“Santo-Santa” dan “Martir” Non-Katolik Diperingati oleh Sekte Vatikan II dan Yohanes Paulus II (Bidah Formal)

Bidah Yohanes Paulus II, minggu dari tanggal 19/03/2004
Baca pula info lebih lanjut tentang Bidah Yohanes Paulus II dan Sekte Vatikan II tentang para Bidah dan Skismatis

Romo Matthias Turk, Dewan Vatikan untuk Memajukan Persatuan Kristiani, Maret 2004:
“Dari antara peristiwa-peristiwa yang lebih penting adalah penyelenggaraan ekumenis yang menyentuh yang diatur oleh Komunitas Sant’Egidio pada tanggal 1 Februari 2003 di Basilica St. Bartolomeus di Roma untuk memperingati Pendeta Lutheran Paul Schneider, yang dibunuh di dalam kamp konsentrasi Buchenwald. Mereka yang menghadiri acara ini termasuk Kardinal Walter Kasper... dan berbagai perwakilan ekumenis lain dari Paroki-paroki Roma.

“Kesaksian ini, seperti yang telah dikatakan Bapa Suci, ‘lebih besar dari hal-hal yang memisahkan kita.’”[1]

Komentar: Di sini kita melihat Dewan Vatikan untuk Memajukan Persatuan Kristiani memperingati seorang bidah Lutheran sebagai seorang martir untuk iman. Ini adalah suatu bidah formal terhadap Konsili Florence.

Paus Eugenius IV, Konsili Florence, Cantate Domino, Sesi 11, 4 Februari 1442, ex cathedra:
“ ... tidak seorang pun dapat diselamatkan, sebanyak apa pun ia telah berderma, walaupun ia telah menumpahkan darah dalam nama Kristus, kecuali jika ia telah bertekun di pangkuan dan di dalam kesatuan Gereja Katolik.”[2]

Paus Pelagius II, surat (2) Dilectionis vestrae, 585:
“Mereka yang tidak berkehendak untuk setuju dengan Gereja Allah, tidak dapat tetap berada bersama Allah; walaupun diserahkan kepada lidah-lidah api, mereka terbakar, ataupun dicampakkan kepada binatang-binatang liar, mereka menyerahkan hidup mereka, tidak akan terdapat untuk mereka mahkota kehidupan, melainkan hukuman untuk ketidakberimanan, bukan sebuah hasil yang mulia (dari sebuah kebajikan rohani), melainkan kehancuran akibat hilangnya harapan. Orang tersebut dapatlah dibunuh; ia tidak dapat dimahkotai.”[3]

Tetapi, dalam mempromosikan bidah yang jelas (dan formal) ini di dalam surat kabar resmi Vatikan, para anggota Dewan Vatikan untuk Memajukan Kesatuan Kristiani hanyalah mengikuti teladan Anti-Paus Yohanes Paulus II, yang telah menyatakan berulang kali bahwa terdapat santo-santa dan  martir di dalam sekte-sekte non-Katolik.

Anti-Paus Yohanes Paulus II, Ut Unum Sint (#82), 25 Mei 1995 : “Semua Komunitas Kristiani mengetahui bahwa, berkat kekuatan yang diberikan oleh Roh, perihal mematuhi kehendak tersebut dan mengatasi rintangan-rintangan tersebut tidaklah di luar jangkauan mereka. Mereka semua, kenyataannya, memiliki martir-martir untuk iman Kristiani.”

Yohanes Paulus II, Ut Unum Sint (#84), 25 Mei 1995:
“Walaupun dengan cara yang tidak kelihatan, persekutuan antara Komunitas-komunitas kami, meskipun jika masih tidak secara penuh, benar-benar dan dengan penuh berdasarkan di dalam persekutuan yang penuh dari para santo-santa – mereka yang, pada akhir sebuah hidup yang setia kepada rakhmat, berada di dalam persekutuan bersama Kristus dalam kemuliaan. Santo-santa ini datang dari semua Gereja dan Komunitas Gerejawi yang memberikan kepada mereka jalan masuk kepada persekutuan keselamatan.”[4]

Yohanes Paulus II, Pidato kepada Patriark Karekin II yang skismatis dan non-Katolik, 9 November 2000:
“Sekali lagi, saya berterima kasih kepada Yang Mulia untuk kerelaan anda untuk menjadi bagian dari liturgi lewat perwakilan anda. Memang, ‘bentuk ekumenisme yang mungkin paling meyakinkan adalah ekumenisme santo-santa dan para martir. Communio sanctorum lebih besar daripada hal-hal yang memisahkan kita.’”[5]

Yohanes Paulus II, Ut Unum Sint (#1), 25 Mei 1995:
“Kesaksian yang pemberani dari banyak sekali martir di zaman kita, termasuk para anggota dari Gereja-gereja dan Komunitas-komunitas Gerejawi yang tidak bersatu secara penuh dengan Gereja Katolik, memberikan semangat baru kepada panggilan Konsili dan mengingatkan kita akan kewajiban kita untuk mendengarkan dan melaksanakan nasihatnya.’”[6]

Yohanes Paulus II, Salvifici Doloris (#22), 11 Februari 1984:
“Kebangkitan Kristus telah menunjukkan ‘kemuliaan masa depan’ dan pada waktu yang sama, telah menegaskan ‘kebanggaan salib’: kemuliaan yang tersembunyi di dalam sengsara Kristus dan yang telah dan sering tercerminkan di dalam sengsara manusia, sebagai sebuah ungkapan kebesaran rohani manusia. Kemuliaan ini harus diakui bukan hanya di dalam martir untuk Iman tetapi juga di dalam banyak orang-orang lain yang, walaupun tidak percaya kepada Kristus, menderita dan memberikan hidup mereka untuk kebenaran dan untuk hal yang bajik. Di dalam penderitaan-penderitaan semua orang ini martabat manusia yang besar ditegaskan secara keras.’”[7]

Yohanes Paulus II, Sambutan Angelus, 19 September 1993:
“Di dalam ruang yang tidak terbatas di Eropa Timur, Gereja Ortodoks juga dapat mengatakan pada akhir abad ini apa yang para Bapa Gereja telah umumkan tentang penyebaran pertama Injil: ‘Sanguis martyrum – semen Christianorum’ [darah para martir adalah benih para Kristiani].’”[8]

Yohanes Paulus II, Tertio Millennio Adveniente (#37), 10 November 1994:
“Kesaksian akan Kristus juga sampai kepada pencucuran darah yang merupakan warisan bersama dari para Katolik, Ortodoks, Anglikan dan Protestan, seperti yang dinyatakan oleh Paus Paulus VI di dalam Homilinya untuk Kanonisasi para Martir Uganda.”[9]

Yohanes Paulus II, Tertio Millennio Adveniente (#37), 10 November 1994:
”...Gereja-gereja lokal harus melakukan segala hal yang mungkin untuk memastikan agar kenangan akan orang-orang yang telah dimartir tetap terjaga, dengan mengumpulkan dokumentasi yang diperlukan. Hal ini tidak dapat gagal untuk memiliki sebuah ciri dan ungkapan ekumenis. Bentuk ekumenisme yang paling meyakinkan mungkin adalah ekumenisme santo-santa dan para martir. Communio sanctorum lebih besar dari hal-hal yang memisahkan kita.”[10]

Yohanes Paulus II, Ut Unum Sint (#84), 25 Mei 1995:
“Di dalam pandangan teosentris, kita orang-orang Kristiani sudah memiliki martirologi yang sama. Hal ini mengikutsertakan martir-martir pada zaman kita, yang lebih banyak dari yang orang kira...”[11]

Yohanes Paulus II, Ut Unum Sint (#84), 25 Mei 1995:
“Di dalam kemilau ‘warisan santo-santa’ yang dipunyai semua Komunitas, ‘dialog konversi’ menuju kesatuan yang penuh dan kelihatan, oleh karena itu tampak sebagai sebuah sumber harapan. Kehadiran santo-santa yang mendunia adalah sebuah bukti kekuatan Roh yang besar.”[12]

Yohanes Paulus II, Audiens Umum, 12 Mei 1999:
“Pengalaman kemartiran menyatukan orang-orang Kristiani dari berbagai denominasi di Rumania. Orang-orang Ortodoks, Katolik, dan Protestan memberikan kesaksian yang satu kepada Kristus lewat pengorbanan hidup mereka.”[13]

Semua ini adalah bidah yang berulang-ulang, publik, dan formal. Bisa-bisanya beberapa ‘tradisionalis’ berkata dengan lancang bahwa Yohanes Paulus II tidak pernah menolak satu dogma pun! Benar-benar memalukan, dan sebuah kebohongan! Bidah ini sendiri, tanpa mempertimbangkan yang lainnya, membuktikan bahwa ia bukanlah seorang Katolik.

St. Alfonsus Liguori: “Kita tidak boleh lupa bahwa Iblis memiliki martir-martir, dan bahwa ia meresapkan dalam diri mereka suatu keteguhan yang palsu. Hal yang membuat seseorang menjadi martir bukanlah hukuman, melainkan: pengakuan iman yang sejati.” (Victories of the Martyrs [Kemenangan para Martir])

Catatan kaki:

[1]
L’Osservatore Romano, 10 Maret 2004, hal. 11. Versi Bahasa Inggris.

[2]
Denzinger 714.

[3]
Denzinger 247.

[4] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 965.

[5] L’Osservatore Romano, 15 November 2000, hal. 5.

[6] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 914.

[7] Salvifici Doloris, Surat Apostolik Yohanes Paulus I, 11 Februari 1984, Pauline Books, hal. 35.

[8] L’Osservatore Romano CD-Rom, Tahun 1993, Sambutan Angelus dari Yohanes Paulus II, 9 September 1993.

[9] L’Osservatore Romano CD-Rom, Tahun 1994, Tertio Millennio Adveniente dari Yohanes Paulus II, 10 November 1994.

[10] L’Osservatore Romano CD-Rom, Tahun 1994, Tertio Millennio Adveniente dari Yohanes Paulus II, 10 November 1994.

[11] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 965.

[12] The Encyclicals of John Paul II {Ensiklik-Ensiklik Yohanes Paulus II}, hal. 965.

[13] L’Osservatore Romano, 19 Mei 1999, hal. 11.

Gambar Yohanes Paulus II dan Karekin: Avedaper Verelk ; diperoleh dari traditioninaction.org.