^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Bidah-bidah yang Mencengangkan di dalam Buku Benediktus XVI Tahun 2003 Truth and Tolerance (Christian Belief and World Religions) [Kebenaran dan Toleransi (Kepercayaan Kristiani dan Agama-Agama Dunia)]
Bagi mereka yang tidak tahu, Joseph Ratzinger adalah Benediktus XVI.
Truth and Tolerance (Christian Belief and World Religions) [Kebenaran dan Toleransi (Kepercayaan Kristiani dan Agama-Agama Dunia)] oleh “Kardinal” Joseph Ratzinger, 2003, (Ignatius Press, 2004)
Karena terdapat begitu banyak bidah dari Benediktus XVI, saya hanya akan membahas bidah-bidah yang benar-benar penting.
Bidah-Bidah DI DALAM TRUTH AND TOLERANCE (CHRISTIAN BELIEF AND WORLD RELIGIONS) [KEBENARAN DAN TOLERANSI (KEPERCAYAAN KRISTIANI DAN AGAMA-AGAMA DUNIA)]
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA KEKRISTENAN MUNGKIN BUKAN AGAMA YANG SEJATI
Sebelum saya mengutip bidah yang mencengangkan ini, saya harus mengingatkan semua pembaca bahwa bidah adalah suatu penyangkalan atau keraguan terhadap suatu dogma:
Seseorang tidak perlu percaya bahwa “Yesus Kristus bukanlah Allah” untuk menjadi seorang bidah. Jika ia percaya bahwa: “Yesus Kristus mungkin bukan Allah”, ia adalah seorang bidah. Demikian pula, untuk menjadi bidah, seseorang tidak perlu percaya: “Kekristenan bukanlah agama sejati.” Jika ia percaya: “Kekristenan mungkin bukan agama sejati”, ia adalah seorang bidah.
Di dalam bidah yang mencengangkan yang akan disingkap di bawah, Benediktus XVI membuat suatu rujukan kepada Ernst Troeltsch. Troeltsch adalah seorang pemurtad besar-besaran yang percaya bahwa Kekristenan adalah agama sejati milik Allah di Eropa, tetapi agama sejati milik Allah berbeda di Asia, Afrika, dsb. Menurut Troeltsch, Kekristenan adalah wajah Allah yang menghadap ke Eropa, sedangkan Hinduisme adalah wajah Allah yang menghadap India, dsb. Pada halaman 163-164 di dalam Truth and Tolerance [Kebenaran dan Toleransi], Benediktus XVI mengakui kepercayaan Troeltsch ini dan menjelaskan bagaimana Troeltsch tidak percaya bahwa Kekristenan adalah agama yang benar secara universal:
Mengingat pernyataannya itu (supaya menjadi benar-benar jelas, yang dibahas oleh Benediktus XVI pada kutipan berikutnya), berikut ini ajaran Benediktus XVI bahwa Kekristenan mungkin bukan agama sejati!
Benediktus XVI mempertanyakan apabila Kekristenan akan turun takhta dari klaimnya sebagai agama sejati; dan ia berkata bahwa “Ini adalah pertanyaan riil yang harus diajukan oleh Gereja dan teologi kepada diri mereka sendiri”. Maka, Gereja harus bertanya kepada dirinya sendiri apabila ia harus turun takhta dari klaimnya sebagai agama sejati! Ia lalu mengakui bahwa ia tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut di sepanjang bukunya yang membahas perkara ini! “Tak seorang pun akan menantikan pertanyaan ini, pertanyaan yang sedang membuat tuntutan-tuntutan mendasar yang sedemikian besarnya kepada kita pada akhir dari milenium kedua, dijawab di sini dengan cara apa pun yang bersifat konklusif.” Fakta bahwa ia tidak dapat menjawab pertanyaan ini dengan “tidak” secara sederhana, ataupun “secara konklusif” di sepanjang sebuah buku yang membahas hal tersebut, membuktikan bahwa ia mempertanyakan bilamana Kekristenan adalah agama sejati. Ini adalah bidah yang mencengangkan.
Bayangkan saja apabila seseorang bertanya: “Gereja harus bertanya kepada dirinya sendiri apakah ia harus turun takhta dari klaimnya bahwa Yesus adalah Allah. Pertanyaan yang riil ini harus diajukan oleh Gereja kepada dirinya sendiri. Saya tidak dapat memberi jawaban yang konklusif terhadap pertanyaan ini” Ini akan menjadi suatu bidah terhadap dogma bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Mengingat contoh ini kita dapat dengan jelas melihat niat jahat dari kemurtadan Benediktus XVI di atas. Ia secara jelas menunjukkan bahwa Kekristenan mungkin bukan agama sejati. Ia tidak Katolik bahkan sedikit pun.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA ISLAM MELAMBANGKAN KEAGUNGAN
Ia berkata bahwa Islam, suatu agama sesat yang menolak Keilahian Yesus Kristus dan seluruh Iman Katolik melambangkan “keagungan”. Ini adalah kemurtadan. Islam melambangkan ketidakpercayaan, penolakan terhadap Allah Tritunggal dan kegelapan. Menarik pula untuk dicatat bahwa sewaktu ia berbicara tentang “beberapa unsur yang mengagumkan” dalam Hinduisme, Benediktus XVI menyebutkan aspek-aspek negatifnya seperti sistem kasta, dst. Ia tidak menyebutkan fakta bahwa Hinduisme menyembah ilah-ilah palsu dari antara aspek-aspek negatifnya.
Gereja Katolik mengajarkan secara dogmatis bahwa para Muslim adalah orang kafir, yang berarti tidak percaya.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA TERDAPAT SANTO-SANTA PAGAN
Ini adalah bidah yang lancang.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA KESELAMATAN BERHUBUNGAN DENGAN AGAMA-AGAMA
Ini adalah bidah yang lancang. Keselamatan berhubungan dengan, dan ditemukan di dalam satu agama saja, agama Katolik.
BENEDIKTUS XVI BERKATA BAHWA SEMUA AGAMA BERADA PADA JALAN MENUJU ALLAH DAN MELAMBANGKAN KEMAJUAN
Benediktus XVI mengajarkan secara jelas bahwa “kita semua” (anggota-anggota agama Kristen dan juga agama-agama lain) berada pada jalan menuju Allah. Ini sederhananya mengungkapkan kemurtadan yang telah dikutuk oleh Paus Pius XI di dalam Mortalium Animos: bahwa semua agama kurang lebih baik adanya, karena mereka semua dalam berbagai cara mewujudkan indra agamawi batiniah yang membimbing manusia kepada Allah.
BENEDIKTUS XVI MENDEFINISIKAN ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKANNYA DAN MENYINGKAP KEMURTADAN TOTALNYA! MENOLAK EKSKLUSIVISME DAN MENERIMA INKLUSIVISME ATAU PLURALISME
Paragraf ini yang sangat penting. Benediktus XVI menjelaskan bahwa ada tiga solusi yang mungkin untuk masalah agama: eksklusivisme, inklusivisme dan pluralisme. Ia mendefinisikan eksklusivisme sebagai “menolak keselamatan bagi semua orang non-Kristen” – dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan. Ia menolak dogma itu, tentunya. Penolakan terhadap dogma ini pada hakikatnya sendirinya adalah bidah; tetapi saya ingin berfokus kepada fakta bahwa setelah mencoret eksklusivisme, Benediktus XVI mengakui bahwa hanya ada dua kemungkinan lain yang tersisa sehubungan agama-agama non-Kristiani, yaitu “inklusivisme dan pluralisme”. Maka, kita tahu bahwa Benediktus XVI menerima salah satu dari keduanya, atau kedua-duanya, atau gabungan dari keduanya. Tetapi apakah dua solusi lain yang mungkin ini, inklusivisme dan pluralisme? Ia dengan senang hati mendefinisikannya untuk kita:
Benediktus XVI mengakui bahwa Karl Rahner, si pemurtad notorius yang mempromosikan gagasan “Kekristenan anonim” adalah pembela klasik inklusivisme: bahwa Kekristenan hadir di dalam semua agama. Rahner percaya bahwa semua orang itu Kristen, tetapi belum menyadarinya. Ini tentunya adalah kemurtadan total yang menyetarakan kepercayaan akan Kristus (Kekristenan) dengan Antikristus (penyangkalan terhadap Kekristenan).
Bahkan mereka yang menyangkal Kekristenan, menurut Rahner, adalah orang “Kristen” karena semua agama merupakan sebuah rupa Kekristenan. Kesadaran penuh terhadap iman akan Kristus sederhananya adalah versi Kekristenan yang termurni, menurut Rahner. Maka kita sekarang mengetahui apa itu “inklusivisme”; lantas apa itu pluralisme?
Di sini, kita melihat kemurtadan yang terdefinisi dalam istilah-istilah yang jelas. “Pluralisme” percaya bahwa agama-agama sesat dari iblis (yang diciptakan oleh Setan, menurut Iman Katolik) dikehendaki secara positif oleh Allah. “Pluralisme” menyetarakan Roh Kebenaran dengan roh kebohongan, yaitu Iblis. Pluralisme adalah kemurtadan jahat yang percaya bahwa Allah adalah pencipta agama-agama sesat. Hampir tidak ada perbedaan antara posisi ini dengan “inklusivisme” - ada satu perbedaan kecil dalam istilahnya, karena para pemurtad “inklusivis” berkata bahwa semua agama sesat ini sebenarnya merupakan bagian dari agama tunggal yang disebut Kekristenan, sedangkan pemurtad “pluralis” mengakui bahwa agama-agama itu merupakan agama-agama yang berbeda, namun bagaimanapun juga dikehendaki Allah. Benediktus XVI sendiri hampir tidak melihat adanya perbedaan antara kedua posisi itu, yang menjadi alasan dirinya berkata dalam banyak karya tulisnya “dua posisi yang tampaknya hampir melebur yang satu ke dalam yang lainnya” dan ada “buku ... yang brilian”, yang mencoba merekonsiliasikan kedua posisi itu. Benediktus XVI bahkan menyebutkan pemurtad notorius J. Dupuis sebagai seorang pejuang utama upaya merekonsiliasikan kedua versi kemurtadan ini. Ingat, Jacques Dupuis adalah orang yang berbicara pada Konferensi Antaragama yang sekarang bernama buruk di Fatima, tempat orang-orang Hindu menyerbu Gereja Bunda Maria. Dupuis berkata bahwa definisi dogmatis Konsili Florence tentang Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan adalah “teks yang sangat buruk”. Di sini, kita melihat namanya disebutkan oleh Benediktus XVI dalam konteks upaya yang terpuji untuk merekonsiliasikan kedua posisi pemurtad itu.
Maka entah “inklusivisme” (kemurtadan Rahner) atau “pluralisme” (kemurtadan Dupuis) - kita tidak tahu, karena Benediktus XVI tak pernah memberi tahu kita posisi yang dianutnya, namun ia memberi tahu kita bahwa ia menganut salah satu dari kedua posisi itu, atau gabungan keduanya - Benediktus XVI kenyataannya adalah seorang pemurtad.
SEORANG BIDAH TIDAK DAPAT MENJADI PAUS YANG VALID
Adalah suatu fakta yang telah terbukti bahwa Ratzinger (Benediktus XVI) adalah seorang bidah non-Katolik. Gereja Katolik mengajarkan bahwa seorang bidah tidak dapat terpilih secara valid menjadi paus, karena seorang bidah bukanlah anggota Gereja Katolik. Ratzinger atau Benediktus XVI adalah seorang anti-Paus non-Katolik yang pemilihannya sama sekali batal dan tidak valid.
Catatan kaki:
[1] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-Konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal. 479.
[2] Decrees of the Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol.1, hal. 380.
[3] Decrees of Ecumenical Councils {Dekret-Dekret Konsili-konsili Ekumenis}, Vol. 1, hal.578; Denzinger 714.
[4] The Papal Encyclicals {Ensiklik-Ensiklik Paus}, Vol. 1 (1740-1878), hal. 229.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...