Di Manakah Rosario Disebutkan di dalam Kitab Suci?

[Catatan: email ini dikirimkan oleh seorang Protestan untuk membalas kutipan hari ini di situs kami. Pertanyaan ini pada dasarnya bermaksud menantang kutipan itu; kelihatannya orang ini cemas akan hal tersebut]

“Pada suatu hari sewaktu Beato Alan sedang menyelenggarakan Misa, Tuhan kita, yang ingin menggertaknya untuk mengkhotbahkan Rosario Suci, berbicara kepadanya di dalam Hosti Suci: ‘Bagaimana engkau dapat menyalibkan Aku kembali dengan begitu cepat?’ kata Yesus. ‘Apa yang Engkau maksudkan, Tuhan’ tanya Beato Alan yang ketakutan. ‘Engkau menyalibkan Aku sekali sebelumnya oleh dosa-dosamu,’ jawab Yesus, ‘dan Aku pun dengan sudi hendak disalibkan kembali daripada mengetahui bahwa Bapa-Ku merasa terhina akibat dosa-dosa yang engkau dulu lakukan. Engkau menyalibkan Aku kembali sekarang karena engkau memiliki seluruh pengetahuan dan pengertian bahwa engkau perlu mengkhotbahkan Rosario Ibunda-Ku, dan engkau tidak melakukannya. Jika saja engkau melakukan hal ini, engkau dapat mengajarkan banyak jiwa tentang jalan yang benar dan membawa mereka pergi dari dosa – tetapi engkau tidak melakukannya dan engkau sendiri bersalah akibat dosa-dosa yang mereka lakukan.’ Hardikan yang menyeramkan ini membuat Beato Alan bertekad dengan khidmat untuk mengkhotbahkan Rosario tanpa henti.” (St. Louis De Montfort, The Secret of the Rosary {Rahasia Rosario}, hal. 23)

Di samping meditasi akan misteri-misteri dari Kristus dan Bunda Maria (semuanya terdapat di dalam Kitab Suci), Rosario pada dasarnya terdiri dari dua doa: Bapa Kami dan Salam Maria. Keduanya berasal dari Kitab Suci. Bapa Kami diberikan kepada kita oleh Tuhan kita di dalam Kitab Suci (Matius 6, Lukas 11), dan bagian utama dari Salam Maria ditemukan di dalam Lukas bab 1. Doa Salam Maria adalah sebagai berikut: SALAM MARIA PENUH RAHMAT TUHAN SERTAMU. TERPUJILAH ENGKAU DI ANTARA WANITA DAN TERPUJILAH BUAH TUBUHMU, YESUS. SANTA MARIA, BUNDA ALLAH, DOAKANLAH KAMI YANG BERDOSA INI, SEKARANG DAN WAKTU KAMI MATI.

“Salam [Maria], penuh rahmat, Tuhan sertamu, Terpujilah engkau di antara wanita” secara langsung berasal dari Lukas 1:28. “Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu [Yesus]” secara langsung berasal dari Lukas 1:42. “Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati” tidak ditemukan di dalam Kitab Suci, tetapi melengkapi doa di atas dengan permohonan yang indah kepada Bunda Allah.

Orang-orang Protestan gagal untuk mengerti pentingnya Maria karena mereka tidak mengerti Yesus. Mereka gagal untuk mengerti kebenaran berikut tentang Yesus:

Paus St. Leo Agung, Konsili Kalsedon, 451, ex cathedra: “…Tuhan kita Yesus Kristus…memang dilahirkan dari Bapa sebelum segala abad menurut Keilahian-Nya, tetapi pada hari-hari terakhir dilahirkan dari Perawan Maria, Bunda Allah, menurut kemanusiaan-Nya, bagi kita dan bagi keselamatan kita, Kristus yang satu dan yang sama…”

Seseorang mungkin berkata, apakah yang peran Maria di dalam diskusi semacam ini? Di dalamnyalah tersimpan martabatnya, kekuatannya dengan Allah, dan mengapa Allah ingin agar kita berdevosi kepadanya. Orang-orang Katolik mengerti dan berkata “wah” terhadap peranan Maria di atas, sedangkan para Protestan tetap buta terhadapnya dan sering menyerangnya. Mereka gagal untuk mengerti bagaimana jiwanya “memuliakan Tuhan” (Lukas 1:47) karena mereka tidak mengerti bahwa ialah yang melahirkan Putra Allah di dalam kemanusiaan-Nya. Mereka gagal untuk mengerti akibat dari kenyataan yang tidak terselidiki ini. Doa Salam Maria, yang bermula di Lukas 1:28 (Salam dari Malaikat), begitu penting persisnya karena doa ini melambangkan Penjelmaan – yaitu tindakan yang olehnya Putra Allah menjadi manusia. Seperti yang dikatakan St. Louis De Montfort, Salam dari Malaikat (Salam Maria) “telah menyelamatkan dunia,” karena olehnya (Allah yang menjadi manusia di dalam rahim Maria) manusia memiliki kesempatan untuk diselamatkan.

St. Louis de Montfort (+1710): “Beato Alan de la Roche yang begitu berbakti kepada sang Perawan yang Terberkati telah mendapatkan banyak wahyu darinya dan kita mengetahui bahwa ia menegaskan kebenaran tentang wahyu-wahyu tersebut lewat sebuah ikrar yang khidmat. Tiga dari antaranya begitu mengagumkan: pertama-tama, adalah bahwa jika orang-orang gagal untuk berdoa Salam Maria (Salam dari Malaikat yang telah menyelamatkan dunia) karena keteledoran, atau karena mereka suam-suam kuku, atau karena mereka membencinya, ini adalah pertanda bahwa mereka mungkin akan dan memang segera akan dikutuk ke dalam hukuman kekal (Secret of the Rosary {Rahasia Rosario}, hal. 45). Kebenaran kedua adalah bahwa mereka yang mencintai salam ilahi ini membawa pada diri mereka tanda khusus predestinasi. Kebenaran ketiga adalah bahwa emreka yang telah diberikan oleh Allah isyarat akan rahmat untuk mencintai Bunda Maria dan untuk melayaninya demi cinta akan dirinya harus selalu bertekun untuk terus mencintai dan melayaninya sampai pada waktu di mana ia akan membuat mereka ditempatkan di Surga oleh Putranya yang ilahi di dalam tingkatan kemuliaan yang telah mereka peroleh.” (St. Louis De Montfort, The Secret of the Rosary {Rahasia Rosario}, hal. 45)

Doa Salam Maria, dan permohonan-permohonan orang-orang Katolik di sepanjang sejarah kepada Bunda Allah, dinubuatkan oleh Bunda Maria sendiri di dalam Lukas 1:48: “…sesungguhnya mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia {kata Yunani untuk “berbahagia” adalah “μακαρίζω” dibaca “makarizó”, yang berarti “terberkati”}.”

Komentar Katolik tentang ayat ini menjelaskannya dengan baik:

“Kata-kata ini [Lukas 1:48] adalah nubuat akan penghormatan yang harus dipersembahkan kepada sang Perawan yang Terberkati. Hendaknya para Protestan merenungkan jika mereka sama sekali dimaksudkan di dalam nubuat ini.” (Challoner)