Paket $5.00: Termasuk 2 Buku dan 14 Program DVD (Harga Termasuk Ongkos Kirim)

Beli Seharga $5.00

Bantu Kami Menyelamatkan Jiwa-Jiwa
DONASI

Inilah Penjelasan untuk Kebingungan & Krisis Pasca-Vatikan II
TONTON VIDEO

“Pesulap”: Bukti Keberadaan Dunia Rohani
TONTON VIDEO

Inilah Antikristus!
TONTON VIDEO

Bukti yang Mengagumkan untuk Allah - Bukti Ilmiah yang Membantah Evolusi
TONTON VIDEO

Mengapa Neraka Harus Abadi
TONTON VIDEO

Babel Sudah Jatuh, Sudah Jatuh!!
TONTON VIDEO

Salah Kaprah Orang-Orang Kristen Palsu tentang Efesus
TONTON VIDEO

Penciptaan dan Mukjizat - Versi Kompak
TONTON VIDEO
^
Tujuh Dukacita Santa Perawan Maria
💬(0)
Pesta: 26 Maret
1. Dukacita Maria yang Pertama: Nubuat Santo Simeon
2. Dukacita Maria yang Kedua: Yesus Dilarikan ke Mesir
3. Dukacita Maria yang Ketiga: Hilangnya Yesus di Bait Allah
4. Dukacita Maria yang Keempat: Maria Bertemu dengan Yesus Sewaktu Ia akan Wafat
5. Dukacita Maria yang Kelima: Wafat Yesus
6. Dukacita Maria yang Keenam: Lambung Yesus Ditikam, Yesus Diturunkan dari Salib
7. Dukacita Maria yang Ketujuh: Yesus Dikuburkan
“Maria adalah Ratu para Martir, sebab kemartirannya lebih panjang dan lebih besar daripada para semua Martir.
Hati siapakah yang begitu keras sehingga tidak akan meleleh saat mendengarkan peristiwa yang begitu menyedihkan yang telah terjadi di dunia? Dahulu kala, ada seorang Ibunda yang mulia dan kudus yang hanya memiliki seorang Putra. Putra ini adalah Putra yang paling terkasih yang dapat dibayangkan – tak bersalah, bajik, rupawan, yang mencintai Ibunda-Nya dengan amat lembut ; sedemikian rupa sehingga Ia tidak pernah membuatnya tidak senang, tetapi selalu menunjukkan kepadanya segala hormat, ketaatan, dan kasih sayang: maka, sang Ibunda telah menempatkan segala kasihnya di bumi di dalam Putra ini. Dengarkanlah apa yang terjadi. Putra ini, akibat iri hati, dituduh secara salah oleh musuh-musuh-Nya ; dan walaupun sang hakim tahu, dan ia sendiri mengaku, bahwa Ia tidak bersalah, tetapi, agar ia tidak menyinggung musuh-musuh-Nya, ia menghukum-Nya untuk menderita kematian yang memalukan yang telah mereka tuntutkan. Sang Bunda yang malang ini harus menderita kepedihan untuk melihat Putranya yang terkasih dan tercinta dirampas dengan tidak adil darinya pada puncak usia-Nya oleh kematian yang barbar; sebab, oleh siksaan-siksaan, dan karena terkuras semua darah-Nya, Ia dibuat mati di atas tiang gantungan yang mengerikan di tempat penghukuman mati publik, dan ini terjadi di depan mata kepalanya sendiri.
Wahai para jiwa yang penuh bakti, apakah katamu? Bukankah peristiwa ini, dan tidakkah sang Bunda yang malang ini berhak mendapatkan rasa iba? Anda sekalian sudah mengerti tentang siapa saya berbicara. Putra yang dihukum mati dengan begitu kejam ini adalah Penebus kita yang penuh kasih, Yesus, dan Ibunda ini adalah Santa Perawan Maria ; yang, oleh cinta yang dimiliknya untuk kita, bersedia untuk melihat-Nya dikurbankan kepada Keailan Ilahi oleh kebarbaran manusia. Siksaan yang berat ini, maka dari itu, yang ditanggung oleh Maria demi kita – suatu siksaan yang lebih besar dari ribuan kematian – pantas mendapatkan rasa iba dan syukur kita. Jika kita tidak dapat membalas cinta yang begitu besar ini, setidaknya marilah menyempatkan diri pada hari ini untuk mempertimbangkan keagungan dari penderitaan-penderitaan yang olehnya Maria menjadi Ratu para martir; sebab penderitaan dari kemartirannya melebihi penderitaan semua martir…
DOA
Ya Bundaku yang menderita! Ratu para martir dan dukacita, engkau sungguh menangisi dengan begitu pahit Putramu, yang mati demi keselamatanku ; tetapi apa gunanya air matamu jika aku binasa? Maka, oleh jasa dari dukacitamu, perolehkan penyesalan sejati untuk dosa-dosaku, dan pembenahan hidup yang sejati, bersama dengan rasa iba yang terus-menerus dan yang lembut terhadap penderitaan Yesus dan dukacitamu. Dan jika Yesus dan dirimu, yang sangat tidak bersalah, telah menderita begitu banyak demi cinta akan diriku, perolehkanlah, setidaknya, agar aku yang pantas mendapatkan Neraka, dapat menderita sesuatu demi cintamu. ‘Ya Ratu,’ aku akan berkata bersama St. Bonaventura, ‘jika aku telah menyakitimu, aku akan meminta luka-luka sebagai pahalaku. Aku malu melihat Tuhanku Yesus terluka, dan dirimu terluka bersama-Nya, dan diriku sendiri tanpa sebuah luka pun.’[1] Akhirnya, ya Bundaku, oleh kepedihan yang kaualami saat melihat Putramu menundukkan kepala-Nya dan mati di salib di tengah-tengah siksaan yang begitu banyak, aku memohon kepadamu untuk memperolehkan diriku kematian yang baik. Ah, janganlah berhenti, ya pembela para pendosa, untuk membantu jiwaku yang menderita di tengah-tengah pertarungan yang harus dihadapinya dalam perjalanan dari waktu menuju keabadian. Dan karena pada waktu itu aku mungkin telah kehilangan suaraku, dan kekuatan untuk memanggil namamu dan nama Yesus, yang adalah segala harapanku, kulakukan hal itu sekarang ; kupanggi ; nama Putramu dan namamu untuk menolongku pada saat terakhir itu ; dan kuberkata, Yesus dan Maria kepada kalian berdua kuserahkan jiwaku. Amin.”
Catatan kaki:
Kata pengantar diterjemahkan dari edisi berbahasa Inggris : Santo Alfonsus de Liguori, Glories of Mary [Kemuliaan Maria], Revisi oleh Rev. Robert A. Coffin, London: Burns and Oates, 1868, hal. 403-404; Doa dari hal. 419.
[1] O domina . . . . si te offendi, pro justitia cor meum vulnera. Si tibi servivi, nunc pro mercede peto vulnera . . . Verecundum enim et opprobrio sum est mihi videre Dominum meum Jesum vulneratum et te convulneratam dominam, et me servum vilissimum pertransire illæsum. - Stim, Am. p. i. cap. 3.