^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Mencermati Status Teologis dari Geosentrisme dan Heliosentrisme dan Masalah-Masalah yang Menghancurkan yang Diciptakannya terhadap Argumen-Argumen Pembaptisan Keinginan
Catatan: Artikel ini mengikutsertakan suatu kutipan baru yang penting dari seorang Paus dalam perkara geosentrisme – suatu kutipan yang, setahu kami, belum pernah dikutip di dalam suatu karya lain pun tentang masalah ini. Halaman pembukaan yang mendahului kutipan yang penting ini perlu dibaca untuk mengerti pentingnya kutipan tersebut untuk perkara ini.
DI DALAM ARTIKEL INI:
FAKTA-FAKTA DAN SEJARAH PERKENALAN, YANG MEMPERKENALKAN LIMA AKTA/ARGUMEN SEHUBUNGAN DENGAN PENYANGKALAN TERHADAP GEOSENTRISME
Kami sering dimintakan pendapat tentang geosentrisme, pandangan bahwa Bumi adalah pusat yang tetap dari alam semesta, yang di sekelilingnya matahari berevolusi. Apakah geosentrisme adalah ajaran infalibel dari Gereja dan Kitab Suci? Apakah pandangan bahwa matahari itu stasioner [tetap berada di tempatnya] dan bahwa Bumi berevolusi mengelilinginya (heliosentrisme) secara infalibel dikutuk sewaktu Galileo Galilei dikutuk pada abad ke-17? Di dalam artikel ini, saya ingin mencermati permasalahan yang amat diperdebatkan ini bersama dengan suatu permasalahan lain: “pembaptisan keinginan”. Saya ingin mencermati pertanyaan tentang status teologis geosentrisme; dan saya juga ingin menunjukkan bahwa pertanyaan tentang status teologis geosentrisme – terlepas kubu mana yang diambil oleh seseorang untuk menanggapinya – menciptakan kesulitan-kesulitan yang tak terpecahkan bagi orang-orang yang membela pandangan bahwa pembaptisan keinginan adalah ajaran yang mengikat dari Gereja Katolik. Setelah mencermati fakta-fakta ini, saya akan memberikan pendapat saya tentang masalah tersebut.
Fakta-fakta yang akan dikemukakan di dalam artikel ini – termasuk suatu kutipan baru dari seorang Paus tentang permasalahan geosentrisme ini yang saya temukan di dalam studi saya – menghancurkan kebanyakan argumen yang amat digemari oleh para pembela pembaptisan keinginan. Fakta-fakta ini menunjukkan, sekali lagi, bahwa orang-orang yang menganut ajaran ex cathedra tentang perlunya pembaptisan air telah selalu benar sejak awalnya tentang apa yang termasuk ajaran infalibel dan mengikat dari Gereja Katolik.
Sebagian kecil, tetapi yang signifikan, dari orang-orang yang mengaku Katolik tradisional percaya bahwa Gereja Katolik secara infalibel mengajarkan geosentrisme pada abad ke-17, sewaktu pejabat-pejabat Gereja tertentu mengutuk Galileo Galilei karena ia menentang geosentrisme dengan model heliosentrisme. Berdasarkan perkara Galileo itu, beberapa orang berargumen bahwa orang-orang yang bersikeras percaya akan heliosentrisme adalah bidah, atau setidaknya, berada dalam dosa berat karena mereka menentang ajaran resmi Gereja Katolik. Kami telah dihubungi oleh sejumlah individu yang menganut posisi ini.
Dalam upaya untuk menelaah argumen-argumen mereka secara objektif, saya telah membaca banyak artikel yang ditulis oleh orang-orang yang telah menjadikan studi tentang permasalahan ini secara khusus (status teologis heliosentrisme) sebagai bagian yang signifikan dari karya mereka. Untuk memperkenalkan beberapa fakta-fakta utama dari kasus Galileo, saya ingin mengutip beberapa wacana dari artikel John Daly, The Theological Status of Heliocentrism [Status Teologis Heliosentrisme]. Ia menunjukkan bahwa pada tanggal:
Sebelum kita berlanjut, kita melihat bahwa pada tahun 1616, sebelas teolog kualifikator dari Kementerian Suci mengutuk heliosentrisme sebagai bidah. Pernyataan ini tidak ex cathedra, sebab Paus Paulus V tidak secara khidmat mempermaklumkan keputusan ini atas dasar otoritasnya sendiri. Ia bahkan tidak menandatanganinya, tetapi hal itu dilakukan dengan sepengetahuannya dan sepersetujuannya. St. Robertus Bellarminus, juga mengetahui dan setuju dengan pernyataan kesebelas anggota Kementerian Suci itu. Santo Robertus Bellarminus bahkan memberitahukan Galileo tentang pengutukan dari Kementerian Suci.
Kongregasi Indeks (Kongregasi Roma yang bertugas mengawasi buku-buku yang berbahaya) lalu menerbitkan sebuah dekret atas perintah Paus Paulus V yang melarang peredaran karya-karya heliosentris atas alasan bahwa karya-karya tersebut bertentangan dengan Kitab Suci. Setelah pengutukan tahun 1616 terhadap heliosentrisme dan dekret yang melarang karya-karya yang mendukungnya, Galileo tunduk kepada keputusan tersebut. Galileo juga secara pribadi diberitahukan agar ia tidak menuliskan sesuatu pun tentang heliosentrisme di masa depan.
Sekitar satu dekade kemudian, bagaimanapun, Galileo memulai suatu karya tentang makalah yang dinamai: Dialogue of Galileo Galilei Concerning the Two Great Systems of the Universe, the Ptolemaic and the Copernican [Dialog Galileo Galilei Mengenai Kedua Sistem Alam Semesta yang Besar, Sistem Ptolemaeus dan Copernicus]. Makalah ini bukan hanya membahas heliosentrisme, tetapi juga mendukungnya. Inkuisisi menemukannya dan memanggil Galileo ke Roma untuk suatu persidangan. Sidang tersebut bermula pada Musim Semi tahun 1633:
Pada tanggal 22 Juni 1663, Kementerian Suci dari Inkuisisi (Kongregasi Roma yang mengurusi pelanggaran-pelanggaran terhadap iman) memberikan keputusan atas Galileo, bahwa ia amat dicurigai akan bidah karena ia tampaknya telah mengajarkan hal yang mendukung heliosentrisme.
Jadi, untuk merangkum poin ini: pada tahun 1633, Galileo dianggap dicurigai akan bidah karena ia telah menulis suatu hal yang mendukung heliosentrisme setelah pandangan tersebut telah dikutuk oleh sebelas teolog dari Kementerian Suci. Jelas, oleh karena itu, bahwa Kementerian Suci dari Inkuisisi menganggap bahwa untuk menganut heliosentrisme adalah bidah atas dasar bahwa pandangan tersebut menentang dekret dari kesebelas teolog kualifikator dari Kementerian Suci di tahun 1616, dari antara lain. (Catatan: saya belum menelaah bilamana keputusan semacam itu oleh Inkuisisi membuktikan bahwa heliosentrisme itu bidah; saya hanya mengemukakan fakta-fakta tentang apa yang terjadi sebelum saya melakukannya.)
Galileo membuat abjurasi yang diwajibkan oleh Inkuisisi dan diberikan absolusi. Berikut teks dari pengutukan terhadap Galileo oleh Inkuisisi, dan abjurasi yang dibuatnya. Di dalam teks di bawah ini, kita dapat melihat bahwa abjurasi ini, yang dikarang oleh para kardinal dari Kementerian Suci, mengidentifikasikan heliosentrisme sebagai paham yang bidah, salah, dan bertentangan dengan Kitab Suci. Kementerian Suci juga mengidentifikasikan sebagai bidah gagasan bahwa Bumi bergerak dan bukan pusat dari alam semesta.
TEKS PENGUTUKAN SERTA ABJURASI GALILEO OLEH KEMENTERIAN SUCI, 1633
Pengutukan dan abjurasi Galileo di tahun 1633: “Kami mengatakan, memutuskan, dan menyatakan bahwa anda, Galileo yang telah disebutkan, atas alasan dari perkara-perkara yang dikemukakan di dalam persidangan, dan yang telah diakui oleh diri anda di atas, telah membuat diri anda sendiri dalam penilaian Kementerian Suci sangat dicurigai akan bidah, yakni, karena telah percaya akan doktrin – yang salah dan bertentangan dengan Kitab Suci yang kudus dan ilahi – bahwa Matahari adalah pusat dari dunia dan tidak bergerak dari timur ke barat dan bahwa Bumi bergerak dan bukanlah pusat dari dunia; dan bahwa suatu pendapat boleh dipercayai dan dibela sebagai mungkin adanya setelah pendapat itu telah dinyatakan dan didefinisikan sebagai bertentangan dengan Kitab Suci; dan bahwa oleh karena itu anda telah mendapatkan segala kecaman-kecaman dan pinalti-pinalti yang diberlakukan dan dipermaklumkan di dalam kanon-kanon suci dan konstitusi-konstitusi lainnya, yang umum maupun yang khusus, yang menentang pelanggar-pelanggar semacam itu. Itulah mengapa kami berkenan agar anda diberikan absolusi, dengan syarat bahwa, pertama-tama, dengan hati yang tulus dan dengan iman yang tidak dipura-purakan, anda mengabjurasikan, mengutuk, dan membenci di hadapan kami kesalahan-kesalahan serta bidah-bidah yang disebutkan sebelumnya dan segala kesalahan dan bidah lain yang bertentangan dengan Gereja Katolik dan Apostolik Roma dalam bentuk yang akan ditentukan oleh kami untuk anda.” (dikutip oleh John Daly, The Theological Status of Heliocentrism [Status Teologis Heliosentrisme])
Tahun yang kemudian di mana permasalahan ini menjadi signifikan adalah tahun 1664, dan Aleksander VII adalah Paus yang memerintah.
Jadi, izinkan saya untuk merangkum fakta-fakta yang penting yang telah kita diskusikan sejauh ini:
Sebelum saya memberikan suatu kesimpulan tentang bilamana satu pun dari akta-akta ini infalibel, atau bilamana salah satu pun dari akta-akta tersebut merupakan kewajiban yang mengikat bagi seorang Katolik untuk menolak heliosentrisme (saya akan menelaah satu per satu pada akhir artiken ini), izinkan saya berpindah haluan dan menelaah perkara ini bersama dengan perkara pembaptisan keinginan, sebelum memberikan lebih banyak sejarah yang relevan terhadap status teologis geosentrisme.
Mari bertanya kepada diri kita sendiri: apakah hal yang sepadan terhadap apa yang kita baca di atas pernah dilakukan sehubungan dengan mereka yang menolak posisi “pembaptisan keinginan” – gagasan bahwa seseorang dapat diselamatkan tanpa Sakramen Pembaptisan melalui keinginan orang itu untuk pembaptisan? Jawabannya adalah sama sekali tidak.
SEMUA ORANG HARUS MENGAKUI BAHWA TERDAPAT SUATU KASUS YANG LEBIH KUAT BAHWA GEREJA SECARA RESMI MENGUTUK HELIOSENTRISME DAN PENYANGKALAN TERHADAP GEOSENTRISME, DARIPADA GEREJA MENGUTUK PENYANGKALAN TERHADAP “PEMBAPTISAN KEINGINAN”
Di sini, pantas adanya untuk mengingat kedua argumen yang paling populer yang dikemukakan oleh orang-orang untuk mendukung pembaptisan keinginan. Salah satunya adalah gagasan bahwa Gereja Katolik mengutuk orang-orang yang akan menyangkal pembaptisan keinginan dengan “mengutuk” Romo Feeney di dalam Suprema haec sacra, surat tahun 1949 kepada “Uskup Agung” Richard Cushing dari Boston dari Kementerian Suci. Posisi ini dipercayai oleh banyak orang pada masa kini dari antara mereka yang mengaku diri sebagai “Katolik tradisional”. Suprema haec sacra adalah suatu surat kepada “Uskup Agung” Cushing yang menanggapi pertanyaannya tentang khotbah Romo Feeney tentang dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan. Bertanggal 8 Agustus 1949, Suprema haec sacra menanggapi dengan negatif tentang khotbah Feeney dan mengajarkan dengan positif tentang pembaptisan keinginan, termasuk pembaptisan keinginan yang “implisit”, termasuk untuk orang-orang yang berada di dalam “ketidaktahuan yang tidak teratasi”, dan untuk mereka yang bukan “anggota” dari Gereja, dan untuk mereka “yang bukan merupakan bagian dari tubuh Gereja Katolik.” Surat ini ditandatangani oleh dua anggota dari Kementerian Suci (Kardinal Marchetti-Selvaggiani dan Ottaviani). Berdasarkan surat ini yang disebut-sebut berasal dari Kementerian Suci, banyak dari para “tradisionalis” dan begitu banyak anggota dari sekte Vatikan II berpikir bahwa Gereja Katolik secara resmi mengutuk Romo Feeney karena ia menyangkal pembaptisan keinginan.
Mohon mengingat bahwa pengutukan terhadap heliosentrisme disetujui oleh sebelas teolog kualifikator dari Kementerian Suci di dalam evaluasi pertamanya di tahun 1616. Heliosentrisme kembali dikutuk oleh banyak akta-akta dari Kongregasi Suci dari Indeks dan suatu akta lainnya dari Kementerian Suci di tahun 1633, yang melibatkan banyak teolog lainnya, dan suatu abjurasi resmi dan teks pengutukan yang mengidentifikasikan penyangkalan mana pun terhadap Bumi sebagai pusat alam semesta sebagai bidah. Jelas, maka dari itu, jika seseorang akan percaya bahwa pengutukan terhadap Romo Feeney (di dalam surat Kardinal Marchetti-Selvaggiani di tanggal 8 Agustus 1949, Suprema haec sacra) mewakili ajaran yang mengikat dari Gereja, sebagaimana yang dipercayai begitu banyak orang pada hari ini, orang itu juga pastinya harus percaya bahwa pernyataan-pernyataan yang banyak bahwa heliosentrisme/penyangkalan terhadap geosentrisme itu bidah/salah dari Kementerian Suci, dll. juga mengikat. Secara munafik, bagaimanapun, sangat sedikit dari para pembela pembaptisan keinginan yang menyebarluaskan gagasan yang salah bahwa Gereja Katolik secara resmi mengutuk Romo Leonard Feeney secara resmi yang akan berkata pula bahwa Gereja Katolik secara resmi mengutuk heliosentrisme atau penyangkalan terhadap geosentrisme pada masa perkara Galileo. Kenyataannya, banyak dari para pembela pembaptisan keinginan yang “anti-Feeney” ini percaya akan heliosentrisme dan/atau menolak geosentrisme. Ini hanya salah satu dari kontradiksi utama di dalam posisi mereka, dan kami baru saja memulainya. Ini adalah kemunafikan yang mendalam dan ketidakkonsistenan teologis yang tidak boleh diremehkan! Maka, kita dapat dan harus berkata: siapa pun yang berpikir bahwa Suprema haec sacra (surat tahun 1949 yang melawan Romo Feeney) membuktikan bahwa ajaran Feeney tidak Katolik – dalam kata lain, bahwa “Sri Paus Telah Berbicara” tentang masalah itu – yang juga tidak percaya bahwa semua orang non-geosentris berada dalam bidah, sepenuhnya seorang penipu yang tidak berhak dihormati oleh seorang Katolik pun. Termasuk di dalamnya banyak anggota sekte Vatikan II, tetapi juga banyak orang yang mengaku-ngaku “tradisionalis” dan imam-imam “tradisionalis” (contohnya, para imam dari SSPV, CMRI, beberapa dari SSPX, dll.) yang gemar mengutuk Romo Feeney tetapi yang kebanyakan bungkam diri tentang masalah ini, atau yang secara terbuka berkata bahwa seseorang dapat percaya akan heliosentrisme atau menyangkal geosentrisme. Ingatlah hal ini sewaktu kita berpindah haluan.
Kedua, marilah melihat argumen yang lain dari antara argumen-argumen favorit yang dibuat demi teori “pembaptisan keinginan”. Banyak dari mereka berargumen bahwa karena St. Alfonsus, seorang Doktor Gereja, percaya bahwa pembaptisan keinginan itu “de fide” (lihat buku saya Di Luar Gereja Katolik Sama Sekali Tidak Terdapat Keselamatan tentang masalah ini untuk kutipan dan diskusi penuh), hal itu berarti bahwa Gereja mengajarkan “pembaptisan keinginan” secara resmi. Mereka berkata bahwa tidak dapat dibayangkan bahwa seorang Doktor Gereja dapat melakukan kesalahan secara demikian signifikannya: ia tidak mungkin dapat menganggap sebagai “de fide” hal yang sebenarnya bukan. Berikut bagaimana dua pembela pembaptisan keinginan mengungkapkan argumen mereka di dalam suatu forum diskusi:
Posisinya secara publik didukung oleh pembela pembaptisan keinginan dan Serikat St. Pius X, John Lane – ya, ia adalah seorang pembela dan dermawan bagi SSPX walaupun ia mengaku diri sedevakantis:
Perhatikan bahwa para pembela pembaptisan keinginan menyatakan bahwa adalah suatu hal yang tidak dapat dibayangkan bahwa seorang Doktor Gereja dapat membuat kesalahan semacam itu – yakni, menganggap sebagai “de fide” (bagian dari Iman) hal yang bukan. (Kami telah selalu mempertahankan gagasan yang sebaliknya. Kami telah menunjukkan – seperti yang dapat dilihat di dalam buku saya tentang permasalahan ini – bahwa posisi St. Alfonsus itu didasari oleh kesalahpahaman tentang Sesi 6, Bab 4 dari Konsili Trente, di samping kegagalannya untuk mengakui, pada waktu itu, status sejati dari dokumen-dokumen tertentu yang dipercayainya mendukung pembaptisan keinginan. Kami telah mencatat lebih lanjut bahwa argumen-argumen yang dikemukakannya tentang permasalahan ini jelas cacat adanya, contohnya, ia mengutip bagian yang salah dari Konsili Trente di dalam salah satu dari karya tulisnya.) Walaupun kesalahan-kesalahan St. Alfonsus didokumentasikan, Tn. Pook secara semena-mena menyatakan bahwa mustahil bagi St. Alfonsus untuk telah membuat suatu kesalahan tentang perkara ini. Lane menyuarakan pendapat yang sama ini dengan mempertanyakan bilamana seseorang dapat menuduh seorang Doktor Gereja melakukan kesalahan sama sekali. Ia menyatakan bahwa seseorang mungkin dapat berkata bahwa seorang Doktor mungkin telah melakukan kesalahan, tetapi “siapa yang hendak membuat klaim semacam itu?” Karena ia dipandu oleh roh satanik yang menyebabkan seseorang terjangkiti pemujaan terhadap manusia, Lane tetap buta terhadap kenyataan bahwa banyak kesalahan yang dibuat oleh para Doktor Gereja telah didokumentasikan, sedangkan Pook secara semena-mena memutuskan perkara mana yang tentangnya para Doktor dapat membuat kesalahan.
Sekarang, mari berfokus kepada klaim dari Lane bahwa adalah suatu “serangan terhadap Gereja” untuk berpendapat bahwa seorang Doktor Gereja dapat melabeli sebagai de fide hal yang bukan, marilah melihat apa yang dikatakan oleh St. Robertus Bellarminus – seorang Doktor Gereja – tentang gagasan bahwa matahari adalah pusat yang tetap dari alam semesta dan bahwa Bumi bukanlah pusat tersebut. Seperti yang telah dibahas, St. Robertus Bellarminus secara erat terlibat di dalam penyampaian keputusan di tahun 1616 dari sebelas teolog kualifikator dari Kementerian Suci bahwa heliosentrisme bertentangan dengan iman. Berikut kata-katanya:
ROBERTUS BELLARMINUS PERCAYA BAHWA GEOSENTRISME ITU DE FIDE, TETAPI IA DITENTANG OLEH PARA PAUS DI KEMUDIAN HARI; HAL INI MENCIPTAKAN MASALAH-MASALAH YANG MENGHANCURKAN TERHADAP ARGUMEN-ARGUMEN POPULER YANG MENDUKUNG PEMBAPTISAN KEINGINAN
Kita melihat dengan amat jelas bahwa St. Robertus Bellarminus berpendapat bahwa geosentrisme itu de fide. Ia lalu menyatakan bahwa geosentrisme adalah posisi dari semua teolog dan semua bapa. Poin ini mengenai ajaran para teolog relevan adanya, karena para pembela pembaptisan keinginan yang sama ini berpendapat bahwa ajaran umum para teolog juga mewakili ajaran yang mengikat dari Gereja Katolik. Posisi ini dibantah di dalam bagian 19 dari buku saya, Di Luar Gereja Katolik Sama Sekali Tidak Terdapat Keselamatan, tetapi inti permasalahannya di sini adalah bahwa St. Robertus Bellarminus berpendapat bahwa geosentrisme itu de fide dan bukan hanya ajaran “umum” dari para teolog, melainkan ajaran serempak dari para teolog.) Seperti yang dinyatakan oleh seorang penulis lain tentang masalah ini:
Beberapa orang mencoba untuk berargumen bahwa St. Robertus Bellarminus tidak secara pasti berpendapat bahwa geosentrisme itu de fide dengan mengutip bagian yang kemudian dari surat St. Robertus Bellarminus kepada Romo Foscarini. Di bagian yang kemudian dari surat itu, St. Robertus dianggap mengindikasikan bahwa seseorang dapat percaya akan heliosentrisme sebagai suatu hipotesis, tetapi bukan sebagai suatu posisi yang telah terbukti. Tetapi bahkan seorang pembela pembaptisan keinginan, John Daly, menolak argumen ini dengan poin-poin berikut:
Jadi, sebagai rangkuman: Poin terakhir dari Bellarminus kepada Foscarini, yang diklaim oleh beberapa orang memberikan dukungan kepada heliosentrisme sebagai hipotesis, dituliskan dalam konteks untuk menggunakan posisi heliosentrisme semata-mata untuk membuat perhitungan, bukan seakan-akan heliosentrisme mungkin benar. Di samping itu, bahkan jika seseorang ingin berargumen bahwa terdapat suatu kesan ambiguitas di dalam suratnya – suatu surat yang, seperti yang dikutip di atas, menganggap penyangkalan terhadap geosentrisme sebagai “bidah” – pernyataan Bellarminus tentang permasalahan ini dibuat pada tahun 1615, sebelum kesebelas teolog dari Kementerian Suci telah mengutuk heliosentrisme. Setelah waktu itu, tiada sesuatu pun dari Bellarminus yang menyiratkan bahwa, dalam pandangannya, seseorang bebas untuk berpendapat bahwa heliosentrisme mungkin benar. Ia jelas setuju dengan keputusan dari kesebelas anggota Kementerian Suci, yang menyatakan heliosentrisme salah dan bidah. Itulah mengapa St. Robertus Bellarminus adalah yang memanggil “Galileo ke rumahnya dan di hadapan para saksi [menyampaikan] perintah-perintah Sri Paus, memerintahkannya atas nama Sri Paus dan seluruh Kongregasi Kementerian Suci untuk meninggalkan posisi tersebut [heliosentrisme] dan agar ia tidak lagi percaya, mengajarkan, atau membela posisi tersebut di bawah ancaman bahwa ia akan diserahkan kepada Kementerian Suci. Galileo berjanji untuk patuh.”
Maka, jelas bahwa St. Robertus Bellarminus berpendapat bahwa geosentrisme itu de fide, dan penyangkalan terhadap geosentrisme itu bidah. Karena fakta-fakta ini telah dibuat jelas, sekarang tiba waktunya untuk mengemukakan bukti yang, sewaktu dipertimbangkan bersama semua bukti yang ada sebelumnya, mendukung salah satu dari poin utama yang hendak saya buktikan di dalam artikel ini. Dengan menimbang semua hal di atas, bukti berikut sangat menghancurkan (sungguh menghancurleburkan) bagi para pembela pembaptisan keinginan dan argumen-argumen mereka pada masa kini.
DI DALAM SEBUAH ENSIKLIK, PAUS BENEDIKTUS XV MENYATAKAN BAHWA BUMI MUNGKIN BUKAN PUSAT DARI ALAM SEMESTA, YANG MENENTANG KESEBELAS TEOLOG DARI KEMENTERIAN SUCI PADA TAHUN 1616, KEPUTUSAN TAHUN 1633 DARI KEMENTERIAN SUCI, DAN APA YANG DIAJARKAN OLEH ST. ROBERTUS BELLARMINUS SEBAGAI DE FIDE
Di sini, kita melihat Paus Benediktus XV, di dalam sebuah ensiklik di tahun 1921, menyatakan bahwa “Bumi ini di atas mana kita hidup mungkin bukan pusat dari alam semesta sebagaimana yang diduga pada suatu waktu.” Di dalam semua diskusi tentang permasalahan ini yang saya kenali dengan akrab, saya tidak pernah melihat kutipan di atas dari Paus Benediktus XV dikemukakan. Orang-orang seperti John Daly, Solange Hertz, Paula Haigh, dll., yang telah melewatkan banyak waktu tentang permasalahan ini, jelas tidak mengetahui kutipan ini.
Ini adalah suatu kutipan yang saya temukan beberapa waktu lalu di dalam studi saya yang mendetail tentang setiap ensiklik Kepausan sejak tahun 1740. Karena kutipan ini telah dipertunjukkan di dalam artikel ini, anda dapat menantikannya dikutip oleh orang-orang lain di masa depan, kemungkinan tanpa menyebutkan di mana mereka pertama kali melihatnya. Saya menyebutkan bahwa para penulis ini tidak mengetahui kutipan ini dari Paus Benediktus XV karena sangat sering terjadi bahwa kami akan menemukan suatu kutipan dari para Paus – atau suatu bidah tertentu dari para Anti-Paus Vatikan II – yang mencolok atau relevan untuk suatu topik tersebut, dan setelah kutipan itu diedarkan oleh orang-orang lain, mereka tidak pernah menyebutkan sumber penelitian orisinalnya.
Kita melihat bahwa mereka tetap tidak menyadari adanya pernyataan-pernyataan langsung dari Kepausan yang mempertanyakan pandangan geosentris tentang alam semesta. Walaupun kutipan di atas dari Benediktus XV jelas tidak mengabrogasikan Bulla Aleksander VII (suatu bulla yang akan saya diskusikan), kutipan tersebut jelas mengemukakan suatu posisi yang mengizinkan kepercayaan akan sesuatu yang berbeda dari geosentrisme. (Saya akan pada akhirnya mengemukakan opini saya mengenai apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja – atau yang tidak diajarkannya – tentang perkara ini sehubungan dengan fakta-fakta yang telah kita lihat sejauh ini, tetapi saya pertama-tama ingin melanjutkan penelaahan tentang masalah ini bersama dengan masalah “pembaptisan keinginan”.)
Jadi, setelah menelaah dengan cermat kutipan Paus Benediktus XV tentang Bumi yang mungkin bukan pusat dari alam semesta “sebagaimana yang diduga pada suatu waktu,” masalah yang amat besar bagi para pembela utama pembaptisan keinginan seharusnya menjadi amat jelas.
SEORANG PAUS DI DALAM SEBUAH ENSIKLIK MENENTANG HAL YANG DE FIDE DAN MENGIKAT, ATAU ST. ROBERTUS BELLARMINUS, BANYAK TEOLOG DARI KEMENTERIAN SUCI DAN KEPUTUSAN KEMENTERIAN SUCI TAHUN 1633 TERHADAP GALILEO SEPENUHNYA SALAH BAHWA GEOSENTRISME ITU DE FIDE DAN MENGIKAT
Hanya ada dua kemungkinan: 1) Santo Robertus Bellarminus dan para anggota Kementerian Suci benar bahwa geosentrisme itu de fide; di dalam kasus ini, Paus Benediktus XV salah (dan mengajarkan bidah) sewaktu ia menyatakan bahwa Bumi mungkin bukan pusat alam semesta; atau 2) Paus Benediktus XV benar bahwa permasalahan ini belum diselesaikan (dan Bumi mungkin bukan pusat alam semesta) dan St. Robertus Bellarminus, banyak teolog dari Kementerian Suci dan keputusan Kementerian Suci tahun 1633 terhadap Galileo, dll. oleh karena itu salah karena menyatakan heliosentrisme sebagai bidah dan menganggap geosentrisme sebagai de fide. Mohon bersabar sewaktu saya menelaah konsekuensi dari tiap-tiap kemungkinannya, sebab suatu pertimbangan yang cermat untuk permasalahan ini membuat amat jelas parameter-parameter dari infalibilitas Gereja, persisnya apa yang termasuk kesetiaan terhadap Magisterium, dan apa yang satu-satunya secara pasti menentukan “benak Gereja.”
KONSEKUENSI JIKA #1 ITU BENAR, YAKNI, JIKA GEOSENTRISME HARUS DIANGGAP DE FIDE DAN BAHWA HELIOSENTRISME ITU BIDAH
Mari berasumsi, demi argumentasi, bahwa #1 itu benar: Santo Robertus Bellarminus dan para anggota Kementerian Suci benar bahwa geosentrisme itu de fide. Seperti yang telah kita lihat, geosentrisme akan harus menjadi posisi dari para pembela utama pembaptisan keinginan; sebab mereka mengklaim bahwa “ adalah suatu serangan terhadap Gereja” untuk berpikir bahwa seorang Doktor Gereja melabeli sebagai de fide apa yang tidak de fide. Jika mereka tidak menganut posisi #1, mereka adalah orang-orang yang sepenuhnya munafik.
Jika #1 itu benar, hal itu berarti bahwa Paus Benediktus XV mengajarkan bidah di dalam ensikliknya. Hal itu juga berarti bahwa ia dan banyak Paus lainnya (seperti yang akan dijelaskan di bawah) tidak mengetahui status teologis sejati dari geosentrisme. Di dalam artikelnya tentang Status Teologis Heliosentrisme, John Daly menyatakan bahwa pada tanggal 16 April 1757 – 164 tahun sebelum Paus Benediktus XV – Paus Benediktus XIV mencabut dekret-dekret dari Kongregasi Indeks Buku-Buku Terlarang yang telah melarang karya-karya yang menentang geosentrisme. Paus-paus lain mengikuti Benediktus XIV dengan mengizinkan penerbitan karya-karya heliosentris:
Maka, jika #1 itu benar, bukan hanya Paus Benediktus XV mengajarkan bidah di dalam ensikliknya In Praeclara Summorum, tetapi bahwa banyak Paus mengizinkan bidah untuk diajarkan dengan mengangkat dekret-dekret yang melarang penerbitannya. Contohnya, Paus Pius VII menyetujui dekret yang disebutkan di atas (dari 11 September 1822) yang mengizinkan pencetakan buku-buku yang mengajarkan pergerakan Bumi. Maknanya, oleh karena itu, adalah bahwa para Paus tersebut yang mengangkat dekret-dekret tersebut tidak mengetahui status teologis sejati dari geosentrisme.
Sekarang, untuk menerima bahwa para Paus ini salah – yang harus kita lakukan jika kita percaya bahwa St. Robertus Bellarminus dan para teolog dari Kementerian Suci benar tentang geosentrisme, dalam kata lain, jika kita menerima argumen-argumen para pembela pembaptisan keinginan tentang “otoritas” para Doktor Gereja, dll. – kenyataannya membuktikan bahwa St. Robertus Bellarminus mungkin telah membuat kesalahan. Sebab jika banyak Paus mungkin telah membuat kesalahan tentang status teologis suatu ajaran yang sebenarnya de fide, maka, tentunya orang yang semata-mata adalah Doktor Gereja mungkin telah membuat kesalahan di dalam penilaiannya bahwa ajaran semacam itu de fide adanya.
Hal ini disebabkan oleh karena “di dalam keutamaan apostolik yang telah diterima oleh Sri Paus Roma, sebagai penerus Petrus, pangeran dari para Rasul, termasuk pula kuasa tertinggi dari Magisterium…” [Konsili Vatikan I, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Bab 4, Denz. 1832.) Dalam kata lain, seorang Paus tidak melaksanakan kuasa tertinggi dari Magisterium di dalam semua akta-aktanya, tetapi ialah orang yang memiliki kuasa tersebut. Kuasa tertinggi dari Magisterium tidaklah dimiliki oleh para teolog atau para Doktor Gereja. Jika seorang Paus mungkin telah dapat melakukan kesalahan dan mungkin telah dapat gagal untuk mengakui bahwa sesuatu de fide adanya – suatu hal yang, secara kebetulan, kita ketahui telah terjadi sebab para Paus memberikan persetujuan mereka (walaupun tidak secara khidmat) atas keputusan-keputusan dari Kementerian Suci di tahun 1616 dan 1633! – maka, semata-mata seorang Santo atau teolog atau Doktor Gereja mungkin telah melakukan kesalahan sewaktu mereka menganggap sesuatu sebagai de fide. Maka, tidak peduli bagaimana anda memandang persoalan ini, argumen bahwa “karena St. Alfonsus mengajarkan bahwa pembaptisan keinginan itu de fide maka hal itu pastinya benar,” tidak lagi dapat digunakan. Sebab bahkan jika kita menerima kemungkinan #1, bahwa St. Robertus Bellarminus benar bahwa geosentrisme itu de fide, hal itu berarti bahwa para Paus setelah masanya tidak mengakui pandangannya itu ataupun setuju dengan penilaiannya. Jika mereka mungkin telah membuat kesalahan, maka mungkin adanya, dan tidaklah mustahil, bagi seorang Doktor Gereja untuk juga telah membuat kesalahan.
KONSEKUENSI JIKA #2 ITU BENAR, YAKNI, BAHWA PAUS BENEDIKTUS XV BENAR BAHWA PERMASALAHAN INI BELUM DISELESAIKAN (DAN BUMI MUNGKIN BUKAN PUSAT ALAM SEMESTA)
Sekarang, mari berpindah haluan dan mengandaikan bahwa #2 itu benar: yakni, bahwa Paus Benediktus XV benar – bersama dengan para Paus lainnya, seperti Paus Benediktus XIV, yang mengizinkan penerbitan karya-karya heliosentris – bahwa permasalahan ini belum diselesaikan (dan Bumi mungkin bukan pusat alam semesta), atas dasar bahwa keputusan-keputusan di masa lalu tidak infalibel, ajaran-ajaran tentang Iman yang tidak dapat berubah; dan oleh karena itu bahwa St. Robertus Bellarminus, para anggota dari Kementerian Suci, dan keputusan Kementerian Suci di tahun 1633 terhadap Galileo pada dasarnya salah karena menyatakan heliosentrisme sebagai bidah dan karena menganggap geosentrisme sebagai de fide, dan karena telah membuat Galileo mengabjurasikan bidah tentang pergerakan Bumi.
Dalam kasus ini, kita segera melihat bahwa infalibilitas Gereja jauh lebih terbatas daripada yang telah dipercayai oleh banyak orang yang mengaku-ngaku sebagai pakar. Kita langsung melihat bahwa seorang Doktor Gereja, banyak anggota dari Kementerian Suci, begitu banyak teolog lainnya, dekret-dekret resmi yang berasal dari berbagai Kongregasi di Vatikan yang bekerja di bawah Sri Paus, termasuk Jabatan Inkuisisi (Jabatan yang bertugas untuk menumpas bidah), semuanya melakukan kesalahan sewaktu mereka menyatakan heliosentrisme sebagai bidah dan geosentrisme sebagai de fide. Kita melihat bahwa status kebenaran ini telah merupakan suatu misteri selama berabad-abad, bahkan jika banyak dari para Paus dan seorang Doktor Gereja terlibat di dalam permasalahan itu.
Di dalam kasus ini, kita melihat bahwa argumen-argumen yang dikemukakan oleh para pembela Pembaptisan Keinginan – bahwa Gereja secara pasti mengajarkan “pembaptisan keinginan” karena St. Alfonsus, seorang Doktor Gereja berkata bahwa pandangan itu de fide dan karena suatu surat dari dua anggota dari Kementerian Suci mengutuk Romo Feeney – secara langsung (bukan secara tidak langsung, sebagaimana dalam kasus jika #1 itu benar) dihancurkan. Sebab di dalam kasus ini, kita memiliki suatu paralel yang langsung: seorang Doktor Gereja, St. Robertus Bellarminus, melakukan kesalahan sewaktu ia melabeli geosentrisme sebagai de fide dan menganggap penyangkalan terhadap geosentrisme sebagai bidah; dan kita telah melihat banyak akta-akta dari Kementerian Suci yang disetujui oleh lebih dari sepuluh teolognya (bukan hanya dua, dalam kasus Romo Feeney) yang salah dalam pengutukannya terhadap heliosentrisme sebagai bidah dan dalam pengajarannya tentang geosentrisme sebagai de fide.
Maka, orang-orang yang telah terus melanjutkan untuk membaca artikel ini sejauh ini seharusnya melihat dengan mudah bahwa fakta-fakta yang dibahas di dalam artikel ini membuktikan bahwa argumen-argumen yang telah diulangi begitu banyak kali oleh para pembela pembaptisan keinginan dari sumber-sumber yang tidak dogmatis (misalnya, dari para teolog, dari St. Alfonsus, dari surat terhadap Romo Feeney) – argumen-argumen yang mereka klaim secara pasti mewakili benak resmi dari Gereja yang mendukung pembaptisan keinginan – tidak lebih dari kebohongan yang dibuat-buat yang tidak membuktikan bahwa Gereja mengajarkan hal yang demikian sama sekali. Argumen-argumen tersebut telah dibuat oleh orang-orang yang kekurangan pengertian akan hal yang – sewaktu seseorang telah mencapai poin yang kritis dalam pertanyaan teologis – harus memberikan kepada kita pengertian kita tentang “benak Gereja”. Sekarang, karena orang-orang ini – yang telah mencaci-maki, menganiaya, dan mencoba untuk mengintimidasi beberapa orang Katolik yang menolak pembaptisan keinginan – telah sepenuhnya dibantah dalam poin-poin favorit mereka, mereka seharusnya menjadi malu karena telah menyerang kebenaran dan telah begitu disesatkan oleh kehendak buruk mereka.
Kenyataannya adalah tidak peduli sisi mana yang anda ambil di dalam semua permasalahan ini, fakta-fakta di dalam artikel ini adalah pemulihan nama baik yang jelas bagi orang-orang Katolik yang telah menjaga, dan bukan tanpa perlawanan atau kritik yang keras, bahwa kesetiaan sejati kepada Magisterium, kesetiaan sejati kepada benak Gereja, dan kesetiaan sejati kepada ajaran Katolik, berada di dalam penganutan terhadap ajaran dari definisi-definisi dogmatis (contohnya, ajaran-ajaran tentang keperluan mutlak pembaptisan air) dan pernyataan-pernyataan yang jelas dari para Paus sendiri dan demikianlah dan memang demikianlah yang telah selalu dipercayai oleh Gereja Katolik. Poin-poin ini menunjukkan bahwa bahkan jika sesuatu diajarkan oleh seorang Santo, seorang Doktor Gereja yang berkata bahwa hal itu “de fide”, ajaran yang umum atau dominan dari para teolog bahkan selama ratusan tahun, dan bahkan keputusan-keputusan dari Kementerian Suci sendiri yang tidak secara khusus disetujui oleh seorang Paus dengan gaya bahasa yang otoritatif, hal tersebut tidak secara pasti infalibel, mengikat atau benar – atau, setidaknya, banyak dari para Paus yang valid gagal untuk mengakui bahwa hal itu demikian.
SEKARANG, APAKAH KESIMPULAN YANG BENAR TENTANG STATUS TEOLOGIS SEJATI GEOSENTRISME?
Sekarang, marilah berpindah haluan untuk menelaah implikasi-implikasi hipotesis yang secara pasti timbul jika masing-masing posisi dianggap benar, dan berpindah untuk menelaah yang mana yang benar.
AJARAN GEREJA YANG INFALIBEL
Untuk menilai bilamana suatu hal adalah ajaran yang infalibel tentang iman atau moral (yang adalah pertanyaan yang sedang dibahas), kita harus mengerti dengan jelas kapan Gereja mengajarkan secara infalibel tentang iman atau moral. Persyaratan-persyaratan yang didefinisikan oleh Vatikan I untuk suatu pernyataan ex cathedra oleh seorang Paus Roma dikutip di bawah:
Seperti yang kita lihat, agar suatu pernyataan dipermaklumkan secara ex cathedra (secara infalibel dari Takhta St. Petrus), seorang Paus harus 1) menjelaskan suatu doktrin tentang iman atau moral, 2) berdasarkan otoritas apostoliknya, 3) yang harus dipegang oleh Gereja universal. Jika terdapat cara lain yang dengannya seorang Paus mengajar secara infalibel, Vatikan I akan telah mendefinisikan cara tersebut. Satu-satunya cara yang lain, yang diindikasikan oleh Vatikan I, yang dengannya Magisterium mengajar secara infalibel tentang iman atau moral, adalah di dalam apa yang disebut sebagai Magisterium biasa dan universal.
Apa yang persisnya termasuk ajaran dari Magisterium biasa dan universal tidak pernah didefinisikan, dan oleh karena itu adalah suatu masalah yang diperdebatkan. Seseorang dapat berkata secara aman, bagaimanapun, bahwa Magisterium biasa dan universal dilaksanakan sewaktu seorang Paus sendiri secara spesifik menyatakan bahwa suatu ajaran telah selalu dipercayai oleh Gereja di dalam suatu gaya bahasa yang tidak ex cathedra. Contohnya, jika seorang Paus berkata di dalam sebuah bulla atau sebuah ensiklik bahwa “Gereja telah selalu memercayai bahwa Bumi adalah pusat alam semesta”, maka pernyataan semacam itu akan, menurut saya, menjadi suatu contoh ajaran dari Magisterium biasa dan universal. Tetapi tidak pernah terdapat pernyataan semacam itu.
Setelah pandangan-pandangan tentang ajaran infalibel Gereja ini telah ditetapkan, marilah memulai dengan melihat kembali kelima poin utama yang dikemukakan untuk membuktikan bahwa geosentrisme adalah ajaran yang mengikat dari Gereja Katolik.
PENELAAHAN KHUSUS TERHADAP KELIMA AKTA/ARGUMEN UNTUK MELIHAT JIKA SATU PUN ATAU SEMUANYA MERUPAKAN AJARAN YANG INFALIBEL
Ini adalah suatu pernyataan oleh sebelas teolog yang dipekerjakan oleh Kementerian Suci. Jelas bahwa pernyataan itu tidak infalibel. Walaupun Sri Paus para saat itu (Paulus V) menyadari keputusan ini dan menyetujuinya, ia tidak menyetujuinya secara khidmat ataupun secara tertulis. Harus ditekankan pula bahwa terdapat suatu perbedaan yang penting antara akta-akta Kongregasi Roma (contohnya, akta-akta dari Kementerian Suci) yang disetujui oleh seorang Paus in forma communi (dalam bentuk umum) dan yang disetujui in forma specifica (dalam bentuk khusus). The Catholic Encyclopedia [Ensiklopedia Katolik] menjelaskan perbedaan tersebut:
Akta-Akta dari Kongregasi Roma atau para anggota Kementerian Suci yang disetujui hanya dalam bentuk umum tidaklah infalibel. Hal itu penting untuk diingat untuk sejumlah poin yang akan dibahas kemudian. Saya akan menjelaskan tentang hal ini lebih lanjut sewaktu kita berlanjut di dalam artikel ini. Karena sekarang jelas adanya bahwa poin #1 tidaklah infalibel, mari berpindah ke argumen kedua.
Hal ini juga dengan jelas tidak memenuhi persyaratan Vatikan I, seperti yang didiskusikan di atas. Ajaran yang infalibel dari Magisterium dianugerahkan kepada para Paus, dan bukan kepada para Doktor Gereja, bertentangan dengan apa yang banyak orang pada zaman ini ajarkan kepada kita.
Ini adalah suatu keputusan disipliner yang dibuat oleh suatu Kongregasi Roma. Dan walaupun Kongregasi Roma ini mengikutsertakan alasan-alasan tentang iman untuk keputusannya, keputusan tersebut tetap bukan akta yang infalibel dari Gereja atau Paus Roma tentang iman atau moral, seperti yang dijelaskan di #1 tentang akta-akta Kongregasi-Kongregasi Roma yang disetujui di dalam bentuk umum. Hal ini jelas menunjukkan bahwa para pejabat Gereja pada waktu itu menganggap geosentrisme sebagai de fide, tetapi kita sedang menganalisis bilamana Gereja sendiri mengarahkan otoritas pengajarannya yang infalibel kepada posisi itu. Fakta ini tidak membuktikan bahwa Gereja melakukannya. Itulah mengapa para Paus mampu mencabut keputusan disipliner ini beberapa ratus tahun kemudian, seperti yang telah dibahas. Jawaban terhadap poin yang berikut memberikan kejelasan lebih lanjut tentang hal ini pula.
Memang benar bahwa Paus Urbanus VIII mendukung keputusan tahun 1633 dan memerintahkannya untuk diedarkan secara luas. Tetapi ia tidak memerintahkan agar keputusan itu harus diterima oleh Gereja universal, yang merupakan salah satu persyaratan dari pernyataan yang ex cathedra. Kembali lagi, hal ini secara pasti menunjukkan bahwa para pejabat Gereja pada waktu itu menganggap penyangkalan terhadap geosentrisme sebagai bidah, tetapi kenyataan itu tidak menunjukkan bahwa otoritas pengajaran yang infalibel dari Gereja dilaksanakan untuk mempermaklumkan posisi itu. Untuk memberikan kejelasan yang lebih lanjut tentang otoritas atau tiadanya otoritas dari keputusan-keputusan yang dipermaklumkan oleh Kongregasi-Kongregasi Roma dan jabatan-jabatan atau penghakiman Inkuisisi, sangatlah bermanfaat untuk melihat kasus Santa Yohana D’Arc di dalam konteks ini.
PERSIDANGAN SANTA YOHANA D’ARC MEMBERIKAN KEJELASAN TENTANG OTORITAS KEMENTERIAN SUCI DAN KONGREGASI-KONGREGASI ROMA LAINNYA DAN OLEH KARENA ITU TENTANG INFALIBILITAS, ATAU KETIDAKINFALIBELAN DARI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN TERHADAP GALILEO
Sehubungan dengan masalah apa yang termasuk “kesetiaan terhadap Gereja”, sangatlah relevan untuk mempertimbangkan kasus St. Yohana D’Arc. Orang-orang yang mengenal kisahnya mengetahui bahwa St. Yohana D’Arc adalah seorang santa yang luar biasa yang tindakan-tindakannya yang tidak biasa di negeri Prancis di abad ke-15 membuatnya terkenal bahkan di kalangan non-Katolik pada zaman ini. Setelah dipanggil oleh Allah dan diarahkan oleh suara-suara supernatural untuk membantu Raja Prancis untuk mengusir para penjajah Inggris dari Prancis, ia ditangkap oleh orang-orang Inggris, dikutuk oleh persidangan Inkuisisi, dan lalu dibakar di tiang pancang sebagai seorang bidah. (Sebagai catatan sampingan: jawaban untuk pertanyaan mengapa Allah hendak, secara mukjizat, turun tangan untuk membantu para serdadu dari suatu negara Katolik (Prancis) melawan suatu negara Katolik lainnya (Inggris) ditemukan, menurut saya, di dalam fakta bahwa Allah memprediksikan bahwa satu abad setelah St. Yohana, Raja Inggris yang baru, Raja Henry VIII akan menenggelamkan negara Inggris ke dalam skisma dan akan telah membawa Prancis bersamanya andaikata Inggris telah memperoleh Prancis. Maka, Ia menggunakan St. Yohana untuk menyelamatkan Prancis dari Protestantisme terlebih dahulu. Ini adalah suatu contoh lain tentang kebencian Allah terhadap Protestantisme.) Keputusan dari pengadilan Inkuisisi yang mengutuk Yohana D’Arc sebagai seorang bidah tidaklah infalibel, tentunya. Keputusan itu digulingkan di kemudian hari. St. Yohana D’Arc dibeatifikasikan pada tahun 1909 dan dikanonisasikan di tahun 1915. Bagaimanapun, penting untuk diingat bahwa St. Yohana D’Arc dikutuk sebagai seorang bidah oleh suatu pengadilan Inkuisisi. Kementerian Suci, ingat, hanya semata-mata pengadilan tertinggi dari Inkuisisi. Nama resminya adalah: Sacra Congregatio Romanae et universalis Inquisitionis seu sancti officii. Kementerian Suci dari Inkusisi didirikan oleh Paus Paulus III pada tanggal 21 Juli 1542, maka kita harus bertanya: jika pengadilan-pengadilan Inkuisisi lainnya falibel, seperti yang mengutuk Yohana D’Arc, apakah terdapat sesuatu yang secara kualitatif berbeda dari Kementerian Suci, Pengadilan Tertinggi Inkuisisi di Roma, yang membuat keputusan-keputusan dari para teolog dan kardinalnya infalibel? Sehubungan dengan infalibilitas, satu-satunya perbedaan antara Kementerian Suci dari Inkuisisi dan lembaga-lembaga setempat adalah bahwa Sri Paus adalah kepala dari Kementerian Suci. Jadi, segala infalibilitas yang akan dimiliki oleh suatu akta dari Kementerian Suci (atau dari Kongregasi Roma lainnya) akan berasal dari hubungan akta tersebut dengan Sri Paus. Maka, kita kembali lagi sampai kepada perbedaan yang penting antara akta-akta Kementerian Suci (dan Kongregasi-Kongregasi Roma lainnya) yang disetujui dalam bentuk umum dan yang disetujui dalam bentuk khusus – perbedaan antara keputusan-keputusan tersebut yang disetujui oleh seorang Paus tetapi yang tidak memperoleh otoritas khusus darinya dan keputusan-keputusan yang disetujui oleh seorang Paus dengan otoritas khusus darinya.
WACANA SELANJUTNYA TENTANG PERBEDAAN ANTARA AKTA-AKTA KONGREGASI-KONGREGASI ROMA YANG DISETUJUI DALAM BENTUK UMUM DAN YANG DISETUJUI DALAM BENTUK KHUSUS
Jika sebuah akta dari Kementerian Suci disetujui oleh seorang Paus semata-mata dalam bentuk umum – sebagaimana semua akta terhadap Galileo, termasuk akta 1633 dari Kementerian Suci – maka dari sudut pandang infalibilitas akta tersebut akan memiliki suatu tingkat otoritas yang sama dengan pernyataan mana pun yang dibuat atau disetujui oleh Paus tersebut. Apakah pernyataan mana pun yang dibuat atau disetujui oleh seorang Paus infalibel? Jelas tidak, seperti yang sering dibuktikan oleh banyak contoh di dalam sejarah Gereja. Pernyataan semacam ini yang dibuat atau disetujui oleh seorang Paus, yang tidak memenuhi syarat-syarat definisi dogmatis atau suatu pernyataan yang jelas tentang apa yang telah selalu dipegang oleh Gereja, harus diberikan rasa hormat kecuali pernyataan itu jelas bertentangan dengan sesuatu yang memiliki otoritas lebih tinggi atau suatu fakta yang diketahui, tetapi pernyataan semacam itu tidak memiliki infalibilitas. Inilah kesimpulan yang tepat tentang otoritas dari akta-akta Kementerian Suci. Akta-akta Kementerian Suci yang disetujui oleh seorang Paus hanya dalam bentuk umum harus diperhatikan dan dihormati dan dipatuhi kecuali akta-akta itu menentang suatu fakta yang diketahui atau sesuatu yang memiliki otoritas yang lebih tinggi; tetapi akta-akta itu tidak infalibel, kecuali jika saat menyetujui akta-akta itu, Sri Paus sendiri menambahkan otoritas khususnya sendiri dengan menyetujui akta-akta tersebut dalam bentuk yang khusus. Posisi ini mengalir secara logis sewaktu kita mempertimbangkan sejarah dari wahyu ilahi.
Seorang Paus memiliki infalibilitas karena Yesus Kristus menganugerahkan otoritas tertinggi di dalam Gereja kepada St. Petrus dan para penerusnya di dalam Takhta tersebut . Janji dari Kristus kepada seorang Paus sejati bukanlah bahwa ia tidak dapat berbuat salah sama sekali. Janji itu adalah bahwa seorang Paus tidak dapat melakukan kesalahan sewaktu ia mengikat Gereja universal untuk memercayai sesuatu tentang iman atau moral atas dasar otoritas apostolik tertingginya. Kongregasi-Kongregasi Roma tidaklah diinstitusikan sampai abad ke-16. Kementerian Suci, seperti yang disebutkan di atas, diinstitusikan oleh Paus Paulus III pada tanggal 21 Juli 1542. Para kardinal yang membantu Sri Paus tidak diikutsertakan, tentunya, di dalam janji awal kepada St. Petrus bahwa imannya tidak akan gugur (Lukas 22:32). Ini adalah suatu janji yang dibuat kepada St. Petrus seorang diri atas dasar jabatan yang akan dianugerahkan kepadanya dan kepada para penerusnya oleh Kristus. Untuk berpendapat bahwa keputusan-keputusan dari Kementerian Suci yang disetujui oleh seorang Paus semata-mata dalam bentuk umum bersifat infalibel akan secara logis mewajibkan seseorang untuk percaya bahwa para asisten dari Uskup Roma di masa Gereja awal (contohnya, lingkaran dalam dari para imam di Roma pada abad-abad awal) infalibel di dalam keputusan-keputusan mereka tentang perkara-perkara Katolik jika Sri Paus setuju dengan mereka. Jelas bahwa Gereja tidak mengajarkan hal ini. Patut disebutkan pula bahwa Kementerian Suci tidak memiliki yurisdiksi atas para kardinal (Catholic Encyclopedia [Ensiklopedia Katolik], Vol. 13, 1913, hal. 138). Menurut Vatikan I, syarat bahwa sesuatu itu infalibel adalah bahwa hal itu harus mengikat semua orang Kristiani. Beberapa orang akan mencoba untuk menanggapi posisi ini, sehubungan dengan akta-akta Kongregasi-Kongregasi Roma yang disetujui semata-mata dalam bentuk umum sebagai akta yang tidak infalibel, seperti yang dilakukan oleh Romo William Roberts (lebih lanjut tentang dirinya akan dibahas kemudian), dengan mengutip suatu kasus pada saat masa pemerintahan Paus Pius IX. Setelah karya-karya seseorang yang bernama Anton Guenther dikutuk oleh Kongregasi Suci dari Indeks dengan persetujuan Sri Paus dalam bentuk umum, beberapa orang mempertanyakan bilamana mereka wajib untuk patuh kepada pengutukan itu. Paus Pius IX menanggapi lewat sebuah breve kepada Uskup Agung Köln yang bertanggal 15 Juni 1857. Pius IX menjawab bahwa dekret Kongregasi Suci dari Indeks, yang disetujui olehnya dalam bentuk umum, seharusnya cukup bagi semua orang untuk telah memutuskan permasalahan itu.
Saat menganalisis argumen ini, yang dikemukakan oleh Romo William Roberts, John Daly berkata demikian: “Argumen ini, menurut kami, membuat keperluan yang mutlak bagi semua orang Katolik yang percaya bahwa adalah hal yang sah untuk terus percaya akan heliosentrisme, setidaknya secara pribadi, setelah dekret-dekret dari tahun 1616 dan 1633, untuk berpendapat bahwa Paus Pius IX, sewaktu ia terpanggil untuk menilai kewajiban dalam hati nurani yang tercipta oleh keputusan-keputusan dari Kongregasi-Kongregasi Sucinya yang mewakilinya, sungguh melebih-lebihkannya. Masuk akal bahwa hal ini sulit untuk dipercayai.” Sebaliknya, tidaklah sulit untuk percaya bahwa Paus Pius IX melakukan kesalahan tentang hal ini atau bahwa ia melebih-lebihkan kewajiban yang tercipta oleh persetujuannya dalam bentuk umum terhadap suatu akta dari Kongregasi Roma.
Pertama-tama pada saat ia mengungkapkan bahwa persetujuannya dalam bentuk umum seharusnya sudah cukup untuk menyelesaikan permasalahan itu di dalam sebuah breve kepada seorang uskup agung, Pius IX sama sekali tidak menggunakan gaya bahasa yang mewajibkan keputusan itu untuk dipercayai sebagai hal yang infalibel. Suratnya dapat diinterpretasikan untuk berarti bahwa keputusannya itu sederhananya mewajibkan ketaatan, yang, seperti yang dinyatakan di atas, adalah apa yang seharusnya diterima oleh akta-akta Kongregasi-Kongregasi Roma kecuali jika akta-akta itu menentang sesuatu yang memiliki otoritas yang lebih besar atau suatu fakta yang jelas. Dan lagipula alasan baik apa yang ada untuk menolak keputusan terhadap karya-karya Guenther? Keputusannya yang awal seharusnya cukup bagi semua orang.
Kedua, jika kasus di atas menunjukkan bahwa keputusan-keputusan dari Kongregasi-Kongregasi Roma yang disetujui oleh seorang Paus dalam bentuk umum secara mengikat menyelesaikan persoalan-persoalan tentang iman sekali dan untuk selamanya, maka Paus Pius IX sendiri melanggar prinsip miliknya sendiri karena ia, bersama para pendahulunya yang langsung serta para penerusnya, mengizinkan heliosentrisme untuk diajarkan lama setelah pandangan tersebut telah dikutuk pada abad ke-17 oleh berbagai Kongregasi Roma. Maka, ia jelas tidak menyadarinya atau secara sengaja menolak sifat yang mengikat dari keputusan-keputusan terdahulu dari Kongregasi-Kongregasi Roma yang menentang heliosentrisme. Tetapi, adalah suatu hal yang mungkin bahwa Pius IX, Sri Paus yang pada waktu itu memimpin, tidak menyadari akan poin-poin khusus mengenai kasus Galileo. (Hal ini akan sejalan dengan posisi kami bahwa banyak teolog, dan bahkan beberapa Paus, gagal untuk menginvestigasi secara penuh, mengakui dan/atau menilai status dogmatis dari keperluan mutlak pembaptisan air, yang meniadakan pembaptisan keinginan.) Bagaimanapun, jika Paus Pius IX dan para Paus yang lain dapat gagal untuk melihat atau tetap tidak menyadari pentingnya sifat yang mengikat dari keputusan-keputusan Kongregasi-Kongregasi Roma dalam kasus Galileo, yang disetujui dalam bentuk umum oleh para pendahulunya, maka, adalah sama kemungkinannya bahwa sewaktu ia mengungkapkan kepatuhan yang lazim yang diwajibkan kepada keputusan dari suatu Kongregasi Roma, sehubungan dengan kesalahan-kesalahan yang jelas dari Anton Guenther, Paus yang sama itu mungkin telah melebih-lebihkan arti dari persetujuannya yang diberikan dalam bentuk umum di dalam brevenya kepada sang uskup agung, atau gagal untuk mencatat bahwa keputusan-keputusan tersebut tidak mengikat secara mutlak di dalam setiap kasus, melainkan hanya dalam kasus biasanya sewaktu tiada sesuatu yang memiliki otoritas yang lebih besar yang menentang keputusan-keputusan tersebut.
GAYA BAHASA PAUS ST. PIUS X MENUNJUKKAN PERBEDAAN ANTARA PERSETUJUAN DALAM BENTUK UMUM DAN BENTUK KHUSUS UNTUK AKTA-AKTA KONGREGASI-KONGREGASI ROMA
Sehubungan dengan hal ini, sangatlah bermanfaat untuk melihat gaya bahasa yang digunakan oleh Paus St. Pius X di dalam Motu Proprio-nya dari tanggal 18 November 1907. Di dalam bagian pertama dari kutipan ini, kita melihat bahwa Paus Pius X berbicara tentang otoritas dari keputusan-keputusan Komisi Alkitabiah Kepausan (suatu Kongregasi Roma lainnya) yang disetujui olehnya dalam bentuk umum. Apa yang akan kita lihat adalah bahwa Pius X, bahkan setelah menekankan bahwa otoritas dari keputusan-keputusan ini disetujui dalam bentuk umum, ia berulang kali menekankan bahwa keputusan-keputusan ini mewajibkan “kepatuhan”. Fakta ini mendukung secara kuat posisi bahwa keputusan-keputusan dari Kongregasi-Kongregasi Roma yang disetujui oleh seorang Paus harus diikuti dan bahwa keputusan-keputusan itu mewajibkan kepatuhan dalam keadaan biasa, tetapi tidak infalibel dan oleh karena itu mungkin ditentang jika keputusan-keputusan itu berlawanan dengan sesuatu yang memiliki otoritas yang lebih besar atau suatu fakta yang diketahui.
Kita dapat melihat penekanan terhadap kepatuhan. Pius X memang menyebutkan konsep dosa berat bagi mereka yang “menentang” keputusan-keputusan semacam itu, tetapi ia menyebutkannya dalam konteks “ketidakpatuhan”. Hal ini masuk akal: untuk secara lancang menentang keputusan dari Kongregasi Roma akan merupakan suatu hal yang amat salah karena keputusan itu mewakili keputusan dari para kardinal yang dipilih oleh Sri Paus dan yang bertindak dengan sepersetujuan tersirat dari Sri Paus. Tetapi hal ini sama sekali tidak berarti bahwa jika, dalam suatu kasus yang amat langka, sesuatu yang memiliki otoritas yang lebih besar menentang keputusan semacam itu, seseorang tidak boleh menolak keputusan itu. Hal ini didukung lebih lanjut oleh poin di bawah.
Sekarang, mohon perhatikan gaya bahasa yang amat berbeda yang digunakan oleh Paus St. Pius X sehubungan dengan Dekret Kementerian Suci yang berjudul Lamentabili. Dekret ini adalah daftar dari kesalahan-kesalahan para Modernis yang dikutuk oleh Kementerian Suci pada tanggal 3 Juli 1907. Dekret dari Kementerian Suci ini adalah suatu contoh yang amat baik dari dokumen Kementerian Suci yang disetujui oleh seorang Paus dalam bentuk khusus.
Kita melihat bahwa Pius X secara khusus mengulangi dan meneguhkan Dekret Kementerian Suci Lamentabili, dan dengan demikian mempermaklumkannya di dalam bentuk khusus. Kita juga melihat bahwa gaya bahasa Pius X sehubungan dengan orang-orang yang menentang Dekret Lamentabili (yang telah disetujui olehnya dalam bentuk khusus) jauh lebih kuat daripada yang digunakan bagi orang-orang yang menentang keputusan-keputusan dari Komisi Alkitab, yang dipermaklumkan dalam bentuk umum. Orang-orang yang menentang Lamentabili, yang telah menerima persetujuannya dalam bentuk spesifik, diekskomunikasikan. Kenyataan ini mendukung secara kuat posisi yang telah didiskusikan di atas sehubungan dengan perbedaan otoritas antara akta-akta Kongregasi-Kongregasi Roma yang disetujui dalam bentuk umum dan yang disetujui dalam bentuk khusus, dan lebih lanjut mendukung posisi yang telah saya kemukakan di atas tentang penilaian yang tepat terhadap akta-akta dari Kongregasi-Kongregasi Roma sehubungan dengan geosentrisme dan heliosentrisme.
Beberapa orang akan menggunakan kutipan ini untuk berargumentasi bahwa dekret-dekret dari Kongregasi Roma terhadap heliosentrisme dan penyangkalan terhadap geosentrisme pastinya benar, jika tidak, ujar mereka, Takhta Apostolik dan Kongregasi Roma menghalangi “kemajuan bebas dari ilmu pengetahuan.” Saya akan menanggapi dengan menunjukkan bahwa kesalahan ini mengutuk orang-orang yang berkata bahwa dekret-dekret dari Takhta Apostolik dan Kongregasi Roma menghindari kemajuan bebas dari ilmu pengetahuan. Takhta Apostolik adalah Takhta dari Uskup Roma. Dalam kata lain, “Takhta Apostolik” merujuk kepada akta-akta dari Takhta St. Petrus. Walaupun beberapa orang menggunakan “Takhta Apostolik” secara bebas dan tidak benar untuk menggambarkan Kongregasi Roma, istilah ini hanya menggambarkan akta-akta dari Takhta Petrus, seperti yang kita lihat di dalam definisi-definisi dogmatis ini dari Vatikan I. Vatikan I menyetarakan akta-akta dari “Takhta Apostolik” dengan pernyataan-pernyataan infalibel dari Takhta St. Petrus.
Maka, #12 dari Silabus Kesalahan-Kesalahan tidak mengindikasikan bahwa akta-akta Kongregasi Roma itu infalibel, tetapi bahwa dekret-dekret dari Takhta Apostolik (Sri Paus yang berbicara dari Takhta Petrus) dan Kongregasi Romawi tidak dapat, keduanya, menghalangi kemajuan bebas dari ilmu pengetahuan.
WACANA SELANJUTNYA TENTANG KASUS ST. YOHANA UNTUK MELIHAT APA YANG TERMASUK “KESETIAAN KEPADA GEREJA”
Sekarang, penting untuk melanjutkan dengan analisis tentang kasus St. Yohana D’Arc. Karena St. Yohana D’Arc ditangkap oleh orang-orang Inggris di Prancis, ia diserahkan kepada uskup Prancis, Pierre Cauchon. Ia adalah mantan rektor dari Universitas Paris, yang dianggap sebagai universitas yang paling terkemuka di dunia pada waktu itu. St. Yohana D’Arc pada akhirnya diserahkan kepada suatu pengadilan Inkuisisi yang didominasi oleh banyak teolog yang terpelajar dari negaranya sendiri. Perkara yang dibahas adalah asal-muasal dari suara-suaranya, dan bilamana ia akan tunduk kepada keputusan Gereja tentang suara-suara tersebut:
Hal ini adalah suatu gambaran yang kuat atas kekeliruan dari argumen itu, yang sering dikhotbahkan dengan lantang oleh para pendukung pembaptisan keinginan, bahwa seseorang tidak boleh menyimpang dari ajaran para teolog. Hal yang menarik tentang kasus ini, bagaimanapun, adalah tuduhan utama yang ditujukan kepada Yohana pada sidangnya. Tuduhan utama yang ditujukan kepada Yohana pada sidangnya – tuduhan yang terutama membuatnya dikutuk oleh pengadilan itu sebagai seorang bidah – adalah bahwa ia dianggap menolak untuk tunduk kepada “keputusan Gereja.” Saya ingin mengutip beberapa paragraf agar sang pembaca mengenal beberapa detailnya:
Jawabannya adalah, ‘Segala hal yang telah saya katakan dan perbuat ada di dalam tangan Allah dan saya memercayakan diri saya sendiri kepada-Nya. Saya tidak ingin berkata ataupun berbuat sesuatu pun yang bertentangan dengan iman Krsitiani, dan jika saya percaya akan sesuatu yang akan dinyatakan oleh para imam sebagai bertentangan dengan iman, saya tidak akan berpegang erat kepada hal tersebut, tetapi mengenyahkannya dari diri saya.’ Tetapi jawaban ini sama sekali tidak memadai. Para ‘imam’ bukanlah Gereja, tidak pun Yohana berkata anggota para imam mana yang harus ia patuhi. Ia mungkin saja telah berpikir tentang para kaum gerejawi dari Poitiers yang telah dahulu kala menemukannya tanpa kesalahan. Ia ditanya kembali jikalau ia akan tunduk kepada keputusan Gereja. Kali ini, ia menjawab, ‘Saya memercayakan diri saya sendiri kepada Tuhan kita, Yang mengutus saya, kepada Bunda Maria, dan kepada segenap para kudus di Surga. Tuhan kita dan Gereja satu adanya, jadi mengapa anda membuat hal-hal yang rumit.’
Kita sampai pada jantung dari perkara yang kontroversial ini serta banyak isu lain yang relevan terhadap zaman kita ini. Apakah yang sebenarnya dimaksud dengan “tunduk kepada keputusan Gereja?” Apakah hal secara pasti berarti bahwa seseorang tunduk kepada ajaran para teolog? Apakah hal itu secara pasti berarti, dalam setiap kasus, bahwa seseorang tunduk kepada keputusan pengadilan gerejawi? Sehubungan dengan para hakim gerejawinya, Yohana akan telah menolak untuk tunduk kepada “Gereja” andaikata ia menolak untuk menyangkal suara-suaranya sewaktu pengadilan itu menilai bahwa suara-suaranya itu berasal dari Iblis. Tetapi Yohana tahu bahwa ia tidak dapat mencela suara-suara supernaturalnya itu sebagai hal yang satanik – suara-suara yang telah memandunya sejak masa mudanya dan yang telah diteguhkan oleh hasil-hasil luar biasa yang mengagumkan orang banyak – hanya karena sejumlah teolog ini berkata demikian. Ia tahu bahwa hal itu tidak masuk akal sama sekali. Pada waktu yang sama, Yohana tidak cukup terpelajar – tidak pun semua perbedaan yang terlibat itu bahkan secara pasti jelas bagi orang-orang yang terpelajar pada masa itu dan bagi banyak orang pada zaman ini – sehingga dapat menunjukkan bahwa untuk menolak untuk tunduk kepada keputusan pengadilan gerejawi para teolog di Prancis ini, ia tidak menolak untuk tunduk kepada Gereja yang infalibel. Ia tidak mampu berdebat dengan para hakim-teolognya sewaktu mereka mendefinisikan keputusan pengadilan itu sebagai “keputusan Gereja Militan”, dan oleh karena itu ia dengan jujur ragu-ragu untuk memberikan persetujuannya kepada Gereja Militan. Kita dapat melihat bahwa, andaikata mereka berada di sana, banyak dari para pendukung blak-blakan pembaptisan keinginan di masa kita ini (termasuk banyak imam sedevakantis yang menganggap penyangkalan terhadap pembaptisan keinginan sebagai bidah atau dosa berat) akan telah secara pasti setuju dengan para hakim untuk mengutuk St. Yohana D’Arc sebagai seorang bidah dan menyerahkannya untuk dibakar – seorang bidah yang telah “menyimpang dari ajaran Gereja.” Hal ini dikarenakan, mereka percaya akan suatu pandangan yang amat cacat tentang apa yang termasuk kesetiaan terhadap ajaran Gereja. Semua ini menunjukkan, sekali lagi, bahwa kesetiaan terhadap Gereja, kesetiaan terhadap Magisterium, kesetian terhadap benak Gereja bukan secara pasti adalah kesetiaan terhadap ajaran para teolog atau Kongregasi Roma atau keputusan-keputusan yang lebih rendah, melainkan, pertama-tama, kesetiaan terhadap ajaran yang secara pasti infalibel dari Gereja.
Dari semua argumen yang mendukung infalibilitas dari posisi geosentris, argumen inilah yang terkuat, karena argumen ini adalah satu-satunya yang melibatkan sesuatu yang berasal dari Sri Paus in forma specifica (dalam bentuk khusus). Menurut pandangan saya, bagaimanapun, argumen ini juga gagal untuk membuktikan poin tersebut. Argumen ini gagal karena bulla dari Paus Aleksander VII tersebut berkenaan dengan pemakluman suatu Indeks buku-buku terlarang. Ini adalah suatu kebijakan disipliner. Kebijakan itu bukanlah suatu definisi tentang poin iman atau moral yang harus dipercayai oleh Gereja universal (yakni, Magisterium luar biasa); tidak pun kebijakan tersebut adalah suatu pernyataan Sri Paus bahwa Gereja telah selalu memegang poin iman tertentu, yang akan melibatkan Magisterium biasa dan universal.
Hanya karena seorang Paus menggunakan suatu gaya bahasa yang khidmat untuk melarang penyebarluasan suatu buku, larangan tersebut tidak secara infalibel membuktikan bahwa buku semacam itu buruk. Untuk membantu menggambarkan poin ini, adalah suatu hal yang berguna untuk menyebutkan bahwa Paus Klemens XIV secara khidmat membubarkan Orde Yesuit di dalam suatu bulla Kepausan pada tahun 1773 dengan kepenuhan dari otoritas Kepausannya. Paus Klemens XIV lalu menyatakan bahwa konstitusinya tidak dapat dibatalkan.
Apakah pernyataan itu membuktikan bahwa ordo Yesuit itu buruk? Tidak, tentunya tidak. Itu hanyalah suatu tindakan disipliner yang di kemudian hari dibatalkan.
Tetapi bagaimana dengan fakta bahwa Indeks yang telah dipermaklumkan oleh bulla Paus Aleksander VII mengikutsertakan dekret-dekret terdahulu dari Kementerian Suci yang mengutuk pergerakan Bumi atas dasar bahwa suatu gagasan semacam itu menyangkal iman? Dalam kata lain, dekret-dekret itu yang menentang heliosentrisme dari Kongregasi Roma, yang dibahas lebih awal, dicantumkan kepada bulla ini. Bukankah hal itu menunjukkan bahwa bulla Paus Aleksander VII secara infalibel mengajarkan bahwa isi dari dekret-dekret terdahulu tersebut yang menentang pergerakan Bumi memiliki dasar-dasar iman? Jawabannya, menurut pendapat saya, tidak. Saya akan berusaha untuk memberi substansi bagi posisi ini sekarang. Jawabannya adalah tidak karena Paus Aleksander VII membuat jelas mengapa ia mencantumkan dekret-dekret yang terdahulu, yang lebih rendah, yang menentang pergerakan Bumi kepada bullanya yang bersifat disipliner. Untuk membuat poin ini, saya akan memperkenalkan Romo William Roberts. Romo William Roberts adalah penulis dari The Pontifical Decrees Against the Movement of the Earth and the Ultramontane Defense of Them [Dekret-Dekret Kepausan Menentang Pergerakan Bumi dan Pembelaan Ultramontanis Terhadapnya] (London: Parker & Co, 1885).
Romo William Roberts dianggap sebagai seorang imam Katolik yang bermasalah besar dengan dogma Infalibilitas Kepausan di sekitar waktu di mana dogma tersebut didefinisikan pada tahun 1870. Dalam kata lain, ia seorang bidah. Ia juga sepenuhnya dengan yakin mendukung posisi bahwa Bumi bukanlah pusat dari alam semesta. Ia menuliskan suatu buku yang membahas dengan rinci tentang keputusan-keputusan terhadap Galileo dan heliosentrisme. Ia berupaya untuk menunjukkan bahwa keputusan-keputusan ini secara otoritatif didukung oleh Sri Paus Roma dalam suatu kapasitas yang infalibel dan oleh karena itu merupakan suatu bukti yang tak terpungkiri bahwa Infalibilitas Kepausan itu salah – karena, menurut pandangannya, posisi non-geosentris yang telah dikutuk pastinya adalah posisi yang benar. Untuk mencoba membuat argumennya bahwa bulla Paus Aleksander VII (yang dirujuk di atas) infalibel, apa yang dikatakan oleh Romo Roberts di bawah ini sangatlah relevan. Setelah mengutipnya, saya akan berfokus kepada beberapa perkataan yang digunakan oleh Romo Roberts untuk merangkum poin-poin dari bulla Paus Aleksander VII. Poin di mana saya akan berfokus adalah apa yang saya percayai membuktikan bahwa argumennya salah bahwa bulla Paus Aleksander VII itu infalibel:
Pertama-tama, perhatikan bahwa bulla Paus Aleksander VII memiliki, sebagai subjeknya, suatu tindakan disipliner: pemakluman Indeks buku-buku terlarang yang baru. Itulah mengapa “kepatuhan” diwajibkan untuk keputusan disipliner ini. Indeks ini mencantumkan banyak dekret-dekret dari masa lalu, seperti yang kita baca di atas. Saat mempermaklumkan tindakan disipliner ini, Sri Paus tidak menyatakan secara infalibel bahwa semua orang harus percaya akan hal-hal yang termuat di dalam dekret-dekret terdahulu dari Kementerian Suci, dsb. yang dicantumkan di dalam Indeks itu. Tidak, seperti yang dikatakan oleh Romo Roberts, Paus Aleksander VII mencantumkan dekret-dekret lainnya itu “agar seluruh sejarah dari setiap kasus dapat diketahui.” Untuk membuat dekret-dekret yang lebih rendah dicantumkan kepada suatu tindakan disipliner agar seluruh sejarah dari setiap kasus dapat diketahui sangatlah berbeda dari tindak pernyataan khidmat (yang harus dipercayai oleh Gereja universal) tentang semua poin yang termuat di dalam dekret-dekret tersebut yang tercantum kepada Indeks tersebut. Saya percaya bahwa hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa bulla Paus Aleksander VII adalah suatu tindakan disipliner yang tidak secara infalibel mempermaklumkan dekret-dekret yang tercantum kepada tindakan disipliner itu. Karena bullanya tidak secara khidmat menyatakan suatu poin iman apa pun, bulla itu bukan suatu pernyataan ex cathedra. Para Paus di masa depan, seperti Paus Benediktus XIV, Paus Pius VII, Paus Gregorius XVI, Leo XIII, Paus Benediktus XV, dll. jelas setuju dengan penilaian ini.
Maka, saya percaya bahwa jelas adanya, bahwa posisi yang benar, tentang pernyataan yang kontroversial tentang bilamana Gereja Katolik pernah secara infalibel mendefinisikan pandangan geosentris tentang alam semesta sebagai suatu ajaran yang mengikat, adalah bahwa Gereja belum pernah membuat definisi tersebut.
Tetapi, bagaimana dengan ajaran Kitab Suci sendiri?
APAKAH AJARAN ALKITAB SENDIRI MEWAJIBKAN SESEORANG UNTUK MENERIMA PANDANGAN GEOSENTRIS TENTANG ALAM SEMESTA?
Sejauh ini, saya telah mengevaluasi pertanyaan tentang bilamana satu pun dari akta-akta yang melawan Galielo atau pergerakan Bumi merupakan suatu ajaran infalibel dari Gereja yang mendukung pandangan geosentris tentang alam semesta. Saya percaya bahwa saya telah menunjukkan bahwa jawabannya adalah tidak. Tetapi apakah gaya bahasa Kitab Suci mewajibkan seseorang untuk memegang pandangan semacam itu? Misalnya:
Beberapa pembela pandangan geosentris tentang alam semesta berkata bahwa ayat Kitab Suci ini mengikat semua orang untuk memegang posisi geosentris:
Di dalam konteks ini, orang-orang sering mengutip suatu ayat yang serupa dari Mazmur 92:
Untuk membentuk suatu opini yang lebih baik tentang bilamana teks-teks ini membuktikan pandangan geosentris tentang alam semesta, berikut tiga ayat dari Kitab Suci yang, sepengetahuan saya, belum pernah dikemukakan dalam konteks ini:
Kita melihat bahwa pernyataan alkitabiah, ia “takkan goyah untuk selamanya”, bukan hanya diberlakukan kepada Bumi, tetapi tiga kali kepada orang benar. Karena jelas adanya bahwa kita tidak diwajibkan untuk percaya bahwa orang benar adalah pusat yang imobil dari alam semesta, hal ini mungkin menunjukkan bahwa kata-kata dalam kitab Mazmur tidak secara pasti berarti bahwa Bumi berdiri tanpa tergoyahkan sebagai pusat alam semesta.
Bagaimana dengan ayat-ayat Kitab Suci lainnya yang sering dikutip sehubungan dengan hal ini?
Bagaimana dengan argumen-argumen dari kitab Yosua dan 4 Raja-Raja ini? Untuk menjawab argumen ini, harus diulangi bahwa Alkitab adalah sabda Allah yang infalibel dan tanpa salah. Alkitab itu benar di dalam semua bagian-bagiannya, di dalam semua sejarahnya, dan di dalam segala hal yang diajarkannya. Akan merupakan bidah untuk berkata bahwa Kitab Suci membuat kesalahan di dalam sejarahnya atau di dalam deksripsinya tentang hal-hal sewaktu hal-hal tersebut berlangsung. Tetapi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Paus Leo XIII di dalam ensikliknya tentang Kitab Suci:
Mari mengambil, sebagai contoh dari apa yang dikatakan oleh Paus Leo XIII, ayat berikut dari Yosua 18 – kitab yang sama yang tampil secara menonjol di tengah-tengah kontroversi geosentrisme ini:
Di sini kita melihat dengan jelas apa yang dikatakan oleh Paus Leo XIII. Apakah pegunungan memandang benda-benda? Tidak. Pernyataan Kitab Suci tentang pegunungan itu, bagaimanapun, sungguh-sungguh benar. Pernyataan itu menggambarkan sisi pegunungan yang menghadap lembah Ben-Hinom. Hal itu ditandakan, sebagaimana perkataan Paus Leo XIII, ‘di dalam cara yang dapat dimengerti oleh manusia dan yang biasa baginya,’ dalam kasus ini, dengan merujuk kepada “bagian pegunungan yang memandang lembah”, walaupun pegunungan tidak secara harfiah “memandang” hal-hal.
Suatu contoh lain adalah suatu perkataan yang terdapat di sepanjang Perjanjian Lama: Allah berulang kali berjanji kepada umat-umat-Nya bahwa Ia akan menyerahkan musuh-musuh mereka “ke dalam tangan mereka”.
Alkitab juga menyatakan setelah fakta tersebut – dalam kata lain, sebagai suatu fakta historis – bahwa Tuhan menyerahkan orang-orang Kanaan dan Feris ke dalam tangan mereka:
Apakah Tuhan secara harfiah menyerahkan sepuluh ribu orang tersebut “ke dalam tangan mereka”? Kebanyakan dari mereka kemungkinan dibunuh dengan pedang, dan tidak secara harfiah masuk ke dalam tangan mereka. Jadi, walaupun beberapa orang pada zaman ini mungkin menganggap pernyataan tersebut sebagai tidak tepat menurut aturan harfiah tentang bagaimana hal-hal harus dimengerti dan diungkapkan di zaman ini, pernyataan tersebut sama sekali benar dan secara historis akurat menurut bagaimana hal-hal diungkapkan dan dimengerti di waktu lalu; sebab Tuhan menyerahkan musuh-musuh mereka ke dalam kuasa mereka untuk dibinasakan.
Di samping itu, Paus Leo XIII menekankan (sambil mengutip St. Thomas) bahwa para penulis suci secara akurat mengungkapkan “apa yang tampak kepada pancaindera.”
Semua orang yang hadir pada saat mukjizat itu terjadi akan telah melihat hal yang sama menurut tampak luarnya: matahari dan bulan tidak bergerak di langit dan lambat-lambat terbenam. Tetapi, seperti yang ditekankan oleh Paus Leo XIII, untuk melaporkan secara akurat mukjizat ini dan apa yang berlangsung sesuai dengan fenomena eksternal, mereka tidak “bermaksud untuk menyelami rahasia-rahasia alam”; yakni, Kitab Suci tidak bermaksud atau bertujuan dalam hal ini untuk menjelaskan bilamana tampak penampilan eksternal ini disebabkan oleh karena matahari tidak bergerak di langit atau diciptakan karena Bumi yang tidak bergerak. Bahkan pada masa kini, para astronom akan berbicara tentang terbitnya matahari di Philadelphia.
Maka, bahkan jika pandangan geosentris tentang alam semesta tidak benar, ayat-ayat Alkitab ini sama sekali tidak mengurangi kekuatan, kebenaran historis, atau keakuratan dari Kitab Suci di dalam segala aspek pengajarannya; sebab apa yang tercatat adalah persisnya apa yang diamati menurut fenomena eksternal (sebagai hasil dari suatu mukjizat Allah), tanpa menyelami alasan-alasan fenomena eksternal ini diciptakan.
Setelah semua itu telah dikatakan, saya terbuka kepada kemungkinan bahwa ayat-ayat Kitab Suci itu yang dirujuk di atas memang mengajarkan pandangan geosentris tentang alam semesta. Saya sederhananya tidak tahu pandangan mana yang benar. Inti permasalahan dari artikel ini bukan untuk mencoba menunjukkan posisi mana yang benar, melainkan untuk mencermati bilamana Gereja Katolik telah mengajarkan secara infalibel pandangan geosentris tentang alam semesta atau mengutuk penyangkalannya. Saya percaya bahwa jawabannya adalah tidak.
POIN-POIN KESIMPULAN YANG PENTING
Mendukung bahwa geosentrisme mengikat
Menentang bahwa geosentrisme mengikat
1616 – sebelas teolog dari Kementerian Suci mengutuk heliosentrisme dengan persetujuan tersirat dari Paus Paulus V
- St. Robertus Bellarminus menyampaikan keputusan ini kepada Galileo dan menganggapnya mengikat; ia menganggap geosentrisme sebagai de fide
- Kongregasi Indeks menerbitkan sebuah Dekret yang melarang semua karya yang mendukung heliosentrisme
1633 – Kementerian Suci menganggap Galileo dicurigai akan bidah karena ia mendukung heliosentrisme; ia diwajibkan untuk membuat suatu abjurasi yang mengindikasikan bahwa heliosentrisme itu bidah dan bahwa geosentrisme itu de fide; hal ini dilakukan dengan persetujuan dari Paus Urbanus VIII
1664-1665 – Paus Aleksander VI mempermaklumkan suatu Indeks atas dasar otoritasnya sendiri yang melarang semua karya yang menentang geosentrisme
1757 – Paus Benediktus XIV mencabut Dekret-Dekret Kongregasi Indeks yang menentang karya-karya Heliosentris
1822 – Dengan persetujuan dari Paus Pius VI, Kementerian Suci memutuskan bahwa buku-buku tentang pergerakan Bumi boleh dicetak di Roma
1921 – Paus Benediktus XV secara eksplisit menyatakan bahwa Bumi mungkin bukan pusat alam semesta di dalam In Praeclara Summorum
- Semua Paus dari tahun 1757 sampai 1958, setidaknya secara tersirat setuju bahwa heliosentrisme atau suatu pandangan non-geosentris tentang alam semesta boleh dipercayai
Saya percaya bahwa saya telah menunjukkan bahwa akta-akta yang melawan penyangkalan terhadap geosentrisme tidak infalibel. Sebagai kesimpulan, saya ingin menekankan bahwa kasus ini memberikan kejelasan yang begitu besar tentang parameter dari infalibilitas Gereja. Kenyataannya, kasus ini menimbulkan akibat-akibat terhadap begitu banyak perkara sehingga akan sangat sulit untuk menyertakan semuanya di dalam artikel ini. Kenyataan-kenyataan tentang perkara ini menghancurkan argumen-argumen populer yang mendukung pembaptisan keinginan. Di samping itu, fakta-fakta ini memiliki kepentingan yang besar untuk membantah argumen-argumen yang mendukung Keluarga Berencana Alami, bahwa Maria adalah Co-Redemptrix, bahwa para kudus tidak dapat melakukan kesalahan dalam itikad baik tentang status dogmatis tentang kebenaran-kebenaran tanpa menjadi bidah atau skismatis, dll. Izinkan saya untuk merangkumnya:
►Argumen bahwa pembaptisan keinginan haruslah benar karena St. Alfonsus (Doktor Gereja) berpendapat bahwa pembaptisan keinginan itu de fide telah sepenuhnya dibantah. St. Robertus Bellarminus berpendapat bahwa geosentrisme itu de fide dan ia ditentang oleh beberapa Paus.
►Argumen bahwa untuk menyangkal pembaptisan keinginan bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik karena Romo Feeney telah dicela di dalam suatu surat di tahun 1949 oleh dua anggota Kementerian Suci telah dihancurkan. Telah ditunjukkan bahwa pada tahun 1616, sebelas teolog dari Kementerian Suci mencela heliosentrisme dan di dalam suatu abjurasi di tahun 1633 yang disusun oleh Kementerian Suci, geosentrisme dinyatakan sebagai de fide dan penyangkalan terhadap pandangan itu dinyatakan sebagai bidah. Kedua akta ini ditentang oleh para Paus di kemudian hari.
►Argumen yang serupa, namun berbeda, bahwa keperluan mutlak pembaptisan air tidak mungkin telah didefinisikan secara khidmat oleh Paus St. Leo Agung atau Konsili-Konsili Florence dan Trente karena oleh karena itu St. Alfonsus mungkin telah menjadi seorang bidah juga telah dibantah. Saya akan mengutip pembela pembaptisan keinginan, John Daly, yang secara tidak sengaja membuktikan poin ini: “...jika heliosentrisme telah secara infalibel dikutuk oleh Kementerian Suci, tidak pernah terdapat suatu titik di dalam sejarah Gereja di mana pandangan ini telah secara universal diakui secara demikian dan kira-kira empat abad telah berlalu di mana hampir tidak seorang Katolik pun telah menyadari secara benar status teologis sejati dari heliosentrisme.” Apa yang tidak ditambahkannya adalah bahwa jika heliosentrisme belum dikutuk secara infalibel oleh Kementerian Suci, maka beberapa Paus (misalnya, Paulus V dan Urbanus VIII) dan seorang Doktor Gereja (St. Robertus Bellarminus) bertindak seakan-akan heliosentrisme telah dikutuk dan oleh karena itu tidak menyadari status teologis yang sejati tentang perkara ini. Jika mereka mungkin telah sepenuhnya melakukan kesalahan tentang status teologis dari poin yang kontroversial ini, maka tentunya St. Alfonsus dan yang lainnya juga telah dapat melakukan kesalahan sehubungan dengan status dogmatis keperluan mutlak pembaptisan air. Maka, bagaimanapun juga, poin kami terbukti.
►Argumen bahwa pembaptisan keinginan atau keselamatan bagi “orang-orang yang berada di dalam ketidaktahuan yang tidak teratasi” tidak mungkin adalah bidah karena beberapa Paus (terutama sejak akhir tahun 1800-an) mengizinkan gagasan-gagasan ini untuk diedarkan dan disebarkan di dalam sumber-sumber falibel (katekismus, buku panduan teologi, dll.) tanpa mengutuk gagasan-gagasan tersebut telah sepenuhnya dibantah. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh tabel di atas, beberapa Paus melarang peredaran heliosentrisme atas alasan-alasan iman, dan banyak pula Paus yang mengizinkannya. Maka, kenyataan bahwa para Paus seperti Pius IX, Leo XIII, dan Pius X memimpin sewaktu bidah-bidah yang jelas terhadap dogma keselamatan diajarkan di dalam banyak katekismus, buku panduan teolog, dll. sama sekali tidak membuktikan suatu hal apa pun.
►Argumen yang dikemukakan oleh Uskup Pivarunas dari CMRI, pembela pengendalian kelahiran “alami” yang bersemangat, bahwa Keluarga Berencana Alami atau metode irama haruslah dapat diterima karena telah diajarkan di dalam pidato-pidato oleh Paus Pius XII, dan bahkan oleh anggota-anggota dari Kementerian Suci dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan sejauh dari tahun 1880-an, telah dibantah sepenuhnya. Sebagaimana banyak keputusan dibuat oleh para anggota Kementerian Suci di dalam perkara Galileo tidak menyelesaikan kasus tersebut dan sepenuhnya ditentang oleh Paus Benediktus XV, keputusan-keputusan dan pernyataan-pernyataan dari para anggota Kementerian Suci dan Pius XII tentang KBA tidaklah infalibel dan menentang ajaran yang lebih khidmat dari Paus Pius XI di dalam Castii Connubii. Di samping itu, pernyataan Benediktus XV bahwa Bumi mungkin bukan pusat dari alam semesta di dalam suatu ensiklik lebih resmi adanya daripada pidato-pidato di mana Pius XII mengajarkan KBA dan pembaptisan keinginan. Tetapi, posisi yang dituturkan oleh Paus Benediktus XV di dalam ensikliknya di tahun 1921 tidak dipegang oleh Paus Paulus V dan Paus Urbanus VIII, yang memberikan persetujuan mereka kepada posisi yang berlawanan.
►Argumen bahwa tidalah mungkin bertentangan terhadap dogma untuk berkata bahwa Maria bukan Co-Redemptrix karena Paus Leo XIII dan satu atau dua Paus lainnya menyebut Maria secara demikian di dalam pernyataan-pernyataan yang tidak infalibel telah dibantah. Kenyataan-kenyataan di atas menunjukkan bahwa banyak Paus percaya bahwa geosentrisme adalah suatu perkara tentang iman yang telah diselesaikan, sedangkan banyak Paus lainnya tidak percaya demikian. Maka, posisi kami bahwa seseorang tidak boleh menyebut Bunda Maria sebagai “Co-Redemptrix” karena Konsili Trente (Denzinger 984-987) dan Florence (Denzinger 711) secara spesifik menyatakan bahwa Yesus Kristus seorang diri adalah Penebus kita sepenuhnya masuk akal secara teologis dari sudut pandang bukti Kepausan dan kenyataan bahwa para Paus dapat, dalam kapasitas mereka yang falibel, gagal untuk mengakui hal tersebut.
Kenyataan-kenyataan ini memberikan suatu pemulihan nama baik yang besar kepada pendekatan terhadap perkara-perkara ini yang telah kami tuturkan di Biara Keluarga Terkudus. Pendekatan ini berpegang erat tanpa kompromi kepada definisi-definisi yang infalibel dari Gereja Katolik dan definisi-definisi “sebagimana yang telah sekalinya dinyatakan” (Vatikan I, Denzinger 1800), bahkan jika banyak pernyataan dari otoritas-otoritas falibel yang terhormat atau para Paus di dalam kapasitas yang falibel menentangnya. Informasi ini bukan hanya memulihkan nama baik dari posisi kami, tetapi mengilustrasikan secara kuat bahwa para bidah yang berbahaya, seperti Romo Cekada, Uskup Dolan, Uskup Kelly, Uskup McKenna, Uskup Pivarunas, Uskup Sanborn, John Daly, John Lane, dll., yang telah menyesatkan banyak orang berdasarkan penampilan pseudo-intelektual mereka yang memalsukan kesetiaan kepada Gereja melalui argumen-argumen dari para teolog, dari St. Alfonsus, dari pengutukan terhadap Romo Feeney, dan ketidakpedulian mereka terhadap argumen-argumen dari definisi-definisi dogmatis telah sepenuhnya dibantah dan terbukti salah.
Kemenangan, kemenangan, kemenangan sekali lagi dan selamanya bagi mereka yang memegang tanpa berkompromi definisi-definisi dogmatis infalibel yang tak terpungkiri, dan tidak menakuti orang-orang yang mengandalkan otoritas manusia sebagai otoritas Gereja sendiri!
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...