^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Alasan Sesungguhnya bahwa Yesus adalah Cahaya Dunia
Itulah apa yang dinyatakan oleh Yesus di dalam Yohanes bab 8 ayat 12.
Apa yang tidak disadari oleh banyak orang, bagaimanapun, adalah bahwa Yesus membuat pernyataan yang dalam ini pada puncak dari pesta Kemah atau Tabernakel Yahudi.
Jika orang-orang ateis, liberal, dan bahkan Yahudi menyadari bahwa Yesus Kristus menggenapi nubuat dan tipe Perjanjian Lama dengan kespesifikan supernatural yang sedemikian rupanya, mereka mungkin akan jatuh berlutut di dalam kerendahan hati serta pertobatan akibat ketidakpercayaan mereka.
Sewaktu Yesus menyatakan: Akulah cahaya dunia, Ia sedang berada di Yerusalem. Ia berada di sana untuk Pesta Tabernakel Perjanjian Lama. Di dalam Yohanes bab 7, kita membaca bahwa Yesus mendatangi Pesta tersebut.
Perayaan ini yang berlangsung satu pekan ini adalah salah satu perayaan yang terpenting di dalam Perjanjian Lama. Pesta ini merayakan perlindungan Allah atas bangsa Ibrani di sepanjang 40 tahun perjalanan mereka di padang belantara. Pesta tersebut telah dirayakan sejak zaman Musa – lebih dari 1.000 tahun sebelum kelahiran Yesus Kristus.
Tetapi, di zaman Yesus, terdapat dua upacara yang paling penting yang diikutsertakan sebagai bagian dari perayaan tersebut. Upacara pertama adalah upacara penimbaan air, dan yang kedua adalah upacara pencahayaan.
Sebagai bagian dari upacara penimbaan air, sang Imam Agung akan memimpin sebuah perarakan dari Bait di Yerusalem menuju kolam di Siloam atau Silo. Sewaktu sang Imam Agung telah sampai ke kolam tersebut, ia memenuhi sebuah bejana emas dengan air. Sang Imam Agung lalu memimpin sebuah perarakan besar untuk kembali ke Bait Allah – diiringi bunyi sangkakala, nyanyian, dan seruan. Sementara perarakan itu bergerak, sang Imam akan mengutip Yesaya 12:3:
Sewaktu sang Imam Agung mencapai Bait Allah, ia menuangkan air ke dalam sebuah bak sewaktu kongregasi menyanyikan Mazmur 118:25: “Karuniakanlah keselamatan, kumohon kepada-Mu, ya Tuhan.”
Upacara penimbaan air adalah bagian dari Pesta Tabernakel selama lebih dari 100 tahun sebelum kelahiran Yesus Kristus. Upacara itu dimaksudkan sebagai syukur kepada Allah karena Ia telah menyediakan air dan hujan yang berlimpah. Upacara itu diikutsertakan di dalam Pesta Tabernakel karena perayaan ini memiliki banyak elemen. Salah satunya adalah Pesta Pemungutan, suatu pesta pertanian. Pesta Tabernakel mengakui kebaikan Allah yang menyediakan makanan untuk panenan dan air untuk konsumsi dan keberlangsungan hidup.
Pada hari terakhir dari Pesta ini – yang merupakan puncak dari acara tersebut – Yesus membuat pernyataan-Nya:
Makna dari pernyatan Yesus ini tidak mungkin disangkal.
Pada Pesta di mana mereka menyanyikan kata-kata Yesaya – “Dengan sukacita engkau akan menimba air dari mata air keselamatan”… dan pada Pesta di mana kongregasi berseru : “ Karuniakanlah keselamatan, kumohon kepada-Mu, ya Tuhan”… Yesus berdiri dan berseru di tengah-tengah khalayak bahwa barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Nya dan bahwa semua orang yang percaya kepada-Nya akan memiliki aliran-aliran air hidup.
Pada puncak dari acara yang mengakui bahwa Allah menyediakan air demi keberlangsungan hidup mereka, Yesus mengidentifikasikan diri-Nya sendiri sebagai Allah yang telah menyediakan air kepada bangsa Israel di padang belantara. Mereka tidak perlu lagi menandakan peristiwa itu di dalam pesta mereka. Ia sudah hadir di sini, secara Pribadi, di hadirat mereka – dan Air Hidup yang akan disediakan-Nya adalah Roh yang akan memberikan kepada mereka kehidupan kekal, aliran air yang tak akan pernah habis yang akan senantiasa memadamkan dahaga mereka.
Mungkinkah seorang penulis fiksi mengarang cerita semacam itu? Suatu cerita yang sedemikian kuatnya, yang amat menggerakkan hati, yang sederhana di dalam intinya yang mendasar sehingga cerita itu telah mengubah segenap sejarah tetapi pada waktu yang bersamaan memikat pria dan wanita dari segala lapisan masyarakat – tetapi yang temanya begitu kaya sehingga hampir tiada seorang pun yang menyebut diri mereka sendiri orang Kristen telah menemukan kedalaman dari makna dan penggenapannya? Seperti bagaimana Yesus secara amat persis menggenapi Upacara Penimbaan Air? Tidak mungkin.
Pernyataan Yesus yang mengindikasikan bahwa Ia adalah penggenapan dari Upacara Penimbaan Air, bahwa Ia adalah Allah yang di dalam-Nya dahaga mereka akan dipadamkan, bahwa Ialah yang akan menyelamatkan mereka sekarang, membuktikan autentisitas mutlak dari kisah Alkitab tentang Yesus Kristus dan penggenapan Yesus terhadap Tipe dan Nubuat Perjanjian Lama. Tetapi, masih ada lagi.
Suatu upacara lain yang merupakan bagian dari Pesta Tabernakel pada masa Yesus adalah Upacara Pencahayaan. Pada Upacara Pencahayaan, kandelabra-kandelabra yang besar dipasang di bagian Bait Allah yang disebut sebagai Pekarangan para Wanita. Kandelabra-kandelabra tersebut yang tingginya 23 meter mengeluarkan cahaya yang dapat dilihat di seluruh Yerusalem.
Mishnah, karya tulis rabinik Yahudi, berkata: “Tiada suatu pekarangan pun di Yerusalem yang tidak disinari oleh cahaya tersebut.”
Upacara Pencahayaan dimaksudkan untuk mengingatkan orang-orang tentang kehadiran Allah di antara mereka, setelah mereka meninggalkan Mesir untuk berperjalanan di padang belantara.
Allah adalah tiang api yang memberikan mereka cahaya.
Allah mewahyukan diri-Nya sendiri di dalam Semak yang Menyala. Allah, yang adalah satu-satunya keberadaan yang abadi. Allah yang menyebut diri-Nya sendiri AKU YANG ADA, Ia memimpin mereka sebagai suatu tiang awan di siang hari dan sebagai tiang api pada malam hari. Pesta Tabernakel didedikasikan terutama untuk peringatan Kehadiran-Nya ini.
Aspek utama dari Pesta ini adalah pembangunan kemah atau tabernakel di mana bangsa Israel akan tinggal untuk waktu sementara untuk mengingatkan mereka bagaimana mereka telah melewatkan waktu mereka di padang belantara.
Upacara Pencahayaan mengingatkan tentang Kehadiran Allah ini – Ia yang adalah Cahaya mereka di dalam kegelapan. Dan pada pagi hari setelah Pesta Tabernakel telah berakhir sewaktu obor-obornya yang telah mengeluarkan cahaya di seluruh Yerusalem masih terbakar, Yesus menyatakan:
Tiada keraguan tentang makna perkataan-Nya ini. Yesus mengidentifikasikan diri-Nya sendiri sebagai Allah yang adalah Tiang Api yang memberikan kepada mereka cahaya. Ia sekarang berada di sini, dan keberadaan-Nya tidak lagi perlu ditandakan di dalam Pesta mereka. Orang-orang yang sungguh mengikuti-Nya tidak akan pernah melihat kegelapan. Mereka akan memiliki Cahaya Kehidupan abadi.
Tetapi, terdapat suatu petunjuk ilahi lain di dalam perkataan Yesus kepada mereka, yang secara langsung membantah orang-orang yang mengkritik-Nya.
Beberapa ayat sebelumnya, Yesus menyatakan diri-Nya sendiri sebagai Cahaya Dunia. Di dalam Yohanes 7:52, kita membaca bahwa beberapa orang Farisi menolak kualifikasi nubuat Yesus atas dasar bahwa Ia adalah orang Galilea.
Mereka mengklaim bahwa seorang nabi – dan Allah yang menjadi manusia akan menjadi nabi yang teragung dari semua nabi – tidak mungkin datang dari Galilea. Tetapi, dengan menyatakan bahwa Ia adalah Cahaya Dunia, Yesus bukan hanya mengindikasikan bahwa Ia adalah penggenapan dari Pesta Tabernakel mereka – bahwa Ia adalah Allah yang memberikan kepada mereka cahaya di padang belantara – tetapi Ia juga secara halus mengarahkan perhatian mereka kepada suatu nubuat di Yesaya 9:1-2. Nubuat ini berkata tentang Cahaya yang akan dibawa oleh sang Mesias, dan menghubungkan Cahaya tersebut dengan Galilea:
Maka, dalam suatu tanggapan yang mengejutkan, Yesus bukan hanya mengumumkan Kehadiran-Nya sebagai Tiang Api dan Cahaya Dunia – penggenapan nyata secara Pribadi dari apa yang telah mereka tandakan selama bergenerasi-generasi – tetapi Ia pada waktu yang bersamaan membantah penolakan mereka terhadap klaim-klaim ilahi-Nya.
Di samping itu, dengan mengarahkan perhatian kita kepada Yesaya, Yesus menunjukkan kita kepada suatu nubuat Mesianik lainnya yang dibuat oleh Yesaya 700 tahun sebelum kelahiran Kristus.
Yesaya menubuatkan bahwa Allah yang Kuasa akan terlahir sebagai seorang anak dan bahwa Ia akan menjadi Putra Daud.
Yesus menggenapi semua ini, dan mengumumkannya kepada mereka pada Pesta Tabernakel. Hal ini membawa kita kepada suatu poin lain: yakni, mengapa adalah suatu dosa berat bagi orang-orang untuk menaati upacara-upacara Perjanjian Lama setelah pemakluman Injil.
Terdapat banyak orang Kristen palsu yang masih merayakan beberapa atau semua pesta Perjanjian Lama – walaupun mereka mengaku diri percaya akan Kristus. Walaupun mereka tidak melakukannya sendiri, banyak orang berpendapat bahwa orang lain boleh saja merayakan pesta-pesta itu. Hal ini sungguh merupakan kesalahan berat dan penghinaan yang besar terhadap Allah.
Kenyataannya, di Konsili Florence, suatu Konsili Katolik, Gereja Katolik secara dogmatis menyatakan bahwa karena Kristus menggenapi upacara-upacara serta pesta-pesta Perjanjian Lama, upacara serta pesta tersebut sudah berakhir dan adalah suatu dosa berat untuk merayakan pesta atau upacara tersebut.
St. Thomas Aquinas menjelaskan mengapa adalah suatu penyangkalan terhadap Kristus untuk terus merayakan pesta-pesta tersebut setelah pemakluman Injil.
Dalam kata lain, karena upacara-upacara dari Hukum Lama menunjuk kepada Kristus di masa depan – dan Ia sudah datang dan menggenapi upacara-upacara tersebut – untuk merayakan upacara-upacara tersebut setelah ia telah datang memang adalah untuk menyangkal bahwa Yesus Kristus telah datang dan menggenapi upacara-upacara tersebut.
Mengingat semua kenyataan ini, tiada seorang pun yang memiliki akal sehat dapat menyangkal rancangan ilahi di dalam pernyataan Yesus pada Pesta Tabernakel. Ialah air di padang gurun, dan cahaya di dalam kegelapan. Tiada seorang pengarang fiksi pun telah mampu membayangkan suatu cerita semacam itu. Suatu cerita yang demikian sederhananya, sehingga cerita itu digemari oleh orang-orang dari semua generasi. Suatu cerita yang demikian konsisten dan kuat sehingga telah mengubah dunia dan segenap sejarah. Dan suatu cerita yang sedemikian dalamnya sehingga semua orang yang mengikutinya di sepanjang hidup mereka belum menyelami kedalamannya.
Tidak ini bukanlah fiksi ataupun khayalan. Ini adalah sejarah yang dirancang dan digenapi oleh Allah. Sejarah ini dirancang dengan ketepatan serta keagungan yang mengagumkan yang sama dengan penciptaan dunia dan segala yang ada di dalamnya yang dilakukan oleh Allah. Allah mengaturnya secara demikian agar orang-orang mengenali Kebenaran dan tujuan keberadaan mereka, serta apa yang Allah hendaki agar mereka lakukan dan percayai.
Mereka yang tidak ingin tetap berada di dalam kegelapan – sekarang dan selama-lamanya – perlu mengakui dan memeluk Cahaya itu.
Sdr. Petrus Berlian sangat brilian 💪😎☝️
Doulou Kurion 2 mingguBaca lebih lanjut...Saya sanngatsuka cerita ini
Monika Monika 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – Fransiskus telah mengeluarkan sebuah dokumen yang menyetujui “pemberkatan” pasangan sesama jenis. Kami membahasnya dalam video berikut: Fransiskus Setujui “Pemberkatan” Sesama Jenis sebagai Tanggapan kepada Para “Kardinal” https://vatikankatolik.id/fransiskus-setujui-pemberkatan-sesama-jenis/ Fransiskus...
Biara Keluarga Terkudus 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – prinsip larangan mendoakan arwah orang yang meninggal sebagai non-Katolik ini didasari oleh dogma Katolik Extra Ecclesiam Nulla Salus, yaitu, Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan. Orang yang...
Biara Keluarga Terkudus 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – sayangnya pemahaman anda tentang ajaran keselamatan yang dianut oleh Gereja Katolik itu tidak benar dan anda membuat banyak kesalahan dalam pesan anda. Kalau anda menyimak materi-materi kami, anda...
Biara Keluarga Terkudus 1 bulanBaca lebih lanjut...Saya baru baca komentar ini yang memberi perspektif berbeda terhadap penglihatan MS (Maria Simma). Tetapi saya pribadi sama sekali tidak melihat pertentangan antara apa yang digambarkan MS dan ajaran Katolik....
Bernad 1 bulanBaca lebih lanjut...Berita ini benarkah? bahwa Bapak Paus Fransiskus mengeluarkan dokumen untuk merestui pemberkatan nikah sesama jenis? Kalau berita ini benar, ini sangat menentang hukum Allah sebagaimana yang Allah Tuhan kita menciptakan...
Lambertus Mite 1 bulanBaca lebih lanjut...Menurit hemat saya ini kurang tepat. Seorang katolik boleh saja mendoakan arwah non katolik. Ajaran katolik adalah ajaran kasih, mengasihi kepada semua umatNya tanpa harus membedakan agama.
Martha 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – tidak semua orang yang mengaku Kristen benar-benar meniru teladan Kristus. Karena itulah ada tertulis, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...karena nama Mahatma Gandhi disebut saya ingat salah satu ujarannya.. "I like your Christ , but I don't like your Christian. Your Christian are so unlike your Christ". apakah kita...
Deo Gratia 6 bulanBaca lebih lanjut...