^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Pembaptisan Keinginan Melawan Ajaran Konstan dan Universal dari Para Teolog
Romo Anthony Cekada menerbitkan pada tahun 2000 sebuah artikel yang berjudul Baptism of Desire and Theological Principles (Pembaptisan Keinginan dan Prinsip-Prinsip Teologis), Romo Cekada adalah seorang imam “tradisionalis” yang, walaupun ia menolak secara benar Konsili Vatikan II, bagaimanapun, percaya akan bidah yang paling sering dipercayai orang pada zaman ini, yaitu bahwa orang-orang yang meninggal sebagai non-Katolik dapat diselamatkan. Maka, ia adalah seseorang yang menolak dogma dari Gereja Katolik, yaitu bahwa iman Katolik diperlukan untuk keselamatan. Tidak mengagetkan bahwa Romo Cekada adalah seorang pembela yang keras dari pembaptisan keinginan (walaupun seperti yang saya baru saja katakan, ia percaya bahwa para anggota agama sesat yang tidak menginginkan pembaptisan dapat diselamatkan). Sewaktu saya bertanya kepadanya lewat email jika ia setuju dengan ajaran umum para teolog bidah sebelum Vatikan II dari abad ke-20 (untuk hal tersebut, lihat bab 28, Bidah Sebelum Vatikan II) – bahwa jiwa-jiwa dapat diselamatkan “di luar Gereja” oleh “ketidaktahuan yang tidak teratasi” – ia secara sederhana menolak untuk menjawab... Ini sederhanya disebabkan oleh fakta bahwa ia percaya bahwa orang-orang yang meninggal di dalam agama-agama non-Katolik dapat diselamatkan dan bahwa ia menolak dogma yang telah didefinisikan yang menyatakan bahwa orang-orang tersebut tidak dapat diselamatkan.
Di dalam artikelnya, Baptism of Desire and Theological Principles (Pembaptisan Keinginan dan Prinsip-Prinsip Teologis), Romo Cekada mencoba untuk membuktikan bahwa para Katolik terikat oleh ajaran “umum” para teolog, menurut Paus Pius IX di dalam Tuas Libenter. Ia berargumentasi lebih lanjut bahwa pembaptisan keinginan adalah ajaran “umum” dari para teolog sebelum Vatikan II; dan ia menyimpulkan bahwa para Katolik, oleh karena itu, wajib untuk percaya akan pembaptisan keinginan di bawah ancaman dosa berat. Karena artikelnya telah memengaruhi para Katolik tradisional, dan hal tersebut berkaitan secara langsung dengan suatu poin yang utama yang didiskusikan di dalam dokumen ini (yakni, bahwa ajaran universal dan konstan tentang keperluan untuk kelahiran kembali dari air dan Roh berdasarkan Yohanes 3:5), saya merasa bahwa adalah suatu hal yang dibutuhkan untuk menunjukkan bagaimana Romo Cekada telah membejatkan sepenuhnya prinsip-prinsip yang diterapkannya, bagaimana ia telah menyesatkan para pembacanya dan bagaimana ia ditentang oleh para otoritas yang dikutipnya.
Bagian-bagian berikut dibahas di dalam bab ini:
TUAS LIBENTER DAN YANG DISEBUT-SEBUT SEBAGAI PERSETUJUAN “UMUM” PARA TEOLOG
Di dalam suratnya kepada Uskup Agung Munich (Tuas Libenter), yang mendasari argumen Romo Cekada, Paus Pius IX berkata bahwa para penulis Katolik terikat oleh hal-hal yang, walaupun tidak diajarkan oleh dekret secara terang-terangan dari Takhta Roma, bagaimanapun, diajarkan oleh Magisterium biasa dan universal sebagai hal-hal yang diwahyukan secara ilahi dan dipercayai oleh para teolog di dalam persetujuan yang universal dan konstan.
Seperti yang dirujuk pada awal dokumen ini, Konsili Vatikan I telah mendefinisikan sebagai suatu dogma bahwa magisterium biasa dan universal itu infalibel. Di dalam suratnya kepada Uskup Agung Munich, Paus Pius IX mengajarkan bahwa para penulis Katolik terikat oleh hal-hal yang “diwariskan turun-temurun sebagai wahyu ilahi oleh kekuatan pengajaran biasa dari seluruh Gereja yang tersebur di seluruh dunia dan oleh karena itu, yang oleh persetujuan yang universal dan konstan [universali et constanti] dipercayai oleh para teolog Katolik sebagai hal yang merupakan bagian dari iman.” Perhatikan, keterikatan terhadap opini para teolog hanya muncul dari fakta bahwa hal-hal tersebut telah diajarkan sebagai wahyu ilahi oleh kekuatan pengajaran biasa dari Gereja dan oleh karena itu dipercayai pula oleh persetujuan yang universal dan konstan. Di dalam penerapan ajaran ini di dalam artikelnya, Romo Cekada dengan begitu saja melongkapi persetujuan “universal” ini. Romo Cekada juga menggunakan kata “umum” dan bukan terjemahan yang seharusnya, yaitu “universal dan konstan”.
Perhatikan bagaimana Romo Cekada dengan begitu saja mengabaikan persyaratan yang disebutkan oleh Paus Pius IX bahwa para teolog harus berada di dalam “persetujuan yang universal dan konstan”! Jika ia telah dengan setia menerapkan bagian “universal” dari pernyataan tersebut di seluruh artikelnya, pembaca yang hati-hati dan tulus akan dengan mudah melihat kecacatan di dalam argumentasinya yang lemah. Dan apakah pembaptisan keinginan merupakan hal yang telah dipercayai oleh persetujuan universal dan konstan? Tentunya tidak; bahkan, sebaliknya.
Kita dapat melihat bahwa hal yang berkebalikan dengan pembaptisan keinginan adalah apa yang diajarkan di dalam persetujuan yang universal dan konstan! Adalah ajaran universal dan konstan dari para Bapa dan teolog Katolik sejak awal mulanya bahwa secara mutlak, tidak seorang pun diselamatkan tanpa pembaptisan air. Maka, prinsip yang sama yang Romo Cekada coba untuk terapkan untuk mendukung pembaptisan keinginan menentangnya.
Fakta bahwa pembaptisan keinginan memang menjadi suatu kesalahan yang umum dan yang hampir serempak di kalangan “teolog” abad ke-20 tidak berarti apa-apa, itulah mengapa Paus Pius IX mengikutsertakan kata yang penting “universal” di dalam Tuas Libenter, yang diabaikan begitu saja oleh Romo Cekada.
The Catholic Encyclopedia berkata di sini bahwa pada dasarnya, sejak dari waktu Agustinus (abad ke-4) sampai Abelardus (abad ke-12), para teolog mengajarkan secara umum dan hampir serempak bahwa para bayi yang tidak dibaptis menderita api Neraka setelah kematian, suatu posisi yang kemudian dikutuk oleh Paus Pius VI. Hal ini membuktikan bahwa kesalahan “umum” dari suatu periode (atau bahkan untuk ratusan tahun) bukanlah ajaran universal dan konstan dari Gereja sejak awalnya. Poin ini sendiri menghancurkan tesis Romo Cekada.
Terlebih lagi, bidah bahwa seseorang dapat diselamatkan “di luar” Gereja Katolik oleh “ketidaktahuan yang tidak teratasi” adalah ajaran yang umum dan hampir serempak pada awal abad ke-20, yang membuktikan kembali bahwa ajaran umum (atau kesalahan umum) dari suatu waktu tertentu tidak menggantikan ajaran yang universal dan konstan dari semua teolog Katolik di sepanjang sejarah tentang keperluan yang mutlak dari pembaptisan air untuk keselamatan.
Perhatikan di sini bahwa Katekismus Trente menanamkan ide bahwa keperluan mutlak dari pembaptisan air untuk keselamatan adalah ajaran serempak dari para teolog. Tetapi, itulah posisi yang sama yang oleh artikel Romo Cekada – dalam nama persetujuan “umum” dari para teolog – dikatakan sebagai suatu dosa berat bagi orang yang memercayainya! Seseorang dapat dengan mudah melihat dari fakta-fakta ini bahwa Romo Cekada telah melakukan kesalahan besar dan sesungguhnya salah sama sekali: ajaran universal dan konstan dari para teolog, seperti yang dikatakan oleh Romo Jurgens dan Katekismus Trente, adalah posisi yang sama yang dikecam Romo Cekada! Dan kesalahannya ini berakar dari kesimpulannya yang salah bahwa kesalahan “umum” dari suatu waktu (suatu waktu di mana bidah tersebar luas dan modernisme serta kemurtadan menuntun kepada Vatikan II: periode antara sekitar tahun 1880 dan 1960) adalah ajaran universal dan konstan dari para teolog Katolik di sepanjang waktu, yang jelas salah. Kenyataannya hal itu konyol. Dan itulah mengapa di dalam diskusinya tentang masalah ini, ia begitu saja menghapus kata “universal” dari persyaratannya, yang akan membuat alasannya yang invalid lebih mudah untuk dideteksi.
Faktanya, jika kesalahan “umum” para teolog pada suatu waktu tertentu merupakan ajaran Gereja yang mengikat seseorang, maka semua orang Katolik akan terikat oleh bidah kebebasan beragama (di samping bidah yang lain) yang diajarkan di Vatikan II, karena bidah ini telah diterima oleh persetujuan “umum” dari orang-orang yang disebut-sebut “teolog Katolik” sejak Vatikan II. Dan inilah mengapa Romo Cekada memberikan jawaban yang menyedihkan berikut untuk penolakan terhadap tesisnya yang jelas salah.
Oh begitu ya, karena Romo Cekada menganggap bahwa para “teolog” yang “bertanggung jawab terutama” untuk Vatikan II adalah “modernis dari Eropa” dan “musuh dari teologi skolastis tradisional”, ia bebas untuk menyebarluaskan seluruh tesisnya bahwa seorang Katolik wajib mengikuti persetujuan “umum” dari para teolog di bawah ancaman dosa berat. Alangkah mudahnya!
Sang pembaca seharusnya dengan mudah dapat melihat bahwa dengan pernyataan semacam itu, Romo Cekada berargumentasi secara hipokrit dan sama sekali membantah dirinya sendiri. Romo Cekada pastilah amat berbakti kepada bidahnya sendiri untuk berargumentasi dengan cara yang begitu bertentangan. Terlebih lagi, klaimnya bahwa karena beberapa dari teolog Vatikan II yang lebih radikal telah dibungkam, ia lalu bebas untuk menolak persetujuan umum dari para “teolog” setelah Vatikan II, adalah suatu argumen yang putus asa, karena faktanya tetap bahwa persetujuan “umum” dari para teolog yang mengaku-ngaku “Katolik” sejak Vatikan II adalah untuk mendukung dokumen-dokumen bidah Vatikan II, bahkan jika sedikit dari mereka yang lebih radikal “dibungkam” sedikit sebelum Vatikan II.
Maka, semua orang yang memiliki mata untuk melihat dapat melihat, jika seseorang bebas untuk menolak persetujuan “umum” dari paa tolog Vatikan II karena seseorang menganggap mereka “musuh dari teologi skolastis tradisional”, maka seseorang juga dapat menyebarluaskan ajaran yang falibel dan yang bertentangan dari para teolog sebelum Vatikan II tentang pembaptisan keinginan, karena hal tersebut sepenuhnya bertentangan dengan “teologi dogmatis tradisional” (yakni, dogma yang telah didefinisikan tentang diperlukannya kelahiran kembali dari air dan Roh), serta pula Tradisi Gereja yang universal dari awal mula Yohanes 3:5.
Terlebih lagi, jika seorang Katolik terikat untuk mengikuti ajaran para teolog yang “umum” pada suatu waktu tertentu, dan telah hidup pada periode Arian di abad ke-4, maka seseorang akan terikat untuk percaya akan bidah Arian (penyangkalan akan Keilahian Yesus Kristus), karena hal ini bukan hanya ajaran yang “umum” dari para teolog Uskup yang disebut-sebut “Katolik” pada waktu itu, tetapi juga merupakan ajaran yang hampir serempak.
Argumen Romo Cekada, sesungguhnya, akan membuat Kemurtadan Besar tidak mungkin terjadi dan membuat kata-kata Tuhan Kita di dalam Lukas 18:8 (Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?) tidak mungkin terjadi, karena semua orang Katolik akan selalu wajib untuk mengikuti apa yang dikatakan mayoritas teolog “Katolik”, tidak peduli betapa bidahnya perkataan mereka itu. Jelas bahwa argumen Romo Cekada itu benar-benar absurd, seperti hal ini sudah jelas kepada orang Katolik yang tulus yang memiliki akal sehat.
Kita telah melihat bagaimana klaim dari Romo Cekada ini, dalam upayanya untuk menerapkannya kepada “pembaptisan keinginan” itu salah, tidak logis, secara historis konyol dan mudah dibantah. Saya akan mengutip kembali Paus Pius XII, yang membantah pernyataan di atas.
Dan hal yang ironis dan sangat penting adalah bahwa para teolog falibel yang dirujuk oleh Romo Cekada di dalam artikelnya bukan hanya tidak setuju satu sama lain tentang bilamana hal yang disebut-sebut sebagai “pembaptisan keinginan” ini adalah bagian dari Iman atau hanya semata-mata dekat dengan Iman, tetapi para “teolog” yang dikutipnya sesungguhnya membuktikan posisi dari mereka yang menolak doktrin sesat pembaptisan keinginan.
PARA “TEOLOG” YANG IA KEDEPANKAN JUGA MEMBANTAH POSISINYA
Salah satu dari 25 teolog pra-Vatikan II yang dirujuk oleh Romo Cekada di dalam artikelnya tentang Pembaptisan Keinginan dan Prinsip-Prinsip Teologis adalah teolog Jerman Dr. Ludwig Ott, yang bukunya Fundamentals of Catholic Dogma {Dasar-Dasar-Dogma Katolik} agaknya populer di kalangan Katolik tradisional. Dr. Ott adalah seorang bidah modernis yang percaya akan pembaptisan keinginan dan keselamatan “di luar” Gereja, seperti yang dinyatakan dengan jelas di dalam bukunya (Lihat bagian tentang “Bidah Sebelum Vatikan II”). Tetapi, walau bagaimanapun, di dalam kompendiumnya yang berisi 250.000 kata (Fundamentals of Catholic Dogma {Dasar-Dasar-Dogma Katolik}), Dr. Ott terpaksa mengakui hal berikut berdasarkan kesaksian Tradisi Katolik dan dogma yang telah didefinisikan yang begitu banyak.
Permisi, tetapi ini adalah ajaran de fide (yakni, dari Iman) dari Gereja Katolik tentang keperluan mutlak akan pembaptisan air bagi semua manusia tanpa pengecualian sebab keselamatan adalah alasan yang persis mengapa orang-orang Katolik harus menolak doktrin yang sesat yakni “pembaptisan keinginan”! Pembaptisan keinginan bertentangan secara langsung dengan ajaran de fide Gereja di atas: pembaptisan keinginan adalah ide bahwa pembaptisan air tidak diperlukan bagi semua manusia tanpa pengecualian untuk keselamatan!
Tetapi, Romo Cekada, sang bidah yang tidak logis, akan membuat kita percaya bahwa berdasarkan kesaksian Ludwig Ott (dan yang lainnya), kita harus menerima pembaptisan keinginan di bawah ancaman dosa berat, sewaktu Dr. Ludwig Ott sendiri menegaskan bahwa keperluan mutlak akan pembaptisan air bagi semua orang tanpa pengecualian itu de fide – kebenaran yang sama yang mendorong seseorang untuk menolak pembaptisan keinginan! Maka, Romo Cekada pada dasarnya ditentang dan dikecam oleh kesaksian dari para otoritas yang sama yang dibawa-bawanya.
Fakta bahwa Dr. Ludwig Ott langsung berlanjut untuk menentang pernyataan di atas tentang keperluan mutlak untuk pembaptisan air tanpa pengecualian di dalam bukunya, dan lalu mengajarkan pembaptisan keinginan dan darah di dalam halaman yang sama – ide-ide yang ia, secara menarik, tidak sebut sebagai de fide (bagian dari Iman) melainkan dekat dengan Iman – menunjukkan secara sederhana bahwa kesalahan umum pembaptisan keinginan, yang hampir diakui secara serempak oleh para “teolog” seperti Ott pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sama sekali tidak selaras dengan ajaran Gereja yang universal dan konstan (dan de fide) tentang keperluan mutlak dari pembaptisan air tanpa pengecualian untuk keselamatan.
Suatu contoh lain adalah buku yang terkenal The Catechism Explained {Penjelasan untuk Katekismus} dari Romo Spirago dan Romo Clarke. Seperti buku Dr. Ott, The Catechism Explained {Penjelasan untuk Katekismus} mengajarkan pembaptisan keinginan dan bahwa terdapat keselamatan “di luar” Gereja. Tetapi, walau bagaimanapun, para “teolog” ini (Romo Spirago dan Clarke) terdorong untuk mengakui kebenaran berikut yang diakui secara universal oleh semua orang yang disebut-sebut teolog Katolik.
Hal ini menunjukkan kembali bagaimana ajaran universal para teolog adalah bahwa pembaptisan air diperlukan secara mutlak untuk keselamatan, dan bahwa kata-kata Tuhan kita di dalam Yohanes 3:5 tidak memiliki pengecualian. Fakta bahwa Romo Spirago dan Clarke lalu menentang pernyataan ini dan mengajarkan pembaptisan keinginan (dan bidah keselamatan “di luar” Gereja) hanya menunjukkan ketidakkonsistenan mereka – dan ketidakkonsistenan semua orang yang mendukung pembaptisan keinginan.
Bagaimanakah pembaptisan air bisa diperlukan tanpa pengecualian untuk keselamatan (seperti yang mereka baru saja katakan kepada kita), jika keinginan saja cukup untuk menggantikannya? Hal tersebut adalah kontradiksi langsung. Dan siapa pun yang berkata bahwa hal tersebut tidak bertentangan, sederhananya menyangkal hukum non-kontradiksi. Seseorang tidak dapat berkata bahwa:
Dan pada waktu yang sama berkata....
Kedua pernyataan ini bertentangan, tetapi inilah persisnya apa yang diajarkan kepada orang-orang di seluruh dunia di dalam katekismus sejak akhir tahun 1800-an. Mereka diajarkan kebenaran (pernyataan no. 1), dan pada waktu yang sama, mereka diajarkan lawan dari kebenaran itu (pernyataan no. 2). Hal ini menunjukkan bahwa bahkan di dalam waktu di mana kemurtadan, bidah, dan modernisme berkembang, yakni periode sekitar tahun 1850 sampai 1950, semua teolog dan katekismus tetap menegaskan kebenaran yang diajarkan secara universal tentang kebutuhan mutlak akan Pembaptisan Air untuk keselamatan, walaupun mereka tidak tetap konsisten dengan kebenaran tersebut.
PARA TEOLOG JUGA SECARA SEREMPAK MENGAJARKAN BAHWA HANYA ORANG YANG SUDAH DIBAPTISLAH YANG MERUPAKAN ANGGOTA GEREJA
Hal yang juga menghancurkan artikel Romo Cekada adalah bahwa bahkan para teolog yang ia referensikan untuk mendukungpembaptisan keinginan menegaskan bahwa adalah suatu hal yang berasal dari Iman bahwa hanya orang-orang yang sudah dibaptislah yang merupakan anggota dari Gereja Katolik, di luar mana tidak terdapat keselamlatan. Saya mengutip Dr. Ludwig Ott kembali, di dalam Fundamentals of Catholic Dogma {Dasar-dasar Dogma Katolik}.
Di sini kita melihat Dr. Ludwig Ott, salah satu dari para “teolog” yang dikutip oleh Romo Cekada untuk “membuktikan” pembaptisan keinginan, dan dengan jelas menegaskan ajaran Katolik universal bahwa hanya orang-orang yang telah dibaptislah yang berada di dalam Gereja. Dr. Ott sama sekali tidak ragu-ragu mengakui hal ini karena ia percaya akan keselamatan “di luar” Gereja (lihat bagian tengan “Bidah Sebelum Vatikan II”).
Tetapi terdapat tiga pengakuan yang sangat penting di sini oleh Dr. Ott, yang seluruhnya terkait secara ironis terhadap ketiga definisi dogmatis yang paling terkenal dari Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan.
1) Definisi yang paling besar dari Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan adalah dari Paus Eugenius IV di Konsili Florence. Di dalam definisi ini, Paus Eugenius IV mendefinisikan secara infalibel bahwa adalah suatu hal yang diperlukan untuk berada di dalam kesatuan tubuh gerejawi, yang berarti bahwa seseorang perlu diinkorporasikan ke dalam tubuh gerejawi (ecclesiastici corporis).
Mohon berfokus kepada diperlukannya inkorporasi ke dalam ecclesiastici corporis (tubuh gerejawi). Lalu perhatikan bahwa di dalam kutipan di atas dari Dr. Ott, ia mengakui bahwa “pembaptisan keinginan” dan “pembaptisan darah” tidak menghasilkan inkorporasi – yakni bahwa kedua hal tersebut tidak membawa seseorang ke dalam Mystici Corporis (Tubuh Mistis)!
Di dalam pernyataan ini, Dr. Ott mengakui bahwa “pembaptisan keinginan” dan “pembaptisan darah” tidak selaras dengan definisi infalibel dari Paus Eugenius tentang keperluan mutlak dari inkorporasi ke dalam Tubuh gerejawi (ecclesiastici corporis) untuk keselamatan. Maka, Dr. Ott membuktikan bahwa pembaptisan keinginan/darah tidaklah mungkin benar dan sesungguhnya bertentangan terhadap dogma.
2) Definisi infalibel kedua dari Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan berasal dari Paus Bonifasius VIII di dalam Bulla Unam Sanctam. Di dalam definisi ini, Paus Bonifasius VIII mendefinisikan secara infalibel bahwa setiap umat manusia perlu untuk sepenuhnya tunduk kepada Paus Roma (dan oleh karena itu kepada Gereja Katolik) untuk keselamaan.
Saya telah menunjukkan fakta bahwa tanpa pembaptisan air, tidak seorang pun tunduk kepada Gereja ataupun kepada Paus Roma. Saya telah mengutip Konsili Trente untuk membuktikan poin ini.
Sekarang, perhatikan bagaimana Dr. Ott mengakui bahwa “pembaptisan keinginan” dan “pembaptisan darah” tidak membuat seseorang tunduk ataupun di bawah yurisdiksi Gereja!
Oleh pernyataan ini, Dr. Ott mengakui bahwa “pembaptisan keinginan” dan “pembaptisan darah” bertentangan dengan definisi infalibel Paus VIII tentang keperluan mutlak bahwa seseorang tunduk kepada Gereja dan Paus Roma untuk keselamatan ! Dr. Ott menunjukkan kepada kita bahwa pembaptisan keinginan/darah tidak mungkin benar (dan bahwa hal tersebut, faktanya, bertentangan dengan dogma), dan ia bahkan mereferensikan dekret yang sama yang telah saya referensikan (D. 895 dari Trente) untuk membuktikan poin tesebut!
3) Definisi infalibel pertama dari Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan berasal dari Paus Inosensius III pada Konsili Lateran IV. Di dalam definisi ini, Paus Inosensius III mendefinisikan secara infalibel bahwa Gereja Katolik adalah Gereja dari “para umat beriman” dan bahwa di luar “para umat beriman” ini tidak seorang pun diselamatkan.
Saya telah menunjukkan bagaimana Tradisi Katolik, Liturgi Katolik dan semua Bapa mengajarkan bahwa hanya orang yang telah menerima pembaptisan airlah yang merupakan bagian dari umat beriman. Sekarang, perhatikan bahwa di dalam kutipan yang dikutip di atas dari Dr. Ott, ia mengakui bahwa “pembaptisan keinginan” dan “pembaptisan darah” tidak membuat seseorang menjadi bagian dari umat beriman! Saya kembali mengutipnya:
Oleh pernyataan ini, Dr. Ott mengakui bahwa “pembaptisan keinginan” dan “pembaptisan darah” bertentangan dengan definisi infalibel dari Paus Inosensius III tentang keperluan mutlak bagi seseorang untuk menjadi “umat beriman” untuk keselamatan!
Maka, hanya di dalam satu paragraf, Dr. Ott membuat setidaknya tiga pengakuan, berdasarkan dogma Katolik yang telah didefinisikan, yang menunjukkan bahwa pembaptisan keinginan dan pembaptisan darah tidak sesuai dengan ajaran Katolik; dan ia membuat tiga pengakuan tentang hal-hal yang sentral terhadap tiga definisi infalibel yang paling terkenal tentang Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan!
Dan pengakuan-pengakuan Dr. Ott yang agaknya penting ini – yang sangat menghancurkan teori pembaptisan keinginan – membawa saya kepada poin saya selanjutnya: para teolog, berdasarkan Tradisi dan ajaran Katolik, mereka semua mendefinisikan Gereja Katolik dengan sama – suatu kesatuan iman dan sakramen.
PARA TEOLOG SECARA SEREMPAK MENDEFINISIKAN GEREJA KATOLIK SEBAGAI SUATU KESATUAN SAKRAMEN – KESAKSIAN DARI ST. ROBERTUS BELLARMINUS, ST. FRANSISKUS DE SALES, KATEKISMUS TRENTE, DAN SEMUA TEOLOG
Santo Robertus Bellarminus, Doktor Gereja, telah memberikan sebuah definisi yang terkenal dari Gereja Katolik. Rumusan St. Robertus Bellarminus ini diakui oleh banyak orang sebagai definisi skolastik yang paling tepat tentang Gereja sampai pada hari ini.
Di sini kita melihat definisi tentang Gereja yang diterima oleh semua teolog: suatu kesatuan iman dan sakramen. Menurut definisi tentang Gereja ini, tidak mungkin terdapat pembaptisan keinginan karena orang-orang yang belum menerima sakramen apa pun (orang-orang yang belum dibaptis, termasuk para katekumen yang tidak dibaptis) tidak berada di dalam kesatuan sakramen-sakramen dan oleh karena itu bukan bagian dari Gereja Katolik. Hal ini tidak dapat menjadi lebih jelas.
Tetapi hal ini adalah suatu fakta, yang mungkin mengejutkan beberapa orang: Santo Robertus Bellarminus tidak tetap konsisten dengan definisinya tentang Gereja di atas. Ia setuju dengan ide sesat tentang pembaptisan keinginan, yang agaknya menjadi tersebar luas di kalangan teolog pada akhir abad pertengahan, seperti yang telah saya diskusikan di bagian tentang sejarah pembaptisan keinginan. Tetapi, dalam menyetujui ide sesat tentang pembaptisan keinginan, St. Robertus sederhananya gagal untuk tetap konsisten dengan definisinya sendiri tentang Gereja di atas, serta definisi serempak dari para teolog tentang Gereja.
Tetapi hal ini bukanlah satu-satunya masalah di mana St. Robertus tidak tetap sepenuhnya konsisten; ia gagal untuk tetap konsisten di dalam pergumulannya dengan ajaran yang benar tentang Limbo, seperti yang ditunjukkan oleh The Catholic Encyclopedia {Ensiklopedia Katolik}.
Di sini, kita kembali melihat bahwa para bapa, Doktor, dan santo, termasuk Robertus Bellarminus, menentang diri mereka sendiri tentang Limbo, serta apa yang beberapa dari mereka percayai sebagai de fide. Hal ini kembali menunjukkan kepada kita mengapa orang Katolik tidak membentuk kesimpulan tentang doktrin yang pasti dari ajaran para santo, termasuk Santo Robertus Bellarminus. Orang Katolik membentuk kesimpulan yang pasti tentang doktrin dari dogma Katolik, dan ajaran para santo hanya jika ajaran mereka selaras dengan dogma. Dan definisi Santo Robertus Bellarminus tentang Gereja di atas, yang mengecualikan semua orang yang tidak dibaptis dari Gereja Katolik, konsisten dengan dogma, sedangkan pernyataan-pernyataannya tentang pembaptisan keinginan tidak.
Di sini kita melihat bahwa Paus Bonifasius VIII mendefinisikan sebagai suatu dogma bahwa Gereja adala kesatuan sakramen-sakramen. Gereja Katolik didefinisikan secara infalibel sebagai suatu kesatuan sakramen-sakramen juga oleh Paus Eugenius IV.
Arti yang jelas dari teks dogmatis ini adalah bahwa Gereja Katolik adalah suatu Tubuh gerejawi dan suatu kesatuan dari sakramen-sakramen, suatu kesatuan yang “sangatlah kuat”. Inilah kebenaran yang diakui oleh semua teolog. St. Fransiskus De Sales mengajarkan kebenaran yang sama persis.
Di sini kita melihat St. Fransiskus De Sales mengulangi kebenaran yang sama dan mendefinisikan Gereja dengan cara yang sama. Inilah bagaimana semua orang mendefinisikan Gereja! Katekismus Konsili Trente juga menegaskan ajaran yang sama:
Ajaran ini sungguh konsisten. Katekismus Trente menyimpulkan:
Maka, kembali kita melihat bagaimana para pembela pembaptisan keinginan, seperti Romo Cekada sama sekali salah dan sesungguhnya, mereka membejatkan kebenaran sewaktu mereka menyatakan bahwa ajaran para teolog mengikat seseorang kepada “pembaptisan keinginan”. Kenyataannya adalah sebaliknya. Ajaran serempak dari para teolog menentang doktrin sesat pembaptisan keinginan, dengan mendefinisikan Gereja sebagai orang-orang yang telah menerima sakramen-sakraman, yang definisinya juga adalah suatu dogma (Eugenius IV, Bonifasius VIII, de fide). Orang-orang Katolik tidak terikat, dan faktanya, harus menolak pernyataan-pernyataan falibel serta spekulasi manusia, bagaimanapun agung mereka itu, seperti St. Robertus Bellarminus, sewaktu pernyataan dan spekulasi tersebut tidak selaras dengan dogma Katolik, apalagi jika hal-hal tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip yang mereka akui di tempat lain.
Dan inilah persisnya mengaka St. Robertus Bellarminus sangat bingung sewaktu ia mencoba untuk memberikan penjelasan yang meyakinkan untuk ide tentang “pembaptisan keinginan”. Ia sama sekali gagal untuk mencoba menjelaskan bagaimana para katekumen dapat diselamatkan sewaktu hanya orang-orang yang telah dibaptislah yang merupakan bagian dari Gereja Katolik.
Perhatikan kesulitan yang dihadapi oleh St. Robertus sewaktu ia mencoba menjelaskan pembaptisan keinginan; seketika ia harus berkompromi dan menentang definisinya sendiri tentang Gereja.
Pertama-tama, “kesulitan” St. Robertus untuk mencoba menjelaskan posisinya (yang falibel) bahwa para katekumen dapat diselamatkan, sewaktu katekumen dikecualikan dari Gereja oleh definisinya sendiri, sederhananya disebabkan oleh ide bahwa seseorang yang tidak dibaptis dapat menjadi anggota Gereja sama sekali tidak ditemukan di konsili atau pernyataan mana pun dari Magisterium Paus. Gereja Katolik telah secara eksklusif percaya dan mengajarkan bahwa hanya mereka yang telah menerima Sakramen Pembaptisanlah yang merupakan bagian dari Gereja dan tidak adalah suatu dekret dogmatis mana pun yang telah mengajarkan hal yang lain.
Dan inilah mengapa St. Robertus terpaksa mengakui bahwa para katekumen sesungguhnya tidak berada di dalam Gereja, tetapi ia berargumentasi bahwa mereka dapat diselamatkan dengan berada di dalamnya di dalam tekad mereka, tetapi tidak di dalam kenyataan. (Catatan: St. Robertus hanya menerapkan ide ini terhadap para katekumen, dan bukan kepada para pagan, bidah, dan skismatis, seperti yang gemar dinyatakan oleh para Modernis pada zaman kita). Tetapi, tidak seperti pernyataan yang falibel dan salah dari St. Robertus bahwa para katekumen dapat diselamatkan dengan berada di dalam Gereja “bukan secara nyata, setidaknya di dalam tekad”, adalah suatu hal yang telah didefinisikan bahwa seseorang harus berada di dalam bagian yang nyata dari Gereja. Hal ini telah didefinisikan: seseorang harus berada “di dalam kesatuan” (Eugenius IV); seseorang harus diinkorporasikan ke dalam “tubuh gerejawi” (Eugenius IV); seseorang harus “tunduk kepada Paus Roma” (Bonifasius VIII); seseorang harus berada di dalam kesatuan “sakramen-sakramen” dan “umat beriman” (Eugenius IV; Bonifasius VIII; Inosensius III). Dan hal-hal ini hanya terjadi dengan pembaptisan air, seperti yang dinyatakan oleh definisi St. Robertus Bellarminus sendiri dari Gereja. Tetapi, sewaktu ia mencoba untuk menjelaskan hal yang tidak dapat dijelaskan (bagaimana pembaptisan keinginan tidak selaras dengan dogma Katolik), dan sewaktu ia mencoba membela hal tidak dapat dibela (bagaimana para katekumen yang tidak dibaptis dapat berada di dalam Gereja yang didefinisikan oleh kesatuan sakramen-sakramen), St. Robertus menentang prinsip-prinsip ini dan membuat suatu kesalahan.
Kedua, saat ia mencoba memberikan substansi kepada kepercayaannya yang salah tentang pembaptisan keinginan, St. Robertus berkata bahwa para katekumen adalah “umat beriman”. Hal ini bertentangan dengan para Bapa dan ajaran Liturgi Katolik Tradisional sejak masa apostolik, yang mengecualikan para katekumen dari “para umat beriman” (seperti yang didiskusikan di bagian tentang “Satu Gereja Umat Beriman”). Hal ini juga bertentangan dengan hal yang telah diakui oleh para pembela pembaptisan keinginan, seperti Ludwig Ott, yang telah saya kutip.
Sampai titik ini sang pembaca seharusnya kembali menemukan tema yang telah saya tunjukkan di sepanjang penelitian yang luas tentang sejarah masalah pembaptisan keinginan: bahwa pembaptisan keinginan adalah suatu tradisi manusia yang falibel dan salah, yang tidak pernah diajarkan oleh Magisterium Kepausan, yang telah melejit berdasarkan tulisan-tulisan yang falibel dan salah dari orang-orang yang bagaimanapun terkemuka, yang menentang diri mereka sendiri dan melanggar prinsip-prinsip mereka sendiri saat mereka mencoba menjelaskan hal tersebut, sedangkan mereka hampir selalu membuat kesalahan lain di dalam dokumen yang sama.
Kenyataannya, pernyataan St. Robertus bahwa para katekumen adalah “umat beriman” juga bertentangan dengan Katekismus Konsili Trente.
Hal ini berarti bahwa mereka yang belum menerima sakramen-sakramen bukanlah bagian dari “umat beriman”, kembali bertentangan dengan apa yang dinyatakan oleh Bellarminus di dalam upaya yang diakuinya “sulit” untuk menyesuaikan ide sesat pembaptisan keinginan dengan definisinya sendiri tentang Gereja Katolik, yang mengecualikan semua orang yang tidak dibaptis. Sewaktu para santo melakukan upaya-upaya yang “sulit” untuk menjelaskan hal-hal spekulatif yang tidak diajarkan oleh Gereja secara jelas, mereka kemungkinan besar akan melakukan kesalahan. Dan oleh karena itu, orang-orang Katolik tidak oleh mengikuti St. Robertus di dalam upaya yang “sulit (atau tidak mungkin) untuk menjelaskan pembaptisan keinginan, tetapi mereka harus mengikuti St. Gregorius dari Nazianzus (Doktor Gereja), yang menyatakan tentang ide bahwa seseorang dapat menganggap sebagai dibaptis seseorang yang menginginkan Pembaptisan, tanpa telah menerima Pembaptisan.”Saya tidak dapat menangkap hal ini.” [31]
St. Robertus memang melakukan kesalahan dalam hal pembaptisan keinginan, seperti yang dilakukannya sehubungan dengan Limbo; tetapi, hal yang paling penting untuk diingat, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, adalah sebagai berikut: walaupun prinsip infalibilitas Kepausan selalu dipercayai di dalam Gereja (diungkapkan sejak masa terawal oleh kata-kata seperti di dalam takhta apostolik agama Katolik telah selalu dijaga bebas dari noda dan doktrin suci dirayakan), tidak terdapat keraguan bahwa setelah definisi infalibilitas Kepausan pada Konsili Vatikan I di tahun 1870, terdapat kejelasan yang jauh lebih besar tentang dokumen mana yang infalibel dan yang tidak. St. Robertus Bellarminus dan para kudus lain yang hidup sebelum 1870 tidak semata-mata memiliki kejelasan sebesar ini, yang menyebabkan banyak dari mereka untuk mengurangi perbedaan, di dalam beberapa kasus, antara dekret-dekret infalibel dari para Paus dan ajaran teolog yang falibel. Hal itu juga menyebabkan mereka untuk tidak melihat secara harfiah apa yang sebenarnya dinyatakan oleh suatu dogma, melainkan apa yang mereka kira merupakan arti dari dogma tersebut sehubungan dengan pendapat para teolog yang populer pada waktu itu.
Orang-orang Katolik yang hidup pada zaman ini dapat berkata bahwa mereka mengerti lebih banyak tentang infalibilitas Kepausan daripada para teolog dan Doktor di abad pertengahan sampai tahun 1870, dan bahwa mereka memiliki suatu keuntungan dalam hal menilai masalah ini bukan hanya karena mereka hidup setelah definisi Infalibilitas Kepausan, tetapi juga karena mereka dapat mengulas kembali keseluruhan dari sejarah tentang pernyataan-pernyataan Kepausan dari Gereja tentang hal ini dan melihat keselarasan dari antara mereka tentang keperluan mutlak untuk Pembaptisan Air.
TRADISI UNIVERSAL TENTANG PEMBAPTISAN DITEGASKAN BAHKAN OLEH KATEKISMUS MODERN YANG Bidah
Untuk mengilustrasikan lebih lanjut poin bahwa keperluan mutlak pembaptisan air untuk keselamatan adalah ajaran yang universal dan konstan dari semua teolog bahkan pada masa kemurtadan dan bahkan oleh orang-orang yang sama yang lalu menyangkal kebenaran ini, marilah mengambil sebagai contoh, edisi kini dari Baltimore Catechism {Katekismus Baltimore} dan Katekismus yang disebut berasal dari Pius X.
Perhatikan bahwa edisi dari Katekismus Baltimore ini, yang mengajarkan pembaptisan keinginan yang salah kepada banyak orang (seperti yang kita akan lihat), mengulangi ajaran yang universal dan konstan dari Gereja Katolik, berdasarkan kata-kata Yesus Kristus di Yohanes 3:5, bahwa Pembaptisan air dibuthkan untuk keselamatan semua orang. Katekismus Baltimore, oleh karena itu, mengajarkan kebenaran yang sama tentang Iman yang telah bergema di dalam Tradisi Katolik sejak awal mulanya.
Hermas, 140 M, mengutip Yesus di dalam Yohanes 3:5: “Mereka harus masuk ke air supaya mereka dapat dijadikan hidup, jika tidak, mereka tidak dapat masuk kerajaan Tuhan.”[33]
Maka, bertentangan dengan kepercayaan populer, mereka yang menolak “pembaptisan keinginan” sesungguhnya mengikuti ajaran Katekismus Baltimore tentang keperluan mutlak dari pembaptisan air. Mereka tidak, bagaimanapun, mengikuti ajaran dari Katekismus Baltimore yang falibel sewaktu katekismus tersebut lalu menentang kebenaran ini tentang keperluan mutlak dari pembaptisan air untuk keselamatan dan lalu mengajarkan pembaptisan keinginan.
Pernyataan ini jelas menentang kebenaran yang diajarkan di dalam pertanyaan 320, bahwa pembaptisan air diperlukan secara mutlak bagi semua orang untuk untuk memperoleh keselamatan. Di dalam Katekismus Baltimore, orang-orang telah diajarkan dua gagasan yang bertentangan secara langsung satu demi yang lain:
Dan…
Apakah kedua pernyataan itu benar pada waktu yang bersamaan? Tidak bisa. Sebagai seorang Katolik, seseorang harus mengikuti pernyataan pertama, yang sesuai dengan dogma yang telah didefinisikan dan Tradisi universal sejak permulaan Gereja, dan berdasarkan deklarasi Kristus Sendiri.
Terlebih lagi, edisi dari Katekismus Baltimore yang saya kutipkan juga membuat pengakuan-pengakuan penting yang terpaksa dibuat oleh Dr. Ott di dalam diskusinya tentang hal yang bukan “pembaptisan keinginan”.
Di sini kita melihat edisi dari Katekismus Baltimore ini mengajarkan bahwa 1) Pembaptisan keinginan tidak membuat seseorang menjadi anggota dari Gereja; 2) Pembaptisan keinginan membuat seseorang menjadi anggota Gereja di dalam keinginan; 3) terdapat keselamatan di luar Gereja oleh pembaptisan keinginan dan darah.
Kedua pernyataan pertama bertentangan satu dengan yang lain, sedangkan pernyataan ketiga adalah bidah yang secara langsung melawan dogma bahwa Di Luar Gereja tidak seorang pun diselamatkan (Paus Inosensius III, de fide). Maka, penjelasan edisi dari Katekismus Baltimore ini tentang “pembaptisan keinginan” bukan hanya falibel, tetapi secara langsung bidah.
Tetapi dengan mengajarkan bahwa pembaptisan keinginan “menyelamatkan” orang-orang “di luar” Gereja, versi dari Katekismus Baltimore ini membuktikan kembali poin bahwa pembaptisan keinginan tidak selaras dengan dogma yang telah didefinisikan – apalagi ajarannya tentang keperluan pembaptisan air untuk keselamatan.
KATEKISMUS YANG DIATRIBUSIKAN KEPADA ST. PIUS X
Katekismus yang diatribusikan kepada Paus St. Pius X mengulangi ajaran de fide dari Gereja Katolik tentang diperlukannya pembaptisan air secara mutlak untuk keselamatan.
Maka, tidak seperti yang dipercayai orang banyak, mereka yang menolak “pembaptisan keinginan” sebenarnya mengikuti ajaran Katekismus yang diatribsikan kepada Paus St. Pius X tentang keperluan mutlak pembaptisan air. Tetapi, mereka tidak mengikuti ajaran dari Katekismus yang falibel ini sewaktu Katekismus ini lalu menentang kebenaran tersebut tentang keperluan mutlak pembaptisan air untuk keselamatan.
Ini juga merupakan kontradiksi total terhadap apa yang telah dinyatakan di dalam Pertanyaan 16. Harus dicatat bahwa katekismus ini, walaupun diatribusikan kepada Paus St. Pius X, tidak dipenakan olehnya dan tidak dipermaklumkan secara khidmat olehnya. Tidak terdapat Bula Kepausan dari St. Pius X yang mempermaklumkan katekismus ini, maka ini hanyalah suatu katekismus yang falibel yang dikeluarkan pada masa pemerintahannya dan diberikan namanya. Tetapi, bahkan jika St. Pius X sendiri telah menuliskan kata-kata di atas (kenyataannya, ia tidak), sama sekali tidak ada bedanya dengan poin-poin yang telah saya buat. Hal ini dikarenakan seorang Paus hanya infalibel sewaktu ia berbicara secara magisterial. Katekismus ini tidak infalibel karena tidak dipermaklumkan secara khidmat dari Takhta Petrus atau bahkan secara khusus oleh sang Paus. Terlebih lagi, katekismus ini terbukti tidak infalibel karena mengajarkan bidah yang keji bahwa terdapat keselamatan “di luar” Gereja (seperti yang saya akan tunjukkan)!
Tetapi pertama, saya akan mengutip di mana katekismus ini menegaskan dogma tersebut.
Di sini, Katekismus yang diatribusikan kepada paus St. Pius X kembali menegaskan dogma yang telah didefinisikan tersebut. Tetapi dogma ini pun disangkalnya dua pertanyaan kemudian!
Di sini, Katekismus yang falibel ini menyangkal kata demi kata dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan! Katekismus ini mengajarkan bahwa seseorang dapat diselamatkan “di luar Gereja”, yang menyangkal secara langsung kebenaran yang diajarkannya kepada orang-orang di Pertanyaan 27. Pernyataan ini begitu sesat, faktanya, pernyataan tersebut akan ditolak bahkan oleh para bidah yang terlicik pada masa ini, yang mengetahui bahwa mereka tidak dapat berkata bahwa orang-orang diselamatkan “di luar”, maka, mereka berargumentasi bahwa orang-orang non-Katolik tidak berada “di luar” melainkan “di dalam” entah bagaimana. Maka, bahkan para bidah yang licik itu yang menolak arti sejati dari Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan akan harus mengakui bahwa pernyataan di atas itu bidah!
Perhatikan pula bahwa katekismus yang diatribusikan kepada St. Pius X mengajarkan bidah bahwa orang-orang dapat dipersatukan kepada “Jiwa” Gereja, tetapi tidak kepada Tubuh Gereja. Seperti yang telah dibuktikan, Gereja Katolik adalah Tubuh Mistis. Orang-orang yang bukan anggota Tubuh Gereja sama sekali bukan bagiannya.
Diskusi tentang katekismus-katekismus seharusnya menunjukkan kepada sang pembaca bepata penoalakan dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan dan diperlukannya Pembaptisan Air telah disebarluaskan oleh teks-teks falibel yang diberikan imprimatur dan mengapa bidah ini telah meracuni hampir semua orang yang mengaku diri Katolik. Bidah tersebut telah disebarluaskan oleh dokumen-dokumen falibel dan teks-teks yang mengandung kontradiksi, yang menentang dogma yang didefinisikan, dan yang mengandung bidah, serta pada waktu yang sama - yang di tempat lain menegaskan kebenaran-kebenaran tentang keperluan mutlak akan Gereja Katolik dan pembaptisan air untuk keselamatan. Dan inilah mengapa orang-orang Katolik wajib untuk berpegang kepada dogma yang telah didefinisikan secara infalibel dan bukan kepada katekismus atau para teolog yang falibel.
Catatan kaki:
[1] Denzinger 1683.
[2] Jurgens, The Faith of the Early Fathers {Iman Bapa-bapa Gereja Perdana}, Vol. 3, hal. 14-15 catatan kaki 31.
[3] The Catholic Encyclopedia {Ensiklopedia Katolik}, “Limbo {Limbo}”, Volume 5, 1910, hal. 257.
[4] Katekismus Konsili Trente, hal. 171.
[5] Uskup Agung Patrick Kenrick, Treatise on Baptism {Traktat tentang Pembaptisan}, Baltimore: Hedian and O’Brien, 1852, hal. 84-85, dikutip oleh Michael Malone, The Only-Begotten {Putra Tunggal}, hal. 394.
[6] William Jurgens, The Faith of the Early Fathers {Iman Bapa-Bapa Gereja Perdana}, Collegeville, MN: The Liturgical Press, Vol. 2, hal. 39.
[7] William Jurgens, The Faith of the Early Fathers {Iman Bapa-Bapa Gereja Perdana}, Vol. 2, hal. 3.
[8] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 4 (1939-1958), hal. 178-179.
[9] Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma {Dasar-dasar Dogma Katolik}, hal. 354.
[10] Romo Francis Spirago dan Romo Richard Clarke, The Catechism Explained {Penjelasan untuk Katekismus}, Rockford: IL, Tan Books, hal. 579.
[11] Romo Francis Spirago dan Romo Richard Clarke, The Catechism Explained {Penjelasan untuk Katekismus}, hal. 579.
[12] Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma {Dasar-dasar Dogma Katolik}, hal. 309.
[13] Decrees of Ecumenical Councils {Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal.578; Denzinger 714.
[14] Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma {Dasar-dasar Dogma Katolik}, hal. 309.
[15] Denzinger, The Sources of Catholic Dogma {Sumber-sumber Dogma Katolik}, B. Herder Book. Co., Edisi Ketiga belas, 1957, 468-469.
[16] Denzinger 895; Decrees of Ecumenical Councils {Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal.704.
[17] Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma {Dasar-dasar Dogma Katolik}, hal. 309.
[18] Decrees of Ecumenical Councils {Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Sheed & Ward and Georgetown University Press, 1990, Vol. 1, hal.230; Denzinger 230.
[19] Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma {Dasar-dasar Dogma Katolik}, hal. 309.
[20] De Ecclesia Militante, Buku III, Bab 2, opera omnia, Napoli 1872, hal. 75; dikutip sebagian oleh Romo Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 76.
[21] The Catholic Encyclopedia {Ensiklopedia Katolik}, Volume 9, “Limbo”, 1910, hal. 258.
[22] Denzinger, The Sources of Catholic Dogma {Sumber-sumber Dogma Katolik}, B. Herder Book. Co., Edisi Ketiga belas, 1957, 468-469.
[23] Decrees of Ecumenical Councils {Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal.578; Denzinger 714.
[24] St. Fransiskus De Sales, The Catholic Controversy {Kontroversi Katolik}, hal. 161.
[25] Katekismus Konsili Trente, hal. 99-100.
[26] Katekismus Konsili Trente, hal. 159.
[27] De Ecclesia Militante, Buku III, Bab 3, opera omnia, Napoli 1872, hal. 75; dikutip oleh Romo Laisney, Is Feeneyism Catholic {Apakah Feeneyisme Katolik}, hal. 76.
[28] De Ecclesia Militante, Buku III, Bab 2, opera omnia, Napoli 1872, hal. 75; dikutip sebagian oleh Romo Laisney, Is Feeneyism Catholic? {Apakah Feeneyisme Katolik?}, hal. 76.
[29] Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma {Dasar-dasar Dogma Katolik}, hal. 309.
[30] Katekismus Konsili Trente, hal. 171.
[31] Jurgens, The Faith of the Early Fathers {Iman Bapa-bapa Gereja Perdana}, Vol. 2:1012.
[32] The New St. Joseph Baltimore Catechism {Katekismus Baltimore St. Yosef yang Baru}, No. 2, New York: Catholic Book Publishing Co., 1962-1969, hal. 153.
[33] Jurgens, The Faith of the Early Fathers {Iman Bapa-bapa Gereja Perdana}, Vol. 1:92.
[34] Jurgens, The Faith of the Early Fathers {Iman Bapa-bapa Gereja Perdana}, Vol. 1:126.
[35] The New St. Joseph Baltimore Catechism {Katekismus Baltimore St. Yosef yang Baru}, No. 2, New York: Catholic Book Publishing Co., 1962-1969, hal. 153.
[36] The New St. Joseph Baltimore Catechism {Katekismus Baltimore St. Yosef yang Baru}, No. 2, New York: Catholic Book Publishing Co., 1962-1969, hal. 153.
[37] Denzinger 430.
[38] Katekismus St. Pius X, Angelus Press, 1993, hal. 71.
[39] Katekismus St. Pius X, Angelus Press, 1993, hal. 71.
[40] Katekismus St. Pius X, Angelus Press, 1993, hal. 31.
[41] Katekismus St. Pius X, Angelus Press, 1993, hal. 31-32.
[42] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 3 (1903-1939), hal. 317.
[43] Denzinger 1647.
[44] Denzinger 861; Decrees of Ecumenical Councils {Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 2, hal.685.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...