; dan, oleh tindakan mereka, mereka berkata kepada-Nya: Karena Engkau tidak lagi dapat tinggal bersama kami, enyahlah – selamat tinggal. Dan lewat pintu yang sama dari mana Allah meninggalkan jiwa, Iblis masuk untuk menguasai jiwa. Sewaktu sang imam membaptis seorang anak, ia memerintahkan iblis untuk pergi dari jiwa. ‘Keluarlah darinya, roh najis, dan sediakanlah tempat untuk Roh Kudus’. Tetapi, sewaktu seorang Kristiani setuju untuk berbuat dosa berat, ia berkata kepada Allah: Enyahlah dari diriku, sediakanlah tempat untuk Iblis, yang hendak kulayani.
10. St. Bernardus berkata, bahwa dosa berat begitu bertentangan dengan Allah, sehingga, jika mungkin bagi Allah untuk mati, dosa akan merampas kehidupan dari diri-Nya. ‘Peccatum quantum in se est Deum perimit’. Maka, menurut Ayub, dengan melakukan dosa berat, manusia memberontak terhadap Allah, dan merentangkan tangannya terhadap-Nya: ‘Karena dia telah merentangkan tangannya melawan Allah dan bertindak berani menentang Yang Mahakuasa.’ – Ayub xv. 25.
11. Menurut St. Bernardus yang sama, mereka yang secara sukarela melanggar hukum ilahi, berupaya untuk merampas kehidupan dari Allah setara dengan kejahatan dari kehendak mereka. ‘Quantum in ipsa est Deum perimit propria voluntas’ – Serm. Iii, de Res. Karena, sang santo menambahkan, kehendak diri ‘akan menginginkan Allah untuk melihat dosa-dosanya sendiri, dan agar Ia tidak dapat membalas dendam untuk dosa-dosa itu’. Para pendosa tahu bahwa sewaktu mereka setuju berbuat dosa berat, Allah mengutuk mereka ke dalam Neraka. Maka, karena mereka bertekad teguh untuk berbuat dosa, mereka berharap bahwa tidak terdapat Allah, dan oleh karena itu, mereka ingin membunuh-Nya, agar Ia tidak dapat membalas dendam atas kejahatan mereka. ‘Ia telah’, lanjut Ayub, dalam gambarannya tentang orang fasik ‘bertegang leher ia berlari-lari menghadapi Dia, dengan leher yang tebal’ – xv. 26. Sang pendosa bertegang leher, yakni, kesombongannya membengkak, dan ia berlari untuk menghina Allahnya; dan karena ia melawan seorang musuh yang kuat, ‘ia menghadapi Dia, dengan leher tebal’. ‘Leher yang tebal’ adalah lambang ketidaktahuan, ketidaktahuan yang membuat seorang pendosa berkata: Ini bukanlah suatu dosa besar; Allah itu rahim; kita adalah daging; Tuhan akan mengasihani kita. Betapa lancangnya! Betapa tertipunya mereka, yang membawa begitu banyak orang Kristiani ke dalam Neraka.
12. Terlebih lagi, manusia yang melakukan suatu dosa berat, mendukakan hati Allah. ‘Tetapi mereka membangkitkan murka dan mendukakan roh Ia yang Suci’ – Yesaya lxiii. 10. Betapa besar rasa sakit dan derita yang akan anda rasakan, jika anda tahu bahwa seseorang yang telah anda cintai dan yang telah banyak anda bantu, telah ingin merampas kehidupan anda! Allah tidak dapat merasakan rasa sakit; tetapi jika saja ia dapat menderita, satu saja dosa berat akan cukup untuk membuat-Nya mati akibat berduka. ‘Dosa berat’, ujar Romo Medina, ‘jika mungkin, akan menghancurkan Allah sendiri; sebab dosa berat akan menjadi penyebab rasa sedih yang tidak terbatas bagi Allah’. Maka, sebanyak mungkin anda melakukan dosa berat, anda akan, jika mungkin, telah menyebabkan Allah meninggal karena berduka; sebab anda tahu bahwa dengan berbuat dosa, anda telah menghina-Nya dan berpaling daripada-Na, setelah Ia telah menganugerakan begitu banyak bantuan kepada diri anda, dan bahkan setelah Ia telah memberikan semua darah-Nya dan hidup-Nya bagi keselamatan anda.
[Doa tobat, dsb]”
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari St. Alfonsus Maria de Liguori, Sermons for All The Sundays of the Year [Khotbah-Khotbah untuk Semua Hari Minggu Selama Setahun], Edisi ke-5, Dublin, James Duffy, 1860, hal. 64-70.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...