^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Keadaan yang Mengerikan dari Para Pendosa yang Kembali Jatuh ke dalam Dosa - Khotbah St. Alfonsus
KHOTBAH XXI
Untuk Minggu Paskah
Tentang Keadaan yang Mengerikan dari Para Pendosa yang Kembali Jatuh ke dalam Dosa
“Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini”. – Markus, xvi. 6.
Saya berharap, wahai umat Kristianiku yang terkasih, bahwa, karena Kristus telah bangkit, anda sekalian telah, pada masa Paskah suci ini, pergi mengaku dosa, dan telah bangkit dari dosa-dosa anda. Tetapi, perhatikanlah ajaran St. Hieronimus – bahwa banyak orang memulai dengan baik, tetapi sedikit yang bertekun. “Incipere multorum est, perseverare paucorum”. Tetapi Roh Kudus menyatakan, bahwa ia yang bertekun dalam kesucian sampai akhir hayat, dan bukan mereka yang memulai hidup yang baiklah yang akan diselamatkan. “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” – Matius., xxiv. 13. Mahkota Surga, ujar St. Bernardus, dijanjikan kepada mereka yang memulai, tetapi hanya diberikan kepada mereka yang bertekun. “Inchoantibus praemium promittitur, perseverantibus datur” – ser. vi., de modo bene viv. Maka, saudara-saudara, anda telah bertekad untuk menyerahkan diri anda sendiri kepada Allah, dengarkanlah nasihat dari Roh Kudus: “Anakku, sewaktu engkau datang untuk melayani Allah, berdirilah tegap dalam keadilan dan ketakutan, dan persiapkanlah jiwamu untuk menghadapi cobaan” – Sirakh., ii. 1. Janganlah membayangkan bahwa anda tidak akan lagi menghadapi cobaan, tetapi persiapkanlah diri anda untuk pertarungan, dan berjaga-jagalah agar tidak kembali jatuh ke dalam dosa-dosa yang anda telah akui; sebab, jika anda kembali kehilangan rahmat Allah, akan sulit bagi anda untuk memperolehnya kembali. Hari ini saya hendaki untuk menunjukkan kepada anda keadaan yang mengerikan dari para pendosa yang kembali jatuh ke dalam dosa; yakni, mereka yang, setelah mengaku dosa, secara menyedihkan jatuh kembali ke dalam dosa-dosa yang telah mereka akui.
1. Maka, oleh karena itu, umat Kristiani yang terkasih, anda sekalian telah membuat sebuah pengakuan dosa yang tulus akan dosa-dosa anda, Yesus Kristus berkata kepada anda apa yang Ia katakan kepada orang lumpuh: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk” – Yohanes, v. 14. Lewat pengakuan-pengakuan dosa yang telah anda buat, jiwa anda disembuhkan, tetapi belum diselamatkan; sebab, jika anda kembali berbuat dosa, anda akan kembali terkutuk ke dalam Neraka, dan luka yang disebabkan oleh kejatuhan kembali itu akan menjadi jauh lebih besar daripada yang anda alami dari dosa-dosa anda sebelumnya. “Audis”, ujar St. Bernardus, “recidere quam incidere, esse deterius”. Jika seorang pria sembuh dari penyakit yang mematikan, dan setelahnya kembali jatuh ke dalam penyakit itu, ia akan telah kehilangan begitu banyak kekuatan alaminya sehingga kesembuhannya dari kejatuhannya kembali ke dalam penyakit itu akan menjadi tidak mungkin. Inilah persisnya apa yang terjadi kepada para pendosa yang kembali jatuh ke dalam dosa: mereka kembali kepada muntahan mereka sendiri – yakni, mengembalikan kepada jiwa dosa-dosa yang dimuntahkan di dalam pengakuan dosa – mereka akan menjadi begitu lemah, sehingga mereka akan menjadi mainan bagi Iblis. St. Anselmus berkata, bahwa Iblis memperoleh suatu kuasa di atas mereka, sehingga ia membuat mereka jatuh, dan jatuh kembali sekehendaknya. Maka, orang-orang yang menyedihkan itu menjadi seperti burung-burung yang dimainkan oleh seorang anak. Anak itu mengizinkan burung-burung tersebut untuk terbang pada ketinggian tertentu, tetapi lalu menarik mereka kembali sekehendaknya, oleh suatu tali yang dikencangkan kepada mereka. Demikianlah cara Iblis memperlakukan orang-orang yang kembali jatuh ke dalam dosa. “Sed quia ab hoste tenentur, volantes in eadem vitia dejiciuntur”.
2. St. Paulus berkata kepada kita, bahwa kita harus bertarung bukan melawan manusia seperti diri kita sendiri, yang dibentuk dari daging dan darah, melainkan melawan pangeran Neraka. “Pertarungan bukanlah melawan darah dan daging, melainkan melawan penguasa-penguasa dan kekuatan-kekuatan” – Efesus, vi. 12. Lewat kata-kata ini, ia ingin menasihati kita bahwa kita tidak memiliki kekuatan untuk menahan kekuatan Neraka, dan bahwa, untuk menahannya, kita memerlukan secara mutlak pertolongan ilahi. Tanpanya, kita akan selalu kalah. Tetapi, dengan bantuan rahmat Allah, kita akan, menurut rasul yang sama, dapat melakukan segala hal, dan akan mengalahkan segala musuh. “Aku dapat melakukan segala hal di dalam Ia yang menguatkanku” – Filipi iv. 13. Tetapi pertolongan ini hanya diberikan oleh Allah kepada mereka yang berdoa untuknya. “Mintalah, dan kepadamu akan diberikan; carilah, dan engkau akan menemukan” – Matius vii. 7. Mereka yang lalai untuk meminta, tidak menerima. Jadi, marilah kita berhati-hati agar tidak percaya akan tekad-tekad kita: jika kita menaruh kepercayaan akan tekad-tekad kita, kita akan binasa. Sewaktu kita digoda untuk kembali jatuh ke dalam dosa, kita harus menaruh segala kepercayaan kita ke dalam pertolongan Allah, yang tidak pernah gagal untuk mendengar semua orang yang meminta pertolongan-Nya.
3. “Barangsiapa yang berpikir bahwa dirinya sendiri berdiri teguh, hendaknya ia berwaspada, agar ia jangan jatuh”. I. Korintus x. 12. Mereka yang berada di dalam keadaan rahmat harus, menurut St. Paulus, berhati-hati agar tidak jatuh ke dalam dosa, terutama jika mereka pernah bersalah akibat dosa-dosa berat; sebab kejatuhan kembali ke dalam dosa membawa kejahatan yang lebih besar kepada jiwa. “Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula”. – Lukas xi. 26.
4. Kita diberitahukan di dalam Kitab Suci, bahwa sang musuh “akan mempersembahkan kurban kepada pukatnya, dan akan berkorban untuk jalanya; sebab lewat alat-alat itu, dagingnya menjadi lunak” – Habakuk, i. 16. Untuk menjelaskan ayat ini, St. Hieronimus berkata, bahwa Iblis berupaya untuk menangkap di dalam jalanya semua orang, untuk mengorbankan mereka kepada keadilan ilahi lewat pengutukan terhadap mereka. Para pendosa, yang sudah berada di dalam jalanya, ia usahakan agar mereka terikat dengan rantai yang baru; tetapi teman-teman Allah adalah daging yang lunak baginya. Untuk membuat mereka menjadi budaknya, dan untuk merampas dari mereka segala hal yang telah mereka peroleh, ia mempersiapkan jerat yang lebih kuat. “Semakin bersemangat”, ujar Denis sang Kartusian, “seorang jiwa berjuang untuk melayani Allah, semakin bengis murka sang musuh terhadapnya”. Semakin erat persatuan seorang Kristiani dengan Allah, dan semakin besar upayanya untuk melayani Allah, semakin sang musuh menjadi murka, dan semakin besar upayanya untuk memasuki jiwa dari mana ia telah diusir ke luar. “Sewaktu”, ujar sang Penebus, “roh najis itu telah keluar dari seorang manusia untuk mencari perhentian, karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu” – Lukas, xi. 24. Jika ia berhasil masuk kembali, ia tidak akan masuk sendiri, tetapi akan membawa dengannya rekan-rekan untuk memperkuat dirinya sendiri di dalam jiwa yang telah dirasukinya kembali. Maka, kehancuran kedua dari jiwa yang malang itu akan menjadi lebih besar daripada semula. “Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula”. – Lukas xi. 26.
5. Bagi Allah, kejatuhan kembali orang-orang Kristiani yang durhaka ke dalam dosa sangatlah mengecewakan. Karena, setelah Ia telah memanggil dan memaafkan mereka dengan kasih yang begitu besar, Ia melihat bahwa mereka melupakan belas kasih-Nya kepada mereka, dan kembali memalingkan badan mereka dari-Nya dan menolak rahmat-Nya. “Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya. Tetapi engkau orang sepikiran denganku, pemanduku dan temanku, yang makan daging yang manis bersamaku” – Mazmur 55:12-13, dsb. Jika musuh-Ku, ujar Tuhan, yang mencela-Ku, rasa sakit-Ku akan lebih lemah; tetapi Aku melihatmu memberontak terhadap-Ku, setelah Aku telah memulihkan pertemanan-Ku denganmu, dan setelah Aku telah membuatmu duduk di meja-Ku, untuk makan daging-Ku, hal itu mendukakan-Ku sampai ke hati, dan mendorong-Ku untuk membalas dendam kepadamu. Terkutuklah manusia yang, setelah ia menerima begitu banyak rahmat dari Allah, menjadi musuh, setelah menjadi teman Allah. Ia akan menemukan pedang pembalasan dendam ilahi disiapkan untuk menghukum dirinya. “Dan ia yang berubah dari keadilan kepada dosa, Allah telah mempersiapkan orang semacam itu untuk pedang” – Sirakh., xxvi. 27.
6. Beberapa dari anda mungkin berkata: Jika saya jatuh, saya akan segera bangkit kembali; sebab saya akan segera mempersiapkan diri saya untuk pengakuan dosa. Mereka yang berbicara demikian, akan mengalami apa yang dialami oleh Samson. Ia membiarkan dirinya sendiri disesatkan oleh Delila: sewaktu ia tertidur, Delila memotong rambutnya, dan ia pun kehilangan kekuatannya. Sewaktu ia terbangun dari tidurnya, ia berkata: “Aku akan bebas dan akan meronta lepas seperti yang sudah-sudah. Namun dia tidak tahu bahwa Tuhan telah meninggalkannya” – Hakim-Hakim, xvi. 20. Ia berharap dapat membebaskan diri, seperti dahulunya, dari tangan orang-orang Fiilistin. Tetapi, karena kekuatannya telah meninggalkannya, ia menjadi budak mereka. Mereka mencabut matannya dan mengikatnya dengan rantai, mengurungnya di dalam penjara. Setelah kembali jatuh dalam dosa, seorang Kristiani kehilangan kekuatan yang ia butuhkan untuk melawan godaan, karena Tuhan telah meninggalkannya. Ia meninggalkannya dengan menarik pertolongan yang mujarab yang dibutuhkan untuk melawan godaan; dan manusia yang malang itu terus menjadi buta dan tertinggal dalam dosanya.
7. “Tidak seorang pun yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, layak untuk Kerajaan Allah” – Lukas, ix. 62. Lihatlah gambaran yang persis dari pendosa yang kembali berdosa. Perhatikanlah kata-kata tidak seorang pun: tidak seorang pun, ujar Yesus Kristus, yang siap untuk melayani-Ku, dan menoleh ke belakang, layak untuk masuk ke dalam Surga. Menurut Origenes, dosa baru yang ditambahkan kepada dosa yang telah dilakukan sebelumnya, adalah bagaikan luka baru di atas luka yang baru saja diderita. “Cum peccatum peccato adjicitur, sicut vulnus vulneri” – hom. i. in Ps. Jika suatu luka diderita oleh salah satu pun dari anggota badan, anggota badan tersebut tentunya kehilangan kekuatan asalnya. Tetapi, jika anggota badan itu lalu menerima luka yang kedua, ia akan kehilangan seluruh kekuatan dan pergerakannya, tanpa harapan untuk pulih. Kejahatan besar dari hal kembali berdosa adalah, hal itu membuat jiwa begitu lemah, sehingga jiwa hanya memiliki kekuatan yang kecil untuk menahan godaan. Sebab, ujar St. Thomas “setelah suatu kesalahan telah diampuni, kecenderungan yang dihasilkan oleh tindakan-tindakan sebelumnya tetap ada” – 1 p., Pertanyaan 86, Bagian 5. Setiap dosa, walaupun telah diampuni, selalu meninggalkan sebuah luka di jiwa. Sewaktu atas luka ini, ditambahkan luka yang baru, jiwa menjadi begitu lemah sehingga tanpa rahmat yang istimewa dan luar biasa dari Allah, tidaklah mungkin bagi jiwa untuk mengalahkan godaan.
8. Oleh karena itu, marilah kita menjadi takut, saudara-saudara, agar jangan kita kembali berdosa, dan marilah kita waspada agar kita jangan menyalahgunakan kerahiman Allah untuk terus menghina-Nya. “Ia”, ujar St. Agustinus, “yang telah menjanjikan pengampunan kepada para peniten, tidak menjanjikan pertobatan kepada siapa pun”. Allah memang telah menjanjikan pengampunan kepada semua orang yang bertobat dari dosa-dosa mereka, tetapi Ia tidak menjanjikan kepada siapa pun rahmat untuk bertobat dari dosa-dosa yang telah ia lakukan. Dukacita akan dosa adalah karunia Allah sepenuhnya; jika Ia menariknya, bagaimanakah anda dapat bertobat? Dan tanpa pertobatan, bagaimanakah anda bisa mendapatkan pengampunan? Ah! Tuhan tidak akan membiarkan diri-Nya diolok-olok. “Janganlah sesat”, ujar St. Paulus; “Allah tidak membiarkan diri-Nya diperolok” – Galatia, vi. 7. St. Isidorus berkata bahwa manusia yang mengulangi dosa yang sebelumnya ia benci, bukanlah seorang peniten, melainkan seseorang yang mengolok-olok keagungan Allah. “Irrisor, et non pœnitens est, pui adhuc agit, quod pœnitet” – de Sum. Bono. Dan Tertulianus mengajarkan, bahwa jika tidak ada pembenahan, pertobatan itu tidaklah tulus. “Ubi emendatio nulla, pœnitentia nulla” – de Pœnit.
9. “Bertobatlah”, Santo Petrus berkata di dalam percakapannya dengan orang-orang Yahudi, “dan kembalilah kepada Allah, supaya Ia menghapuskan dosa-dosamu” – Kisah Para Rasul, iii. 19. Banyak orang bertobat, tetapi tidak berkonversi. Mereka merasakan suatu dukacita untuk ketidakberaturan hidup mereka, tetapi tidak kembali kepada Allah dengan tulus hati. Mereka pergi mengaku dosa, memukul dada mereka, dan berjanji melakukan pembenahan; tetapi mereka tidak membuat tekad teguh untuk mengubah hidup mereka. Mereka yang bertekad teguh untuk mengubah hidup, bertekun, atau setidaknya bertekun dalam jangka waktu yang panjang dalam rahmat Allah. Tetapi mereka yang jatuh kembali ke dalam dosa segera setelah pengakuan dosa, menunjukkan, seperti kata St. Petrus, bahwa mereka bertobat, tetapi tidak berkonversi ; dan orang-orang semacam itu akan pada akhirnya meninggal dalam kematian yang tidak bahagia. “Plerumque”, ujar St. Gregorius, “mali sic compunguntur ad justitiam, sicut plerumque boni tentatur ad culpam” – Pastor., hal. 3, admon. 31. Seperti orang benar sering menghadapi godaan untuk berbuat dosa, tetapi tidak menyerah kepadanya, karena mereka akan membenci godaan itu, begitu pula para pendosa merasakan dorongan kepada kebajikan; tetapi dorongan ini tidak cukup untuk menghasilkan konversi yang sejati. Sang Pria yang Bijaksana berkata kepada kita bahwa kerahiman akan dipertunjukkan kepada ia yang mengakui dosa-dosanya dan meninggalkan dosa-dosanya itu, tetapi tidak kepada mereka yang semata-mata mengakui pelanggaran mereka. “Ia yang mengakui dosa-dosanya dan meninggalkannya akan memperoleh kerahiman” – Amsal, xxviii. 13. Maka, ia yang tidak meninggalkan, tetapi kembali kepada dosa setelah pengakuan dosa, tidak akan memperoleh kerahiman dari Allah, tetapi akan meninggal sebagai korban keadilan ilahi. Ia dapat menantikan kematian seperti yang dialami oleh seorang pemuda dari Inggris, yang, seperti yang diceritakan dalam sejarah Inggris, terbiasa jatuh kembali ke dalam dosa-dosa terhadap kemurnian. Ia selalu jatuh ke dalam dosa-dosa ini setelah pengakuan dosa. Pada waktu kematiannya, ia mengakui dosa-dosanya, dan meninggal dalam cara yang tampak memiliki harapan untuk keselamatan. Tetapi, sewaktu seorang imam yang suci menyelenggarakan atau bersiap diri untuk menyelenggarakan Misa untuk jiwanya yang telah meninggal, pemuda malang itu tampak kepadanya, dan berkata bahwa ia terkutuk. Ia menambahkan bahwa, pada waktu kematian, tergoda untuk memuaskan diri dalam pikiran yang buruk, ia merasa terpaksa untuk setuju, dan karena ia terbiasa melakukannya di dalam bagian kehidupannya yang sebelumnya, ia menyerah kepada godaan, dan oleh karena itu binasa.
10. Lalu tidak adakah jalan keselamatan bagi para pendosa yang kembali berdosa? Saya tidak berkata demikian; tetapi saya memeluk semboyan para Doktor. “In magnis morbis a magnis initium medendi sumere oportet”. Untuk penyakit yang ganas, obat yang kuat diperlukan. Untuk kembali kepada jalan keselamatan, sang pendosa yang kembali berdosa harus melakukan kekerasan yang besar terhadap dirinya sendiri. “Kerajaan Surga menderita kekerasan dan para pelaku kekerasan mencengkeramnya” – Matius, xi. 12. Pada permulaan kehidupan baru, sang pendosa yang kembali berdosa harus melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri untuk mencabut akar dari kebiasaan buruk yang telah dideritanya, dan untuk memperoleh kebiasaan yang bajik; sebab sewaktu ia telah memiliki kebiasaan yang bajik, ketaatan terhadap perintah ilahi akan menjadi mudah dan bahkan manis. Tuhan berkata suatu kali kepada St. Brigidia bahwa kepada mereka yang tabah hati menanggung sengatan-sengatan duri-duri yang mereka alami dalam serangan-serangan terhadap pancaindra, dalam hal menghindari hal-hal yang menuntun kepada dosa, dan dalam hal menarik diri dari percakapan yang berbahaya, duri-duri ini secara bertahap berubah menjadi mawar.
11. Tetapi, untuk menggunakan kekerasan yang diperlukan, dan untuk menghayati hidup yang teratur, anda harus menggunakan cara yang pantas; jika tidak, anda tidak akan berbuat apa-apa. Setelah bangun pada pagi hari, anda harus membuat tindakan syukur, atas kasih Allah, dan persembahan untuk tindakan-tindakan pada hari ini. Anda juga harus memperbarui tekad anda untuk tidak lagi pernah menghina Allah, dan memohon kepada Yesus Kristus dan Ibunda-Nya yang kudus untuk menjaga anda dari dosa selama hari itu. Setelahnya, lakukanlah meditasi anda dan pergi menghadiri Misa. Selama hari itu, bacalah suatu bacaan rohani dan kunjungilah Sakramen Mahakudus. Pada sore hari, doakanlah Rosario dan lakukanlah pemeriksaan batin. Terimalah Komuni Kudus setidaknya seminggu sekali, atau dengan lebih sering, bagi anda yang secara teratur pergi mengaku dosa. Sangatlah pula berfaedah untuk melakukan retret setiap tahun di dalam sebuah rumah religius. Hormatilah Bunda Allah setiap harinya dengan devosi tertentu, dan dengan berpuasa setiap hari Sabtu. Ia adalah Bunda ketekunan, dan berjanji untuk memperolehkannya bagi semua orang yang melayaninya. “Mereka yang bekerja di dekatku tidak akan berdosa” – Sirakh, xxiv. 30. Di atas segalanya, seseorang perlu meminta kepada Allah setiap pagi untuk karunia ketekunan, dan untuk memohon kepada sang Perawan Suci, untuk memperolehkan karunia tersebut untuk anda, dan terutama pada waktu cobaan datang, dengan menyebutkan nama Yesus dan Maria, selama godaan tersebut berlangsung. Berbahagialah orang yang terus bertindak demikian, dan yang akan dijumpai bertindak demikian sewaktu Yesus Kristus datang menghakimi-Nya. “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang” – Matius, xxiv. 46.
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari St. Alfonsus Maria de Liguori, Sermons for All The Sundays of the Year [Khotbah-Khotbah untuk Semua Hari Minggu Selama Setahun], Edisi ke-5, Dublin, James Duffy, 1860, hal. 161-167.
Artikel-Artikel Terkait
Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 mingguBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 mingguBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 1 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 3 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 4 bulanBaca lebih lanjut...Kami menerima semua dogma Gereja Katolik tanpa terkecuali, dan kami memandang mereka yang menerima semua dogma Gereja dan belum terpisah darinya, sebagai orang Katolik; itulah bagaimana kami bersekutu dengan Gereja...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...