Anti-Paus Fransiskus Berkata bahwa Hukuman Mati Bertentangan dengan Injil dan bahwa Interpretasi Doktrin Berubah

Pidato Fransiskus, 11 Oktober 2017:

“Harus dinyatakan dengan jelas bahwa hukuman mati adalah upaya tidak manusiawi. Tidak peduli cara pelaksanaannya, hukuman mati merendahkan martabat manusia. Hukuman mati pada hakikatnya sendiri bertentangan dengan Injil ... Sayangnya, di Negara-Negara Kepausan sekalipun, pernah diambil langkah ekstrem dan tidak manusiawi ini, yang mengabaikan lebih utamanya kerahiman atas keadilan. Marilah kita mengambil tanggung jawab atas masa lalu dan mengakui bahwa pemberlakuan hukuman mati dahulu kala didiktat oleh mentalitas yang lebih bersifat legalistik daripada Kristiani ... Namun perkembangan doktrin yang harmonis menuntut kita supaya berhenti membela argumen-argumen yang sekarang jelas tampak berlawanan dengan pemahaman baru akan kebenaran Kristiani ... Maka dari itu, perlu ditegaskan ulang bahwa terlepas dari betapa seriusnya kejahatan yang sudah dilakukan, hukuman mati tidak dapat diterima ... Doktrin tidak bisa dijaga tanpa dibiarkan berkembang, tidak pun doktrin dapat diikat kepada interpretasi kaku dan tak dapat berubah tanpa menghina daya kerja Roh Kudus.”[1]

Pidato si Anti-Paus pemurtad ini luar biasa bidah. Pertama-tama, Fransiskus berkata bahwa hukuman mati adalah “upaya tidak manusiawi”, “bertentangan dengan Injil”, dan “tidak dapat diterima”. Tetapi, Gereja Katolik telah selalu mengajarkan bahwa hukuman mati pantas diberikan untuk kejahatan-kejahatan tertentu yang sangat berat. Pernyataan Fransiskus bahwa hukuman mati bertentangan dengan Kekristenan dan Injil membuktikan bahwa ia adalah seorang bidah notorius.

Kesalahan-Kesalahan Martin Luther, #33: “Membakar para bidah bertentangan dengan kehendak Roh.” – Dikutuk oleh Paus Leo X, Exsurge Domine, 15 Juli 1520

St. Thomas Aquinas, Summa Theologiae, Bagian II-II, Pertanyaan 11, Artikel 3: Para bidah “pantas dipisah dari Gereja bukan dengan ekskomunikasi saja, namun juga pantas dipenggal dari dunia dengan kematian. Sebab jauh lebih berat perkaranya, menyesatkan iman yang menghidupkan jiwa, daripada memalsukan uang, yang menyokong kehidupan duniawi. Oleh sebab itulah, jikalau para pemalsu uang dan para pelaku kejahatan lainnya dihukum mati oleh otoritas sekuler, ada alasan yang jauh lebih benar bagi orang-orang bidah, begitu mereka terbukti bersalah atas bidah, bukan hanya diekskomunikasi saja, namun juga ditimpakan maut.”

Kedua, Fransiskus secara terang-terangan berkata bahwa ia berpegang pada “pemahaman baru akan kebenaran Kristiani”, dan bahwa doktrin tidak dapat diikat “kepada interpretasi kaku dan tak dapat berubah”. Pernyataannya ini jelas-jelas bidah. Perhatikan bagaimana bidahnya ini menentang ajaran dogmatis Vatikan I.

Paus Pius X, Pascendi (#26), 8 September 1907, menerangkan tentang doktrin para Modernis: “Dogma, Gereja, ibadat, kitab-kitab suci, dan bahkan iman pun, semuanya itu menghamba kepada asas-asas evolusi, di bawah ancaman hukuman mati. Hendaknya setiap ajaran kaum Modernis tentang hal-hal itu secara khusus kembali kita amati dengan saksama, supaya prinsip mereka itu tidak akan menjadi mengejutkan ....”

Paus St. Pius X, Lamentabili, Kesalahan-kesalahan para Modernis, 3 Juli 1907, #22:
“Dogma-dogma yang oleh Gereja dinyatakan terwahyu, bukanlah kebenaran-kebenaran yang turun dari Surga, melainkan semacam interpretasi fakta-fakta agama, yang dibentuk oleh pikiran manusia dengan bersusah payah.” - Dikutuk[2]

Paus Pius IX, Konsili Vatikan I, Sesi 3, Kanon 4 tentang Iman dan Akal, 1870, ex cathedra: “Barang siapa berkata bahwa mungkin terjadi, bahwa kadang kala, seturut perkembangan sains, haruslah disematkan pada dogma-dogma yang diajukan oleh Gereja, suatu makna yang lain dari yang dahulu dan sekarang dimengerti oleh Gereja: terkutuklah dia.

Barang siapa berkata bahwa adalah suatu hal yang mungkin bahwa kepada dogma-dogma yang dinyatakan oleh Gereja, suatu makna terkadang harus diatribusikan menurut perkembangan ilmu pengetahuan, yang berbeda dari makna yang telah dimengerti dan yang dimengerti oleh Gereja: terkutuklah dia.”

Paus Pius IX, Konsili Vatikan I, Sesi 3, Bab 2 tentang Wahyu, 1870, ex cathedra: “Itulah pula mengapa dogma-dogma suci harus senantiasa dipertahankan dengan makna yang telah sekalinya dinyatakan oleh Bunda Gereja yang kudus; dan tidak pernah boleh ada pergeseran dari makna tersebut di balik dalih dan atas nama suatu pemahaman yang lebih mendalam.”[3]

Vatikan I mendeklarasikan bahwa pengertian atas dogma-dogma harus dijaga seperti yang telah “sekalinya dinyatakan” oleh Gereja dan bahwa seseorang tidak pernah boleh bergeser dari makna tersebut di balik dalih pemahaman yang lebih mendalam. Pernyataan Fransiskus adalah suatu pengumuman yang lancang bahwa ia menolak sifat dogma dan bahwa ia mewartakan injil baru. Jika anda tidak dapat melihat bahwa Fransiskus adalah seorang bidah notorius setelah anda melihat fakta-fakta ini, anda buta. Fransiskus juga berkata bahwa dengan memandang interpretasi doktrin secara kaku dan tidak berubah, seseorang menghina daya kerja Roh Kudus. Ini sama saja berkata bahwa seluruh dogma Katolik menghina Roh Kudus.

Catatan kaki:

[1] L’ Osservatore Romano, 13 Oktober 2017, hal. 7,11.

[2] Denzinger 2022.

[3] Denzinger 1800.