^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Ensiklik Mirari Vos - Paus Gregorius XVI, 1832 - Mengecam Indiferentisme & Kebebasan Berhati Nurani
Pada tanggal 15 Agustus 1832, Paus Gregorius XVI mengeluarkan surat ensiklik yang mengecam pandangan-pandangan yang berbahaya terhadap Gereja, umat Katolik, dan Negara. Bahaya-bahaya ini termasuk indiferentisme, kebebasan berhati nurani, kebebasan pers, dan kebebasan berpendapat.
Daftar Isi
1. Mengapa Sri Paus yang baru menunda menulis surat sampai sekarang
2. Masalah publik
3. Masalah-masalah baru
4. Keadaan masyarakat yang menyedihkan
5. Pertempuran besar dinyatakan terhadap Gereja
6. Bencana-bencana tersebut dialami kuasa sipil
7. Kewajiban para uskup untuk menindakinya
8. Kesatuan dengan Gereja Roma
9. Para uskup tunduk kepada Paus dan para imam tunduk kepada uskup
10. Rasa hormat terhadap disiplin Gereja
11. Opini yang lancang: bahwa Gereja membutuhkan suatu regenerasi/pemulihan
12. Musuh dari keselibatan gerejawi
13. Indisolubilitas pernikahan
14. Kuasa Gereja atas pernikahan
15. Indiferentisme
16. Kebebasan berhati nurani
17. Kebebasan pers
18. Buku-buku yang jahat
19. Indeks buku-buku terlarang
20. Kepatuhan terhadap pemerintahan
21. Teladan dari orang-orang Kristiani pertama
22. Santo Mauritius dan Legiun Thebes
23. Para pendukung kebebasan sebenarnya pendukung kezaliman
24. Pemisahan Gereja dan Negara
25. Perkumpulan Rahasia
26. Kewajiban untuk bertempur demi iman
27. Hindari rasionalisme
28. Para Pangeran wajib melindungi agama
29. Berdoa dengan keteguhan
SURAT ENSIKLIK DARI BAPA SUCI KITA PAUS GREGORIUS XVI
Kepada semua Patriark, Primat, Uskup Agung, dan Uskup
GREGORIUS XVI, PAUS.
Saudara-Saudara yang terhormat,
Salam dan berkat apostolik.
Mengapa Sri Paus yang baru menunda menulis surat sampai sekarang
Anda sekalian pastinya terkejut bahwa sejak hari di mana beban untuk memerintah seluruh Gereja telah diembankan kepada diri Kami yang lemah, Kami belum menyurati anda, seperti yang akan telah dituntut baik oleh kebiasaan sejak dahulu kala, maupun oleh kasih sayang diri Kami kepada anda. Memang benar bahwa harapan Kami yang paling membara adalah untuk pertama-tama membuka hati Kami kepada anda, dan untuk memperdengarkan kepada anda suara Kami ini yang dengannya, sesuai perintah yang telah Kami terima di dalam pribadi Petrus yang terberkati,[1] Kami harus menguatkan saudara-saudara Kami.
Masalah publik
Tetapi anda mengetahui dengan cukup baik kejahatan, bencana, dan prahara macam apa yang telah menerjang diri Kami sejak saat pertama dari masa Kepausan Kami; bagaimana Kami seketika diterpa oleh badai! Seandainya tangan kanan Tuhan tidak memperlihatkan kuasa-Nya, anda akan berduka saat anda melihat diri Kami tenggelam, dan menjadi korban konspirasi yang menyeramkan dari orang-orang fasik.
Hati Kami menolak untuk kembali mengalami keperihan yang disebabkan oleh orang-orang jahat itu serta akibat banyaknya bahaya. Kami pun memberkati sang Bapa dari segala penghiburan karena Ia telah mencerai-beraikan para pengkhianat tersebut, dan telah merenggut diri Kami dari bahaya yang mungkin segera menimpa diri Kami, dan telah sudi meredakan badai yang begitu kuat untuk memberikan Kami kesempatan untuk menghela napas setelah menghadapi kengerian yang begitu besar itu. Kami berkehendak untuk segera menyampaikan kepada anda rencana-rencana Kami demi menyembuhkan luka-luka Israel, tetapi beban-beban kehawatiran yang menimpa diri Kami untuk memulihkan ketertiban umum kembali menunda pelaksanaannya.
Masalah-masalah baru
Keheningan diri Kami juga disebabkan oleh suatu alasan yang baru: kelancangan dari fraksi-fraksi yang berupaya keras untuk mengibarkan kembali bendera pemberontakan mereka. Kami telah melihat kekeraskepalaan dari pihak mereka, keberangan mereka yang tidak beradab, yang tidak melembut, yang sebaliknya bertumbuh dan menjadi semakin getir karena mereka telah sejak lama bebas dari hukuman. Dan dengan kesaksian dari belas kasih Kami yang kebapaan, Kami pada akhirnya harus menggunakan otoritas yang telah dipercayakan kepada diri Kami oleh Allah untuk menghentikan mereka dengan tongkat di dalam genggaman tangan Kami,[2] kendati hati Kami yang pilu akibat dukacita. Sejak saat itu, seperti yang dapat anda terka, kekhawatiran dan kelelahan diri Kami hanya bertambah hari demi hari.
Tetapi, karena Kami telah mengambil jabatan Kepausan di dalam Basilika Lateran setelah penundaan-penundaan yang harus Kami lalui akibat perkara-perkara tersebut, Kami pun segera bergegas kepada anda sekalian, Saudara-Saudara yang Terhormat, seturut kebiasaan dan ketetapan dari para pendahulu Kami. Sebagai suatu kesaksian akan cinta kasih Kami kepada diri anda, Kami menujukan surat ini kepada diri anda yang ditulis pada hari yang penuh sukacita ini, hari di mana kita merayakan dengan suatu pesta yang khidmat, kemenangan sang Perawan yang amat suci, hari di mana ia masuk ke dalam Surga. Kami telah merasakan perlindungannya dan kekuatannya di tengah-tengah bencana-bencana yang paling mengerikan. Semoga ia sudi membantu Kami pula dalam tanggung jawab yang Kami laksanakan terhadap diri anda, dan menganugerahkan ilham surgawi kepada hati Kami dengan gagasan-gagasan serta berbagai cara yang akan menjadi amat berfaedah bagi kawanan domba Yesus Kristus.
Keadaan masyarakat yang menyedihkan
Memang benar, dengan penuh dukacita dan dengan hati yang terbebani kesedihan, Kami menghampiri diri anda, karena Kami mengenali semangat diri anda terhadap agama dan berbagai kekhawatiran yang ditimbulkan oleh zaman ini di dalam benak anda, zaman di mana agama sedang bergumul. Kami dapat berkata dengan amat benar: inilah saat yang diserahkan kepada kuasa kegelapan untuk menampi, bagaikan gandum, anak-anak yang terpilih[3] “Dan bumi menjadi cemar oleh penduduknya, karena mereka melanggar hukum, mengubah ketetapan, dan merusak perjanjian yang kekal.” [4] Saudara-Saudara yang terhormat, kami berbicara kepada anda tentang kejahatan yang anda lihat dengan mata kepala diri anda sendiri dan yang juga Kami tangisi.
Pertempuran besar dinyatakan terhadap Gereja
Kebejatan, ilmu tanpa kesusilaan, serta kejangakan yang tak terkendali bergelora dengan penuh semangat dan kelancangan. Misteri-misteri kudus hanya semakin menyulut kebencian, dan kemegahan dari ibadat ilahi, yang begitu diperlukan dan yang begitu bermanfaat bagi umat manusia telah menjadi sasaran penghinaan, penistaan, dan cemoohan penuh hujat bagi orang-orang yang bejat. Alhasil, doktrin suci pun mereka sesatkan dan berbagai jenis kesalahan pun mereka tebarkan bersama dengan skandal. Ritus-ritus suci, hukum-hukum, institusi Gereja, yang merupakan bagian dari disiplin Gereja yang tersuci, tidak lagi luput dari kelancangan lidah-lidah yang penuh dosa. Takhta Roma Kami ini dianiaya dengan kejam, Takhta dari Petrus yang terberkati ini di mana Kristus telah menetapkan fondasi Gereja; dan rantai kesatuan pun semakin diperlemah hari demi hari atau dipatahkan dengan kekerasan. Kuasa ilahi dari Gereja diserang; hak-hak Gereja dirampas, Gereja dihakimi dengan pertimbangan-pertimbangan yang sepenuhnya duniawi. Juga, berulang kali Gereja dijadikan sasaran penghinaan bagi orang-orang, dan diperhinakan menjadi budak yang memalukan. Kepatuhan yang patut diberikan kepada para uskup pun dihancurkan dan hak-hak mereka diinjak-injak. Opini-opini baru yang mengerikan terdengar dari akademi-akademi dan universitas-universitas. Opini-opini yang menyerang iman Katolik tersebut pun tidak lagi menjadi rahasia. Mereka menyatakan secara terbuka dan terang-terangan suatu perang yang mengerikan dan fasik. Sejak ajaran-ajaran serta teladan-teladan dari para guru ini dengan demikian membejatkan orang-orang muda, musibah-musibah yang menimpa agama berkembang pesat, dan imoralitas yang paling mengerikan pun berjaya dan tersebar luas.
Bencana-bencana tersebut dialami kuasa sipil
Dan juga, sekalinya batasan suci dari agama ditolak, satu-satunya batasan yang menjaga kerajaan-kerajaan dan mempertahankan kuasa serta daya dari otoritas, kita menyaksikan hilangnya ketertiban publik, rusaknya otoritas, dan terancamnya segala kuasa yang legitim oleh revolusi yang akan senantiasa timbul. Jurang tak berdasar yang penuh petaka, itulah yang apa yang telah digali terutama oleh lembaga-lembaga konspirasi ini. Ke dalam jurang itu, berbagai bidah dan sekte telah kiasannya memuntahkan ke dalam selokan segala yang ada dari dalam perut mereka yang penuh keasusilaan, penistaan, dan penghujatan.
Demikianlah Saudara-Saudara yang Terhormat, berbagai sebab, bersama dengan berbagai hal yang lain yang mungkin lebih buruk adanya, yang membuat kami merasakan kepedihan yang menyakitkan, yang tidak kunjung henti. Rincian dari hal-hal tersebut sekarang akan menjadi terlalu panjang adanya dan anda sudah mengetahui semuanya itu. Sebab, diri Kami ini, yang telah ditempatkan di atas Takhta Pangeran dari para Rasul, harus lebih terbakar oleh semangat demi segenap Bait Allah dari pada orang lain.
Kewajiban para uskup untuk menindakinya
Tetapi Takhta yang sama yang Kami tempati ini berkata bahwa tidaklah cukup hanya dengan meratapi kejahatan yang tidak terhitung itu, tanpa mengerahkan segenap upaya kita untuk mengeringkan mata air dari kejahatan-kejahatan tersebut. Maka dari itu, Kami menuntut pertolongan dari iman anda, dan demi keselamatan kawanan domba suci, Kami meminta semangat anda. Kebajikan dan kesalehan diri anda begitu terkenal, dan keberhati-hatian anda yang mengagumkan serta kewaspadaan anda yang tak kenal lelah meningkatkan keberanian diri Kami dan menyebarkan harum penghiburan dalam hati Kami yang terlukai oleh begitu banyak musibah. Sebab kita semua wajib bersuara lantang, agar dengan upaya kita bersama, kita dapat mencegah agar babi hutan jangan memorak-porandakan kebun anggur dan agar serigala-serigala tidak memangsa kawanan domba Tuhan.
Adalah tanggung jawab kita untuk membimbing kawanan domba agar mereka hanya merumput di padang rumput keselamatan dan di mana tidak akan ada kekhawatiran bahwa mereka akan memakan satu pun gulma yang jahat. Maka dari itu, di tengah-tengah begitu banyak malapetaka serta bencana yang mengancam ini, hendaknya Kami dan Saudara-Saudara Kami yang amat Terkasih dijauhkan dari keteledoran dan rasa takut para gembala yang hendak meninggalkan kawanan domba mereka, atau yang celaka karena mereka tertidur tanpa mengkhawatirkan domba-domba mereka sama sekali! Marilah kita bertindak dalam kesatuan hati demi perkara kita bersama, atau juga demi perkara Allah; dan terhadap musuh kita bersama, marilah kita mempersatukan kewaspadaan diri kita. Demi keselamatan semua orang, marilah kita mempersatukan upaya-upaya kita.
Kesatuan dengan Gereja Roma
Hal-hal tersebut akan anda lakukan dengan sempurna, jika, seperti yang dituntut oleh tanggung jawab anda sebagai suatu kewajiban, anda memberikan perhatian kepada diri anda dan kepada doktrin. Ulangilah tanpa henti kata-kata ini kepada diri anda sendiri bahwa “segala inovasi mengancam Gereja universal,”[5] dan seturut peringatan dari Paus Santo Agato, “agar tiada suatu hal pun dikurangi dari hal-hal yang telah didefinisikan secara kanonik dan agar tiada suatu hal pun diubah atau ditambahkan kepadanya, tetapi agar hal-hal yang sama itu, baik di dalam kata-katanya serta maknanya, dijaga sehingga tak terjamah.”[6] Dengan demikian, kesatuan yang berfondasikan Takhta Santo Petrus sebagai landasannya ini akan tetap kokoh; dan pusat dari mana semua gereja memperoleh hak-hak suci atas persekutuan Katolik “juga akan menjadi sebuah tembok yang melindungi semua gereja, suatu suaka yang akan menyembunyikan mereka, sebuah dermaga yang akan menjaga mereka dari karamnya kapal, dan suatu harta karun yang akan memperkaya mereka dengan kekayaan yang tak ternilai.”[7]
Maka, demi mengekang kelancangan orang-orang yang berjuang baik untuk menghancurkan hak-hak dari Takhta Suci maupun untuk memisahkan darinya gereja-gereja yang bergantung kepadanya demi kehidupan mereka, tanamkanlah tanpa henti ke dalam diri para umat beriman kepercayaan dan rasa hormat yang mendalam terhadap Takhta Suci ini. Perdengarkanlah kepada telinga mereka perkataan Santo Siprianus ini: “Adalah suatu kesalahan untuk percaya bahwa seseorang berada di dalam Gereja sewaktu ia meninggalkan Takhta Petrus, yang merupakan fondasi Gereja.”[8]
Para uskup tunduk kepada Paus dan para imam tunduk kepada uskup
Tujuan dan sasaran dari upaya-upaya serta kewaspadaan anda yang berkesinambungan haruslah untuk menjaga khazanah iman di tengah-tengah konspirasi besar yang dibuat oleh orang-orang jahat. Mereka bertujuan untuk menghilangkan khazanah iman tersebut, suatu hal yang amat menyedihkan kami. Semua orang harus mengingat kuasa penghakiman tentang doktrin yang benar yang kita harus ajarkan kepada orang-orang, pemerintahan serta administrasi seluruh Gereja adalah milik Paus Roma, “kepadanya telah dipercayakan oleh Tuhan kita Yesus Kristus, kekuatan penuh untuk menggembalakan, menguasai, dan mengatur Gereja universal”, seperti yang telah dinyatakan dengan begitu jelas oleh para Bapa dari Konsili Florence.[9] Untuk para uskup, tanggung jawab mereka adalah untuk tetap melekatkan diri secara penuh kepada Takhta Petrus, untuk menjaga khazanah suci dengan kesetiaan yang saksama, dan untuk menggembalakan kawanan domba Allah yang tunduk kepada mereka. Untuk para imam, mereka harus tunduk kepada para uskup, “yang mereka hormati bagaikan para bapa dari jiwa-jiwa mereka”, seturut pendapat Santo Hieronimus;[10] mereka tidak boleh pernah lupa bahwa mereka dilarang, bahkan oleh kanon-kanon terkuno, untuk mengabaikan pelayanan yang telah dipercayakan kepada mereka, dan untuk melaksanakan tugas untuk mengajarkan dan berkhotbah, “tanpa persetujuan dari uskup, yang kepadanya telah diberikan tugas untuk menjaga para umat dan yang bertanggung jawab atas jiwa-jiwa mereka.”[11] Akhirnya, buatlah mereka percaya sebagai suatu kebenaran yang pasti bahwa semua orang yang hendak mengganggu segala aturan yang telah ditetapkan, menggoyahkan pula konstitusi Gereja.
Rasa hormat terhadap disiplin Gereja
Maka, tidaklah diperbolehkan untuk menyalahkan disiplin yang telah dikuduskan oleh Gereja, yang mengatur pelaksanaan hal-hal yang suci dan perilaku umat beriman, serta yang menentukan hak-hak Gereja dan kewajiban para pelayannya. Disiplin Gereja tersebut selaras dengan prinsip-prinsip yang pasti dari hukum alam. Disiplin itu dengan sendirinya sempurna dan tidaklah tunduk kepada kuasa sipil.
Opini yang lancang: bahwa Gereja membutuhkan suatu regenerasi/pemulihan
Tetapi kami tentunya perlu untuk mengulangi kata-kata para Bapa Konsili Trente ini, bahwa “Gereja telah dipandu oleh Yesus Kristus dan oleh para Rasul-Nya, dan bahwa Gereja senantiasa diajarkan oleh Roh Kudus tentang segala kebenaran oleh pertolongan-Nya setiap hari”.[12] Oleh karena itu, adalah keabsurdan dan penghinaan yang tertinggi terhadap Gereja untuk menyatakan bahwa suatu pemulihan dan regenerasi tertentu diperlukan untuk menjamin keberadaan dan perkembangan Gereja, seakan-akan kita dapat percaya bahwa Gereja dapat mengalami kecacatan atau pengaburan, atau perubahan semacam itu. Tujuan dari para pencipta hal-hal baru ini hanyalah untuk “memberikan fondasi baru kepada suatu institusi yang hanyalah merupakan suatu karya ciptaan manusia”.
Tujuan mereka adalah untuk mewujudkan apa yang amat dibenci oleh Santo Siprianus, yakni “membuat Gereja yang ilahi menjadi manusiawi”.[13] Hendaknya para pelaku dari tipu muslihat tersebut menyadari dan percaya bahwa hanya Paus Roma seoranglah yang, sesuai dengan kesaksian Santo Leo “telah dipercayakan dispensasi kanon-kanon”, bahwa hanya Paus Roma seoranglah, dan bukan perorangan pribadi, yang memiliki kuasa untuk melaksanakan “hukum-hukum yang telah dikuduskan oleh para Bapa” dan oleh karena itu, seperti yang dikatakan oleh Santo Gelasius. “ia berkuasa untuk mengatur berbagai dekret hukum kanon, dan membatasi peraturan-peraturan dari para pendahulunya, untuk mengendurkan sesuatu dari keketatannya, dan untuk mengubahnya setelah pemeriksaan yang matang, sesuai dengan keperluan waktu, untuk kebutuhan-kebutuhan baru dari Gereja.”[14]
Musuh dari keselibatan gerejawi
Di sini kami menghendaki keteguhan dari semangat anda terhadap Gereja untuk melawan para musuh dari keselibatan gerejawi, melawan persekutuan yang najis yang semakin hari bertumbuh besar berkat beberapa pengkhianat dari kalangan imam dan para filsuf yang amat lancang dari abad ini. Mereka telah melupakan kewajiban mereka dan menjadi budak dari godaan hawa nafsu. Para pengkhianat tersebut telah mendukung percabulan sampai pada titik di mana di beberapa tempat, mereka berani untuk mengutarakan permohonan mereka bahkan secara publik dan berulang kali, untuk mendapatkan penghapusan atas disiplin suci tersebut. Tetapi kami memohon agar anda memalingkan perhatian anda terhadap upaya-upaya yang begitu memalukan tersebut. Dengan penuh keyakinan atas kesalehan anda, kami bersandar kepada anda untuk membela secara penuh aturan-aturan dari hukum kanon yang suci, yang amat penting, dan untuk menjaganya secara utuh, serta melawan segala upaya yang menentang hukum-hukum ini dari berbagai penjuru oleh orang-orang yang tergoda oleh hawa nafsu yang paling menjijikkan.
Indisolubilitas pernikahan
Perhatian kita bersama pun terarah kepada pernikahan Kristiani, persekutuan yang terhormat yang telah disebut oleh Santo Paulus sebagai “suatu Sakramen agung di dalam Yesus Kristus dan Gereja-Nya.”[15]
Marilah mengakhiri segala pendapat yang kurang ajar serta pembaruan-pembaruan yang sembrono yang dapat mengompromikan kekudusan dari ikatan pernikahan serta indisolubilitasnya. Saran ini telah dibuat kepada anda secara khusus oleh surat-surat dari pendahulu kami, Pius VIII, dari kenangan yang terberkati. Tetapi, serangan-serangan dari musuh terus bertambah. Maka, kita harus memastikan agari umat diajarkan bahwa pernikahan, sekalinya dilaksanakan secara legitim, tidak dapat diputuskan; bahwa Allah telah mewajibkan kepada para pasangan yang telah dipersatukan-Nya untuk hidup bersama selamanya, dan bahwa simpul yang mengikat diri mereka hanya dapat diputuskan oleh kematian.
Kuasa Gereja atas pernikahan
Para umat harus selalu ingat bahwa pernikahan tergolong hal yang suci dan oleh karena berada di bawah yurisdiksi Gereja. Dengan demikian, para umat akan selalu mencermati hukum-hukum yang telah dibuat oleh Gereja sehubungan dengan pernikahan; dan akan mematuhi hukum-hukum tersebut dengan penuh hormat dan kesaksamaan, karena mereka yakin bahwa hak-hak, stabilitas, dan legitimitas dari kesatuan pernikahan bergantung secara mutlak kepada pelaksanaan hukum-hukum pernikahan. Semoga mereka terus berteguh dan tidak pernah mengakui hal apa pun yang menentang hukum-hukum kanonik dan dekret-dekret dari konsili-konsili. Mereka perlu memahami bahwa suatu hubungan akan selalu tidak bahagia adanya, jika hubungan tersebut dibentuk dengan melanggar disiplin gerejawi, atau sebelum mendapatkan berkat ilahi, atau hanya dengan mengikuti gelora hawa nafsu yang mencegah mereka untuk berpikir tentang sakramen ataupun misteri-misteri ilahi yang dilambangkan oleh sakramen tersebut.
Indiferentisme
Kita sekarang sampai kepada suatu penyebab kejahatan begitu subur, yang membuat Gereja berduka pada saat ini, yaitu indiferentisme. Indiferentisme, atau pendapat yang bejat ini, yang disebarkan di mana-mana oleh tipu daya orang-orang fasik, menyatakan bahwa dengan menganut iman apa pun, seseorang dapat memperoleh keselamatan kekal bagi jiwanya, selama moral dijaga seturut norma yang benar dan lurus. Tetapi, menyangkut persoalan yang amat jelas ini, akan sangat mudah bagi anda untuk memberantas kesalahan yang begitu berbahaya ini dari antara orang-orang yang dipercayakan kepada perhatian anda. Sebab sang Rasul telah memberi teguran bahwa[16] “hanya ada satu Tuhan, satu iman, satu pembaptisan”; maka, semoga mereka menjadi takut, yakni, orang-orang yang membuat-buat gagasan bahwa dermaga keselamatan terbuka kepada orang-orang yang menganut agama apa pun. Hendaknya mereka sungguh-sungguh merenungkan kesaksian sang Juru Selamat sendiri, bahwa “barang siapa tidak bersama Kristus, ia melawan Kristus” [17] dan barangsiapa tidak memanen bersama-Nya akan mencerai-beraikan dengan tidak bahagia. Dan itulah sebabnya, “jikalau mereka tidak menjaga iman Katolik utuh dan murni, tidak diragukan bahwa mereka akan binasa selamanya.”[18] Hendaknya mereka mendengarkan Santo Hieronimus sendiri di kala skisma memecahkan Gereja menjadi tiga bagian. Ia mengulangi tanpa henti dan dengan keteguhan yang tidak tergoyahkan kepada orang-orang yang mencoba menariknya, “Barang siapa bersekutu dengan Takhta Petrus, ia ada di pihak saya.”[19] Tetapi siapakah yang akan telah menyanjung dirinya sendiri secara salah, bahwa dirinya sendiri juga telah diregenerasikan di dalam air? Sebab Santo Agustinus akan menjawab secara tepat:[20] “Carang yang terpisah dari pokok anggur pun mempertahankan rupanya; tetapi apa guna rupanya itu jika carang itu tidak hidup dari akarnya?”
Kebebasan berhati nurani
Dari mata air yang amat beracun itu, yakni indiferentisme, mengalir suatu gagasan yang absurd dan sesat, yang juga dapat disebut sebagai suatu kegilaan: bahwa kebebasan berhati nurani harus diberikan dan dijamin kepada semua orang. Kesesatan yang amat berjangkit ini, yang meratakan jalan menuju kebebasan berpendapat yang mutlak dan tanpa batas, datang dari segala penjuru untuk menghancurkan Gereja dan Negara. Orang-orang tertentu, akibat kelancangan yang luar biasa, tidak takut untuk menggambarkan kesesatan itu sebagai hal yang bermanfaat bagi agama. “Kematian yang paling mengerikan bagi jiwa-jiwa adalah kebebasan untuk menjadi sesat!” ujar Santo Agustinus.[21] Kami melihat lenyapnya segala batasan yang berguna untuk menjaga orang-orang di dalam jalan kebenaran, dan mereka pun terseret menuju kesesatan oleh kecenderungan yang kodrati terhadap kejahatan.
Itulah sebabnya, Kami berkata secara benar bahwa lubang jurang maut itu[22] telah terbuka, dari mana Santo Yohanes menyaksikan asap yang mengepul dan menutupi matahari, dan dari mana belalang-belalang keluar untuk menghancurkan bumi. Alhasil, pikiran manusia menjadi tidak stabil. Alhasil, orang-orang muda menjadi semakin dibejatkan. Alhasil, orang-orang membenci hukum-hukum suci, hal-hal serta aturan-aturan yang tersuci. Alhasil, malapetaka yang paling mengerikan yang dapat menimpa Negara. Sebab pengalaman memberikan kita kesaksian, dan zaman yang terdahulu memberikan kita ajaran: bahwa untuk menghancurkan Negara-Negara yang termakmur, yang terkuasa, yang termulia, yang termaju, hanya dibutuhkan kebebasan berpendapat tanpa batas, kejangakan untuk berceramah secara publik, gairah untuk hal-hal yang baru.
Kebebasan pers
Kesesatan itu juga disertai oleh kebebasan pers, yakni, kebebasan untuk menerbitkan karya tulis apa pun kepada khalayak ramai - kebebasan yang paling mematikan, kebebasan yang menjijikkan, yang tidak pernah cukup diperkejikan dan yang dengan begitu seringnya dimintakan dan disebarluaskan oleh orang-orang tertentu secara lancang dengan suara yang amat lantang. Saudara-Saudara yang terhormat, Kami bergidik ngeri sewaktu Kami membayangkan doktrin-doktrin monster macam apa, atau bencana kesesatan macam apa yang membuat Kami kewalahan; kesesatan-kesesatan yang disebarluaskan ke seluruh penjuru oleh buku-buku, brosur-brosur, dan karya tulis lain yang begitu banyak jumlahnya, yang walaupun memang kecil ukurannya, namun besar kebejatannya, yang mengeluarkan kutukan yang meliputi muka bumi dan membuat air mata Kami bercucuran. Oh betapa pedihnya! Sebab bagaimanapun, terdapat orang-orang yang terbawa oleh kelancangan yang sedemikian besarnya sehingga mereka tidak takut untuk bersikeras mendukung gagasan bahwa banjir kesesatan yang diakibatkan oleh karya tulis tersebut diimbangi secara mencukupi oleh penerbitan beberapa buku yang dicetak untuk membela kebenaran dan agama, di tengah-tengah tumpukan kejahatan itu. Tetapi, untuk melaksanakan rancangan kejahatan yang begitu besar itu tentunya adalah suatu kejahatan yang dikecam oleh segala jenis hukum. Rancangan kejahatan itu diharapkan agar mungkin menghasilkan kebaikan tertentu. Tetapi orang macam apa yang memiliki akal sehat, yang akan pernah berani berkata bahwa seseorang diizinkan untuk menyebarkan racun, untuk menjualnya secara umum, menjajakannya, bahkan untuk meneguknya, di bawah dalih bahwa terdapat obat-obatan yang terkadang mencegah kematian bagi orang-orang yang meminumnya?
Buku-buku yang jahat
Tetapi, betapa berbedanya disiplin Gereja sehubungan dengan penghancuran buku-buku jahat bahkan sejak zaman para Rasul. Memang, kita membaca bahwa mereka membakar secara publik sejumlah besar buku.[23] Untuk meyakini hal ini, seseorang cukup membaca dengan cermat hukum-hukum yang diberikan tentang perkara ini oleh Konsili Lateran V dan Konstitusi yang diterbitkan tidak lama setelah Leo X, pendahulu kami dari kenangan yang terberkati, untuk mencegah “agar penemuan-penemuan yang bermanfaat untuk perkembangan iman dan penyebaran keterampilan yang berguna tidak dibejatkan oleh suatu penggunaan yang amat bertentangan dan tidak menjadi suatu halangan bagi keselamatan para umat beriman”.[24]
Indeks buku-buku terlarang
Itulah pula yang menjadi sasaran kewaspadaan yang amat saksama dari para Bapa Trente; dan untuk membawakan obat terhadap kejahatan yang sedemikian besarnya itu, mereka memerintahkan di dalam dekret yang amat bermanfaat disusunnya sebuah Indeks buku-buku yang akan memuat doktrin-doktrin yang buruk.[25] “Kita harus bertarung dengan penuh keberanian”, ujar Klemens XIII, pendahulu kami dari kenangan yang terberkati, di dalam surat ensikliknya tentang larangan terhadap buku-buku yang berbahaya, “Kita harus bertarung dengan penuh keberanian, sejauh mana masalah itu memerlukannya, dan melenyapkan, dengan segenap tenaga, malapetaka yang timbul dari buku-buku yang berbahaya yang begitu banyak jumlahnya itu. Kita tidak akan pernah memusnahkan kesesatan itu, jika sumber-sumber kejahatan dan pencemaran itu tidak hangus terbakar oleh lidah-lidah api.”[26] Melalui perhatian yang terus-menerus di sepanjang masa, di mana Takhta Apostolik yang Suci ini berupaya keras untuk mengecam buku-buku yang mencurigakan dan berbahaya dan untuk merampas buku-buku tersebut dari tangan orang-orang, terlihat dengan jelas bahwa doktrin orang-orang yang menyebarkan kebejatan semacam itu memuat kesesatan, kelancangan, dan penghinaan yang sedemikian besarnya terhadap Takhta Apostolik, dan kejahatan yang sedemikian suburnya terhadap umat Kristiani. Orang-orang yang telah menyebarkan kebejatan semacam itu tidak puas hanya dengan menolak penyensoran tersebut sebagai tindakan yang terlalu memberatkan dan membebani, tetapi mereka sampai menyerukan bahwa penyensoran itu bertentangan dengan prinsip keadilan dan dengan lancang menolak hak Gereja untuk mendekretkan dan melaksanakan penyensoran itu.
Kepatuhan terhadap pemerintahan
Kami telah mendapatkan informasi bahwa di dalam berbagai karya tulis yang disebarkan kepada masyarakat, telah diajarkan doktrin-doktrin yang menggoyahkan kesetiaan dan kepatuhan kepada para pangeran dan yang menyulutkan api pengkhianatan di mana-mana. Maka, kita harus memastikan dengan amat saksama agar rakyat tidak tersesatkan oleh doktrin-doktrin ini, dan dengan demikian, memisahkan diri dari kewajiban mereka. Hendaknya semua orang menyimak dengan penuh perhatian bahwa menurut peringatan sang Rasul, “tiada pemerintahan yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada telah ditetapkan oleh Allah. Maka dari itu, barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah, dan barangsiapa melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya sendiri.”[27] Itulah sebabnya, hak-hak ilahi dan manusiawi pun menentang orang-orang yang berupaya untuk menghancurkan kesetiaan yang wajib diberikan kepada para pangeran dan untuk menggulingkan mereka dari takhta mereka, dengan menggunakan muslihat yang paling tercela.
Teladan dari orang-orang Kristiani pertama
Tentunya oleh karena itulah dan agar mereka tidak dipermalukan dengan kehinaan yang sama, orang-orang Kristiani kuno, walaupun mereka mengalami penganiayaan-penganiayaan yang terkejam, telah selalu layak memperoleh kebaikan dari para kaisar dan dari kekaisaran. Mereka bukan hanya telah membuktikannya melalui kesetiaan mereka dengan mematuhi secara saksama dan segera segala sesuatu yang tidak bertentangan dengan agama mereka, tetapi juga melalui ketabahan mereka dan bahkan pertumpahan darah mereka di dalam berbagai pertempuran. “Para serdadu Kristiani“, ujar Santo Agustinus, “dahulu melayani kaisar yang kafir. Tetapi, dalam hal-hal yang berhubungan dengan Kristus, mereka hanya mengakui Ia yang tinggal di dalam Surga. Mereka membedakan Penguasa abadi dari penguasa temporal [sementara], dan walaupun demikian, oleh karena sang Penguasa yang abadi itulah mereka pun berpatuh kepada penguasa temporal.”[28]
Santo Mauritius dan Legiun Thebes
Demikianlah pemikiran Mauritius, martir yang tak terkalahkan, kepala dari Legiun Thebes. Seperti yang diceritakan oleh Santo Eukarius, Santo Mauritius memberi jawaban ini kepada kaisar: “Wahai Pangeran, kami ini serdadumu; tetapi walau bagaimanapun, kami mengakui dengan sukarela bahwa kami ini hamba Allah … Dan pada saat ini, bahaya yang amat besar ini tidak membuat kami menjadi pemberontak; lihatlah, walaupun senjata kami genggam, namun kami tidak melawan, sebab bagi kami, lebih baik mati daripada membunuh.”[29] Kesetiaan dari orang-orang Kristiani kuno terhadap para pangeran tampak bahkan lebih mengagumkan sewaktu kita mempertimbangkan bersama Tertulianus, bahwa kekuatan yang berasal dari jumlah dan “pasukan tidak kurang adanya pada waktu itu, seandainya mereka ingin menyatakan diri mereka sebagai musuh. Agama kami ini baru, ujarnya, tetapi kami memenuhi segala tempat, kota-kota anda, pulau-pulau anda, benteng-benteng anda, kotamadya-kotamadya anda, majelis-majelis anda, kubu-kubu, suku-suku, serdadu, istana, senat, forum … Dalam perang macam apa kami ini tidak pantas atau tidak siap bertempur, walaupun dengan kekuatan yang tidak imbang, kami yang dengan sukarela membiarkan leher kami ditebas dengan sedemikian mudahnya, tentunya oleh karena iman yang kami anut ini yang lebih mengizinkan diri kami untuk dibunuh daripada untuk membunuh? Kami ini berjumlah sedemikian banyaknya, sehingga seandainya kami mengasingkan diri ke dalam suatu pelosok bumi demi memisahkan diri dari anda, anda akan kehilangan begitu banyak warga, suatu peristiwa yang akan membuat wajah kezaliman anda memerah oleh karena rasa malu. Apakah yang saya katakan ini? Dengan berpisah diri dari anda, kami menghukum anda. Tidak diragukan, anda akan merasa takut saat melihat kesendirian diri anda ... Anda akan mencari-cari siapa yang dapat anda perintah; yang tersisa bagi anda adalah musuh yang lebih banyak daripada warga; tetapi sekarang, musuh anda lebih sedikit jumlahnya, berkat jumlah orang-orang Kristiani.”[30]
Para pendukung kebebasan sebenarnya pendukung kezaliman
Teladan-teladan yang mulia yang dipercontohkan oleh orang-orang Kristiani kuno yang tunduk kepada para pangeran bersumber secara pasti dari prinsip-prinsip suci agama Kristiani. Prinsip-prinsip ini mengecam keangkuhan yang berlebihan dari para pengkhianat yang terbakar oleh gairah yang tidak terkendali terhadap kebebasan untuk segala hal, dan yang dengan demikian, menggunakan segala cara untuk menggulingkan dan menghancurkan segala hukum dari otoritas yang berdaulat. Berkedokkan kebebasan, mereka menjadikan orang-orang sebagai budak. Itulah pula tujuan yang sama yang hendak dicapai oleh kaum Waldens, Beghards, dan para pengikut Wycliffe serta para putra Belial lainnya yang sejenis, mereka yang adalah sampah dan aib umat manusia. Dan itulah sebabnya, mereka sepatutnya dijatuhi anatema yang begitu seringnya mereka dapatkan dari Takhta Apostolik. Jika para penipu ulung ini menyatukan segenap kekuatan mereka, tentunya mereka melakukannya agar mereka dapat merayakan kemenangan mereka bersama Luther, agar mereka dapat bebas melakukan segala hal yang mereka inginkan. Untuk dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih mudah dan lebih cepat, mereka pun meluncurkan serangan-serangan yang terkeji dengan kelancangan yang amat besar.
Pemisahan antara Gereja dan Negara
Kita tidak akan dapat menjanjikan buah-buah yang baik bagi agama maupun untuk kuasa sipil, dari hasrat orang-orang yang sedemikian bersemangatnya menuntut pemisahan antara Gereja dan Negara, serta hancurnya keharmonisan antara imamat dan kerajaan. Sebab adalah suatu fakta yang dikenal secara umum, bahwa keharmonisan tersebut, yang telah selalu bermanfaat dan baik adanya bagi Gereja serta Negara, adalah hal yang paling ditakuti oleh semua pecinta kebebasan yang paling tidak terkendalikan itu.
Perkumpulan rahasia
Sebab-sebab kekhawatiran dan kepedihan hati Kami bertambah di tengah bahaya umum oleh karena asosiasi-asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan tertentu yang memiliki suatu aturan yang tetap. Asosiasi-asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan tersebut terbentuk bagaikan suatu badan militer, yang beranggotakan orang-orang dari berbagai agama dan sekte sesat, yang memang bertopengkan kesalehan kepada agama, tetapi yang sebenarnya bertujuan untuk menyebarluaskan hal-hal baru dan perpecahan. Untuk mencapai tujuan ini, mereka menyerukan segala jenis kebebasan, dan menyulutkan masalah-masalah yang melawan kuasa agama dan kuasa sipil, serta menolak segala jenis otoritas, bahkan otoritas yang tersuci.
Kewajiban untuk bertempur demi iman
Dengan hati yang lara, walaupun penuh kepercayaan akan Ia yang mengembuskan dan menenangkan angin, Kami menulis kepada anda sekalian, saudara-saudara yang terhormat, agar anda berupaya untuk mengenakan perisai iman anda, dan mengerahkan tenaga anda untuk bertarung dengan berani dalam pertempuran Tuhan. Anda terutama wajib menjadi sebuah benteng yang berdiri teguh melawan segala hal yang menentang ilmu pengetahuan akan Allah. Hunuskanlah pedang roh anda, yang adalah sabda Allah, dan berilah makan mereka yang lapar akan keadilan. Karena anda telah dipilih untuk merawat kebun anggur Tuhan, anda harus bertindak hanya untuk mencapai tujuan tersebut dan bekerja bersama untuk mencabut segala akar yang getir dari ladang yang telah dipercayakan kepada anda, dan mencekik segala benih kejahatan serta memperbanyak panenan kebajikan.
Hindari rasionalisme
Orang-orang yang terutama memerlukan pelukan kebapaan anda adalah mereka yang mengerahkan pikiran mereka secara khusus kepada ilmu pengetahuan suci dan permasalahan filosofis. Nasihatilah mereka dan tuntunlah mereka agar mereka tidak berpisah dari jalan kebenaran untuk berlari menuju jalan kesesatan, dengan hanya berpegangan secara sembrono kepada kekuatan akal budi mereka. Hendaknya mereka ingat bahwa “Allah adalah yang menuntun kepada jalan kebenaran dan yang menyempurnakan orang-orang bijak”,[31] dan tanpa Allah, seseorang tidak dapat belajar untuk mengenal Allah yang, oleh Sabda-Nya, mengajarkan manusia untuk mengenal diri-Nya.[32] Orang-orang yang angkuh, atau gila, menimbang dengan timbangan yang manusiawi, misteri-misteri iman, yang berada jauh di atas segala indra manusia. Mereka menaruh kepercayaan diri mereka di dalam akal budi yang, akibat keadaan dari kodrat manusiawi, lemah dan bodoh.
Para pangeran wajib melindungi agama
Akhirnya, hendaknya para Pangeran, putra Kami yang amat terkasih di dalam Yesus Kristus, menyokong dengan kekuatan dan kuasa mereka, harapan-harapan yang Kami buat bersama dengan diri mereka demi kesejahteraan agama dan berbagai Negara. Hendaknya mereka mengingat bahwa diri mereka telah diberikan bukan hanya untuk memerintah dunia, tetapi terutama untuk mendukung dan untuk membela Gereja. Hendaknya mereka mempertimbangkan dengan serius bahwa segala jerih payah yang dilaksanakan demi kesejahteraan Gereja berdaya guna bagi ketenteraman diri mereka dan berguna meneguhkan kuasa mereka. Di samping itu, hendaknya mereka meyakini bahwa perkara iman harus lebih mereka pentingkan daripada perkara kerajaan mereka, dan bahwa kepentingan mereka yang terbesar, “adalah untuk menyaksikan tangan Tuhan menambahkan mahkota iman kepada takhta mereka.” Karena mereka telah ditetapkan sebagai para bapa pelindung para rakyat, mereka akan memberikan kepada para rakyat kebahagiaan sejati yang berkesinambungan, keberlimpahan, dan perdamaian, jika memusatkan perhatian mereka terutama terhadap perkembangan agama dan kesalehan terhadap Allah yang menyandang jubah yang bertuliskan: “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan.”[33]
Berdoa dengan keteguhan
Tetapi agar segala hal itu tercapai dengan baik, marilah kita mengangkat mata dan tangan kita kepada Santa Perawan Maria. Ia sendiri telah menghancurkan segala bidah; kepadanya kita menaruh kepercayan yang amat besar, ialah pula yang bahkan menjadi sandaran untuk harapan kita.[34] Semoga dalam kebutuhan yang mendesak yang melibatkan kawanan domba Tuhan, ia memanjatkan doa demi keberhasilan yang amat berbahagia atas semangat, rencana-rencana, serta jerih payah kita.
Marilah kita juga memohon dengan doa-doa yang penuh kerendahan hati kepada Petrus, pangeran dari para Rasul, dan kepada Paulus, rekan kerasulannya, agar anda sekalian menjadi seperti tembok yang tak tergoyahkan, dan agar tidak seorang pun menaruh fondasi selain fondasi yang telah ditetapkan. Dengan bersandar terhadap harapan yang manis ini, Kami percaya bahwa sang pencipta dan penyempurna iman kita, Yesus Kristus, akan pada akhirnya menghibur diri kita, di tengah-tengah cobaan serta ujian yang luar biasa yang menimpa diri kita; dan sebagai tanda pertolongan surgawi, Kami memberikan kepada anda dengan penuh kasih, Saudara-Saudara yang Terhormat, dan kepada kawanan domba yang dipercayakan kepada perhatian anda, berkat apostolik.
Diberikan di Roma, di Basilika Santa-Maria-Mayor, tanggal 15 Agustus, hari khidmat Diangkatnya Perawan Maria yang Terberkati ke Surga, tahun 1832 dari Penjelmaan Tuhan Kita, tahun kedua dari Kepausan kami.
GREGORIUS XVI, PAUS
Sumber-sumber:
[Teks] Lettres apostoliques de Pie IX, Grégoire XVI, Pie VII, Encycliques, Brefs, etc. {Surat-Surat Apostolik dari Pius IX, Gregorius XVI, Pius VII, Ensiklik, Breve, dsb.}, A. Roger et F. Chernoviz, Paris, 1893, hal. 200-221.
[Judul paragraf] M. L’abbé Raulx, Encyclique et Documents en français & en latin {Ensiklik dan Dokumen-Dokumen dalam Bahasa Prancis dan Latin}, P. 2, L. Guérin, Éditeur, Paris, 1865, hal. 188-217.
Catatan kaki:
[1] Luc, XXII, 32.
[2] 1 Corinth., IV, 21.
[3] Luc, XXII, 53.
[4] Isaiae XXIV, 5.
[5] S. Celest. PP. Ep. 21. ad Episc. Galliar.
[6] S. Agatho PP. Ep. ad Imp. apud Labb. Tom. 11, pag. 235. Ed. Mansi.
[7] S. Innocent. PP. Ep. 11. apud Coustant.
[8] S. Cypr. de unitate Eccles.
[9] Conc. Flor. Sess. 25. In definit. Apud Labb. Tom XVIII, col. 528. Edit. Venet.
[10] S. Hieron Ep. 3, ad Nepot, a. 1 ad 24.
[11] Ex Can, p. 38, apud Labb. Tom. 1, pag. 38. Edit. Mansi.
[12] Conc. Trid. Sess. 13 dec. de Eucharist. In prœm.
[13] S. Cypr. Ep. 52, Edit. Baluz.
[14] S. Gelasius PP. in Ep. ad Episcop Lucaniae.
[15] Ephes., V. 32.
[16] Ephes., IV, 5.
[17] Luc, XI, 23.
[18] Symbol. S. Athanas.
[19] S. Hier. Ep. 58.
[20] S. Aug. in Psal. contra part. Donat.
[21] S. Aug. Ep. 166.
[22] Apocalyps., IX, 3.
[23] Act. XIX, 19.
[24] Act. Conc. Lateran. V. Sess. 10, ubi refertur Const. Leonis X. Legenda est anterior Const. Alexandri VI, Inter multiplices, in qua multa ad rem.
[25] Conc. Trid. Sess. XVIII et XXVI.
[26] Lit. Clem. XIII. Christianae 25 nov. 1766.
[27] Rom., XIII, 1, 2.
[28] S. Aug. in Psal. 124, n. 7.
[29] S. Eucher. apud Ruinard. Act. SS. MM. de SS. Maurit. et Soc., n. 4.
[30] Tertul. in Apolog. Cap. 35.
[31] Sap. VII, 15.
[32] S. Irenaeus lib. IV, cap.6.
[33] Apoc., XIX, 16.
[34] Ex S. Bernardo, Ser,. De Nat. B. M. V., S7.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...