^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Ensiklik Mortalium Animos - Pius XI, 1928 - Mengutuk Ekumenisme Sesat & Partisipasi dalam Perkumpulan Non-Katolik
(Tautan untuk mengunduh PDF)
MORTALIUM ANIMOS
SURAT ENSIKLIK KEPADA PARA PATRIARK, PRIMAT, USKUP AGUNG, USKUP DAN PARA ORDINARIS SETEMPAT LAINYNA DALAM DAMAI DAN PERSEKUTUAN DENGAN TAKHTA APOSTOLIK
Tentang Membina Kesatuan Agama Sejati
PIUS XI, PAUS
SAUDARA-SAUDARA YANG TERHORMAT, SALAM DAN BERKAT APOSTOLIK
1. Benak umat manusia mungkin sebelumnya tidak pernah merasa sedemikian perlu akan persaudaraan. Persaudaraan, yang oleh sebab persamaan asal muasal serta keidentikan kodrat, menyatukan kita sebegitu eratnya satu sama lain. Tidak pernah sebelumnya mereka tampak berjuang untuk menguatkan tali persaudaraan itu, untuk mempergunakannya demi kebaikan negara dan masyarakat. Sebab, belum sempat bangsa-bangsa menikmati buah-buah perdamaian secara penuh; benih-benih perselisihan yang kuno maupun yang baru melahirkan revolusi-revolusi serta perang saudara di mana-mana. Namun demikian, banyaknya percekcokan yang berdampak pada perdamaian serta kesejahteraan bangsa-bangsa hanya dapat dipecahkan dengan persatuan serta tindak harmonis dari mereka yang ditempatkan pada jabatan kepala negara, dan karena itu bertugas memimpin kebijakan negara serta mendukung kemajuannya. Itulah sebabnya, karena tidak ada lagi orang yang ingin merintangi kesatuan umat manusia, mudah dipahami bahwa kebanyakan umat manusia terdorong oleh semangat persaudaraan universal dan oleh sebab itu mereka merindukan persatuan yang kian mesra antara segala bangsa.
2. Tujuan yang serupa itu pun diupayakan oleh beberapa orang demi memperkenalkannya ke dalam tatanan yang ditetapkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus bagi Hukum Baru. Karena tahu benar bahwa orang-orang yang sama sekali tidak punya nalar keagamaan sangat jarang dijumpai, mereka pun memupuk harapan, bahwa akan mudah adanya untuk membawa orang-orang, kendati perbedaan-perbedaan agama mereka, sehingga bersatu dalam pengakuan akan doktrin-doktrin tertentu yang diterima sebagai landasan umum untuk kehidupan beragama. Oleh sebab itu, mereka mengadakan perkumpulan-perkumpulan, pertemuan-pertemuan, konferensi-konferensi yang didatangi oleh hadirin yang cukup besar jumlahnya; mereka mengundang semua orang tanpa pandang bulu untuk berdiskusi, orang-orang kafir dari segala kalangan, umat beriman Kristus, dan juga sampai mengundang mereka yang mengalami nasib malang karena telah terpisah dari Kristus atau yang dengan garang dan tegarnya menyangkal keilahian kodrat-Nya serta tugas yang diemban-Nya. Upaya-upaya semacam itu sama sekali tidak berhak mendapat kesetujuan dari pihak Katolik, sebab upaya-upaya itu berlandaskan gagasan keliru, bahwa semua agama kurang lebih baik atau terpuji, dalam makna bahwa semua agama itu mewahyukan dan mengungkapkan (meski dengan cara yang berbeda-beda), nalar bawaan kodrati yang membawa kita menuju Allah dan yang membuat kita tunduk penuh hormat di hadapan kuasa-Nya. Para penganut gagasan ini tidak hanya tersesat dan jatuh dalam kesalahan, namun juga, mereka menyesatkan gagasan tentang agama sejati dan dengan demikian menolaknya, serta secara bertahap menyimpang ke dalam yang disebut-sebut naturalisme dan ateisme. Maka sungguh jelas, bahwa bergabung dengan para pendukung dan penyebar doktrin-doktrin semacam itu, setara sama sekali meninggalkan agama yang diwahyukan oleh Allah.
3. Ketika duduk perkaranya adalah memajukan kesatuan semua umat Kristiani, penampilan palsu yang tampak baik dapat lebih mudah menyesatkan beberapa orang.
4. Bukankah baik adanya, demikianlah yang biasa mereka ujarkan, bukankah bahwasanya mereka semua yang memanggil nama Kristus berkewajiban menghindari saling tuduh dan pada akhirnya kadang-kadang harus dipersatukan oleh ikatan kasih bersama? Adakah orang yang berani menyatakan bahwa dirinya mengasihi Kristus, kalau tidak berupaya sekuat tenaga untuk mewujudkan keinginan Kristus sendiri, yang meminta kepada Bapa-Nya agar para murid-Nya itu menjadi satu?[1] Dan bukankah Kristus juga menghendaki agar para murid-Nya ditandai, dan karena itu dibedakan dari manusia-manusia lainnya, dengan cinta satu sama lain sebagai ciri khas yang mereka sandang: Dalam hal inilah semua orang akan tahu bahwa kamu sekalian adalah murid-murid-Ku, yaitu jika kalian mempunyai kasih di antara seorang terhadap yang lain.[2] Semoga Allah berkenan, imbuh mereka, agar semua orang Kristen menjadi “satu”; sebab dengan demikian, mereka akan jauh lebih mudah menolak bisa ketidakberimanan, yang semakin hari semakin menjalar dan menyebar demi mempersiapkan kehancuran Injil.
Demikianlah, antara lain, alasan-alasan yang diajukan oleh kaum Pan-Kristiani, demikianlah sebutan mereka. Bukan berarti orang-orang ini sedikit atau jarang dijumpai. Sebaliknya, mereka telah membentuk organisasi-organisasi lengkap dan di mana-mana telah mendirikan asosiasi-asosiasi yang paling sering dipimpin oleh orang-orang non-Katolik, kendati penyimpangan-penyimpangan pribadi mereka dalam hal kebenaran-kebenaran iman. Usaha ini juga dikejar dengan sedemikian giatnya, sehingga telah beroleh pertolongan dari berbagai kalangan, dan bahkan memikat niat baik banyak orang Katolik, yang tertarik oleh harapan mewujudkan persatuan yang tampak sejalan dengan cita-cita Bunda kita, Gereja yang Kudus, yang tujuan utamanya adalah memanggil dan membawa pulang kepada dirinya, anak-anaknya yang tersesat. Namun di balik daya pikat kecerdasan dan pelukan kata-kata, tentunya terselisip suatu kekeliruan terberat yang mampu meluluhlantakkan dasar-dasar iman Katolik dari kepala hingga ujung kaki.
5. Kesadaran akan tanggung jawab apostolik Kami melarang diri Kami mengizinkan kesalahan-kesalahan berbahaya datang menyesatkan kawanan domba Tuhan. Dan juga, Saudara-Saudara yang Terhormat, Kami menuntut semangat anda untuk menghalau terjadinya kejahatan semacam itu. Kami bahwasanya yakin bahwa dengan tulisan serta perkataan anda, anda masing-masing akan dapat dengan mudah membuat para umat anda mengerti dan memahami prinsip-prinsip serta alasan-alasan yang akan Kami dedahkan; dari prinsip-prinsip dan alasan-alasan ini, umat Katolik akan mampu beroleh suatu peraturan untuk berpikir dan bertindak dalam karya-karya yang dikerjakan dengan cara apa pun juga, demi tujuan mengumpulkan dalam satu tubuh, mereka semua yang mengaku menyandang nama Kristen.
6. Allah, Pencipta segala sesuatu, telah menciptakan diri kita untuk mengenali dan melayani-Nya. Karena Dialah pangkal keberadaan kita, Ia secara mutlak berhak melihat kita melayani-Nya. Bisa saja Allah dahulu hanya menetapkan sebagai hukum bagi umat manusia, hukum kodrat yang telah diukir-Nya pada hati manusia ketika Ia menciptakannya, dan kemudian mengatur perkembangan-perkembangannya dengan Penyelenggaraan-Nya secara biasa. Namun, seturut penilaian-Nya, Ia lebih suka agar hukum kodrat itu juga disertai oleh asas-asas yang harus ditaati. Dan seiring berjalannya waktu, yakni sejak awal dunia sampai kedatangan dan pewartaan Kristus Yesus, Ia sendiri telah mengajarkan umat manusia tentang tanggung jawab yang diembankan pada semua makhluk berakal kepada Pencipta mereka: Allah, setelah Ia berbicara pada beberapa kesempatan dan dengan berbagai cara, kepada para leluhur kita melalui para Nabi, pada hari-hari terakhir ini, Ia berbicara kepada kita melalui Putra.[3]
Oleh sebab itulah tiada agama sejati selain agama yang dilandasi Wahyu ilahi; Wahyu yang bermula dari sejak dunia bermula dan berlanjut dalam Hukum Lama ini, telah dituntaskan oleh Kristus Yesus sendiri dalam Hukum Baru. Namun, sejak saat Allah berbicara (demikianlah kesaksian sejarah), jelas adanya bahwa manusia berkewajiban mutlak untuk percaya Allah ketika Ia sedang berbicara, dan menaati-Nya bulat-bulat ketika Ia sedang berfirman. Agar kita sebagaimana mestinya bekerja demi kemuliaan Allah, sekaligus demi keselamatan kita, Putra Tunggal Allah telah mendirikan Gereja-Nya di atas bumi. Namun, mereka yang menyatakan diri Kristen tidak bisa tak percaya (demikianlah yang Kami kira) bahwa hanya ada satu Gereja saja, dan satu Gereja tunggal yang telah didirikan oleh Kristus. Namun, kalau mereka lalu ditanya, gereja manakah yang seturut Pendirinya merupakan Gereja itu, mereka tidak lagi sepakat satu sama lain. Misalnya, ada banyak dari mereka yang menyangkal bahwa Gereja Kristus haruslah merupakan lembaga kasatmata yang hadir dengan rupa badan umat beriman yang tunggal, umat beriman yang semuanya mengakui doktrin yang satu dan sama di bawah Magisterium serta pemerintahan tunggal; sebaliknya, menurut pendapat mereka, Gereja yang kasatmata tidak lain dari federasi komunitas-komunitas Kristani yang berbeda-beda, menganut berbagai doktrin yang berbeda-beda, terkadang bahkan saling bertentangan.
Bagaimanapun, Tuhan kita Yesus Kristus telah mendirikan Gereja-Nya sebagai suatu lembaga yang sempurna, oleh karena hakikatnya sendiri memiliki ciri-ciri lahiriah yang dapat ditangkap oleh indra manusia, bertujuan memperolehkan keselamatan umat manusia di masa depan, di bawah bimbingan kepala yang tunggal,[4] dengan ajaran dan pewartaan,[5] dengan tata layan sakramen-sakramen sebagai sumber rahmat surgawi;[6] oleh sebab itulah Ia telah membandingkan Gereja-Nya dengan sebuah kerajaan,[7] sebuah rumah,[8] sebuah kandang domba,[9] suatu kawanan domba.[10] Setelah wafat Pendirinya serta para Rasul yang ditugaskan untuk menyebarkannya, Gereja yang telah didirikan dengan sebegitu mulianya itu tentunya tidak dapat binasa maupun menghilang, sebab ia telah menerima amanat untuk membimbing semua manusia menuju keselamatan kekal, tanpa membeda-bedakan waktu maupun tempat: Pergilah dan ajarlah segala bangsa.[11] Dalam penunaian tugas ini secara berkesinambungan, mungkinkah Gereja gugur atau gagal, sedangkan Kristus sendiri mengaruniakan pertolongan-Nya yang tiada henti, atas dasar janji khidmat ini: Lihatlah, Aku menyertaimu sampai kesudahan zaman?[12]
Maka dari itu, Gereja Kristus tidak hanya perlu berada pada hari ini dan untuk selama-lamanya, namun jati dirinya juga harus sama dengan jati dirinya pada masa apostolik, sebab, kalau tidak, akan harus dikatakan suatu hal yang tak bisa diterima, bahwa Tuhan kita Yesus Kristus tidak mampu mewujudkan rencana-Nya, atau Ia keliru ketika menyatakan bahwa pintu-pintu gerbang Neraka tidak akan pernah berjaya melawan Gereja.[13]
7. Sudah tiba saatnya untuk menyingkap dan membantah suatu kesalahan yang merupakan dasar semua perkara ini dan yang juga merupakan pangkal berlangsungnya kegiatan serta berbagai macam upaya yang dikerahkan orang-orang non-Katolik untuk menghimpun gereja-gereja Kristen bersama (seperti yang sudah Kami katakan). Para perencana upaya ini bahwasanya terbiasa mengutip perkataan Kristus berikut pada setiap kesempatan: Semoga mereka semua menjadi satu … Hanya terdapat satu kandang domba dan satu gembala,[14] seolah-olah, seturut pendapat mereka, doa dan keinginan Kristus Yesus itu masih perkataan belaka saja sampai pada saat ini. Sebab, mereka berpendapat bahwa kesatuan iman dan pemerintahan (ciri Gereja yang satu dan sejati), hampir tidak pernah ada sampai saat ini, dan pada hari ini tidak ada lagi, sehingga orang sebetulnya boleh mengharapkan dan mewujudkan kesatuan itu, terkadang dengan kesemufakatan kehendak bersama, namun bahwa kesatuan itu harus dianggap sebagai semacam utopia. Mereka menambahkan bahwa pada hakikatnya sendiri, Gereja bersifat terbagi-bagi, maksudnya, terdiri dari gereja-gereja atau komunitas-komunitas tertentu yang sangat banyak, yang masih terpecah-belah, punya beberapa pasal doktrin yang sama, namun mereka berbeda yang satu dari yang lain pada pasal-pasal doktrin lainnya. Menurut mereka, setiap Gereja punya hak-hak yang sama, dan itu terutama benar adanya dari masa apostolik sampai pada masa Konsili-Konsili ekumenis pertama, sewaktu Gereja dahulu satu adanya. Lantas, simpul mereka, haruslah kita melupakan segala kontroversi doktrin yang bahkan paling tua dan menyimpang sekalipun, dan yang sampai sekarang terus memisahkan gereja-gereja itu. Dan dengan kebenaran-kebenaran doktrinal lainnya, haruslah diusulkan dan ditetapkan suatu kaidah iman bersama. Dalam pengakuan iman ini, meski mereka pun tidak tahu bagaimana mungkin terjadinya, mereka merasa benar-benar bersaudara; lalu, sekalinya gereja-gereja atau komunitas-komunitas yang beragam itu bersatu dalam semacam federasi universal, perjuangan melawan perkembangan ketidakberimanan dengan energik dan penuh jaya akan menjadi mungkin dilakukan.
Seperti itulah, Saudara-Saudara yang Terhormat, hal-hal yang mereka semua ulangi. Namun demikian, ada dari antara mereka yang menyatakan dan mengakui bahwa Protestantisme telah agak terlalu serampangan menolak dogma-doma tertentu atau praktik-praktik ibadat lahiriah tertentu, yang sebenarnya membawa penghiburan dan berguna, sedangkan Gereja Roma masih menjaga hal-hal tersebut. Sesungguhnya, mereka segera menambahkan bahwa Gereja ini sendiri telah tersesat dan bahwa ia telah merusak agama asli dengan menambahkan padanya sejumlah doktrin yang lebih akrab namun berlawanan dengan Injil serta dengan memaksakan doktrin-doktrin itu kepada iman para umat. Dari antaranya, mereka mengutip keutamaan yurisdiksi yang disematkan kepada Petrus dan para penerusnya atas Takhta Roma. Dari kalangan mereka, beberapa orang yang memang sedikit jumlahnya, setuju memberi Paus Roma entah suatu keutamaan kehormatan, entah suatu kuasa yurisdiksi atau otoritas tertentu; namun, keutamaan itu tidak berdasar hak ilahi, tetapi, dalam suatu cara tertentu berasal dari mufakat para umat beriman. Yang lain sampai menginginkan agar perkumpulan-perkumpulan mereka (yang boleh disebut dengan nama kerumunan) dipimpin oleh Paus Roma secara pribadi. Meski demikian, kalaupun didapati banyak orang dari kaum non-Katolik ini yang mewartakan suatu persekutuan dengan suara lantang, tidak seorang pun dari antara mereka ingin tunduk kepada Vikaris Yesus Kristus ketika ia sedang mengajar, atau taat kepadanya ketika ia sedang memberi perintah. Namun demikian, mereka menegaskan bahwa mereka bersedia membuat persetujuan dengan Gereja Roma, namun dengan derajat kedudukan yang sama dan setara. Pada kenyataannya, seandainya mereka melakukannya, mereka niscaya akan mengakhiri pakta itu dengan pikiran bahwa mereka tidak wajib meninggalkan pendapat-pendapat yang persis masih mereka pegang sekarang, dalam kesalahan-kesalahan serta kesesatan-kesesatan mereka, di luar kandang domba yang tunggal milik Kristus.
8. Dalam keadaan-keadaan semacam itu, jelas adanya bahwa Takhta Apostolik sama sekali tidak bisa berpartisipasi dalam perkumpulan-perkumpulan mereka dengan dalih apa pun, dan bahwa kaum Katolik sama sekali tidak berhak mendukung perkumpulan-perkumpulan tersebut dengan pemungutan suara mereka ataupun perbuatan mereka. Dengan berbuat demikian, mereka akan menyematkan otoritas pada suatu agama sesat, yang sama sekali asing bagi Gereja Kristus yang tunggal. Adakah Kami sanggup melakukan sesuatu yang akan merupakan puncak kefasikan, yakni membiarkan kebenaran, terutama kebenaran terwahyu, dengan demikian dijadikan bahan tawar-menawar? Dalam keadaan seperti ini, perkaranya memang adalah membela kebenaran terwahyu. Sebab demi mengajar segala bangsa tentang iman injili, Kristus Yesus telah mengutus para Rasulnya kepada mereka, dan karena para Rasul-Nya itu takut membuat kesalahan sesedikit apa pun, Yesus menghendaki agar Roh Kudus sebelumnya mengajarkan segala kebenaran.[15] Dengan demikian, adakah bisa diterima, bahwa dalam Gereja yang empunya Allah sebagai kepala dan penjaganya, doktrin para Rasul ini pernah hilang sama sekali atau mengalami perubahan tertentu secara signifikan? Di samping itu, jikalau Injil, seturut pernyataan eksplisit Penebus kita, tidak hanya berhubungan dengan masa apostolik, namun juga dengan segala masa, bagaimana bisa diterima bahwa objek iman menjadi sebegitu kaburnya dan kian tidak pastinya seiring waktu berjalan, sehingga pendapat-pendapat yang berlawanan saja sampai bisa ditolerir pada hari ini? Kalau demikian, lantas harus diiakan bahwa turunnya Roh Kudus atas para Rasul dan kehadiran kekal Roh itu dalam Gereja serta pewartaan Yesus Kristus sendiri sudah sejak berabad-abad lalu kehilangan segala kemujarabannya, segala manfaatnya – suatu pernyataan yang jelas menghujat. Namun masih ada lagi: di satu sisi, Putra Tunggal Allah telah berfirman kepada para utusan-Nya agar mengajar segala bangsa, dan di sisi lain, mengembankan kewajiban kepada setiap orang untuk percaya kepada para saksi yang telah dipilih sebelumnya[16] oleh Allah. Perintah ini telah ditegaskan-Nya dengan kata-kata ini: Barang siapa percaya dan akan dibaptis akan diselamatkan; tetapi barang siapa tidak percaya akan dikutuk.[17] Tetapi, perintah berganda dari Kristus ini – yakni perintah untuk mengajar dan untuk percaya, sehubungan dengan pemerolehan keselamatan kekal – dapat ditaati dan bahkan dimengerti hanya jika Gereja mendedahkan doktrin injili tersebut secara utuh dan secara publik dan jika, dalam pendedahan itu, Gereja dilindungi dari segala bahaya kesalahan. Dan juga, mereka ini orang-orang sesat, kalau percaya adanya khazanah kebenaran di suatu tempat di bumi, namun dalam mencari khazanah itu, harus dikerahkan jerih payah berjumlah tertentu, kajian dan diskusi yang begitu panjangnya demi menemukannya, meresapkan khazanah tersebut pada hidup manusia hampir tidak cukup. Dari situlah timbul kesimpulan bahwa Allah yang tak terhingga kebaikan-Nya memperdengarkan firman-Nya melalui para Nabi dan Putra Tunggal-Nya, hanya supaya wahyu-Nya dapat dicerna oleh sejumlah kecil umat manusia yang sudah sangat lanjut usia, dan sama sekali bukan demi tujuan memberi doktrin iman atau kaidah moral yang mampu membimbing manusia selama segenap perjalanan hidup insani mereka.
9. Di samping itu, kaum Pan-Kristiani ini, mereka yang bertujuan menghimpun gereja-gereja, tampaknya mengejar rencana yang sangat mulia untuk memupuk cinta kasih antara semua orang Kristen. Namun bagaimana bisa dibayangkan bahwa perkembangan cinta kasih itu terjadi dengan mengorbankan iman?Tentunya tiada orang yang tak tahu, bahwa Santo Yohanes sendiri, Rasul Cinta Kasih, dia yang dalam Injilnya menyingkapkan dalam suatu cara tertentu, rahasia-rahasia hati Kudus Yesus, Rasul yang tiada henti-hentinya mewanti-wanti para umatnya tentang hukum baru itu: Kasihilah sesamamu manusia, secara mutlak melarang segala hubungan dengan mereka yang tidak mengakui doktrin Kristus utuh dan murni: Barang siapa datang kepada kalian dan tidak membawa doktrin ini, janganlah kalian menerimanya dalam rumah kalian dan janganlah kalian memberi salam kepadanya.[18] Itulah sebabnya, karena fondasi dari kasih adalah iman yang murni dan tidak ternodai, lantas kesatuan iman haruslah merupakan ikatan asali yang mempersatukan para murid Kristus.
Lantas, bagaimanakah caranya membayangkan kemungkinan adanya pakta Kristiani, yang para penganutnya, bahkan pada perkara iman sekalipun, berhak menjaga sudut pandang dan jalan pikiran mereka, ketika sudut pandang dan jalan pikiran mereka itu sendiri berkontradiksi dengan pendapat-pendapat para penganut yang lain? Kami tanyakan anda, dengan rumusan apa orang-orang yang opininya saling berkontradiksi ini bisa berkelompok dalam federasi Kristiani yang satu dan sama? Dan misalnya, yang satu menegaskan bahwa Tradisi suci adalah sumber Wahyu yang autentik; sedangkan yang lain menyangkalnya. Yang satu berpendapat bahwa hierarki gerejawi, seturut kehendak ilahi, terbentuk dari para uskup, para imam dan para pelayan; sedangkan yang lain menegaskan bahwa hierarki itu tercetus lambat laun seturut keadaan dan serta zaman yang dilalui. Yang satu menyembah Kristus yang sungguh hadir dalam Ekaristi Mahakudus, berkat transformasi ajaib yang terjadi pada roti dan anggur, yang kita sebut transsubstansiasi; sedangkan yang lain menyatakan bahwa tubuh Kristus hanyalah hadir di sana karena iman atau dengan suatu tanda atau kuasa Sakramen itu. Kalangan satu mengakui bahwa Ekaristi punya hakikat kurban dan juga sakramen, kalangan yang lain sama sekali tidak menganggapnya lebih dari kenangan atau perayaan akan Perjamuan Terakhir. Beberapa menilai baik dan berguna untuk percaya bahwa para Kudus, terutama Perawan Maria, memerintah bersama Kristus dan karena itu permohonan serta doa hendaknya dipanjatkan kepada mereka, dan gambar mereka baik untuk kita hormati; sedangkan yang lain menyatakan bahwa ibadat itu tidak sah, karena menentang penghormatan yang layak diberikan kepada Yesus Kristus, satu-satunya Perantara antara Allah dan umat manusia.[19]
Di hadapan perbedaan-perbedaan pendapat yang begitu besarnya itu, Kami tidak mengerti bagaimana kesatuan Gereja dapat tercapai, ketika kesatuan itu tidak mungkin dihasilkan selain dari satu Magisterium, satu hukum kepercayaan dan satu iman yang sama dari orang-orang Kristiani. Sebaliknya, Kami tahu benar bahwa dengan demikian, ujung yang akan mereka capai adalah pengabaian agama, yakni indiferentisme serta yang disebut modernisme. Orang-orang malang yang terjangkiti kesalahan-kesalahan itu, menjunjung bahwa kebenaran dogmatis tidak bersifat mutlak, namun relatif; maksudnya, kebenaran dogmatis harus disesuaikan dengan tuntutan-tuntutan yang berubah-ubah dari zaman, tempat serta berbagai macam kebutuhan manusia, sebab kebenaran dogmatis itu tidak terkandung dalam suatu wahyu yang tak dapat berubah, namun oleh sebab hakikatnya sendiri, harus menyesuaikan diri dengan kehidupan manusia.
Adapun dogma-dogma iman, mereka juga menilai baik untuk membuat suatu pembedaan yang sama sekali tidak licit: antara pasal-pasal iman, mereka adakan pembedaan dengan menyebut pasal iman yang satu fundamental dan yang lain non-fundamental; yang satu harus diterima oleh semua orang, dan yang lain boleh diserahkan kepada kehendak bebas para umat beriman. Namun objek formal iman, sebagai kebajikan adikodrati, adalah otoritas Allah sang Pewahyu, otoritas yang sama sekali tidak memperkenankan adanya pembedaan semacam itu. Itulah sebabnya semua murid sejati Kristus percaya, misalnya, akan misteri Allah Tritunggal yang Agung, dengan iman yang sama akan dogma Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, dengan iman yang sama akan Penjelmaan Tuhan kita dan dengan iman yang sama akan Magisterium infalibel milik Paus Roma, tentu saja dengan makna yang telah didefinisikan oleh Konsili Ekumenis Vatikan. Dan karena sudah secara khidmat didekretkan dan disetujui oleh Gereja pada berbagai masa dan bahkan pada masa yang terkini juga, lantas tiada satu pun dari kebenaran-kebenaran ini yang lebih tidak pasti, atau lebih tidak pantas diimani; bukankah Allah yang telah mewahyukan semua kebenaran itu?
Magisterium Gereja didirikan di dunia ini seturut rancangan Allah, demi senantiasa menjaga utuh khazanah kebenaran terwahyu dan memastikan agar umat manusia mengenali kebenaran-kebenaran itu. Magisterium ini dilaksanakan setiap harinya oleh Paus Roma serta para uskup yang bersekutu dengannya; namun, Magisterium itu juga bertindak setiap kali perlu adanya untuk secara lebih efektif melawan kesalahan-kesalahan kaum bidah atau untuk semakin memperjelas atau memperinci poin-poin tertentu dari doktrin suci, agar poin-poin doktrin suci itu dapat dipahami dengan lebih baik oleh benak umat beriman, suatu tugas yang dilakukan dengan dekret-dekret serta definisi-definisi khidmat dan tepat waktu. Penggunaan Magisterium luar biasa ini sama sekali tidak memperkenalkan kebaruan apa pun, tidak pun menambahkan hal baru pada keseluruhan kebenaran-kebenaran yang termuat, setidak-tidaknya secara implisit, dalam Wahyu yang telah diserahkan kepada Gereja dalam bentuk khazanah. Namun, Magisterium luar biasa hanya menyatakan sesuatu yang sampai pada saat tertentu mungkin terlihat samar bagi beberapa orang, atau Magisterium luar biasa hanya menciptakan kewajiban iman akan suatu perkara yang sebelumnya mungkin merupakan bahan perdebatan bagi orang-orang tertentu.
10. Maka, Saudara-Saudara yang Terhormat, jelaslah mengapa Takhta Apostolik ini tidak pernah mengizinkan umat-umatnya untuk mengambil bagian di dalam perkumpulan-perkumpulan orang-orang non-Katolik; sebab sama sekali tiada cara yang diizinkan untuk membina persatuan umat Kristiani, selain dengan membina pulangnya para pembangkang ke dalam Gereja Kristus yang satu dan sejati, yang sayangnya telah mereka tinggalkan sebelumnya. Bahwasanya pemulangan ke dalam Gereja Kristus yang satu dan sejati itu, Gereja yang kasatmata bagi semua orang, yang seturut kehendak Penciptanya ditakdirkan sehingga tidak pernah berubah sejak Ia mendirikannya demi keselamatan seluruh umat manusia. Sebab di sepanjang segala abad, Mempelai mistis Kristus tidak pernah ternoda; tidak pun dirinya pernah bisa ternoda, seturut kesaksian Santo Siprianus: “Mempelai Kristus tak dapat ternoda; takkan pernah ia dapat mengalami kerusakan dan dia murni adanya. Hanya ada satu rumah yang dia kenal, dan dengan kehati-hatiannya yang suci, dijaganya kekudusan pelaminannya yang tunggal.”[20] Martir suci itu bahkan lebih terkejut (dan memang pantas adanya), bahwa orang bisa membayangkan “bahwa kesatuan ini, buah kekukuhan ilahi yang padu berkat sakramen-sakramen surgawi, menjadi busuk akibat terpapar kehendak-kehendak yang tak senada.”[21] Tubuh Mistis Kristus, yakni Gereja, satu adanya,[22] tersusun rapi dan diikat,[23] sebagaimana adanya dengan tubuh fisik-Nya; maka dari itu, tidak logis dan konyol kalau dikatakan bahwa Tubuh Mistis itu bisa terbentuk dari anggota-anggota yang terpecah-belah, yang terpisah satu dari yang lain; oleh sebab itulah barang siapa tidak bersatu dengan Tubuh Mistis itu, ia tidak mungkin merupakan salah seorang anggotanya, tidak pun ia tersambung dengan kepalanya, yakni Kristus.[24]
11. Tiada orang yang berada di dalam Gereja Kristus yang tunggal ini, tiada orang yang tetap tinggal di dalamnya, tanpa mengakui dan menerima dengan penuh kepatuhan, otoritas serta kuasa milik Petrus serta para penerusnya yang sah. Bukankah para nenek moyang mereka yang pada hari ini mengakui kesalahan-kesalahan Fotius serta para pembaru tidak patuh kepada Uskup Roma, Gembala tertinggi jiwa-jiwa? Dan sayang sekali, mereka telah meninggalkan rumah bapa, rumah yang meski demikian tidak runtuh, sebab telah ditopang oleh pertolongan ilahi. Maka hendaknya mereka kembali ke rumah bapa; jikalau mereka melupakan penghinaan-penghinaan yang dahulu dituturkan kepada Takhta Apostolik, ia akan menyambut mereka dengan segala kelemahlembutan. Jikalau, seperti yang mereka ulang-ulangi, tiada keinginan yang mereka punya selain bergabung dengan Kami dan para umat Kami, mengapa gerangan mereka tidak bergegas datang kepada Gereja ini, “ibunda dan pengajar semua umat beriman Kristus?”[25] Hendaknya mereka mendengarkan suara Laktansius yang berseru: “Hanya … Gereja Katolik yang melestarikan ibadat sejati. Inilah mata air kebenaran, inilah wisma Iman, inilah bait suci Allah: barang siapa tidak masuk ke dalamnya atau barang siapa keluar dari dirinya, orang itu kehilangan segala harapan akan hidup dan keselamatan. Janganlah ada orang yang membiarkan diri terbawa oleh perbantahan-perbantahan tegar. Ini adalah perkara hidup dan keselamatan; barang siapa tidak mengawasinya dengan penuh perhatian dan hikmat, ia akan mengalami kebinasaan dan maut.”[26]
12. Pada akhirnya, para putra yang terpisah harus pulang ke Takhta Apostolik yang didirikan di kota ini, yang dikuduskan oleh darah para Pangeran Rasul-Rasul, Petrus dan Paulus; bahwasanya ke Takhta inilah, “akar dan pangkal Gereja Katolik”,[27] mereka harus pulang. Hendaknya mereka pulang kepadanya, namun tanpa mengira ataupun berharap bahwa Gereja Allah yang hidup, tiang penyangga dan penopang kebenaran[28] akan mengorbankan keutuhan iman dan menolerir kesalahan-kesalahan mereka, namun tentu sebaliknya, dengan maksud tunduk kepada Magisteriumnya dan pemerintahannya. Hendaknya Allah berkenan agar peristiwa berbahagia yang belum mampu disaksikan oleh begitu banyak Pendahulu Kami, boleh menjadi rahmat yang Kami alami, dan agar anak-anak yang Kami tangisi karena telah terpisah oleh konflik-konflik mematikan, dapat Kami sambut dengan hati kebapaan. Semoga Allah Juru Selamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan sampai kepada pengetahuan akan kebenaran,[29] sudi mendengarkan Kami, ketika Kami memohon kepada-Nya dengan segenap tenaga Kami, supaya Ia sungguh bersedia membawa semua jiwa yang sesat ini kembali pulang ke dalam kesatuan Gereja. Pada perkara yang sedemikian beratnya ini, Kami memohon kepada Santa Perawan Maria, Bunda Rahmat Ilahi, yang berjaya atas segala bidah, Pertolongan Orang Kristiani, agar ia membolehkan Kami segera menyaksikan gemilangnya hari yang kian didambakan itu, hari semua umat manusia mendengar suara Putranya yang ilahi dengan memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera.[30]
13. Saudara-Saudara yang Terhormat, sekarang anda sekalian tahu betapa berharganya cita-cita ini bagi diri Kami. Kami juga berharap agar semua putra anda sekalian mengetahuinya: bukan hanya para putra Katolik Kami, namun juga mereka semua yang hidup terpisah dari Kami; bagi mereka yang masih terpisah ini, kalau mereka memohon dengan doa penuh kerendahan hati agar beroleh terang surgawi, niscaya mereka akan mengakui Gereja Yesus Kristus yang satu dan sejati serta kelak bersatu dengan diri kita dalam ikatan kasih yang sempurna. Teguh dalam harapan ini, dan sebagai jaminan pertolongan-pertolongan ilahi, dengan setulus hati Kami anugerahkan Berkat Apostolik kepada anda sekalian, Saudara-Saudara yang Terhormat, kepada para klerus anda serta kepada para umat beriman anda.
Diberikan di Roma, di Gereja Santo Petrus, pada Pesta Epifani Tuhan Kita Yesus Kristus, 6 Januari 1928, tahun keenam dari masa Kepausan Kami.
PIUS XI, PAUS
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari versi berbahasa Prancis, Actes de S.S. Pie XI, Encycliques, Motu Proprio, Brefs, Allocutions, Actes des Dicastères, etc… [Akta-Akta Takhta Suci Pius XI, Ensiklik, Motu Proprio, Breve, Sambutan, Akta Dikasteri, dsb…], T. IV, Maison de la Bonne Presse, Paris, 1927 dan 1928, hal. 63-82.
[1] Ioan. XVII, 21.
[2] Ioan. XIII, 35.
[3] Hebr. I, 1 seq.
[4] Matth, XVI, 18 seq.; Luc. XXII, 32; loan, XXI, 15-17.
[5] Marc, xvi, 15.
[6] loan, III, 5 ; vi, 48-59; XX, 22 seq.; cf. Matth, XVIII, 18; etc.
[7] Matth, XIII.
[8] Cf. Matth, XVI, 18.
[9] loan, X, 16.
[10] loan, XXI, 15-17.
[11] Matth, XXVIII, 19.
[12] Matth. XXVIII, 20.
[13] Matth, xvi, 18.
[14] loan, xvII, 21 ; x, 16.
[15] Ioan, XIV, 13
[16] Act. X, 41
[17] Marc XVI, 16
[18] II Ioan 10.
[19] Cf. 1 Tim. II, 5.
[20] De cath. Ecclesiae unitate, 6.
[21] Ephes. IV, 15.
[22] 1 Cor. XII, 12.
[23] Ephes. IV, 15.
[24] Ephes. V, 30; I, 22.
[25] Conc. Lateran IV, c. 5.
[26] Divin. Insiti, IV, 30,11-12.
[27] S. Cypr., Ep. 48 ad Cornelium, 3.
[28] I Tim. III, 15.
[29] I Tim. II, 4.
[30] Ephes. IV, 3.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...